260Hasil hutan kayu
5.2.1. Stakeholders assesment
Penyusunan model pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dilakukan menggunakan analisis
prospektif. Analisis prospektif mampu mengeksplorasi kemungkinan di masa
yang akan datang sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan, sehingga dapat dipersiapkan tindakan strategis masa depan untuk pencapaian skenario yang diinginkan. Hal tersebut dicapai dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berperan penting terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Berbagai kemungkinan keadaan di masa depan tersebut diformulasikan dalam bentuk skenario strategi. Tahapan dalam analisis prospektif, yaitu:1) mengidentifikasi faktor kunci/penentu di masa depan; 2) menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; dan 3) mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan sekaligus menentukan strategi prioritas sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh para pelaku utama dan implikasinya bagi sistem yang dikaji.
Untuk menemukan faktor kunci/penentu dalam penyusunan model pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan perbatasan Kalimantan Barat di masa yang akan datang dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama menentukan faktor kunci/penentu yang diperoleh dari analisis kebutuhan (need analysis) dari semua pihak yang berkepentingan terhadap sistem yang dikaji melalui diskusi para pakar dengan bantuan kuesioner. Tahap kedua adalah menentukan faktor kunci/penentu yang berasal dari atribut-atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan saat ini (existing condition) pada setiap dimensi. Selanjutnya pada tahap ketiga menentukan faktor kunci/penentu yang dihasilkan dari kedua tahapan sebelumnya melalui kombinasi keduanya untuk memperoleh faktor kunci/penentu gabungan antara need analysis dan existing condition.
Berdasarkan hasil identifikasi faktor dari responden, terdapat 23 faktor
yang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan, sebagaimana disajikan pada Tabel 29
1. Teknologi pengolahan hasil hutan
Ketersediaan teknologi industri pengolahan hasil hutan di Kalimantan Barat
2. Teknologi mitigasi
bencana kebakaran
Ketersediaan teknologi pencegahan (mitigasi) bencana kebakaran hutan yang tersedia dan dipasang di sekitar kawasan hutan.
3. Dana Ketersediaan alokasi dana untuk operasional pengelolaan
kawasan hutan.
4. Peraturan perundangan
bidang lingkungan hidup
Ketersediaan peraturan perundang-undangan yang dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan lingkungan hidup.
5. Peraturan perundangan
bidang kehutanan
Ketersediaan peraturan perundang-undangan yang dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan sumberdaya hutan
6. Penegakan hukum Penegakan hukum secara adil dan konsisten jika terjadi
pelanggaran hukum
7. Pemerintah pusat Departemen Kehutanan
8. Kebijakan pemerintah
Provinsi dan Kabupaten
Sinkronisasi kebijakan Dinas Kehutanan Provinsi dan Dinas Kehutanan Kabupaten
9. Kerjasama lintas sektor
dan antar daerah
Koordinasi kerjasama antar sektor (misal: kerjasama dengan Dinas Pariwisata – Kimpraswil – Perhubungan) dan kerjasama antar kabupaten dalam satu kawasan
10. Kerjasama dengan
Negara Malaysia
Kerjasama dengan Pemeritah Malaysia dalam hal
pemberantasan illegal loging, pemasaran hasil hutan,
pariwisata, dan lain-lain.
11. Program reboisasi Program penanaman kembali hutan yang sudah mengalami
kerusakan (setelah penebangan)
12. Pemberdayaan
masyarakat di sekitar hutan
Program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat di sekitar kawasan hutan.
13. Penataan dan
pengukuhan kawasan
Penetapan dan pengukuhan kawasan hutan sesuai dengan peruntukkannya
14. Penyediaan lapangan
kerja
Penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan
15. Rehabilitasi lahan dan
tanah
Kegiatan yang dilakukan untuk rehabilitasi lahan dan tanah sehingga tidak mengalami degradasi (kerusakan).
16. Kegiatan ladang
berpindah
Kegiatan ladang yang dilakukan secara berpindah -pindah oleh masyarakat
17. Pengelolaan DAS Pengelolaan DAS sebagai suatu ekosistem secara terpadu
hulu-hilir
18. Ketersediaan sarana
dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana untuk pengamanan kawasan hutan
19. Pemasaran Pemasaran produk hasil hutan dengan harga yang layak.
20. Industri pariwisata alam Pemanfaatan sumberdaya hutan (terutama kawasan hutan,
flora dan fauna langka) sebagai obyek wisata.
21. Pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu
Pemanfatan sumberdaya hutan selain kayu, untuk kepentingan lain-lain.
22. Pengamanan hutan Kegiatan pengamanan hutan yang dilakukan oleh Polisi
Hutan, masyarakat, pemerintah, LSM, dan semua pihak yang terkait.
23. Perilaku dan budaya
masyarakat lokal
Perilaku dan budaya masyarakat lokal di sekitar kawasan hutan.
Hasil analisis prospektif terhadap 23 faktor yang perlu mendapat perhatian berdasarkan analisis kebutuhan seperti yang disajikan pada gambar 28 menunjukkan ada 9 faktor yang berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan sistem namun ketergantungan antar faktor tersebut rendah, yaitu 1) penegakan hukum, 2) pemberdayaan masyarakat disekitar hutan, 3) pengamanan hutan, 4) kegiatan ladang berpindah, 5) teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan, 6) pemanfaatan hasil hutan bukan kayu,7) penataan dan pengukuhan hutan, 8) penyediaan lapangan kerja, 9) program reboisasi, dan 4 faktor yang berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan sistem namun ketergantungan antar faktor tinggi, yaitu: 1) pemasaran, 2) kerjasama lintas sektor dan antar daerah, 3). Perilaku dan budaya masyarakat lokal, 4) kebijakan pemerintah provinsi dan kabupaten.
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
Penyediaan lapangan kerja Penataan dan pengukuhan kawasan Pemberdayaan masyarakat
Program reboisasi
Kerjasama dengan Malaysia Kerjasama lintas sektor dan antar daerah
Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota Pemerintah pusat
Penegakan hukum
Peraturan perundangan kehutanan
Dana
Peraturan perundangan LH Teknologi hasil hutan Teknologi mitigasi bencana kebakaran
Rehabilitasi lahan dan tanah Kegiatan ladang berpindah
Pengelolaan DAS
Sarana dan prasarana Pemasaran
Industri pariwisata alam
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu Pengamanan hutan
Perilaku dan budaya masyarakat
- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 - 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 Ketergantungan Pengaruh
Gambar 28. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan berdasarkan hasil analisa kebutuhan
Berdasarkan analisis keberlanjutan terdapat 21 atribut yang sensitif sebagaimana disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30. Atribut-atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan perbatasan.
No. Atribut Keterangan
1. Perlindungan biota
langka
Perlindungan terhadap semua biota langka agar tidak mengalami kepunahan.
2. Tingkat
kenanekaragaman biota
Tingkat keanekaragaman biota yang sangat tinggi akan menyebabkan keseimbangan ekosistem hutan.
3. Waktu suksesi hutan Waktu yang diperlukan untuk perubahan status hutan dari
hutan tersier – sekunder – primer.
4. Frekuensi kejadian kebakaran hutan Frekuensi kejadian kebakaran hutan yang menyebabkan kerusakan sumberdaya hutan di Kalimantan Barat
5. Kegiatan ladang
berpindah
Kegiatan ladang yang dilakukan secara berpindah-pindah oleh masyarakat
6.
Tingkat ketergantungan konsumen terhadap hasil hutan
Tingkat ketergantungan konsumen terhadap hasil hutan yang tinggi.
7. Besarnya pasar produk
hasil hutan
Tersedianya pasar produk hasil hutan, baik pasar lokal, nasional, regional, maupun internasional
8. Harga komoditas hasil
hutan
Harga komoditas hasil hutan yang layak sesuai dengan nilai yang sesungguhnya.
9. Tingkat pendapatan
masyarakat.
Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar kawasan hutan berpengaruh terhadap pengelolaan sumberdaya hutan
10. Pola hubungan
stakeholders.
Pola hubungan stakeholders yang saling menguntungan
(tidak monopoli) akan mendukung perkembangan industri hasil hutan.
11. Tingkat pendidikan
masyarakat.
Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan hutan yang rendah akan berpengaruh terhadap pengelolaan sumberdaya hu tan
12. Jarak pemukiman dengan kawasan hutan
Pemukiman masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan akan menyebabkan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan.
