KADIN Adakan Pertemuan Pra Rapimnas
KADIN adakan pertemuan pra Rapimnas KADIN 2009 yang dihadiri 23 Kadin Provinsi dan 17 Asosiasi/Himpunan pada 19/10/2009 di Jakarta.
Pada acara tersebut Adi Putra Tahir menjelaskan bahwa forum tersebut dapat dijadikan sarana brainstroming dan bahasan ekstrim serta target realistis yang akan dicapai.
“Forum ini diharapkan dapat mencapai kesepahaman sehingga pada saat Rapimnas Kadin 2009 serta Munassus 2010 sudah tidak ada pembahasan yang alot lagi. Salah satu aspek yang krusial adalah 1. Hubungan Kadin dengan Pemerintah, 2. Kadin dengan Asosiasi, 3. Mengoptimalkan peranan Sekretariat Kadin, 4. Pendaftaran anggota secara online, 5. Istilah keanggotaan untuk Asosiasi/Himpunan”.
Sementara Haryadi Sukamdani menyatakan bahwa pelaksanaan Rapimnas dapat mematangkan materi khususnya menyangkut perubahan AD/ART Kadin serta mengenai isu-isu strategis dalam dunia bisnis.
“Isue-isue yang strategis seperti Investasi, ketenagakerjaan, energi, perpajakan, reformasi birokrasi perlu untuk dipertajam sehingga bahan yang disiapkan oleh panitia dapat menjadi sebuah Rekomendasi yang bermanfaat bagi internal Organisasi dan eksternal kepada Pemerintah sekaligus menjadi bekal bagi awal pemerintahan periode 2009-2014”, kata Haryadi.
Pada acara tersebut dapat direncanakan bahwa pelaksanaan Rapimnas Kadin 2009 adalah akhir Nopember 2009 yang salah satunya menetapkan jadwal Munassus yang diperkirakan awal 2010. Terkait terpilihnya Ketua Umum menjadi Menteri Perindustrian, Presiden SBY mengijinkan untuk sementara jabatan Menteri dan Kadin dirangkap sementara selama 100 hari semenjak di kementerian, demikian Ketua Umum MS Hidayat menjelaskan. Hingga berita ini diturunkan, belum adanya penunjukan jabatan Plt. Ketua Umum Kadin Indonesia.
Terkait perubahan AD/ART Kadin, Direktur Eksekutif Hariadi Saptadji melakukan presentasi mengenai upaya harmonisasi peran dan fungsi Pengurus dan Sekretariat Kadin dalam AD/ART Kadin, UU No 1/1987 dan Keppres 16/2006.
Hariadi Saptadji Memaparkan mengenai rantai masalah yang terjadi selama ini dalam organisasi Kadin yang harus segera mendapatkan solusi, terutama mengenai jumlah anggota yang menurun serta peningkatan sarana dan mutu SDM .
“Tuntutan Peranan Kadin yang makin intensif, peningkatan kapasitas dan kompetensi pengurus, khusus di Sekretariat Kadin Indonesia berkembang organsiasi menjadi 24 WKU & 3 koordinator wilayah serta 170 Komite Tetap. Ini dapat menimbulkan adanya tuntutan pula terhadap peningkatan kapasitas dan kompetensi Sekretariat dalam
memberikan layanan praktis bagi anggota khususnya dan dunia usaha umumnya”, kata Hariadi.
(arief org / arie hms)
Highlight Rapimnas Kadin 2009
Kadin Indonesia Menggelar Rapat Pimpinan Nasional pada 3 Desember 2009 pukul 08.00-22.00 WIB di Golden Ballroom Hotel Sultan Jakarta. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa isu penting yang dibahas mengenai perkembangan dan kebijakan dunia bisnis di tanah air. Selain itu, pada acara ini pun dibahas mengenai ketentuan AD/ART Kadin yang meliputi tiga sidang komisi yakni sidang komisi organisasi, program kerja dan kebijakan strategis dan langkah taktis.
