• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Rasio Efisiensi Protein

Rasio efisiensi protein diperoleh dengan cara menghitung pertambahan bobot badan dibagi dengan konsumsi protein (Anggorodi, 1994). Pertambahan bobot badan disebabkan oleh ketersediaan asam amino pembentuk jaringan sehingga konsumsi protein kasar ransum berhubungan langsung dengan pertumbuhan. Hal ini berarti bahwa protein yang berkualitas baik akan meningkatkan pertambahan bobot badan dari setiap unit protein yang dikonsumsi (Hanafiasti et al., 2006). Adapun data pertambahan bobot badan dapat dilihat dalam tabel 5 berikut :

Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Badan selama Penelitian (gram/35 hari)

P Ulangan Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata (P<0,01).

Berdasarkan data konsumsi protein (tabel 4) dan pertambahan bobot badan (tabel 5), maka diperoleh rataan rasio efisiensi protein pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Rataan Rasio Efisiensi Protein

Perlakuan Ulangan Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata (P<0,01).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap rasio efisiensi protein. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa nilai rasio efisiensi protein yang mendapat perlakuan tepung

daun pepaya memiliki tingkat rasio efisiensi protein yang lebih besar dibandingkan pakan tepung kunyit atau campuran keduanya tetapi tidak memberikan pengaruh nyata dengan kontrol.

Nilai rasio efisiensi protein pada perlakuan tepung kunyit sebesar 2,94.

Ratan tersebut masih menunjukkan hasil yang tidak nyata dengan kontrol. Hasil ini diduga akibat kandungan minyak atsiri dan yang merupakan salah satu zat aktif kunyit telah hilang pada proses penepungan. Senyawa aktif yang terdapat dalam kunyit seperti minyak atsiri, kurkumin, dan oleoresin rentan hilang, berkurang atau bahkan rusak akibat penggilingan dan pemanasan (Natsir et el., 2013), yang mana proses penepungan kunyit pada penelitian ini dilakukan pemanasan menggunakan oven dan penggilingan menggunakan grinder. Hal ini sejalan dengan pendapat Kristio (2007) yang menyatakan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang terkandung dalam tanaman kunyit yang bersifat mudah menguap dan tidak larut dalam air, sehingga dengan penambahan tepung kunyit dalam ransum belum dapat meningkatkan rasio efisiensi protein ayam broiler.

Rataan rasio efisiensi protein tepung daun pepaya dan pakan kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan karena konsumsi protein dan pertambahan bobot badan pada perlakuan tepung daun pepaya yang tidak menunjukkan hasil yang signifikan juga. Mahfudz et al. (2010) menyatakan bahwa rasio efisiensi protein dipengaruhi oleh dua hal yaitu konsumsi protein dan pertambahan bobot badan. Iqbal et al., (2012) menyatakan bahwa jumlah konsumsi protein berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan badan, ini disebabkan karena pertambahan bobot badan tersebut berasal dari sintesis protein tubuh yang berasal dari protein yang dikonsumsi.

Nilai rasio efisiensi protein perlakuan tepung daun pepaya sebesar 3,24. Hal ini sebabkan kandungan enzim papain yang terdapat pada tepung daun pepaya merupakan sumber enzim protease dapat memecah protein kasar pakan yang kemudian akan diserap oleh usus. Sehingga akan meningkatkan kecernaan atau retensi protein, serta memperbaiki pertambahan bobot badan ayam broiler. Papain adalah enzim proteolitik yang berfungsi sebagai katalis dalam mempercepat pencernaan protein, memecah berbagai makanan yang mengandung protein menjadi asam-asam amino sehingga mudah diserap (Purnomo 2006).

