• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.6. Metode Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

I.6.3. Rangkaian Pengalaman di Lapangan

Penulis tiba di lokasi penelitian pada tanggal 22 Juni 2011 yang lalu. Setelah sekian lama penulis menidurkan skripsinya tanpa ada sedikit pun niat untuk memulainya, dan pada akhirnya penulis pun sadar karena sudah banyak adik-adik stambuk yang telah menyelesaikan skripsinya. Kemudian sebagai langkah awal penulis melapor ke Kantor Desa Saentis serta mejelaskan maksud dari kedatangan penulis ke Kantor Desa Saentis ini. Saat penulis berhadapan langsung dengan Kepala Desa Saentis yaitu Bapak Racitno, penulis pun memperkenalkan diri dan tidak lupa juga penulis memberikan surat izin penelitian dari Universitas Sumatera Utara kepada beliau. Beliau sangat menerima kedatangan penulis dengan baik pada waktu itu dan pada saat penulis berdiskusi dengan beliau saat itu, beliau sangat tertarik dengan judul yang penulis ingin teliti di Desa Saentis ini. Setelah sekian lama berdiskusi dengan beliau, beliau menyuruh penulis pergi ke ruangan Bapak Sudarto beliau adalah sekretaris Desa Saentis, untuk mengurus segala keperluan penulis yang dibutuhkan. Saat penulis masuk ke ruangan kerja beliau, penulis pun menyampaikan maksud dan tujuan datang ke Kantor Desa Saentis ini, tidak lupa juga penulis menyertakan surat izin penelitian dari Universitas Sumatera Utara. Selang beberapa menit kemudian beliau menayakan kembali tentang judul yang ingin penulis teliti di Desa saentis, mengapa anda mengambil judul tentang perkawinan usia dini dalam perspektif pluralisme hukum? tanya beliau kepada penulis, tanpa pikir panjang penulis pun menjawab pertanyaan yang beliau berikan kepada penulis. Setelah lama menjelaskan judul penelitian kepada belau, akhirnya beliau pun paham dengan apa yang sedang penulis teliti di Desa Saentis ini. Kemudian beliau juga

menanyakan kembali kepada penulis, apa yang harus kami bantu kepada anda? tanya beliau kepada penulis, penulis pun menjawab dengan senang hati “ya” sesuai dengan data yang diperlukan penulis nantinya “pak” dan beliau pun menjawab “oke” tidak ada masalah kalau seperti itu keadaannya. Jika dikemudian hari ada halangan atau hambatan yang anda dapatkan dilapangan harap melapor ke kantor Desa Saentis ini “ya”, kata beliau kepada penulis.

Hari pertama saat berada dilapangan, dengan hati penuh dengan kegembiraan penulis pun menuju ke Kantor Desa Saentis untuk meminta data tentang kependudukan serta demografi Desa Saentis secara keseluruhan. Setelah penulis mendapatkan data tersebut kemudian penulis juga menanyakan kepada bapak Sudarto, ada tidak tokoh adat Jawa dalam mengetahui tentang perkawinan khususnya yang tinggal di Desa Saentis ini “pak” tanya penulis kepada beliau. Beliau pun menjawab dengan nada suara yang tenang “ada” tetapi masyarakat mengangap tokoh adat Jawa itu adalah sebagai Dukun Manten, menurut beliau Dukun Manten sangat berperan aktif dalam suatu acara pengesahan perkawinan khususnya pada adat Jawa yang ada di Desa Saentis ini. Tidak lama kemudian penulis pun diberikan surat izin oleh beliau untuk bertemu dengan Ibu Murni dan beliau juga berpesan kepada penulis “jangan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sulit kepada Ibu Murni “ya” karena beliau tidak akan bisa menjawabnya” pesan beliau kepada penulis. Setelah penulis mendapatkan surat izin tersebut, penulis pun bergegas menuju ketempat kediaman Ibu Murni yang jaraknya tidak begitu jauh dengan kantor Desa Saentis tersebut. Akhirya penulis pun berjumpa dengan Ibu Murni, saat itu beliau sangat terkejut dengan kedatangan penulis saat itu dan mengira kedatangan penulis sebagai penagih hutang, penulis pun tertawa