Berikut Highlight isu seputar penyelenggaraan Rapimnas Kadin 2009 :
1. Pelaksanaan Munas Khusus
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia MS Hidayat telah diangkat menjadi Menteri Perindustrian Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi izin kepada Hidayat untuk merangkap jabatan maksimal 100 hari masa kerja.
Pada pelaksanaan Rapimnas kemarin, pengurus Kadin Indonesia baik pusat maupun daerah, berkumpul menyelenggarakan Rapat Pimpinan Nasional. Salah satu agendanya melakukan perubahan AD/ART dan menentukan tanggal penyelenggaraan Munas Khusus.
Dalam Munas Khusus inilah, Akan disusun penyempurnaan anggaran dasar termasuk penyempurnaan pasal mengenai pemilihan Ketua Umum. Direncakan Munas Khusus ini akan digelar pada akhir Maret 2010.
Menurut Sofyan Wanandi, Calon pengganti M.S Hidayat menurut dia, adalah seseorang yang dikenal baik di Kadin, punya peran penting di Kadin, punya reputasi menjadi negosiator antara swasta dengan pemerintah.
"Tapi yang penting ada waktu untuk Kadin. Karena Kadin ini sangat besar, harus bisa menjalin komunikasi pusat hingga daerah," ujarnya.
Sepeninggal Hidayat, menurut Sofyan, ketua umum Kadin baru harus melanjutkan tantangan membangun ekonomi lebih maju dan mendatangkan investasi lebih banyak.
Menteri Perindustrian (Menperin) sekaligus Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat meminta Kadin bersiap menghadapi dampak kesepakatan perdagangan bebas, baik antara anggota ASEAN (ASEAN Free Trade Agreement/AFTA) maupun antara China dan ASEAN (China-ASEAN FTA/CAFTA) mulai 1 Januari 2010.
Hal yang perlu menjadi perhatian yakni dampak dari pelaksanaan FTA terhadap keberlangsungan usaha di Tanah Air. Karena itu, pengusaha harus bersiap diri untuk melakukan antisipasi, terutama menyelesaikan masalah dan hambatan teknis.
Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian, Riset dan Teknologi Kadin Rachmat Gobel mengatakan, "Pemerintah tetap harus melindungi pasar domestik. Peraturan (larangan impor produk tertentu) yang dibuat karena adanya kekhawatiran dampak dari pasar bebas harus diteruskan. Ini salah satu cara agar ekonomi kita tidak terimbas. Setelah ekspor kita yang menurun, maka kita berharap pasar domestik yang besar bisa dilindungi dari ancaman produk impor," kata Rachmat Gobel.
Dia lantas mengingatkan, dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan dan memunyai banyak garis perbatasan dengan negara tetangga, maka pemerintah harus meningkatkan penjagaan di daerah yang selama ini menjadi pintu masuk produk impor.
"Dalam menghadapi AFTA dan CAFTA, maka yang kita minta agar pemerintah menjaga pasar domestik, khususnya dari praktik-praktik perdagangan yang tidak fair," ucapnya.
Rachmat menambahkan sejauh ini kebijakan pemerintah untuk melindungi pasar domestik-salah satunya melalui Permendag No.56/2008 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu-telah efektif menekan angka impor ilegal produk yang diatur dan di sisi lain meningkatkan produksi industri.
Sejak diberlakukan, sambungnya, permendag tersebut juga ikut menekan impor ilegal sebanyak 10% dibandingkan dengan sebelumnya.
Namun ditegaskan dia, kebijakan tersebut harus diikuti oleh kebijakan-kebijakan lainnya, salah satunya adalah pemberlakuan SNI wajib sebagai salah satu cara untuk mendukung pertumbuhan industri domestik ketika pasar bebas dimulai.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan secara terpisah mengatakan dengan pemberlakuan tarif nol persen pada 2010 terkait berlakunya FTA Asean-China, maka beberapa kebijakan harus dikaji ulang untuk selanjutnya disesuaikan dengan kondisi yang baru.
