• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PEGADAIAN

(PERSERO) 2008-2012

INTAN HADSARI DWANINTYAS

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

INTAN HADSARI DWANINTYAS. Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012. Dibimbing oleh ALI MUTASOWIFIN.

PT Pegadaian (Persero) merupakan perusahaan badan usaha milik negara yang bergerak di bidang pelayanan jasa bagi masyarakat umum khususnya pelaksanaan usaha gadai dengan jaminan barang gerak. Untuk mengetahui penilaian kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan. Dengan melakukan analisis ini akan diperoleh letak kekuatan dan kelemahan perusahaan. Penelitian ini dilakukan di PT Pegadaian (Persero) dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perkembangan keuangan serta menganalisis kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan Du Pont, menganalisis persentase per komponen dalam laporan keuangan pada PT Pegadaian (Persero) 2008-2012. Hasil penelitian adalah analisis trend terhadap nilai aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas lancar serta ekuitas mengalami trend naik membuktikan bahwa setelah perubahan status bentuk badan hukum menjadi PT Pegadaian (Persero) perkembangan perusahaan semakin baik. Dan kategori penilaian PT Pegadaian (Persero) menunjukan predikat sehat selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Kata kunci: kinerja keuangan, analisis trend, analisis rasio.

ABSTRACT

INTAN HADSARI DWANINTYAS. Analysis of financial performance of PT Pegadaian (Persero) 2008-2012. Under supervised ALI MUTASOWIFIN.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi & Manajemen

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PEGADAIAN

(PERSERO) 2008-2012

INTAN HADSARI DWANINTYAS

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012

Nama : Intan Hadsari Dwanintyas

NIM : H24114070

Disetujui oleh

Ali Mutasowifin, SE, M.Ak Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ali Mutasowifin, S.E., M.Ak. yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan tanpa lelah dan saran yang bersifat membangun kepada penulis dalam menyusun skripsi. Serta Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses perkuliahan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ayah Saryono, ibu Winarni, kakak Aji Endra Nugroho, Rika Yulinda, Bayu Indrayana serta seluruh keluarga, sahabat dan teman-teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen khususnya angkatan 9, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Kinerja Keuangan 4

Laporan Keuangan 4

Neraca 5

Laporan Laba Rugi 6

Analisis Laporan Keuangan 6

Analisis Trend (Analisis Horizontal) 7

Analisis Rasio 8

Analisis Du Pont 11

Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage) 12

Penelitian Terdahulu 12

METODE 13

Kerangka Pemikiran 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Jenis dan Sumber Data 15

Teknik Pengumpulan Data 15

Metode Pengolahan dan Analisis Data 15

Analisis Trend 15

Analisis Rasio Keuangan 16

Analisis Du Pont 18

Analisis Persentase Per Komponen 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Gambaran Umum 19

Visi dan Misi 20

Budaya Perusahaan 20

Bidang Usaha 20

Struktur Organisasi 20

Perkembangan Keuangan 21

Perkembangan Neraca 22

Perkembangan Rugi Laba 24

Kinerja Keuangan 25

Rasio Likuiditas 25

Rasio Solvabilitas 29

Rasio Aktivitas 31

(10)

Persentase Per Komponen 39

Komposisi Neraca 39

Komposisi Laba Rugi 40

Implikasi Manajerial 40

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 43

(11)

DAFTAR TABEL

1. Current Ratio (Rasio Lancar) PT Pegadaian 2008-2012 26 2. Quick Ratio (Rasio Cepat)PT Pegadaian periode 2008-2012 27 3. Cash Ratio (Rasio Kas) PT Pegadaian Periode 2008-2012 28

4. Rasio Hutang (Debt to Asset Ratio) PT Pegadaian Periode 2008-2012 30

5. Debt to Equity Ratio PT Pegadaian periode 2008-2012 30

6. Perputaran Aktiva (Asset Turnover) PT Pegadaian Periode 2008-2012 32

7. Receivable Turnover Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 32 8. Avarege Collection Period Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 33 9. Net Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 34 10. Gross Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 35

11. Return On Asset PT Pegadaian Periode 2008-2012 36

12. Return On Equity PT Pegadaian Periode 2008-2012 36

13. Daftar Indikator dan Bobot Keuangan 37

14. Return On Asset Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012 38 15. Return On Equity Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012 39

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian 14

2. Stuktur organisasi PT Pegadaian (Persero) 21

3. Perkembangan komponen likuiditas terhadap neraca

PT Pegadaian (Persero) periode 2008 – 2012 22

4. Perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap laporan

neraca PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 23

5. Analisis trend rugi laba 24

6. Perkembangan rasio likuiditas PT Pegadaian (Persero) 26

7. Cash ratio PT Pegadaian (Persero) 28

8. Perkembangan rasio solvabilitas PT Pegadaian (Persero) 29

9. Rasio aktivitas PT Pegadaian (Persero) 31

10. Rasio profitabilitas PT Pegadaian (Persero) 34

(12)

