• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemudian, barangkali ada catatan dari Pak Soenman. Sudah selesai? Sebelum kami menutup dengan menyisakan satu poin untuk dilaporkan diputus nanti di Rapat Kerja dengan Pak Menteri.

KETUA TIMUS (H. T.B. SOENMANDJAJA S./F-PKS):

Terima kasih Pak Ketua.

Pemerintah serta jajaran,

Ibu Bapak Anggota yang terhormat,

Memang kita berharap bahwa apa yang kita bicarakan pada saat ini bisa selesai seluruhnya, namun demikian beberapa catatan kecil saya kira Pak Pimpinan, itu sangat baik untuk kita cermati bersama.

Yang pertama, saya ingin ada satu pembudibahasaan pemerintah, apabila kita membicarakan undang-undang yang berlaku sebelumnya. Jadi, jangan sampai terkesan undang-undang yang baru ini menghakimi undang-undang yang digantikannya. Jadi kami tetap ingin dalam penjelasan umum ini ada apresiasi bagaimanapun juga terhadap undang-undang yang sudah ada. Bahwa ada kekurangan dan kelemahan, kami cenderung mengatakan itu terdapat saja, demikian. Jadi, jangan sampai ada kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan seperti itu. Jadi, kita bagaimanapun juga buatan manusia. Yang namanya undang-undang kan begitu disahkan langsung menjadi fosil, sama dengan kita, kita sahkan undang-undang ini esok lusa baru ketahuan kelemahannya. Saya kira yang paling terkesan buat kita misalnya Undang-undang No.8 Tahun 1981, begitu didok dinyatakan karya agung Bangsa Indonesia tentang KUHAP, ternyata bolong-bolongnya mulai kelihatan, itu yang pertama, Pak Ketua.

Yang kedua juga penyisiran khususnya penjelasan Pasal. Saya tidak menemukan banyak, mohon maaf, tetapi ada sedikit yang mengganggu. Sebagai contoh saja, Pak. Sebagai contoh saja, penjelasan

Pasal misalnya untuk tadi saya dapati Pasal 52 ayat (1). Ini maaf agak sampling saja Ketua, random sampling. Pada penjelasan halaman 59, Pasal 52 ayat (1) berbunyi, Yang dimaksud dengan persidangan yang berikut adalah masa persidangan DPR setelah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ditetapkan. Padahal disitu kita ingat betul di Undang-undang 10 itu tidak ada interval, tidak ada jarak begitu untuk masa sidang berikutnya itu, karena itu misalnya perlu dipertimbangkan untuk menginsert kalimat sebagai berikut. Yang dimaksud dengan persidangan yang berikut adalah masa sidang DPR yang pertama, artinya langsung, tidak lagi jarak, sebab kalau ini dilepas khawatir memberi kesan sidang berikut bisa kapan saja Ketua. Ini Pak Ketua, sekali lagi, kami mohon ada pencermatan. Tetap kita berbaik sangka bagaimanapun juga tidak adalah kepentingan-kepentingan sama sekali disini, tapi bagaimanapun juga ini kan usernya bukan hanya pemerintahan saat ini, kita berlaku RUU ini menjadi undang-undang yang kuat begitu.

Kemudian misalnya dalam Penjelasan Umum, ini soal hal yang bisa didiskusikan sebetulnya.

