• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Perhitungan dan Analisis Perkembangan Rasio dan Kinerja Keuangan

3. Rasio Efektifitas dan Efesiensi Pendapatan

5. rasio pertumbuhan.

Sehingga dari perhitungan rasio-rasio tersebut diatas maka akan dapat diperoleh hasil analisis kinerja keuangan Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam Sesudah Pemberlakuan Kebijakan Otonomi Daerah.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan atau selama kurun waktu tertentu dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Umar Husein (1997 : 56) mengatakan bahwa salah satu tanda suatu penelitian

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

itu berjenis deskriptif adalah adanya studi kasus pada penelitian tersebut, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan bersifat kualitatif dan kuantitaif yang terdiri dari :

1. Data Primer, berupa data yang diperoleh langsung dari pemerintah daerah atau data yang terjadi di lapangan penelitian dan kemudian akan diolah penulis.

2. Data sekunder, yang diperoleh dari sumber-sumber kepustakaan dan analisis dokumen meliputi Undang-undang Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah dan Laporan Realisasi APBD atau Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Nanggroe Aceh Darussalam dari tahun 2005-2007 yang bersumber dari Badan Pengawasan Pendapatan Daerah (BAPPEDA) dan juga bersumber dari situs

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Teknik Dokumentasi, yakni dengan melalui pencatatan dan fotokopi data-data yang diperlukan.

2. Teknik Kepustakaan, yakni dengan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan melalui buku-buku, literatur-literatur, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.

D. Metode Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif case study yaitu metode penganalisaan data dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

diklasifikasikan, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti.

Dalam hal ini analisis data akan dilakukan dengan menggunakan rasio yang telah disebutkan sebelumnya. Rasio yang digunakan yaitu :

1. Rasio derajat desentralisasi fiskal,

2. Rasio tingkat kemandirian keuangan daerah,

3. Rasio efektifitas dan efesiensi pendapatan asli daerah, 4. Rasio aktivitas (Rasio keserasian),

5. Rasio pertumbuhan.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus sampai dengan selesai. Objek penelitian akan dilakukan di Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam. Jadwal Penelitian ini dalam bentuk tabel terdapat pada lampiran.

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Pada awalnya Aceh pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh (1959-2001) yang kemudian berubah nama menjadi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009). Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu propinsi yang terletak dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan propinsi paling barat di Indonesia, Aceh memiliki otonomi yang di atur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan propinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.

Sejak zaman kemerdekaan sampai dengan masa reformasi (otonomi daerah diberlakukan pada masa reformasi) yaitu pada tahun 1999, Aceh telah mengalami beberapa

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

pemekaran wilayah hingga sekarang mencapai 5 pemerintahan kota dan 18 kabupaten yaitu sebagai berikut yaitu : Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Gayo Luwes, Kabupaten Naga Raya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie jaya, dan Kabupaten Simeulue.

Dan 5 Kota : Kota Banda Aceh, Kota Langsa, Kota Lhoksemawe, Kota Sabang, dan Kota Subussalam.

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara spesifik memiliki letak geografis yang sangat strategis, yaitu berada pada jalur lintas barat Negara Republik Indonesia yang terletak antara 2°-6° Lintang Utara dan antara 95°- 98° Bujur Timur, dan memiliki luas 55.390 km², maka Propinsi NAD juga menjadi Lintas Perdagangan Internasional dengan lambang Pancacita (dari bahasa Sansekerta, yang artinya “Lima cita-cita”).