dengan apa yang disampaikan beliau tersebut kepada penulis. Kemudian penulis dipersilahkan duduk oleh Ibu Murni dan beliau juga menghidangkan secangkir air putih untuk penulis saat itu. Penulis menceritakan maksud kedatangan penulis ke rumah beliau dan saat itu juga penulis memberikan pertanyaan kepada beliau tentang bagaimana proses perkawinan adat Jawa khususnya di Desa Saentis ini. Beliau pun menceritakan bagaiamana proses perkawinan adat Jawa yang beliau ketahui saat menikahkan masyarakat yang tinggal di Desa Saentis ini. Disela-sela beliau menjelaskan tentang proses perkawinan adat Jawa tersebut, tidak lupa juga penulis memberikan pertanyaan kepada beliau tentang perkawinan usia dini yang beliau ketahui. Beliau pun menceritakan bahwa benar di Desa Saentis ini khususnya sering terjadi perkawinan usia dini, namun menurut beliau terkadang masyarakat yang tinggal di Desa Saentis ini merasa tidak peduli dengan hal seperti ini, tetapi tidak semua masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini tersebut. Yang melakukan perkawinan usia dini tersebut hanya sebagian kecil masyarakat saja yang melakukannya, dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti, ekonomi, lingkungan tempat tinggal dan kurangnya kontrol orang tua terhadap anak sehingga menjadikan seorang anak tersebut dapat melakukan hal-hal sesuka hatinya. Setelah mendapatkan informasi dari Ibu Murni, mencatat dan merekam segala bentuk pembicaraan antara penulis dengan informan. Penulis pun tidak mau menyimpulkan hasil pembicaraan sebelumnya, kurang lebih 1 jam penulis melakukan wawancara kepada Ibu Murni, penulis pun berpamitan pulang kerumah. Sesampainya dirumah, penulis mengulang kembali hasil pembicaraan tersebut dan setelah itu penulis dapat menganalisis data tersebut.

Hari selanjutnya penulis terjun kelapangan dan mendatangi kembali kantor Desa Saentis untuk meminta data tentang perkawinan. Beliau pun tanpa pikir panjang menyuruh pergi keruangan Ibu Dewi, Ibu Dewi adalah bendahara Desa Saentis saat ini, ketika penulis berjumpa dengan ibu Dewi tersebut dan penulis pun menyampaikan mandat dari Bpak Sudarto bahwa penulis ingin melihat-lihat data tentang perkawinan di Desa Saentis ini. Tidak lama kemudian Ibu Dewi memberikan data tersebut, setelah melihat data tersebut penulis merasa sangat kebingungan menemukan data mana yang telah melakukan perkawinan usia dini, penulis pun bertanya lagi kepada Ibu Dewi ada tidak masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini, Ibu Dewi pun menunjukkan orang-orang yang telah melakukan perkawinan usia dini di data tersebut dan Ibu Dewi tersebut menjelaskan bahwa memang betul sangat susah menemukan data yang benar- benar melakukan perkawinan usia dini. Tetapi kebanyakan mereka yang telah melakukan perkawinan usia dini sebelumnya menambahi usianya demi mendapatkan pengesahan dari Kantor Urusan Agama (KUA) menurut Ibu Dewi, jika tidak ditambahi usianya maka akan sulit untuk menikah. Setelah penulis mendata orang-orang yang telah menikah usia muda pada daftar perkawinan tersebut, penulis pun begegas pergi kerumah Bapak Sumedi adalah Tuan Kadhi yang ditugaskan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) khusus untuk Desa Saentis ini. Akhirnya penulis bertemu dengan beliau dan saat mewawancarai beliau, penulis pun memulai wawancara dengan beliau dan bertanya mengenai proses perkawinan menurut agama Islam khususnya serta bagaimana syarat-syarat perkawinan menurut agama Islam itu sendiri, beliau pun menjawab apa yang di tanyakan oleh penulis. Beberapa menit kemudian sesuai dengan tujuan penetian