Penjelasan Umum pada halaman 8 huruf B1 kemudian ada angka 15, ini saya pakai konsep yang lama Pak mohon maaf, halaman 15, 42 ya Pak ya? Mulainya 42 ya. Walah ini jadi saya juga belum baca lagi, baru ini Pak, saya patokannya yang lama, bisa salah, atau di lampiran mungkin , contoh lampiran dululah Pak Ketua, Pak Pemerintah,contoh lampiran dulu. Lampiran 2 ini pada halaman misalnya halaman 8, ini yang ini Pak, ya, nanti kita formulakan Pak Ketua, saya mau ambil contoh dulu saja, contoh temuan. B1, frasa dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, 15, pada pembukaan tiap jenis peraturan perundang-undangan sebelum nama jabatan pembentuk peraturan perundang-perundang-undangan dicantumkan frasa dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Ini, Ibu Bapak sekalian, yang pertama sekali, yang pertama Pak Dirjen, ini mohon maaf, sedikit saya agak mohon maaf saja perhatian saja. Ini saya yang pertama, dicantumkan frasa itu F-nya besar, ini memberi kesan jadi meng-irah-irah gitu. Terus yang kedua, dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, yang–nya kecil, mungkin ahli bahasa ini mungkin benar, tapi Undang-undang Dasar hurufnya besar yang-nya itu. Pasal 29 ayat (1) saya bacakan, Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, semuanya huruf besar. Entah yang mana ini, apakah naskah yang saya pegang ini salah, atau yang mana, tapi sekali lagi ini catatan kecil, saya hanya bisa membayangkan Ketua, bukan tidak mungkin ada hal lain yang lebih mendasar begitu. Jadi kalau Undang-undang Dasar ini menulis Ketuhanan Yang Maha Esa seperti ini, itu akan jadi turunan bagi undang-undang lain berikutnya, padahal konstitusi tidak begitu.

Undang-undang Dasar tidak begini penulisannya. Nah, ini dua hal contoh Pak Ketua, mohon perhatian yang sangat dari kita, melalui dan pemerintah tentunya untuk lebih cermat lebih teliti jangan sampai begitu disahkan menghasilkan contoh-contoh yang memang ternyata menyalahi konstitusi.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi apa yang disampaikan oleh Pak Soenman ini penting. Meskipun ini di lampiran atau di penjelasan, ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan, menjadi paket, kalau undang-undang politik kan ada undang paket gitu, jadi ini paket bagaimana tadi yang disampaikan oleh Pak Dirjen ini undang-undangnya harus menjadi model, modul, modal, itu saja Pak, 3 saja cukup ya. Itu jadi ini, tentu saja, seperti tadi, pasti semua mengacu kesini merujuknya, dalam substansi, dalam redaksi, dalam teknis pembuatan, dalam tulisan, itu akan mengacu sehingga ini memang ini baru 2 hal yang ditemukan. Nah, belum lagi yang lain, tetapi maksud saya begini, tentu ini perlu dicermati oleh kita begitu, khususnya tim dari pemerintah dan tim dari DPR, persoalannya kita sudah mengagendakan dan sudah disepakati dalam Rapat Paripurna tadi bahwa besok ini pengambilan keputusan tingkat II, jadi maksud saya tolong kepada Tim dan Tim Pemerintah begitu maksudnya, sebagaimana arahan tadi Pak Mulyono supaya betul-betul ini dicermati jangan sampai ada yang kurang dan sebagainya. Itu catatan saja Pak. Demikian juga kepada pemerintah begitu untuk kembali lagi menyisir itu. Saya kira itu ya, Pak Soenman, contoh ya, jadi itu catatan saja.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO):

Sehubungan dengan masukan atau sharing dari Pak Soenman, nanti siapa yang teknis bertanggung jawab, sebab jangan sampai nanti ketika ini beredar itu yang tadi dikhawatirkan Pak Soenman. Itu nanti yang teknis didalam tim ini siapa yang bertanggung jawab.

KETUA TIMUS (H. T.B. SOENMANDJAJA S./F-PKS):

Terima kasih Pak Ketua Panja dan Pak Harry yang telah mengingatkan. Kalau kami memang

cenderung penjelasan umum Pasal dan penjelasan Pasal-Pasal hendaknya disisir bersama, Pak Dirjen, malam ini juga, supaya artinya temuan tadi itu Pak Ketua, itu diharapkan tidak terjadi, atau kita percayakan kepada tim siapa begitu, tapi lagi-lagi Pak dia memerlukan pengesahan lagi, tapi kalau kita sisir bersama dengan penuh kesabaran, ketelitian, InsyaAllah itu saya kira lebih baik, Pak.

Terima kasih.