13. Ketersediaan teknologi
pengolahan hasil hutan
Ketersediaan teknologi industri pengolahan hasil hutan di Kalimantan Barat
14. Tingkat efisiensi industri
pengolahan hasil hutan
Tingkat efisiensi industri pengolahan hasil hutan
15. Standarisasi mutu produk
hasil hutan
Standarisasi mutu produk hasil hutan (seperti: Ekolabel dan ISO 9000)
16. Basis data sumberdaya
hutan
Ketersediaan basis data sumberdaya hutan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.
17. Teknologi mitigasi
bencana kebakaran
Ketersediaan teknologi pencegahan (mitigasi) bencana kebakaran hutan yang dipasang di sekitar kawasan hutan
18. Ketersediaan hukum
adat/agama
Hukum adat/agama yang dapat dipergunakan untuk mendukung hukum formal.
19. Sinkronisasi kebijakan
pusat dan daerah
Keterpaduan pelaksanaan kebijakan pusat dan daerah dalam p engelolaan sumberdaya hutan.
20. Intensitas pelanggaran
hukum (illegal loging)
Intensitas pelanggaran hukum terutama illegal loging yang
terjadi di kawasan perbatasan.
21. Frekuensi konflik Konflik kepentingan antar stakeholders dalam pengelolaan
disajikan pada gambar 29. Berdasarkan Gambar 29 menunjukkan terdapat 5 faktor yang berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan sistem dengan ketergantungan antar faktor tersebut rendah, yaitu: 1) perlindungan terhadap biota
langka, 2) ketersediaan basis data, 3) teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan,
4) frekuensi kejadian kebakaran hutan, dan 5) kegiatan ladang berpindah, dan 5
faktor yang berpengaruh besar terhadap pencapaian sistem namun ketergantungan antar faktor tinggi, yaitu: 1) intensitas pelanggaran hukum, 2) pola hubungan stakeholders, 3) harga komoditas hasil hutan, 4) besarnya pasar produk hasil hutan, 5) tingkat pendidikan masyarakat.
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
Tingkat efisiensi
Ketersediaan teknologi pengolahan Tingkat pendidikan masyarakat
Jarak pemukiman dengan kawasan hutan Pola hubungan stakeholder
Tingkat pendapatan masyarakat Harga komoditas hasil hutan
Pasar produk
Ketergantungan konsumen Perlindungan biota langka
Frekuensi kebakaran hutan
Kegiatan ladang berpindah
Tingkat keanekaragaman hayati Waktu suksesi hutan
Standarisasi mutu produk Ketersediaan basis data
Teknologi mitigasi bencana
Hukum adat/agama Singkronisasi kebijakan pusat-daerah
Pelanggaran hukum Frekuensi konflik - 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Ketergantungan Pengaruh
Gambar 29. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan berdasarkan analisis keberlanjutan
Pada tabel 31 disajikan faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar namun ketergantungan antar faktor rendah dan faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar dan ketergantungan antar faktor tinggi terhadap pengelolaan sumberdaya hutan diwilayah perbatasan berdasarkan analisis kebutuhan.
Tabel 31. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar namun ketergantungan antar faktor rendah dan faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar dan ketergantungan antar faktor tinggi terhadap pengelolaan sumberdaya hutan
diwilayah perbatasan berdasarkan analisis kebutuhan.
No. Faktor Keterangan
Kuadran 1
.1. Penegakan hukum Penegakan hukum secara adil dan konsisten
jika terjadi pelanggaran hukum
2. Pemberdayaan Masyarakat
disekitar hutan
Program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat di sekitar kawasan hutan.
.3. Pengamanan Hutan Kegiatan pengamanan hutan yang dilakukan
oleh Polisi Hutan, masyarakat, pemerintah, LSM, dan semua pihak yang terkait.
4. Kegiatan ladang berpindah Kegiatan ladang yang dilakukan secara
berpindah -pindah oleh masyarakat
5. Teknologi mitigasi bencana
kebakaran hutan
Ketersediaan teknologi pencegahan (mitigasi) bencana kebakaran hutan yang dipasang di sekitar kawasan hutan.
6. Pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu
Pemanfatan sumberdaya hutan selain kayu, untuk kepentingan lain-lain.