1. Jejak langkah pegadaian 43

2. Laporan neraca PT Pegadaian 2008-2012 44

3. Laporan laba rugi PT Pegadaian Tahun 2008-2012 45

4. Hasil analisis trend terhadap laporan neraca PT Pegadaian (Persero)

2008-2012 47

5. Hasil analisis trend terhadap laporan laba rugi PT Pegadaian (Persero)

2008-2012 47

6. Tabel hasil analisis rasio keuangan PT Pegadaian (Persero) periode

2008-2012 48

7. Persentase per komponen terhadap laporan neraca PT Pegadaian

periode 2008-2012 49

8. Persentase Per Komponen terhadap Laporan Laba Rugi PT Pegadaian

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak dan berkembang setiap tahunnya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia (Stabilitas, April 2013). Banyaknya jumlah penduduk Indonesia, beragam pula masalah dalam memenuhi kebutuhan dana yang menjadi dasar pokok untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Banyak di kalangan masyarakat kita yang masih sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan pemerintah untuk membantu dalam kesejahteraan masyarakat serta menyediakan fasilitas dan memberikan kemudahan penyaluran uang pinjam sangat penting.

Masyarakat membutuhkan peranan usaha yang dapat membantu mengatasi masalah uang pinjam agar tidak dirugikan oleh pihak yang bertujuan mengambil keuntungan secara sepihak seperti lintah darat. Banyak pihak yang memanfaatkan kalangan masyarakat kecil yang sedang membutuhkan dana untuk keperluan hidup dengan memberikan pinjaman secara mudah tanpa adanya perjanjian dalam pelunasan. Pihak yang tidak bertanggungjawab melakukan aksinya dengan menaikkan suku bunga dan melipatgandakan pinjaman sehingga masyarakat semakin terbebani. Dengan adanya badan usaha yang mempunyai izin dalam penyaluran uang pinjam kini masyarakat mudah meminjam dana secara resmi.

Program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional untuk menunjang pelaksanaan kebijaksanaan melalui penyaluran uang pinjam atas dasar gadai adalah tujuan Perum Pegadaian sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 (sumber: laporan keuangan pegadaian). Pegadaian merupakan unit badan usaha monopoli yang bergerak dibidang pelayanan jasa bagi masyarakat umum khususnya pelaksanaan usaha gadai dengan jaminan barang gerak. Namun kini pegadaian bukan hanya sekedar gadai, Pegadaian pun berubah menjadi lebih kompetitif dengan kemajuan di era bisnis seperti sekarang ini.

Berbeda dengan bank yang mempunyai prosedur pemberian dana yang sulit dan lama, pegadaian memberikan prosedur yang mudah dan cepat. Dengan jaminan barang sehari-hari seperti emas atau barang elektronik lainnya dapat langsung pulang dengan membawa uang. Pegadaian pun memberikan bunga sesuai dengan kesepakatan dan bila pinjaman uang tidak dilunasi maka barang jaminan akan disita untuk dilelang oleh pihak pegadaian.

(14)

perusahaan yang telah menginjakkan usaha di waktu yang sangat lama, perubahan badan hukum menjadi perseroan-pun terjadi dan menimbulkan konsekuensi yang menjadi tanggung jawab perusahaan. Pada tanggal 1 April 2012 dibuat penerbitan akta pendirian perusahaan perseroan (persero) PT Pegadaian atau disingkat PT Pegadaian (persero) yang bertempat di Jakarta. Dapat dilihat dalam dua tahun terakhir ini adanya dampak faktor internal dalam perubahan bentuk badan hukum Perum Pegadaian menjadi PT Pegadaian (Persero). Diketahui bahwa Perusahaan Perseroan merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saham kepemilikannya sebagian besar atau sekitar 51 % sahamnya dikuasai oleh pemerintah dan tujuan utamanya mengejar keuntungan yang diharapkan dapat memperoleh laba yang besar. Bentuk usaha yang dimiliki perusahaan perseroan adalah Perseroan Terbatas (PT). Sedangkan Perum adalah BUMN yang modalnya dimiliki oleh negara dan sahamnya tidak terbagi (dikuasai oleh pemerintah) dan tujuannya berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat namun profit orientied yang memberikan penyediaan secara baik berupa barang dan jasa.