B. Perhitungan dan Analisis Perkembangan Rasio dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam.

1. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Pendapatan Asli Daerah

Rasio Desentralisasi = x 100

Total Penerimaan Daerah

Rasio Pendapatan Asli Daerah Terhadap Penerimaan Daerah = Bagi Hasil pajak dan Bukan Pajak Untuk Daerah

x 100 Total Penerimaan Daerah

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

Tabel 4.1

Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Kabupaten-kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2004-2007

No Nama Daerah PAD/TPD (Tahun) BHPBP/TPD (Tahun) 2005 2006 2007 2005 2006 2007 1 Aceh Selatan 1,56% 2,17% 2,92% 25,69% 18,07% 12,62% 2 Aceh Tenggara 0,98% 0,86% 2,38% 26,95% 19,59% 10,78% 3 Aceh Barat 3,23% 3,58% 4,72% 25,33% 17,36% 12,14% 4 Aceh Besar 2,84% 2,62% 3,06% 21,34% 14,65% 10,45% 5 Aceh Tengah 2,16% 2,34% 3,97% _ 15,88% 7,89% 6 Aceh Utara 4,55% 9,78% 9,43% 45% 40,24% 41,86% 7 Aceh Timur 0,16% 1,63% 1,56% 38,20% 28,66% 23,53% 8 Aceh Tamiang 2,20% 2,18% 4,08% 38,49% 30,31% 20,39% 9 Aceh Singkil 1,81% 2,23% 1,78% 15,68% 18,14% 11,80% 10 Gayo luwes 0,49% 0,81% 1,44% 31,52% 23,95% 17,53% Rata-Rata 1 1,99% 2,82% 3,53% Rata-Rata 2 26,82% 22,68% 16,89%

Derajat desentralisasi fiskal digunakan untuk melihat kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan. Secara umum, semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai pengeluarannya sendiri akan menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan positif dapat diartikan

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

sebagai suatu kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah/otonomi khusus pada daerah tersebut.

Tabel 4.1 menunjukkan derajat desentralisasi fiskal Kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam setelah diberlakukan status otonomi khusus mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Sebagai hasilnya kita dapat melihat terjadinya peningkatan dan penurunan PAD dari tahun 2005-2007 yang menandakan terjadinya peningkatan dan penurunan kinerja keuangan pemerintah kabupaten-kabupaten di Propinsi NAD setelah diberlakukannya kebijakan otonomi khusus. Kabupaten-kabupaten yang mengalami peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah (TPD) mulai tahun 2005-2007 antara lain adalah kabupaten Aceh selatan, Aceh Barat, Aceh Tengah, Aceh Utara, dan Gayo Luwes. Sedangkan untuk kabupaten-kabupaten yang mengalami penurunan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah (TPD) antara lain adalah kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Aceh Singkil. Sehingga dengan adanya peningkatan dan penurunan pendapatan asli daerah (PAD) pada kabupaten-kabupaten di propinsi NAD juga menandakan bahwa terjadinya penurunan dan peningkatan kinerja pemerintahan yang terjadi selama tahun 2005-2007. Penurunan kinerja pemerintah tersebut diakibatkan karena adanya ketidakkonsistenan pemerintah dalam kinerjanya. Seperti adanya ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola pendapatan asli daerah, dan juga terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fiskal daerah, karena beberapa sumber penerimaan daerah misalnya Pajak dan Retribusi cenderung menurun, baik jenisnya maupun nominalnya.

Secara umum Kabupaten yang memiliki persentase PAD yang paling tinggi dimulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 adalah Aceh Utara sebesar 9,43% yang artinya tingkat perbandingan PAD terhadap TPD kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang paling baik atau kabupaten yang paling mampu untuk membiayai pengeluarannya sendiri.

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

Kemampuan kabupaten Aceh Utara untuk membiayai daerahnya sendiri didasarkan kepada kemampuan pemerintah kabupaten tersebut untuk mengumpulkan pendapatan asli daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk kabupaten yang memiliki persentase paling rendah mulai tahun 2005 sampai tahun 2007 adalah Gayo Luwes yaitu sebesar 1,44% yang artinya kabupaten tersebut memiliki pendapatan asli daerah yang sangat kecil dibandingkan total pendapatan daerah tersebut. Hal ini dikarenakan adanya berbagai faktor seperti luas kabupaten dan jumlah penduduk yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya, sehingga pendapatan asli daerah yang diperoleh dari penduduk misalnya iuran pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah menghasilkan total PAD dalam jumlah yang rendah/sedikit.