7. Penataan dan pengukuhan
hutan
Penetapan dan pengukuhan kawasan hutan sesuai dengan peruntukkannya
8. Penyediaan lapangan kerja Penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat di
sekitar kawasan hutan
9. Program reboisasi Program penanaman kembali hutan yang sudah
mengalami kerusakan (setelah penebangan) Kuadran 2
10. Pemasaran Pemasaran produk hasil hutan dengan harga
yang layak.
11. Kerjasama lintas sektor dan
antar daerah
Koordinasi kerjasama antar sektor (misal:
kerjasama dengan Dinas Pariwisata –
Kimpraswil – Perhubungan) dan kerjasama antar kabupaten dalam satu kawasan
12. Perilaku dan budaya
masyarakat lokal
Perilaku dan budaya masyarakat lokal di sekitar kawasan hutan.
13 Kebijakan pemerintah
Provinsi dan Kabupaten
Sinkronisasi kebijakan Dinas Kehutanan Provinsi dan Dinas Kehutanan Kabupaten
yang memiliki pengaruh besar dan ketergantungan antar faktor tinggi terhadap pengelolaan sumberdaya hutan diwilayah perbatasan berdasarkan analisis keberlanjutan
Tabel 32. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar namun ketergantungan antar faktor rendah dan faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar dan ketergantungan antar faktor tinggi terhadap pengelolaan sumberdaya hutan
diwilayah perbatasan berdasarkan analisis kebe rlanjutan.
No. Atribut Keterangan
Kuadran 1
1. Perlindungan biota langka
Perlindungan terhadap semua biota langka yang dilindungi oleh undang-undang agar tidak mengalami kepunahan.
2 Ketersediaan basis data
sumberdaya hutan
Ketersediaan basis data sumberdaya hutan yang dapat menjadi dasar dalam pengambilan
keputusan tentang pengelolaan sumberdaya hutan.
3. Teknologi mitigasi
bencana kebakaran hutan
Ketersediaan teknologi pencegahan (mitigasi) bencana kebakaran hutan yang dipasang di sekitar kawasan hutan
4. Frekuensi kejadian kebakaran hutan
Frekuensi kejadian kebakaran hutan yang menyebabkan kerusakan sumberdaya hutan di Kalimantan Barat (terutama pada musim kemarau)
5. Kegiatan ladang berpindah Kegiatan ladang yang dilakukan secara
berpindah-pindah oleh masyarakat Kuadran 2
6. Intensitas pelanggaran
hukum (illegal loging)
Intensitas pelanggaran hukum terutama illegal
loging yang terjadi di kawasan perbatasan yang menjadi penyebab utama kerusakan sumberdaya hutan.
7. Pola hubungan stakeholders.
Pola hubungan stakeholders dalam pengelolaan
sumberdaya hutan yang saling menguntungan (tidak monopoli) akan mendukung perkembangan industri hasil hutan.
8. Harga komoditas hasil
hutan
Harga komoditas hasil hutan yang layak sesuai dengan nilai yang sesungguhnya.
9. Besarnya pasar produk
hasil hutan
Tersedianya pasar produk hasil hutan, baik pasar lokal, nasional, regional, maupun internasional
10. Tingkat pendidikan
masyarakat.
Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan hutan yang rendah akan berpengaruh terhadap pengelolaan sumberdaya hutan
Pada Tabel 33 disajikan keterangan faktor-faktor yang memiliki korelasi definisi dan memiliki pengaruh besar namun ketergantungan antar faktor rendah serta faktor-faktor yang memiliki pengaruh be sar dan ketergantungan antar faktor tinggi terhadap pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan berdasarkan analisis kebutuhan dan analisis keberlanjutan.
analisis kebutuhan dan analisis keberlanjutan
Berdasarkan Analisis Kebutuhan Berdasarkan Analisa Keberlanjutan
No. Faktor Keterangan No. Faktor Keterangan
1.
Penegakan hukum
Penegakan hukum secara adil dan
konsisten. 1.
Intesitas pelanggaran hukum
Intensitas pelanggaran hukum yang terjadi di kawasan perbatasan 2. Pemberday-aan masyarakat Program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat. 2. Tingkat pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap pengelolaan sumberdaya hutan 3. Pengaman-an hutan Kegiatan pengamanan hutan yang dilakukan oleh Polisi Hutan, pemerintah, LSM, dan pihak yang terkait.
