• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasio Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period)

Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba

3. Rasio Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period)

Rasio rata-rata pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama rata-rata waktu mengumpulkan piutang yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dapat dikatakan semakin kecil hari yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengumpulkan piutangnya maka semakin baik untuk perusahaan. Perjelasan perhitungan rasio terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Avarege Collection Period Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Hari) 2008 2009 2010 2011 2012 Piutang 3.733 4.882 13.619 16.323 34.665 Pendapatan Administrasi 294.980 405.281 481.863 631.147 663.747 Hari 360 360 360 360 360 Average Collection Period Ratio 4,56 4,34 10,18 9,31 18,80

Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)

Nilai rata-rata sebelum menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 8 hari dalam satu periode, artinya bahwa perusahaan dapat melakukan pengumpulan piutang sebanyak kurang lebih 45 kali dalam satu tahun (360/8). Sedangkan nilai rata-rata setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 19 hari, artinya waktu pengumpulan piutang PT Pegadaian (Persero) dapat disimpulkan lebih lama dibandingkan dengan waktu pengumpulan piutang saat sebelum menjadi PT Pegadaian (Pesero). Hal ini disebabkan karena meningkatnya piutang klaim asuransi yang merupakan piutang kepada PT Asuransi Jasa Indonesia (Pesero) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) berkenaan dengan pengajuan klaim atas penggantian kerugian terhadap barang jaminan dan klaim atas kerugian kredit dan Syariah yang masih dalam proses terhadap barang jaminan.

Dalam penilaian aspek keuangan standart kesehatan BUMN, pegadaian mencapai nilai bobot pada collection periods sebesar 19 hari. Hal ini menunjukan bahwa dengan angka 15 < hari <=20 memiliki skor 3. Nilai skor yang didapatkan dari hasil perhitungan akan diakumulasi menjadi total skor yang diharapkan mencapai standar kesehatan dengan kategori sehat.

Rasio Profitabilitas

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan yang maksimal. Rasio ini dapat memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari pendapatan investasi dan penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah net profit margin, gross profit margin, return on investment (ROI) dan return on equity (ROE). Terlihat perkembangan rasio profitabilitas terdapat pada Gambar 10.

2008 2009 2010 2011 2012

Net Profit Margin 21.44 19.87 21.94 22.36 24.36 Gross Profit Margin 30.75 27.79 30.06 30.33 33.37

ROA 5.83 5.03 5.82 5.63 6.5 ROE 32.32 31.43 35.79 36.21 35.46 0 5 10 15 20 25 30 35 40 P e rs e nt a se (% )

Rasio Profitabilitas

Gambar 10 Rasio Profitabilitas PT Pegadaian (Persero)

Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat perkembangan rasio profitabilitas PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Perkembangan rasio profitabilitas pada net profit margin, gross profit margin, ROA dan ROE bergerak fluktuatif.

1. Net Profit Margin

Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan pendapatan usaha. Rasio ini dapat menunjukan pendapatan bersih perusahaan. Semakin besar angka rasio ini semakin baik laba dan hasil penjualannya. Hasil perhitungan terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Net Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan

(Jutaan Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012

Laba Bersih 628.373 798.195 1.179.788 1.476.235 1.904.822

Pendapatan Usaha 2.930.594 4.017.103 5.378.292 6.600.927 7.724.569

Net Profit Margin 21,44 19,87 21,94 22,36 24,66

Pada tahun 2008 nilai net profit margin lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang disebabkan oleh tingginya laba bersih dan pendapatan usaha. Pendapatan usaha didapatkan dari nilai pendapatan sewa modal, pendapatan administrasi, uang kelewatan pendapatan waktu, dan pendapatan lainnya. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan, angka yang dihasilkan semakin besar. Artinya semakin baik laba dan pendapatan usahanya.

Jika, hasil rata-rata net profit margin yang didapat sebelum menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah 21,40% dibandingkan dengan rata-rata net profit margin setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah 24,66% maka dapat dilihat adanya perubahan yang semakin maju pada PT Pegadaian (Pesero) dan diharapkan tidak terjadi penurunan pada net profit margin dengan terus meningkatan jumlah nasabah sehingga menghasilkan laba yang tinggi.