Untuk rasio BHPBP terhadap TPD pada kesepuluh kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam setelah diberlakukannya otonomi khusus mulai dari tahun 2005-2007 terjadi penurunan. Hal ini dikarenakan kabupaten di propinsi NAD menerapkan otonomi khusus sehingga dana yang disetorkan ke pemerintah pusat tidak seluruhnya, sebagian dana digunakan untuk pengembangan daerah di NAD, sehingga dana yang dikembalikan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah pun semakin tahun semakin berkurang.

Berdasarkan interval kriteria kinerja keuangan hasil penemuan tim Fisipol UGM (Tabel 2.4), maka kita dapat menyimpulkan bahwa persentase derajat desentralisasi fiskal untuk rasio pendapatan asli daerah (PAD) terhadap total penerimaaan daerah (TPD) pada sepuluh kabupaten yang berada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang diteliti mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 berada pada posisi sangat kurang. Hal tersebut menandakan bahwa pada kabupaten-kabupaten tersebut kinerja keuangan pemerintahannya masih sangat kurang.

Kualitas pemerintahan, yang merupakan variabel gabungan dari partisipasi masyarakat, orientasi pemerintah, pembangunan sosial, dan manajemen ekonomi (makro)

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

berhubungan positif dengan derajat desentralisasi fiskal. Artinya, semakin tinggi derajat desentralisasinya maka semakin baik pula partisipasi masyarakatnya, orientasi pemerintah, pembangunan sosial, dan manajemen ekonomi (makro). Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pemerintahan pemerintah Kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi NAD setelah diberlakukannya status otonomi khusus masih kurang baik.

2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Pendapatan Asli Daerah

Rasio Kemandirian = x 100

Bantuan Pemerintah Pusat/ Propinsi dan Pinjaman

Tabel 4.2

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kabupaten-kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

No Nama daerah PAD/BP(P)P (Tahun)

2005 2006 2007 1. Aceh Selatan 2,22% 2,88% 3,68% 2. Aceh Tenggara 1,44% 1,08% 0,48% 3. Aceh Barat 4,91% 4,84% 6,01% 4. Aceh Besar 4,27% 2,25% 3,79% 5. Aceh Tengah 0 2,99% 5,47% 6. Aceh Utara 26,18% 47,47% 42,06% 7. Aceh Timur 1,06% 2,36% 2,23% 8. Aceh Tamiang 4,09% 0,51% 7,11% 9. Aceh Singkil 2,86% 2,80% 2,33% 10. Gayo Luwes 0,75% 1,08% 1,83% Rata-Rata 4,77% 6,81% 7,49%

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi.

Tabel 4.2 menunjukkan rasio tingkat kemandirian keuangan kabupaten-kabupaten di propinsi NAD setelah diberlakukannya kebijakan otonomi khusus mulai dari tahun 2005- 2007. Untuk kabupaten Aceh Selatan dimulai dari tahun 2005 rasio ini menunjukkan persentase sebesar 2,22% kemudian pada tahun 2006 persentasenya sebesar 2,88% yang artinya adalah adanya kenaikan kinerja keuangan pemerintah kabupaten Aceh Selatan yang menandakan tingkat ketergantungan pemerintah kabupaten Aceh Selatan terhadap pemerintah pusat semakin berkurang, dan penurunan ketergantungan pemerintah kabupaten Aceh Selatan terhadap pemerintah pusat juga semakin tampak pada persentase tahun 2007 sebesar 3,68%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemerintah kabupaten Aceh Selatan berupaya mengurangi ketergantungan atas sumber dana eksternal dengan cara mengoptimalkan pendapatan ataupun mengelola sumber pendapatan lainnya.