3. Frekuensi
kejadian kebakaran hutan
Frekuensi kejadian kebakaran hutan yang menyebabkan kerusakan sumberdaya hutan 4. Kegiatan ladang berpindah
Kegiatan ladang yang dilakukan secara berpindah-pindah oleh masyarakat 4. Kegiatan ladang berpindah
Kegiatan ladang yang dilakukan secara berpindah-pindah oleh masyarakat 5. Teknologi mitigasi bencana kebakaran Ketersediaan teknologi pencegahan (mitigasi) bencana kebakaran hutan. 5. Teknologi mitigasi bencana Ketersediaan teknologi pencegahan (mitigasi) bencana kebakaran hutan 6. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu Pemanfatan sumberdaya hutan selain kayu, untuk kepentingan lain-lain.
6. Besarnya
pasar produk hasil hutan
Tersedianya pasar produk baik lokal, nasional, regional, maupun internasional 7. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan. Penataan dan pengukuhan kawasan hutan sesuai dengan peruntukkannya
7. Perlindungan
biota langka
Perlindungan terhadap semua biota langka agar tidak mengalami kepunahan. 8. Penyediaan lapangan kerja Penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan 9.
Program reboisasi
Program penanaman kembali hutan yang sudah mengalami kerusakan . 8. Ketersediaan basis data sumberdaya hutan
Ketersediaan basis data sumberdaya hutan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan 10.
Pemasaran Pemasaran produk hasil
hutan dengan harga yang layak.
9. Harga komoditas hasil hutan
Harga komoditas hasil hutan yang layak sesuai dengan nilai yang sesungguhnya. 11. Kerjasama lintas sekto r dan antar daerah Koordinasi kerjasama antar sektor dan kerjasama antar kabupaten dalam satu kawasan
10. Pola
hubungan
stakeholders.
Pola hubungan
stakeholders yang saling menguntungan akan mendukung perkembangan industri hasil hutan. 12. Perilaku dan budaya masyarakat lokal
Perilaku dan budaya masyarakat lokal di sekitar kawasan hutan.
13. Kebijakan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sinkronisasi kebijakan Dinas Kehutanan Provinsi dan Dinas Kehutanan Kabupaten
diperoleh 14 faktor (9 faktor dari analisis kebutuhan dan 5 faktor dari analisis keberlanjutan) yang memiliki pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan antar faktor yang rendah. Selanjutnya faktor-faktor yang memiliki kesamaan digabungkan, sehingga faktor kunci/penentu gabungan menjadi 12 faktor seperti yang terlihat pada Tabel 34. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dianalisis tingkat kepentingannya kembali menggunakan Program Prospektif, sebagaimana disajikan pada Gambar 30.
Tabel 34. Faktor gabungan yang memiliki pengaruh besar namun ketergantungan antar faktor rendah terhadap pengelolaan sumberdaya hutan diwilayah perbatasan berdasarkan analisis keberlanjutan dan analisis kebutuhan.
No. Faktor Analisis kebutuhan No. Faktor Analisis keberlanjutan
1 Penegakan hukum
2 Pemberdayaan Masyarakat
disekitar hutan
3 Pengamanan Hutan
4 Kegiatan ladang berpindah Kegiatan ladang berpindah
5 Teknologi mitigasi bencana
kebakaran hutan
Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan
6 Pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu
7 Penataan dan pengukuhan
hutan
8 Penyediaan lapangan kerja
9 Program reboisasi
10. Perlindungan biota langka
11 Ketersediaan basis data
sumberdaya hutan
12. Frekuensi kejadian kebakaran hutan
Hasil analisis tingkat kepentingan antar faktor sebagaimana disajikan pada Gambar 30 menunjukkan bahwa terdapat enam faktor yang berpengaruh besar terhadap keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan, yaitu: 1. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, 2). Kegiatan ladang berpindah, 3. Teknologi mitigasi bencana kebakaran hutan, 4. Perlindungan biota
Keenam faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan merupakan faktor penentu terwujudnya pengelolaan sumberdaya hutan secara berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat.