• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rapid Apraissal Indeks Sustainable For Forest Management (Rap- (Rap-Insusforma)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Rapid Apraissal Indeks Sustainable For Forest Management (Rap- (Rap-Insusforma)

Rapid apraissal (RAP) adalah suatu teknik multi-dislipinary untuk mengevaluasi comparative sustainability berdasarkan sejumlah atribute/Indikator

yang mudah untuk di skoring (Fauzi dan Anna, 2005). Insusforma merupakan

singkatan dari Index Sustainable For Forest Management atau indeks

keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan. Penelitian ini mencoba mengaplikasikan pendekatan Rap-Insusforma dalam memotret status keberlanjutan pembangunan sumberdaya hutan dengan mengambil studi kasus di wilayah perbatasan Kalimantan Barat.

Menurut CIFOR (1999) definisi atribut atau indikator adalah variabel atau komponen dari ekosistem hutan atau sistem pengelolaan yang digunakan untuk

menyimpulkan status suatu kriteria. Penentuan atribut atau indikator di sektor kehutanan haruslah menyampaikan satu pesan tunggal yang berarti. Pesan yang berarti tersebut disebut informasi. Informasi ini akan mewakili suatu kumpulan atau beberapa unsur data yang saling berhubungan (CIFOR,1999)

Proses Rapid Apraissal Analysis, adalah teknik yang dikembangkan oleh University of British Columbia Canada untuk sumberdaya perikanan, untuk mengevaluasi keberlanjutan sumberdaya perikanan secara multidisipliner. Metode ini adalah metode yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam pendekatannya terhadap suatu masalah. Metode ini memasukkan pertimbangan - pertimbangan melalui penentuan atribut yang akhirnya menghasilkan skala prioritas (Fauzy dan Anna, 2005).

Dalam Rapid Apraisal Analysis, sumberdaya dapat saja di definisikan

sebagai suatu entitas dalam lingkup yang luas, atau dalam lingkup sempit misalnya dalam satu yurisdiksi. Sejumlah atribut sumberdaya dapat dibandingkan, atau bahkan trajektori waktu dari individual sumberdaya dapat di plot. Atribut dari setiap dimensi yang akan di evaluasi dapat dipilih untuk merefleksikan keberlanjutan, serta dapat diperbaiki atau diganti ketika informasi terbaru diperoleh (Fauzi dan Anna, 2005). Penggunaan analisis Rapid Apraissal yang mencakup aspek dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan akan diperoleh gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai kondisi sumberdaya hutan khususnya di daerah wilayah penelitian, sehingga akhirnya dapat dijadikan bahan untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk mencapai pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Menurut CIFOR (1999) definisi atribut atau indikator adalah variabel atau komponen dari ekosistem hutan atau sistem pengelolaan yang digunakan untuk menyimpulkan status suatu kriteria. Penentuan atribut atau indikator di sektor kehutanan haruslah menyampaikan satu pesan tunggal yang berarti. Pesan yang berarti tersebut disebut informasi. Informasi ini akan mewakili suatu kumpulan atau beberapa unsur data yang saling berhubungan (CIFOR,1999).

Menurut Susilo (2003) atribut-atribut pembangunan berkelanjutan dari setiap dimensi tersebut dapa t dianalisis dan digunakan untuk menilai secara cepat status keberlanjutan pembangunan sektor tertentu dengan menggunakan

metode multi variabel non -parametrik yang disebut multidimensional scaling

bidang kehutanan. Metode Rapid Apraisal pernah digunakan untuk mengevaluasi

pembangunan perikanan yang dikenal dengan nama RAPFISH (The Rapid

Appraisal of the Status of Fisheries) dan di bidang peternakan untuk desain sistem budi daya sapi potong berkelanjutan. Hasil evaluasi keberlanjutan sumberdaya hutan ini akan dilakukan analisis keterkaitan dan ketergantungan antar faktor untuk menentukan urutan prioritas kebijakan. Faktor-faktor yang dominan akan menjadi dasar untuk membangun model.

Dalam Rapid Appraisal Analysis, analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (1) tahap penentuan atribut deskriptor yang mencakup lima dimensi (Ekologi, Ekonomi, Sosial, Hukum dan Teknologi); (2) Tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; (3) Tahap analisis ordinasi indeks keberlanjutan dilakukan dengan menggunakan metode multi variable non-parametrik yang disebut multidimensional scaling (MDS). Selanjutnya analisis Montecarlo untuk mengukur sensitivitas yang telah dipadukan menjadi satu dalam perangkat lunak tersebut,

dan analsisis laverage untuk menentukan aspek anomali dari atribut yang

dianalisis (Mersyah, 2004).

Fauzi dan Anna (2005) menyatakan bahwa prosedur Rapid appraisal

indeks status keberlanjutan sumberdaya dilakukan melalui lima tahapan yaitu: (1) Analisis terhadap data sektor yang diteliti melalui data statistik dan studi literature dan pengamatan dilapangan; (2) Melakukan skoring dengan mengacu pada literatur dengan menggunakan Excell; (3) Melakukan analisis MDS dengan software SPSS untuk menentukan ordinasi dan nilai “stress” melalui ALSCAL Alogaritma; (4) Melakukan rotasi untuk menentukan posisi sumberdaya pada ordinasi bad dan good dengan excell dan Visual Basic; (5) Melakukan sensitivity analysis (leverage analysis) dan Monte Carlo Analysis untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian.

2.6. Model

Definisi model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia

nyata (riil), yang akan bertindak seperti dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu ( Manetsch and Park, 1997). Model dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu model

kuantitatif, kualitatif dan ikonik (Aminullah, 2003). Model yang baik akan memberikan gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan me minimalkan perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan.

Salahsatu cara untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks adalah dengan menggunakan konsep model simulasi. Dengan menggunakan simulasi, maka model akan mengkomputasikan jalur wa ktu dari variabel model untuk tujuan tertentu dari input sistem dan parameter model. Karena itu model simulasi akan dapat memprediksi dunia riil yang kompleks. Model juga dapat digunakan untuk keperluan optimasi, dimana suatu kriteria model dioptimalkan terhadap input atau struktur sistem alternatif. Karena itu, model dapat dibangun

dengan basis data (data base) atau basis pengetahuan (knowledge base)

(Eriyatno, 2003).

Menurut Muhammadi et al., (2001), pemahaman struktur dan perilaku

sistem akan membantu dalam pembentukan model dinamika kuantitatif formal, dengan menggunakan diagram sebab akibat (causal loop) dan diagram alir (flow chart). Diagram sebab akibat akan dipergunakan sebagai dasar untuk mebuat diagram alir yang akan disimulasikan dengan menggunakan program model yang ada dalam software atau program untuk analisis sistem, sehingga setelah dilakukan analisis akan didapatkan kesimpulan dan kebijakan apa yang harus dilaksanakan.

Menurut Muhammadi et al. (2001) tahapan-tahapan untuk melakukan

simulasi model adalah sebagai berikut. a. Penyusunan konsep.

Pada tahap ini dilakukan identifikasi variabel-variabel yang berperan dalam menimbulkan gejala atau proses. Variabel-variabel tersebut saling berinteraksi, saling berhubungan, dan saling berketerg antungan. Kondisi ini dijadikan sebagai dasar untuk menyusun gagasan atau konsep mengenai gejala atau proses yang akan disimulasikan.

b. Pembuatan model.

Gagasan atau konsep yang dihasilkan pada tahap pertama selanjutnya dirumuskan sebagai model yang berbentuk uraian , gambar atau rumus. c. Simulasi.

Simulasi dilakukan dengan menggunakan model yang telah dibuat. Pada model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam model, sedangkan pada model kualitatif, simulasi dilakukan dengan menelusu ri dan melakukan analisis hubungan sebab akibat antar variabel dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk memahami perilaku gejala atau proses model

d. Validasi hasil simulasi.

Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan baik jika kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi di dunia nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi tersebut digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta kecenderungan di masa depan, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengambil keputusan untuk merumuskan suatu kebijakan di masa mendatang

.