Kendati mendukung sepenuhnya implementasi FTA Asean-China, Thomas menilai pembebasan tarif nol persen itu akan menimbulkan konsekuensi baru yang harus
ditanggung di mana beberapa kebijakan akan menjadi tidak relevan lagi dengan situasi yang ada.
Salah satu industri yang diproyeksikan terganjal dengan pemebrlakuan FTA ini adalah industri textil tanah air. Ironis, importir (produsen) produk tekstil asal China justru telah mengincar dua pasar di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta (Tanah Abang) dan Surabaya (Pasar Turi).
"Saya mendengar kabar dari para pedagang di Tanah Abang, produsen China sudah mau membeli satu lantai di Tanah abang, untuk memasarkan produk-produk dia," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjat saat ditemui di acara Rapimnas Kadin, Hotel Sultan, Kamis (3/12/2009).
Bahkan kata Ade, para produsen (importir) tekstil China tersebut telah merancang strategi, dengan memberikan dukungan dana atau pembiayaan bagi para pedagang yang bersedia menjual produk-produk tekstil asal China di kawasan Tanah Abang. Jika ini terjadi, maka membanjirnya produk China di Tanah Abang sebagai salah satu sentrapasar tekstil terbesar di Indonesia tak dapat terhindari.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif API Ernovian G. Ismy mengatakan sentra tekstil Tanah Abang banyak didominasi produk tekstil impor dimana produk impor menguasai 75% di pasar yang berlokasi di Jakarta Pusat itu, sedangkan produk lokal hanya 30%. Dari total produk impor sebanyak 80% umumnya berasal dari China.
Rachmat Gobel mengatakan, banyak kebijakan impor saat ini yang mengarah pada kemudahan impor barang jadi dibandingkan dengan bahan baku. Hal tersebut menyebabkan impor barang jadi membanjiri pasar domestik dan selanjutnya menyebabkan penguasaan pangsa pasar produk dalam negeri makin tergerus.
Oleh karena itu, industri di tanah air diharapkan dapat memberi nilai tambah terhadap suatu produk. Sehingga tidak berorientasi pada bahan baku saja, akan tetapi pada barang jadi yang memiliki nilai tambah.
3. Pakta Praktik Anti Suap
Kadin Indonesia kembali menyerukan gerakan anti suap. Seruan itu ditujukan untuk memperkuat eksistensi pakta integritas anti suap yang hingga saat ini telah diteken oleh 51 perusahaan.
"Dari 51 perusahaan yang meneken pakta integritas tersebut, yang sudah benar-benar menjalankan baru sekitar 15 perusahaan," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Corporate Governance dan Etika Bisnis, Mas Achmad Daniri.
Pakta integritas antisuap itu sebenarnya sudah ditandatangani sejak 2003 lalu. Sejumlah pengusaha besar terlibat di dalamnya. Sebut saja Mooryati Soedibyo (Mustika Ratu Group), Sofyan Wanandi (Gemala Group), M.S. Hidayat (pengusaha properti, sekarang
Menteri Perindustrian), Aksa Mahmud (grup Bosowa), Agus Kartasasmita (jasa konstruksi), Benny Sutrisno (pertekstilan), dan Anton J. Supit (persepatuan). Gerakan anti suap juga masuk dalam roadmap Kadin. Ditargetkan, pada 2015 mendatang Indonesia sudah menjadi negara antisuap.
4. Tax Holiday
Pengamat ekonomi Aviliani mendukung penuh usulan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang akan mengajukan kembali fasilitas bebas pajak (tax holiday).