2. Gross Profit Margin

Ratio ini menghitung antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan atau pendapatan usaha yang dicapai pada periode yang sama. Semakin besar nilai gross profit margin maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor. Hasil perhitungan gross profit margin terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Gross Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan

(Jutaan Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012

Laba Sebelum Pajak 901.241 1.116.247 1.616.726 2.002.251 2.577.445

Pendapatan Usaha 2.930.594 4.017.103 5.378.292 6.600.927 7.724.569

Gross Profit Margin 30,75 27,79 30,06 30,33 33,37

Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)

Perkembangan nilai gross profit margin selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 bergerak fluktuatif. Tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan yang disebabkan oleh meningkatnya nilai pendapatan usaha pada tahun 2009 tetapi tidak sebanding dengan naiknya nilai pada laba kotor. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terlihat nilai yang bergerak naik. Hasil rata-rata gross profit margin yang diperoleh pada sebelum terbentuknya PT adalah sebesar 29,73% dibandingkan dengan setelah menjadi PT yaitu sebesar 33,37% maka PT Pegadaian (Pesero) dapat dikatakan baik dalam memperoleh laba. Perusahaan diharapkan dapat terus meningkatkan nilai laba pada tahun berikutnya agar dapat melangsungkan roda usahanya.

3. Return on Asset (ROA)

Return on asset menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik. Hasil perhitungan return on asset terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Return On Asset PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012 Laba Bersih 628.373 798.195 1.179.788 1.476.235 1.904.822 Total Aset 10.772.086 15.859.464 20.283.042 26.219.352 29.311.898 ROA 5,83 5,03 5,82 5,63 6,50

Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)

Berdasarkan hasil, puncak tertinggi kenaikan return on asset terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,50%. Hal ini menunjukan kemampuan manajemen untuk memperoleh ROA bernilai baik. Perkembangan nilai return on asset selama lima tahun pada perusahaan bergerak fluktuatif. Kenaikan yang terjadi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 disebabkan oleh naiknya nilai yang didapat pada perusahaan yaitu laba bersih dan total aset yang cenderung naik tiap tahunnya.

Perusahaan mengalami peningkatan yang baik setelah menjadi PT, hal ini disebabkan oleh naiknya nilai rata-rata return on asset setelah menjadi PT yaitu 6,50% dibandingkan sebelum menjadi PT yaitu sebesar 5,58%. Berdasarkan total aset yang ada perusahaan PT Pegadaian (Pesero) dikatakan baik dalam menghasilkan laba. Dan dalam standar penilaian kesehatan BUMN, Pegadaian yang termasuk dalam kategori BUMN Non Infrastruktur menghasilkan nilai 6,50% dengan skala penilaian bobot 5 <ROA<=7 memiliki skor 5, maka pegadaian cukup baik dalam pengembalian atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan.

4. Return On Equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri atau menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Hasil perhitungan return on Equity terdapat pada Tabel 12.

Tabel 12. Return On Equity PT Pegadaian Periode 2008-2012

Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012

Laba Bersih 628.373 798.195 1.179.788 1.476.235 1.904.822

Ekuitas 1.943.999 2.539.458 3.296.202 4.076.363 5.371.884

Return On Equity 32,32 31,43 35,79 36,21 35,46

Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)

Perkembangan nilai return on equity PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 return on equity sebesar 32,32% yang terjadi penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,89% menjadi 31,43%. Penurunan ini disebabkan oleh tingginya kenaikan pada ekuitas tidak sebanding dengan naiknya pada laba bersih. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 terjadi kenaikan yang disebabkan oleh tingginya nilai ekuitas dan nilai laba bersih. Perhitungan rata-rata return on equity (ROE) sebelum perubahan status menjadi PT menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperoleh sebesar 33,94%. Kemudian, setelah perubahaan status menjadi PT

Pegadaian (Persero) naik sebesar 1,52% menjadi 35,46%. Artinya hasil pengembalian ekuitas bertambah sebesar 1,52% dan ini menunjukkan kemampuan manajemen dalam mempertahankan tingkat ROE.

Dalam penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian termasuk BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot ROE 35,46%. Hal ini menunjukan bahwa dengan skor ROE > 15 mempunyai angka tinggi yaitu 20, sehingga hasil pengembalian ekuitas oleh pegadaian sangat baik dan perusahaan diharapkan dapat mempertahankan nilai yang telah dicapai.

Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Non Infra Struktur

PT Pegadaian (Persero) merupakan salah satu BUMN dibidang non infra dalam penilaian aspek keuangan, indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya adalah seperti pada Tabel 13.