Untuk pemerintah kabupaten Aceh Tenggara tahun 2005 dan 2006 persentasenya adalah 1,44% dan 1,08%. Persentase tersebut menunjukkan adanya penurunan tingkat kemandirian keuangan daerah kabupaten Aceh Tenggara, hal tersebut menandakan bahwa daerah tersebut semakin bergantung pada pemerintah pusat ataupun bantuan eksternal lainnya. Persentase tersebut juga semakin menurun di tahun 2007 yang menunjukkan daerah

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

tersebut semakin lebih bergantung lagi pada pemerintah pusat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut menandakan bahwa daerah tersebut mengalami penurunan kinerja dalam hal meningkatkan pendapatan asli daerahnya, berarti daerah ini membutuhkan pengoptimalan pendapatan yang ada di daerahnya.

Untuk pemerintah kabupaten Aceh Barat mulai tahun 2005 persentasenya sebesar 4,91%, tahun 2006 turun menjadi 4,84% dan tahun 2007 persentasenya naik kembali sebesar 6,01%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja keuangan pemerintah kabupaten Aceh Barat meskipun pada tahun 2006 sempat mengalami penurunan. Sehingga menandakan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah kabupaten Aceh Barat terhadap pemerintah pusat semakin berkurang dari tahun ke tahun.

Untuk pemerintahan kabupaten Aceh Besar pada tahun 2005 persentasenya sebesar 4,27%, tahun 2006 turun menjadi 2,25%, dan tahun 2007 persentasenya kembali naik menjadi 3,79%. Meskipun kenaikannya tetap rendah apabila dibandingkan dengan persentase tahun 2005, namun pemerintah kabupaten Aceh Besar tetap terus berusaha agar kinerja keuangannya terus mengalami kenaikan agar kabupaten tersebut tidak bergantung dengan pemerintah pusat yaitu dengan cara terus mengelola pendapatan asli daerah dengan lebih optimal.

Untuk kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2005 persentasenya tidak dapat dihitung karena pada laporan APBDnya tidak dicantumkan berapa besarnya jumlah dana bantuan yang diberikan pemerintah pusat kepada kabupaten Aceh Tengah sehingga kita tidak dapat mengetahui apakah pada tahun tersebut kinerja keuangan kabupaten Aceh Tengah mengalami kenaikan/penurunan yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat seberapa besar tingkat ketergantungan kabupaten aceh tengah terhadap pemerintah pusat. Selanjutnya pada tahun 2006 persentasenya sebesar 2,99% tahun 2007 sebesar 5,47% artinya adanya kenaikan

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

kinerja keuangan pemerintah kabupaten Aceh Tengah yang menandakan tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat semakin berkurang.

Untuk kabupaten Aceh Utara tahun 2005 persentasenya sebesar 26,18%, tahun 2006 naik menjadi 47,47% dan pada tahun 2007 persentasenya turun kembali menjadi 42,06%. Meskipun pada tahun 2007 kinerja keuangan kabupaten Aceh Utara mengalami penurunan, namun kabupaten Aceh Utara tetap dapat dikatakan kabupaten yang mandiri atau tidak terlalu bergantung pada pemerintah pusat, hal ini dikarenakan PAD yang dihasilkan kabupaten Aceh Utara jauh lebih besar dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya. Sehingga kabupaten Aceh Utara merupakan kabupaten yang memiliki tingkat kemandirian yang paling tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kabupaten Aceh Utara mengurangi ketergantungan atas sumber dana eksternal dengan cara mengoptimalkan pendapatan yang dihasilkan daerah dan mengelola pendapatan lainnya.

Untuk kabupaten Aceh Timur tahun 2005 persentase rasionya sebesar 1,06%, tahun 2006 naik menjadi 2,36%, yang artinya adalah adanya kenaikan kinerja keuangan pemerintah Aceh Timur, sehingga menandakan tingkat ketergantungan kabupaten Aceh timur terhadap Pemerintah pusat semakin berkurang. Tetapi pada tahun 2007 persentase rasionya turun menjadi 2,23% yang menandakan bahwa kabupaten Aceh Timur masih tetap bergantung pada pemerintah pusat, yang artinya adanya penurunan kinerja keuangan dalam hal peningkatan pendapatan asli daerah, sehingga dengan demikian pengoptimalan PAD di kabupaten Aceh Timur harus lebih dikelola dengan lebih baik lagi.