F-PD (IGNATIUS MULYONO):

Ya, saya pengalaman saja. Saya termasuk waktu itu menjabat sebagai Wakil Ketua Pansus Minerba yang dikerjakan selama 4 tahun 4 bulan, tahun 2009. Setelah diketok, ternyata kita cek-cek, loh ada juga ini tulisan yang kurang pas, kurang, dalam arti kata ini ngetiknya salah dan sebagainya, sebagainya. Waktu itu akhirnya kita ditunjuk, waktu itu kebetulan saya yang ditunjuk untuk bekerja dengan pemerintah, Pimpinan pemerintah juga Dirjen, untuk bersama pembantu dari Dirjen, kita juga bawa pembantu, satu persatu semua baris itu diteliti kembali, tapi tidak boleh merubah substansi itu. Yang tadi tulisnya yang kurang benar, titik komanya dan sebagainya itu yang bisa kita kerjakan teliti satu persatu, baris per baris kita ulangi, lembar per lembar. Itu memang pekerjaan, itu kita kerjakan kurang lebih selesai 3 hari begitu, jadi clear baru kita setorkan pada pemerintah. Hanya sayangnya, besok ini habis ketok, reses, nah ini, ini yang jadi masalah juga. Ini kami kira kita sudah memilih Pimpinan-pimpinan yang paling baik, yang kami miliki di DPR ini kan, jadi kami kira diantara beliau-beliau ini bisalah yang diberikan oleh kitalah untuk menyelesaikan masalah ini. Itu pernah kami lakukan Pak, sehingga betul-betul kami cobalah yang terbaik. Bukan, Pak, sudah diketok Paripurna, setelah dicek-cek loh ternyata ini...dulu, makanya terus cepat-cepat kita perbaiki.

KETUA RAPAT:

Pengalaman Pak Mulyono ini menjadi semacam refference dan preseden untuk menawarkan solusi begitu ya, ketika kita tadi memang ini penting ya apa yang disampaikan oleh Pak Soenman untuk menyisir kembali, karena terus terang saja kita sudah sangat memahami bahwa undang-undang ini menjadi rujukan ya, panduan ya jadi saya sepakat. Jadi kalau mekanisme yang diusulkan oleh Pak Mul ini bisa disetujui begitu, dan kita berharap terutama Ketua Timsin dan Timus ini justru bisa membantu kita Pak ya, begitu, karena ini berkaitan dengan, ya silakan.

KETUA TIMSIN (RAHADI ZAKARIA/F-PDIP):

Pimpinan,

Jadi, saran dari Pak Jenderal itu memang sangat baik sekali. Permasalahannya yang tentunya harus kita hitung, begitu ketok itu hari Jumat, masuk hari Sabtu, masuk hari Minggu. Nanti dulu, ini hitungan waktu kita ini, ketok kan masuk hari Sabtu, hari Minggu. Kemudian di hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis itu, itu biasanya digunakan Kunker komisi, nah ini persoalan juga Pak, 5 hari Kunker Komisi. Jadi misalnya Komisi II itu mulai Senin, Selasa, Rabu, itu Kunker dibagi habis kemana gitu, nah ini juga harus dihitung juga kapan kita bisa berkumpul untuk melakukan koreksi-koreksi itu, kan itu persoalan juga. Jadi, tidak harus dipatok, ketok, terus kita kumpul, ini kan jadi persoalan ini Pak. Saya sekedar mengingatkan, mengingatkan jadi apakah begitu ketok, Sabtu, Minggu itu kita kumpul, atau kalau nunggu Senin itu terpotong jadwal kunker. Ini juga harus dihitung ini. Artinya hitungan waktu itu manajemen waktu itu menjadi penting untuk melakukan koreksi. Terima kasih ini sekedar masukan saja, semoga ada suatu jalan keluar yang terbaik.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kemudian Pak Ketua juga, Pak Cip dulu silakan.

KETUA PANSUS (SUTJIPTO, S.H., M.Kn./F-PD):

Ya, saya kira apa yang disampaikan Pak Jenderal sangat baik kalau kita sepakati. Jadi, prinsipnya kita menyisir kalau ada type, ada salah huruf besar kecil. Oleh karena saja, saya usul gini saja, ini kan ada

undang-undangnya, ada penjelasan, ada lampiran, lampiran II. Saya kira masing-masing Pimpinan ini minta tim satu, jadi pertama kita bawa pulang, jadi di rumah saya RUU-nya, saya baca dari, baca lagilah, saya kan sudah baca berkali, tapi baca lagi, terus nanti akan saya cross check juga dengan satu apa dua orang tim, tim pemerintah satu, dari kita satu, barulah itu jadi kita masing-masing punya tanggung jawab, baru nanti setelah kita menyelesaikan sisiran masing-masing itu, jadi kita bagi saja. Jadi ini, ya itu kumpulnya apakah seminggu bisa enggak? Bisa kan? Seminggulah ya, enggak ini gini, maksudnya kumpulnya adalah diantara Pimpinan sama tim itu, kalau kita dengan itu tim itu kapan saja kita ngatur sendiri, tapi berempat Pimpinan bersama tim itu bisa kumpul kita atur, kalau bisa jangan lewat 1 minggu.