Tabel 13. Daftar Indikator dan Bobot Keuangan

No. Indikator Non Infastruktur

Bobot Skor

1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 35,46% 20

2. Imbalan Investasi (ROI) 6,50% 5

3. Rasio Kas 3,46% 0

4. Rasio Lancar 152,50% 5

5. Collection Periods 19 hari 3

6. Perputaran Persediaan 2 hari 0,6

7. Perputaran Total Aset 0,026% 3

8. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva 0,18% 4

Total Skor 40,6

Sumber: Penilaian tingkat kesehatan BUMN (diolah)

Penilaian tingkat kesehatan BUMN digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan. Penilaian dibagi dalam 3 (tiga) aspek, meliputi aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam aspek keuangan pegadaian memberikan skor cukup tinggi untuk mencapai total skor 70 yaitu total skor untuk bidang non infrastruktur. Total skor yang dicapai pegadaian dalam aspek keuangan berjumlah 40,6, hal ini menunjukan pegadaian mampu memberikan hasil penilaian yang cukup tinggi dan mencapai kategori sehat.

Analisis Du Pont

Sistem Du Pont membantu analisis melihat bagaimana keputusan dan aktivitas perusahaan sepanjang periode guna menghasilkan suatu pengembalian atau imbalan keseluruhan kepada pemegang saham perusahaan, ROE. Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan menunjukan semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya. Hasil perhitungan analisis Du Pont PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Return On Asset Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012

Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012

Net Profit Margin 21,44 19,87 21,94 22,36 24,66

Total Asset Turnover 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 Return On Asset 0,59 0,51 0,52 0,54 0,56 Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)

Perkembangan analisis Du Pont selama lima tahun pengamatan yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012 pada PT Pegadaian (Persero) cenderung berfluktuasi. Nilai masing-masing ROA selama lima tahun yaitu sebesar 0,59% pada tahun 2008, sebesar 0,51% pada tahun 2009, sebesar 0,52% pada tahun 2010, pada tahun 2011 sebesar 0,54% dan 0,56% pada tahun 2012. Tingginya nilai ROA pada tahun 2008 disebabkan oleh margin laba bersih 21,44% dengan perputaran total aktiva sebesar 0,03%. Tingginya nilai laba bersih dan pendapatan usaha ini menyebabkan margin laba bersih meningkat. Gambar perkembangan analisis Du Pont dapat dilihat pada Gambar 11.

0.15 0.65 1.15 1.65 2.15 2.65 3.15 3.65 2008 2009 2010 2011 2012 0.59 0.51 0.52 0.54 0.56 0.18 0.16 0.16 0.16 0.18 3.25 3.17 3.21 3.46 3.05

Analisis Du Pont

Return On Asset 1-Debt Ratio Return On Equity

Gambar 11 Analisis Du Pont PT Pegadaian (Persero)

Dari hasil perhitungan Return On Equity Analisis Du pont nilai masing- masing ROE selama lima tahun yaitu sebesar 3,25% pada tahun 2008, pada tahun 2009 sebesar 3,17%, pada tahun 2010 sebesar 3,21%, pada tahun 2011 mencapai sebesar 3,46% dan sebesar 3,05% pada tahun 2012. ROE pada tahun awal adalah rendah tetapi membaik sejak titik terendah pada tahun 2012. Sistem Du Pont memberikan satu petunjuk mengapa perubahan itu terjadi. Baik margin laba bersih maupun perputaran total aktiva dan rasio hutang yang mempengaruhi menurunnya nilai ROE pada tahun 2012. Pada tahun 2011 nilai ROE mengalami peningkatan, ini menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Kenaikan ROE pada tahun 2011 disebabkan oleh ROA mengalami peningkatan sebesar 0,54% dan rasio hutang sebesar 0,16%. Hal ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap ROE dan rasio hutang juga memberikan pengaruh terhadap meningkatnya atau menurunnya tingkat pengembalian ekuitas. Perhitungan ROE Analisis Du Pont pada Tabel 15.

Tabel 15. Return On Equity Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012

Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012

Return On Asset 0,59 0,51 0,52 0,54 0,56

1-Debt Ratio 0,18 0,16 0,16 0,16 0,18

Return On Equity 3,25 3,17 3,21 3,46 3,05

Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)

Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis Du pont, rata-rata ROA setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) tahun 2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 0,02% menjadi 0,55% maka perusahaan baik dalam menghasilkan laba dan mengelola hasil (return) atas jumlah aktiva namun, rata-rata ROE mengalami penurunan yang disebabkan oleh tingginya nilai rasio hutang yang tidak sebanding dengan naiknya nilai ROA. Dapat disimpulkan jika perusahaan akan menaikkan nilai ROE yang semakin tinggi maka sebaiknya menaikkan ROA dan rasio hutang tidak melebihi nilai ROA.

Persentase Per Komponen

Analisis persentase per komponen atau dikenal dengan analisis vertikal adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui persentase investasi terhadap masing-masing komponen yang ada dalam laporan keuangan dan tiap-tiap pos dinyatakan dalam presentase. Tujuan analisis persentase per komponen adalah untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi biaya terhadap jumlah pendapatan perusahaan. Hasil perhitungan analisis persentase per komponen terhadap neraca dan laporan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Analisis persentase per komponen juga merupakan analisis pendukung dari analisis rasio. Analisis rasio digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba-rugi.

Komposisi Neraca

Persentase per komponen yang terdapat dalam neraca merupakan persentase terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke tahun akan menunjukan trend hubungan dan tidak menunjukan ada atau tidaknya perubahan. Persentase per komponen terhadap neraca yang digunakan dalam analisis rasio untuk mengetahui kondisi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Komponen yang terdapat dalam neraca adalah jumlah aset, jumlah liabilitas, dan ekuitas. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 7 terhadap neraca menunjukkan bahwa komponen aset lancar memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan aset tidak lancar terhadap total aset. Puncak tertinggi persentase per komponen aset lancar pada tahun 2012 sebesar 97,40%, karena kenaikan dari nilai kas dan bank, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya dan beban dibayar di muka. Perkembangan persentase per komponen terhadap aset lancar menunjukkan persentase yang meningkat tiap tahunnya. Rata-rata persentase per komponen aset lancar selama lima tahun pengamatan sebesar 96,68%. Sedangkan rata-rata aset tidak lancar sebesar 3,32%, pada tahun 2008 nilai dari komponen aset tidak lancar tinggi di mana piutang kepada pihak berelasi, aset pajak dan aset tetap menghasilkan nilai besar. Namun, setiap tahunnya persentase aset tidak lancar mengalami nilai yang lebih kecil yaitu 2,61% pada tahun 2012.

Komposisi Laba Rugi

Komponen yang dilihat terhadap laba rugi adalah komponen yang digunakan untuk menilai kondisi profitabilitas perusahaan. Analisis persentase perkomponen ini bertujuan untuk melihat perbandingan setiap perubahan dalam pos-pos dengan total aktiva atau total passiva. Dengan demikian, akan terlihat fluktuasi kenaikan atau penurunan yang memiliki makna tertentu. Analisis persentase perkomponen terhadap laporan rugi laba dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan Lampiran 8 dapat dilihat bahwa komponen beban usaha yang mempunyai proporsi nilai kecil, sehingga laba usaha pada tahun 2012 mengalami kenaikan. Rata-rata persentase komponen laba usaha yaitu 29,32%. Besarnya persentase menunjukkan berapa besar proporsi nilai laba usaha yang terserap ke dalam komponen laba bersih. Secara keseluruhan komponen laba bersih selama periode 2008-2012 menunjukkan proporsi yang meningkat walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 yang disebabkan oleh menurunnya laba usaha pada tahun 2009.

Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial yang dapat dilihat dalam penelitian adalah bagaimana mempertahankan kinerja keuangan yang baik menjadi lebih baik dan sehat sehingga perusahaan dapat terus melangsungkan roda usahanya pada tahun-tahun yang akan datang, untuk itu diperlukan cara-cara agar kinerja keuangan perusahaan tetap pertahan dan meningkat yaitu:

1. Perusahaan mempunyai pendapatan dari bidang usaha yang meliputi bisnis inti dan bisnis non inti. Hal ini yang dilakukan oleh perusahaan agar menaikan pendapatan usaha sehingga perusahaan dapat mengukur perputaran aktiva dengan peningkatan jumlah pendapatan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Dan perusahaan perlu untuk terus meningkatan aset lancar yang meliputi kas dan bank, uang muka, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya, persediaan, pendapatan yang masih harus diterima dan beban dibayar dimuka agar semakin kuat perusahaan dalam menjamin setiap kewajibannya.

2. Perusahaan perlu mempercepat liabilitas lancar dan tidak lancarnya karena total liabilitas yang besar akan membuat perusahaan sulit untuk mendapatkan

dana tambahan dari luar atau membuat investor akan sulit

mempertimbangkan untuk menanamkan investasinya. PT Pegadaian (Persero) dalam ketentuannya apabila dalam jangka waktu 12 bulan uang kelebihan tersebut tidak diambil oleh nasabah bersangkutan, maka dinyatakan kadaluarsa dan diakui sebagai pendapatan oleh perusahaan. Hal ini yang mempengaruhi nilai hutang kepada nasabah terhadap total liabilitas naik sehingga berpengaruh kepada penagihan piutangnya.

Dokumen terkait