penulis pun akhirnya menanyakan tentang perkawinan usia dini yang terjadi di Desa Saentis ini. Saat itu beliau pun sempat terkerjut dengan temuan yang saya dapatkan dari lapangan sebelumnya, beliau tersebut menanyakan kembali kepada penulis dari mana anda mendapatkan informasi tersebut? Tanya beliau kepada penulis, penulis pun menjawab informasi tersebut yang penulis dapatkan dari hasil wawancara penulis lakukan dengan informan sebelumnya pak. Namun beliau sampai sekarang ini tidak mengetahui bahwa adanya masyarakat yang telah melakukan perkawinan usia dini di Desa Saentis ini khsususnya. Setelah sekian lama berdiskusi dengan beliau, penulis pun meminta data-data tentang perkawinan yang ada di Desa Saentis ini. Pada saat itu juga penulis diberikan informasi oleh beliau, bahwa jika ingin mendapatkan data yang lengkap tentang perkawinan di Desa Saentis ini. Penulis diarahkan langsung ke Kantor Urusan Agama (KUA) Percut Sei Tuan, setelah mendapatkan informasi tersebut penulis pun akhirnya berpamitan pulang.

Esok harinya penulis mendatangi Kantor Urusan Agama (KUA) Percut Sei Tuan, hari baik selalu datang kepada penulis. Penulis pun berjumpa langsung dengan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) yaitu Bapak Bahrum Nasution dan penulis pun melakukan wawancara kepada beliau, sama halnya dengan jawaban Bapak Sumedi beliau juga tidak mengetahui adanya masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini. TUPOKSI dari Kantor Urusan Agama (KUA) adalah hanya memproses data yang masuk ke kantor ini menurut beliau, namun penulis juga memberikan pertanyaan lagi kepada beliau apa sebenarnya yang sedang dilakukan Pegawai Petugas Pencatatan Nikah? Tanya penulis kepada beliau, informasi yang disampaikan oleh beliau seakan-akan ada yang ditutupi beliau kepada penulis.

Tanpa pikir panjang penulis tidak ingin beliau tertekan oleh pertanyaan- pertanyaan penulis, maka penulis pun menyudahi wawancara tersebut dan kemudian meminta izin kepada beliau agar memberikan data yang penulis butuhkan. Setelah mendapatkan data dari Kantor Urusan Agama (KUA), penulis pun akhirnya berpamitan pulang kepada beliau. Sesampainya dirumah penulis kembali melihat data yang penulis dapatkan dari lapangan, hasilnya memang betul apa yang dikatakan oleh Ibu Dewi sebelumnya kepada penulis adalah benar adanya, penulis menemukan data yang telah menikah sebelumnya memberikan data pribadi tidak sesuai dengan Kartu Keluarga (KK), semua data yang penulis temukan banyak terjadi bahasa setempat mengatakan mencuri usia atau menambahi usia.

Selanjutnya penulis langsung kembali kelapangan dan mewawancarai masyarakat yang telah melakukan perkawinan usia dini tersebut, saat mewawancarai informan penulis tidak menemukan titik terang dari kasus tersebut, mereka seakan-akan menutup diri dalam memberikan jawaban-jawaban yang dipertanyakan oleh penulis. Kebohongan-keobohongan yang penulis dapatkan dari mereka saat ditanyai mereka mengapa mereka menikah di usia muda, jawaban mereka hanya singkat saja namanya suka sama suka bang apa boleh buat. Itu yang penulis tidak habis pikir selalu mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan kebutuhan penulis, namun penulis menggunakan alternative lain agar mereka mau memberikan informasi yang sebenarnya mengapa mereka menikah usia muda. Pada saat itu ketika berjumpa dengan Wiliyana yang menikah usia muda pada tahun 2010 lalu, ia menjelaskan mengapa ia menikah di usia muda dikarenakan telah hamil diluar nikah pada saat itu dan mau tidak mau harus

menikah sebagai jalan keluarnya, walaupun usia tidak sesuai dengan ketentuan hukum namun mereka tetap melakukan perkawinan tersebut dari pada nanti dikemudian hari menjadi masalah dalam keluarga.

Dokumen terkait