Setelah Kunker Komisi itulah kita kumpul begitu, tapi selama kita Kunker atau kita masa 2 hari itu, kita baca kita sisir. InsyaAllah kalau saya ya, 1 hari 1 malam saya sisir selesailah gitu. Saya baca RUU-nya, terus saya kira Pak, ya atau kita berdua dengan Pak Deding ya, RUU, Kang Soenman Lampiran, ya Penjelasan, jangan gitu, jadi saya RUU berdua, Kang Soenman sama Kang itu masing-masing penjelasan lampiran, dua-duanya baca, ya kan itu kan dikit. Jadi artinya cross check nanti, mana yang, dan saya juga punya tim, Kang Soenman sama Rahadi juga punya tim gitu loh. Ya, NA kan lampiran Pak, lampiran, jadi berdua itu lampiran sama penjelasan. Saya RUU-nya gitu loh. Ya, kita menyesuaikan pendampingnya, bagaimana kalau saya usulan saya, jadi biar kita praktis, di rumah kita bisa baca , bisa nyisir sama-sama baru nanti kita ketemu masing-masing baru ketemu tim besarnya itu. Itu usulan saya, kalau boleh.

KETUA TIMUS (H. T.B. SOENMANDJAJA S./F-PKS):

Terima kasih Pak Ketua.

Jadi yang pertama, begitu nanti RUU disahkan menjadi Undang-undang, Hatta belum diundangkan, itu langsung beredar, dipakai dimana-mana, khususnya di kalangan-kalangan peminat pada undang-undang tersebut, karena sudah published di Paripurna, sudah disahkan. Loh ya, sekalipun, karena begini Pak, menurut Undang-undang Dasar bahkan, 30 hari setelah disepakati, dinyatakan, disahkan di Rapat Paripurna DPR, Presiden tidak mau menandatangani saja undang-undang itu wajib diundangkan itu.

Oleh karena itu, begitu besok paripurna misalnya, dok, langsung ini publish, umum, itu yang pertama.

Yang kedua, kalau ini disepakati, akan menjadi preseden setiap undang-undang akan ditangani dengan cara-cara seperti ini. Ini menyalahi undang-undang pokok yang sedang kita kerjakan. Demikian. In princip tentu kita ingin menghadirkan satu undang-undang yang lebih baik daripada undang-undang yang digantikan, in princip ya. Nah ini khawatir jadi preseden, karena sudah ada seperti ini, akan begitulah nanti kita mengambil cara-cara penyelesaian undang-undang gitu.

Yang ketiga, dalam tradisi mengoreksi Pak, ini pengalaman mohon maaf, Pak. Jadi, bagi mereka yang mengetik dan atau mengerjakan bagian itu pertama kali, sebaiknya jangan mengerjakan untuk yang kedua kali ya, karena cenderung pre-formulated gitu, formulanya sudah dia siapkan, apapun huruf kecil lewat saja begitu, karena itu perlu di cross, kalau mau disepakati di cross. Jadi yang mengerjakan undang-undang misalnya Ketua Timus, misalnya gitu, penjelasan Ketua Timsin, Lampiran Ketua,....paling tebal nanti Ketua karena tidak men-download disitu, gitu, supaya lebih cermat Pak Ketua nanti.

Jadi, kami begini intinya, kalau, ini mohon maaf, Pak Jenderal dengan segala hormat, mohon maaf, jangan marah dulu Pak, kita kan cs kita, jadi itulah saya katakan,kalau saya mengatakan ini Belanda masih jauh, Undang-undang 10/2004 masih efektif dan kita enggak dikejar-kejar Harimau begitu. Jadi untuk mendapatkan suatu konsep yang betul-betul memuaskan perasaan kita sebagai perancang disini, yang memberikan arah politik perundang-undangan kita dalam RUU ini, saya kembalikan kepada forum yang terhormat ini dengan kalimat untuk tidak terburu-buru, begitu.