Dikutip detikFinance dari publikasi laporan keuangan perseroan, Senin (30/7/2012) jumlah nasabah Pegadaian terus meningkat per Juni 2012 jumlah nasabah Pegadaian mencapai sekitar 13,78 juta lebih banyak dibanding pada Juni 2011 yang hanya berjumlah 12,39 juta orang. Hal ini menunjukan bahwa PT Pegadaian (Persero) setelah perubahan status badan hukum semakin diminati oleh masyarakat, terlihat dari jumlah nasabah yang terus meningkat per Juni 2012. Dengan pertambahan jumlah nasabah PT Pegadaian (Persero) mengharapkan adanya peningkatan laba karena Pegadaian dituntut untuk lebih berorientasi mencari keuntungan dibandingkan saat masih menjadi perum.

Dengan berkembangnya zaman memberikan dampak faktor ekternal pada PT Pegadaian (Persero) yang dahulu dikenal sebagai perusahaan monopoli saat ini PT Pegadaian (Persero) tidak lagi menyandang sebagai perusahaan yang menguasai usaha gadai karena telah mempunyai pesaing yang juga bergerak di bidang pelayanan gadai, yaitu pada perbankan syariah. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya PT Pegadaian (Persero) menyelenggarakan beragam jasa usaha yang ditawarkan. Usaha yang ditawarkan adalah penyaluran pinjaman kredit cepat dan aman, penyaluran pinjaman angsuran fidusia yang memberikan pinjaman kepada pengusaha mikro-kecil dalam mengembangkan usaha dengan cara salah satunya menyerahkan buku pemilik kendaraan bermotor sebagai agunannya, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa dalam pembayaran (Telkom, listrik, speedy, tiket kereta api, dan indovision), kredit UMKM, kredit angsuran sistem gadai hingga kredit perumahan swadaya dan perdagangan logam mulia serta batu adi.

(15)

peningkatan kinerja keuangannya setelah menjadi PT, penulis mengambil

penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero)

Periode 2008-2012”

Rumusan Masalah

Pegadaian diharapkan memiliki kekuatan dalam menghadapi persaingan, sehingga diperlukan analisis kinerja keuangan agar dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dapat dijadikan informasi dalam memperbaiki atau mempertahankan kinerja perusahaannya. Sebelum melakukan analisis kinerja keuangan dibutuhkan laporan keuangan yang diolah dengan analisis trend, analisis rasio keuangan, analisis Du Pont serta analisis persentase per komponen. Dari hasil analisis tersebut dapat membantu dalam melihat perkembangan dan kinerja perusahaan pada setiap tahunnya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka pokok permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana perkembangan keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008 – 2012 dengan menggunakan analisis trend?

2. Bagaimana kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 dengan

menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis du pont?

3. Bagaimana persentase per komponen dalam laporan keuangan PT Pegadaian

(Persero) 2008-2012?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi perkembangan keuangan PT Pegadaian (Persero)

2008-2012 dengan menggunakan analisis trend.

2. Menganalisis kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis du pont.

3. Menganalisis persentase per komponen dalam laporan keuangan PT

Pegadaian 2008-2012.

Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak di antaranya: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

untuk mengevaluasi kinerja keuangan dan dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk mempertahankan atau meningkatkan perusahaan setelah melihat kinerja keuangannya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.

2. Bagi penulis, dapat memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan baru

mengenai kinerja keuangan.

(16)

Ruang Lingkup Penelitian

Batasan penelitian yang dianalisis difokuskan pada laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Sedangkan dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah analisis trend (analisis horizontal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas), analisis Du Pont dan analisis persentase per komponen (analisis vertikal) . Data yang digunakan adalah selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2012.

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Keuangan

Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/ badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut.

Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian kinerja tersebut ukuran keberhasilan perusahaan dapat diketahui sehingga hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya.

Laporan Keuangan

Laporan keuangan (financial statement) merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama tahun buku yang bersangkutan (Sugiyarso dan Winarni, 2005).

Menurut Hery (2012), laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Untuk dapat menginterpretasikan angka-angka yang terkandung dalam laporan keuangan, pemakai harus dapat membaca catatan laporan keuangan (notes to the financial statements) dan memahami asumsi-asumsi yang dipakai dalam mencatat akun-akun laporan keuangan.

Menurut Kasmir (2010), laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan, yaitu:

(17)

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

Neraca

Menurut Fraser dan Ormiston (2008), neraca disebut juga laporan kondisi atau laporan posisi keuangan, menyediakan informasi yang berharga tentang bisnis perusahaan, khususnya bilamana diteliti dalam periode beberapa tahun dan dievaluasi dalam laporan keuangan lainnya.

Menurut Kasmir (2010) dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada di neraca. Secara lengkap informasi yang disajiakan dalam neraca meliputi :

1. Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki. 2. Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva.

3. Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability).

4. Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang. 5. Jenis-jenis modal (equity).