"Tax holiday itu bagus terutama untuk investasi jangka panjang, misalnya sektor perkebunan tidak perlu dibedakan hak guna bangunan dan hak pakai, disamakan saja," katanya. Menurut dia, tiga sektor harus mendapat prioritas untuk mendapatkan fasilitas tax holiday, yaitu sektor pertanian (termasuk perkebunan dan perikanan), manufaktur, dan pertambangan. "Bayangkan saja, dari 17 proyek pertambangan, hanya satu yang laku. Berarti ada sesuatu yang salah," kata Aviliani.
Aviliani menambahkan, harus diberikan pada sektor dengan investasi dan permodalan besar dan bersifat jangka panjang. "Minimal lima tahun," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, dibutuhkan keinginan politik dari pemerintah untuk berani menyetujuinya. Agar, dia menambahkan, cap neoliberal yang selama ini melekat di Indonesia bisa dikurangi dengan keberpihakan pada sektor riil.
5. Kasus Bank Century
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan melakukan pengkajian lebih mendalam, terkait kasus Century yang belakangan ini merebak di pemberitaan.
"Dunia usaha perlu mencermati institusi hukum dan peradilan dalam titik nadir yang bisa membuat investor menjauh," kata Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia Suryo B Sulisto.
Begitu pun dengan institusi perbankan nasional, dia menambahkan, akibat kasus ini kepercayaan publik menjadi turun dan berdampak pada dunia usaha dan ekonomi. "Kadin harus lakukan kajian pada kasus ini, terutama dari perspektif dunia usaha," kata Suryo.
Setelah kajian selesai, Suryo menambahkan, harus disampaikan ke pengusaha dan pemerintah supaya yang berkembang bisa dicermati dengan jernih dan baik agar dapat diambil langkah yang diperlukan.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Investasi dan Perhubungan Chris Kanter juga melihat, kasus Century yang dikaitkan dengan perseteruan KPK dan Polri bisa membuat investor menunggu (wait and see) untuk masuk ke Indonesia. "Di mata investor, mereka mempertanyakan korupsi sudah tuntas belum. Tidak penting
siapa yang korupsi, mereka cuma lihat ada tidak perbaikan di dalam penegakan hukum dan langkah-langkah sistematisnya," ujar Chris.
6. Kebijakan Untuk UMKM
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan mendesak Rancangan Undang-undnag Lembaga Keuangan Mikro yang sempat ditolak masuk program legislasi nasional 2010, untuk tetap masuk pembahasan Dewan Perwakilan Rakyat.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang UMKM dan Koperasi Sandiaga Salahudin Uno mengaku masih ada kesempatan bagi Kadin untuk mengusulkan RUU ini lagi.
"Melalui rapimnas hari ini akan didesak lagi RUU lembaga keuangan mikro yang ditolak karena dianggap tidak urgen," kata Ketua Dewan Penasihat Kadin Sharif Cicip Sutardjo saat Rapimnas Kadin Indonesia di Jakarta, Kamis, 3 Desember 2009.
Cicip menjelaskan, bagi pengembangan usaha mikro di Indonesia, pembentukan lembaga keuangan mikro melalui undang-undang perlu direalisasi. Padahal, menurut dia, RUU ini juga merupakan rekomendasi dari National Summit yang digelar beberapa bulan lalu.
UMKM yang tidak punya legalitas, seperti status usaha dan status tanah, akan menghambat usaha mengakses perbankan dan pasar. Padahal, dia menambahkan dari 51,25 juta UMKM di Indonesia mayoritas usaha informal.
Data Kadin menyebutkan, dari 51,25 juta UMKM hanya 4,7 persen yang sudah memiliki akta notaris dan 1,7 persen yang berbadan hukum.
"Ketiadaan status hukum menyebabkan UMKM tidak bisa akses keuangan dan tidak bisa memenuhi kualifikasi tender," kata Cicip.
Karena itu, Kadin akan merekomendasikan kepada pemerintah untuk memberikan sertifikat tanah untuk UMKM secara gratis, terutama di Jawa.
Dilansir dari berbagai Media Nasional Elly (Vivanews)
Suhendra (Detik.com)
Maria Yosefina (Bisnis Indonesia)