Untuk kabupaten Aceh Tamiang tahun 2005 persentase rasionya sebesar 4,09%, tahun 2006 sebesar 0,51% persentase tersebut menunjukkan adanya penurunan tingkat kemandirian keuangan kabupaten Aceh Tamiang, hal tersebut menandakan bahwa kabupaten tersebut semakin bergantung pada pemerintah pusat ataupun bantuan eksternal lainnya. Pada tahun 2007 persentase tersebut naik yaitu sebesar 7,11% hal ini menunjukkan bahwa kabupaten

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

Aceh Tamiang mengalami kenaikan kinerja keuangan sehingga tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat menurun.

Untuk pemerintah kabupaten Aceh Singkil tahun 2005 dan 2006 persentasenya adalah 2,86% dan 2,80%. Persentase tersebut menunjukkan adanya penurunan tingkat kemandirian keuangan daerah kabupaten Aceh Singkil, hal tersebut menandakan bahwa daerah tersebut semakin bergantung pada pemerintah pusat ataupun bantuan eksternal lainnya. Persentase tersebut juga semakin menurun di tahun 2007 yaitu sebesar 2,33% yang menunjukkan daerah tersebut semakin lebih bergantung lagi pada pemerintah pusat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut menandakan bahwa daerah tersebut mengalami penurunan kinerja dalam hal meningkatkan pendapatan asli daerahnya, berarti daerah ini membutuhkan pengoptimalan pendapatan yang ada di daerahnya.

Dan terakhir Untuk kabupaten Gayo Luwes dimulai dari tahun 2005 rasio ini menunjukkan persentase sebesar 0,75% kemudian pada tahun 2006 persentasenya sebesar 1,08% yang artinya adalah adanya kenaikan kinerja keuangan pemerintah kabupaten Gayo Luwes yang menandakan tingkat ketergantungan pemerintah kabupaten Gayo Luwes terhadap pemerintah pusat semakin berkurang, dan penurunan ketergantungan pemerintah kabupaten Gayo Luwes terhadap pemerintah pusat juga semakin tampak pada persentase tahun 2007 sebesar 1,83%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemerintah kabupaten Gayo Luwes berupaya mengurangi ketergantungan atas sumber dana eksternal dengan cara mengoptimalkan pendapatan ataupun mengelola sumber pendapatan lainnya.

Secara keseluruhan seluruh kinerja keuangan pemerintahan kabupaten-kabupaten di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam setelah diberlakukannya otonomi khusus mengalami peningkatan dari tahun 2005-2007 yang berarti kabupaten-kabupaten tersebut berupaya mengurangi ketergantungannya pada pemerintah pusat ataupun dana eksternal berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

rasio kemandirian dari tahun 2005-2007 yang terus mengalami kenaikan. Walaupun mengalami peningkatan persentase yang tidak begitu besar, ini merupakan langkah yang cukup baik didalam membenahi diri untuk menciptakan suatu kemandirian keuangan daerah yang optimal. Peningkatan ini juga menunjukkan adanya tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat dari Kabupaten-Kabupaten di Propinsi NAD dalam pembangunan daerah dan dalam pembayaran pajak dan retribusi daerah, pembagian laba atas hasil pengelolaan kekayaan daerah serta pemasukan dari pendapatan asli daerah yang sah yang meningkat. Sehingga dari sini, masyarakat memberikan pengharapan yang cukup besar terhadap peran dan fokus dari pemerintahan kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi NAD untuk menciptakan dan memberikan tingkat kesejahteraan yang semakin membaik pula.

Sehingga hal ini akan memberikan penggambaran yang baik kepada pemerintah pusat atas pemberian status otonomi khusus kepada kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi NAD, bahwa kinerja keuangan pemerintah setempat dalam hal kemandirian keuangan daerah semakin menunjukkan trend yang positif setiap tahunnya.

3. Rasio Efektifitas dan Efesiensi Pendapatan Asli Daerah

Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Rasio efektifitas =

Target Penerimaan PAD yg Ditetapkan Berdasarkan Potensi Riil Daerah

Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD Rasio efisiensi =

Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Tabel 4.3

Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

Tabel 4.4

Rasio Efesiensi Pendapatan Asli Daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tahun 2004-2007

No. Nama Daerah Rasio Efesiensi

2005 2006 2007

Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi

1 Aceh Selatan 0 28,18 46,6 0 1,15 0,78 2 Aceh Tenggara 0 4,59 1,05 0,47 0,43 0,45 3 Aceh Barat 0 20,12 0,31 18,83 0,16 0,20 4 Aceh Besar 0 20,98 1,13 0,40 0,26 0,33 5 Aceh Tengah 0 0,04 0,73 10,91 0,33 0,46 6 Aceh Utara 0 248,22 10,2 74,9 0,69 0,61 7 Aceh Timur 0 41,63 0 49,83 0 0 8 Aceh Tamiang 0 23,86 2,55 54,65 1,72 2,65 9 Aceh Singkil 0 36,87 0,75 19,96 0,63 3,24 10 Gayo Luwes 0 0,01 21,66 21,85 2,33 2,18 Rata-Rata 0 42,45 9,44 27,9 7,7 1,21

Berdasarkan atas hasil perhitungan yang dapat dilihat dari tabel 4.3 diatas dapat digambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah

No Nama Daerah 2005 2006 2007 1. Aceh Selatan 0,77 0 0,82 2. Aceh Tenggara 0,52 0,31 0,80 3. Aceh Barat 1,11 0,81 0,81 4. Aceh Besar 0,58 1,3 0,79 5. Aceh Tengah 0,73 1,01 0,72 6. Aceh Utara 1,00 2,17 1,12 7. Aceh Timur 1,13 1,04 0,32 8. Aceh Tamiang 0,68 0,76 0,64 9. Aceh Singkil 0,45 0,86 0,37 10. Gayo Luwes 0,31 0,46 1,06 Rata-Rata 0,62 0,96 0,74

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh Darussalam, 2010.

yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (efektifitas). Dari hasil perhitungan rata-rata rasio efektifitas tahun 2005-2007 Sepuluh Kabupaten yang berada pada propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sesudah diberlakukannya otonomi khusus yaitu diawali pada tahun 2005 rasio efektifitas sebesar 0,62 dan kemudian mengalami kenaikan di tahun 2006 menjadi 0,96 dan pada tahun 2007 rasio efektifitas mengalami penurunan menjadi 0,74. Pada dasarnya didalam analisis rasio efektifitas diketahui bahwa kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Melalui hasil perhitungan diatas dapat digambarkan kemampuan kabupaten- kabupaten yang berada di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam didalam menjalankan tugasnya walaupun masih menunjukkan keadaan kurang stabil karena masih mengalami rasio naik turun setiap tahun namun rata-rata selama kurun waktu 3 tahun yang dimulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 sesudah pemberlakuan kebijakan otonomi khusus. Untuk rasio efektifitas terdapat beberapa kabupaten yang berada pada propinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menunjukkan hasil yang efektif misalnya untuk kabupaten Aceh Barat pada tahun 2005 rasio efektifitasnya mencapai 1 (satu) yaitu sebesar 1,11 dan kabupaten Aceh besar pada tahun 2006 rasio efektifitasnya sebesar 1,3 dan pada tahun 2006 kabupaten Aceh Tengah rasio efektifitasnya juga mencapai 1 (satu) yaitu sebesar 1,01 dan kabupaten Aceh Utara pada tahun 2005 rasio efektifitasnya sebesar 1,00 kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 2,17 dan pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 1,12 dan untuk kabupaten Aceh Timur pada tahun 2004 dan 2005 rasio efektifitasnya juga mencapai 1 (satu) yaitu sebesar 1,13 dan 1,04 dan kabupaten Gayo Luwes pada tahun 2007 rasio efektifitasnya juga mencapai 1 (satu) yaitu sebesar 1,06.

Dora Detisa : Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Naggroe Aceh

Dokumen terkait