Enzim papain juga memiliki kemampuan untuk membentuk protein baru yaitu plastein dan enzim proteolitik yang dapat meningkatkan efisiensi proses pencernaan. Hal ini didukung oleh pendapat Fitasari (2012) yang menyatakan bahwa penggunan enzim protease yang ada dalam enzim papain menghasilkan viskositas yang rendah. Viskositas yang rendah mengindikasikan adanya perubahan nutrisi pakan menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana, sehingga mengakibatkan proses penyerapan nutrien oleh villi-villi usus menjadi lebih mudah.

Perlakuan P3 dengan kombinasi tepung kunyit dengan tepung daun pepaya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasio efisiensi protein. Nilai REP P3 (2,94) tidak berbeda nyata dengan pakan kontrol (3,10). Hasil tidak nyata ini diduga kandungan zat antinutrisi pada tepung kunyit yaitu tannin dan saponin. Zat antinutrisi tersebut dapat mengikat protein, zat-zat mineral sehingga pemanfaatan gizi dalam bahan pakan oleh ternak menjadi berkurang sehingga menutupi efek positif dari zat aktif daun papaya. Sejalan dengan pendapat Istirahayu (1993) yang menyatakan persentase tanin yang mencapai 1,35 % dapat menurunkan

pertumbuhan bobot badan ayam broiler, yang tentunya akan menurunkan juga nilai REP-nya.

Rataan REP pada penelitian ini adalah 2,94-3,24 masih lebih baik dibandingkan hasil penelitian Mide dan Harifah (2013) yang melaporkan bahwa imbangan efisiensi protein ayam broiler sebesar 2,05-2,46 dengan pemberian tepung daun katuk sampai level 3% dan energi metabolisme sebesar 3004 kkal/kg serta protein 18%. Tetapi lebih rendah dibandingkan penelitian Hutapea (2003) yang melaporkan bahwa nilai REP ayam broiler dengan penambahan lisin 3%

dalam ransum sebesar 3,56 dengan nilai energi metabolis sebesar 2896,59 kkal/kg Nilai REP menunjukkan efisiensi penggunaan protein untuk pertumbuhan.

Semakin tinggi nilai REP berarti semakin efisien ternak menggunakan protein, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh juga pada pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1995) bahwa semakin tinggi nilai rasio efisiensi protein, maka semakin efisien ternak memanfaatkan protein yang dikonsumsi.

Wahju (1997) menambahkan nilai rasio efisiensi protein dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, lama waktu percobaan dan kadar protein ransum. Bertambahnya umur ayam akan menurunkan rasio efisiensi protein karena pertumbuhan sudah menurun tetapi konsumsi ransum terus meningkat sehingga efisiensi protein menurun.

Tahap II

1. Retensi Protein

Retensi protein diperoleh dengan menghitung selisih konsumsi protein kasar dengan protein yang diekskresikan kemudian dibagi konsumsi protein yang hasilnya dikalikan 100% (Scott et al., 1982). Semakin sedikit protein yang

dikeluarkan bersama ekskreta , maka semakin baik nilai retensi protein (daya cerna).

Berdasarkan hasil data konsumsi protein kasar (Lampiran 2) dan protein kasar ekskreta (Lampiran 12) dapat diperoleh bahwa rataan retensi protein kasar ransum ayam broiler yang diberi perlakuan tepung kunyit dan tepung daun pepaya pada Tabel 7 .

Tabel 7. Rataan retensi protein kasar ransum ayam broiler (%)

Perlakuan Ulangan Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan

yang nyata (P<0,05).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap retensi protein. Hubungan antara perlakuan dapat diketahui dengan uji lanjut berganda Duncan yang menunjukkan bahwa retensi protein yang diberi perlakuan tepung daun pepaya (P2) memberikan pengaruh berbeda nyata dibandingkan dengan pakan kontrol (P0), pakan dengan pemberian tepung kunyit (P1) dan campuran keduanya (P3).