Terima kasih.

F-PD (IGNATIUS MULYONO):

Pak Ketua,

Sebetulnya saya kan mau ngasih penjelasan dulu. Sebetulnya kalau ditakutkan menjadi preseden sebenarnya juga tidak, karena ini memang betul-betul karena kondisi yang kita sendiri merasakan masih adanya penyisiran kita yang belum tuntas. Tolong digarisbawahi penyisiran kita yang belum tuntas. Karena apa, semua undang-undang yang kita lahirkan kemarin juga enggak ada, semuan berjalan sebagaimana mestinya. Ini hanya karena kita mengharapkan bahwa kualitas yang kita tampilkan ini betul-betul bisa solid betul, bahwa apa yang kita bikin ini betul-betul sempurna. Kalau kita sebetulnya salah ketik, huruf besar, huruf kecil, salah kita langsung juga memaklumi itu juga sebetulnya tidak menjadikan terlalu masalah besar

sekali amat ya. Jadi, inikan sebetulnya hanya keinginan kita. Jadi, tolong kita juga tidak ada framework kita mau, seakan-akan kalau kita mengoreksi atau menyisir mesti mengadakan perubahan. Nah itu yang harus jauh-jauh kita buang justru. Kita menyisir sesuatu yang mana itu harusnya komanya dimana, huruf besarnya mana, itu yang kita anukan, kita ingin kesempurnaan dari proses tata tulis kita. Kalau substansi kita sudah tidak bicara lagi. Ini tolong kita jadikan pedoman kita. Maka tempo hari kasus Undang-undang Minerba sama dengan kasus kita ini, karena pada waktu itu juga mau reses begini sehingga sudah kepepet waktu, besok memang harus sudah diparipurnakan. Ya, itu tadi, tapi tidak menunggu lama. Jadi waktu itu, begitu paripurna selesai, begitu kita pindah posisi ke ESDM sana, langsung kerja disitu sehingga disini itu masih tadi malam, masih mikirkan itu, ini dilanjutkan siang ini kita melanjutkan itu, Pak. Tidak ditunda.

Kalau ditunda, itu nanti menimbulkan pemikiran-pemikiran baru. Jadi kita memang betul-betul hanya membersihkan dan waktu proses kita membersihkan, mohon maaf, Pak Cip, Ketua, tidak dilakukan di rumah Pak, kita bersama dengan pihak pemerintah, Pak. Bareng kita kerjakan. Mau dikerjakan, kalau tempo hari Pak, begitu kerja di kantor ESDM itu, didepan itu isinya sudah macam-macam, mau makan anu, Bakpau, ambil, mau apa gitu, kalau disini kan enggak ada, paling kotak-kotak kecil saja. Kalau disini kotaknya gede-gede itu Pak. Ini contohnya. Bukan berarti Depdagri ...meja baru bukan, tapi enggak ini anunya gitu sehingga kita bicarakan dengan tim Dirjen dibantu beberapa tim ahlinya, kita dibantu dengan tim ahli kita, satu baris satu baris kita baca. Redaksi ini oke, oke dok. Itu cepat Pak, enggak lama. Kalau kita mau, besok diketok, habis Jumatan kita mau diundang Pak Dirjen di kantornya juga bisa, hari Sabtu, hari Minggu sudah selesai itu. Jadi Senin kita sudah bisa setor untuk ditandatangani Ketua DPR dikirim Pak Presiden. Ini hanya menghaluskan, menghaluskan. Namanya saja menyisir, menyisir kalau terlalu lama, rambutnya terbawa semua nanti. Sudahlah menyisir kita itu ya secukupnyalah gitu. Ini saja. Jadi, mohon jangan apa, kita terus mempunyai bayangan yang sesuatu yang nanti ke depan akan menjadi preseden dan sebagainya, tidak, ini karena situasi saja, kita ingin tampil secara sempurna. Itu saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Tadi sebelum Pak Bukhori, Pak Harry mau bicara.

F-PD (H. HARRY WITJAKSONO):

Saya mau sharing sedikit saja Pak, apa yang disampaikan Pak Soenmandjaja, kalau saya agak sedikit berbeda dengan Pak Mul. Jadi saya pernah punya pengalaman Pak,ketika Undang-undang Pencucian Uang itu sudah diketok palu di Paripurna, itu ternyata ada, saya masih ingat Pak Dolfi dari PDIP mengatakan bahwa kalimatnya enggak begitu Pak, begini Pak kalimatnya. Nah, terpaksa saya sebagai Ketua Pansus kan bertanggung jawab, saya cek, ternyata memang ada kesalahan pengetikan. Nah, ada yang kalimat juga, ini kita bukan anggap enteng ini, kalimatnya itu agak, sebenarnya kalimatnya kecil, tapi perbedaan dampak hukumnya lebih besar. Pencegahan sama kalau enggak salah satu lagi kalimat penangkapan atau apalah. Itu kurang lebih begitu. Nah, kemudian, ternyata dalam pelaksanaannya tim pemerintah juga membuat sendiri, tidak bekerjasama saya lihat dengan tim ahli kita, jadi ketika saya cross, ada perbedaan, saya bilang ini enggak bisa ini, harus diselesaikan, kita bertanggung jawab ini, masing-masing anggota punya catatan, nah akhirnya ternyata sudah bisa diselesaikanlah, diterima kedua pihak.

Jadi, artinya Pak, benar yang dikhawatirkan kita bersama, termasuk Pak Sudding juga salah satu saksi yang sebagai Anggota Pansus, apa yang diomong, direkam itu Pak, jadi kalau sampai kita mengelak atau apa, dia bisa mengutarakan ini kalimat yang saya sampaikan.

Nah, kemudian yang kedua, yang disampaikan Pak Soen, itu benar Pak, hari ketiga, kalau enggak salah saya sudah diundang berbicara di Iluni mengenai Undang-undang Pencucian Uang, padahal belum dinomorin, baru katanya nomor 8 katanya, saya masih ingat dengan Jaksa Agung Pak Basri Arif, saya diundang oleh yayasannya dia. Ya, saya kebetulan tidak dalam posisi ngomong, dalam draft, dalam konsep akademik, ada yang lebih ini, saya menceritakan proses perjalanan undang-undang ini saja, kompromi politiknya bagaimana, ininya bagaimana, walaupun dengan sindiran teman-teman yang mengejek, loh ini kenapa terjadi, ini politik, di DPR bisa terjadi dong, saya bilang, memang kalau Demokrat ngomong A, harus A , memang kalau Golkar ngomong B harus B, ini kompromi politik. Sejarah. Anda jangan melihat bahwa undang-undang yang lain kenapa enggak jadi begini. Ini kan kompromi politik.

Sempat terjadi deadlock, segala macam.

Nah, kembali ke tadi, saya mengingatkan, ini bisa terjadi ini Pak. Nah, kalau saya boleh usul, dengan segala hormat, tadi yang Pak Cip sampaikan itu sebenarnya bagus, tapi repot juga Pak, serahkan

kepada mereka untuk beresin, tapi dikoordinir oleh, ya pada waktu Timus, Timus, pada waktu ini, ini, karena mereka juga akan bikin Pak. Hati-hati, jangan sampai beda yang drastis antara tim tenaga sana dengan tim sini. Takutnya ini repot nyamainnya ini. Nah, kembalinya lagi, memang mau enggak mau ada otentik rekaman notulasi yang bisa dijadikan rujukan, kalau sampai terjadi perbedaan, mereka nganggap, enggak dong kemarin hasilnya begini, ini ngomongnya begini kok, kembalinya kemana, kalau enggak ke

kepada mereka untuk beresin, tapi dikoordinir oleh, ya pada waktu Timus, Timus, pada waktu ini, ini, karena mereka juga akan bikin Pak. Hati-hati, jangan sampai beda yang drastis antara tim tenaga sana dengan tim sini. Takutnya ini repot nyamainnya ini. Nah, kembalinya lagi, memang mau enggak mau ada otentik rekaman notulasi yang bisa dijadikan rujukan, kalau sampai terjadi perbedaan, mereka nganggap, enggak dong kemarin hasilnya begini, ini ngomongnya begini kok, kembalinya kemana, kalau enggak ke

Dokumen terkait