Perlakuan P2 dengan pemberian tepung daun pepaya (P2) yaitu (90,09%) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap retensi protein dibandingkan dengan pakan kontrol (83,19%). Hal ini dikarenakan daun pepaya kaya akan alkaloid dan enzim proteolitik seperti papain, khimopapain dan lisozim, yang mana enzim papain dalam ransum dapat membuat sistem pencernaan ternak lebih mudah dalam mencerna protein sehingga protein yang terbuang bersama ekskreta semakin sedikit sehingga penyerapan protein menjadi optimal. Daun pepaya kaya

berperan pada proses pencernaan dan mempermudah kerja usus (Kamaruddin dan Salim, 2006). Plumstead dan Cowieson (2008) menyatakan bahwa fungsi enzim protease adalah untuk mencegah kehilangan asam-asam amino endogenous.

Sehingga dengan pemanfaatan nutrisi yang lebih banyak akan diserap oleh tubuh.

Perlakuan dengan pemberian tepung kunyit (P1) tidak berbeda nyata terhadap retensi protein. Nilai P1 (80,94%) tidak berbeda nyata dengan Pakan kontrol (83,19%). Penambahan tepung kunyit yang mengandung minyak atsiri dan kurkumin belum mampu mengubah proses fisiologis pencernaan sehingga belum dapat meningkatkan retensi protein. Hal ini diakibatkan hilangnya zat aktif yang ada pada kunyit pada saat proses penepungan.

Senyawa aktif yang terdapat dalam kunyit seperti minyak atsiri, kurkumin, dan oleoresin rentan hilang, berkurang atau bahkan rusak akibat penggilingan dan pemanasan (Natsir et el., 2013). Pengolahan tepung kunyit pada penelitian ini yaitu: pencucian dengan air bersih, selanjutnya dilakukan perajangan untuk memperkecil ukuran kunyit, dikeringanginkan kurang lebih 1 jam untuk mengurangi kadar air, kunyit kemudian di oven selama 24 jam dengan suhu 600C, dihaluskan dengan menggunakan grinder dan yang terakhir dilakukan pengayakan untuk mendapatkan tepung kunyit. Serangkain roses pengolahan tersebut diduga mengurangi kandungan zat aktif pada kunyit tersebut.

Natsir, et al (2016) menyatakan bahwa kunyit yang dienkapsulasi mampu melindungi zat aktif terhadap kerusakan selama proses pengeringan menjadi bentuk tepung yang pengolahannya hanya dikeringkan tanpa adanya enkapsulan.

Kandungan minyak atsiri dan kurkumin pada bentuk tepung 0,197% dan 2,356%

sedangkan pada bentuk enkapsulasi adalah 0,351% dan 3,112%.

Agusta (2000) menyatakan bahwa minyak atsiri dapat meningkatkan relaksasi usus halus (memperbaiki saluran pencernaan), beberapa khasiat kunyit dapat memperkuat lambung dan penambah nafsu makan. namun fenomena itu tidak terjadi pada penelitian ini. Retensi protein dengan perlakuan tepung kunyit (81,56%) angka yang masih terbilang normal sesuai pendapat Wahju (1997) yang menyatakan bahwa protein kasar dari bahan penyusun ransum yang dipergunakan dalam ransum unggas mempunyai kecernaan 75-90 %.

Perlakuan P3 (kombinasi tepung kunyit dan tepung daun pepaya) tidak berbeda nyata terhadap retensi protein. Nilai retensi protein P3 (84,12%) tidak berbeda nyata dengan pakan kontrol. Hal ini diduga karena kandungan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi (tannin dan saponin) dari tepung kunyit.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Data rekapitulasi seluruh perlakuan dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Penelitian Perlakuan Konsumsi protein

Berdasarkan data rekapitulasi di atas perlakuan tepung kunyit, tepung daun papaya dan kombinasi keduanya tidak dapat meningkatkan konsumsi protein dan rasio efisiensi protein pada ayam broiler. Tetapi pemberian 2,5% tepung daun pepaya dalam ransum dapat meningkatkan retensi protein pada ayam broiler.

Dokumen terkait