6. Serta jumlah rupiah masing-masing jenis modal.

Menurut Kasmir (2010) posisi aktiva pada neraca disajikan pada sisi kanan secara berurutan dari atas ke bawah untuk neraca berbentuk skontro (account form). Adapun untuk neraca yang berbentuk laporan (report form) penyusunannya dimulai dari atas secara berurutan ke bawah yaitu dimulai dari aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Penyusunan neraca dimulai dari yang paling likuid (lancar), yaitu mulai dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lainnya. Aktiva merupakan harta atau kekayaan (aset) yang dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu. Aktiva lancar adalah harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama 1 tahun. Aktiva tetap merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari 1 tahun.

(18)

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi juga disebut “laporan pendapatan” (statement of earnings), menyajikan pendapatan, beban, laba bersih, dan laba per saham, untuk suatu periode akuntansi, biasanya setahun atau satu triwulan (Fraser dan Ormiston, 2008).

Menurut Kasmir (2010) laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu sirklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan,sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi:

1. Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode. 2. Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan.

3. Jumlah keseluruhan pendapatan.

4. Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode.

5. Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah

keseluruhan biaya yang dikeluarkan.

6. Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya.

Selisih ini disebut laba atau rugi.

Menurut Kasmir (2010) laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Dalam praktiknya komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi terdiri dua jenis yaitu:

1. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha utama)

perusahaan.

2. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari di luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan.

Untuk komponen pengeluaran atau biaya-biaya dalam laporan laba rugi juga terdiri dua jenis, yaitu:

1. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan.

2. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan.

Menurut Fraser dan Ormiston (2008), bahwa suatu laporan laba rugi perusahaan dan informasi lainnya disajikan pada laporan laba rugi bukanlah barometer yang lengkap dan cukup atas kinerja keuangan.

Analisis Laporan Keuangan

Menurut Prastowo dan Julianty (2008), analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahan pada masa mendatang.

(19)

laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode. Di samping itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (Kasmir,2010).

Menurut Kasmir (2010) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan adalah:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan

ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang

hasil yang mereka capai.

Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dan merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ke depan. Perencanaan ke depan dengan cara menutupi kelemahan yang ada, mempertahankan posisi yang sudah sesuai dengan yang diinginkan dan berupaya untuk meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperoleh selama ini (Kasmir,2010).

Analisis Trend (Analisis Horizontal)

Menurut Kasmir (2010) analisis trend merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.

Menurut Munawir (2010) dari analisis trend akan tampak pos-pos yang mengalami kecenderungan arah yang meningkat, menurun atau tetap. Analisis ini menggunakan angka indeks berupa persentase sehingga analisis ini sering juga disebut analisis indeks. Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam persentase dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar. Tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Biasanya data laporan keuangan dari tahun yang paling awal dari deretan laporan keuangan yang dianalisa dianggap sebagai tahun dasar.

Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode yang dianalisa dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar (Munawir, 2010).

Menurut Prastowo dan Julianty (2008), analisis trend ini menjadi berguna karena dua alasan, yaitu :

1. Mengungkapkan perubahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu.

(20)

Analisis Rasio

Menurut Kasmir (2010) analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu (Fahmi, 2012) :

1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak menajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

3. Analisis keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.

4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

5. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilai bagi pihak stakeholder organisasi.

Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas (Munawir, 2010). Alat analisis rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar.

1. Rasio Likuiditas

Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), likuiditas adalah ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Likuditas dibedakan menjadi dua, yaitu likuiditas badan usaha dan likuiditas perusahaan. Likuiditas badan usaha merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat likuid sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sementara itu Likuidasi perusahaan merupakan kemampuan perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi.

Menurut Kasmir (2010), perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas;

a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

b. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan

perencanaan kas dan utang.

c. Untuk melihat kondisi dan posisi likuditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

d. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

e. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya.

(21)

memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari:

1) Rasio Lancar (Current Ratio).

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang bersedia unuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan (Kasmir, 2010).

2) Rasio Cepat (Quick Ratio).

Rasio cepat atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa perhitungkan nilai sediaan (inventory). Menurut Kasmir (2010), artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar.

3) Rasio Kas (Cash Ratio).

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Dapat dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

2. Analisis Solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Ukuran ini mensyaratkan agar perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sugiyarso dan Winarni, 2005).

Menurut Kasmir (2010), manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah:

a. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban

kepada pihak lainnya.

b. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang

bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

c. Untuk menganallisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

d. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. e. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva.

f. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

g. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.

h. Adapun jenis-jenis rasio yang digunakan dalam rasio solvabilitas antara lain: 1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

(22)

seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir,2010). 2) Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir,2010).

3. Analisis Aktivitas

Menurut Kasmir (2010), ratio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Terdapat beberapa manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas adalah:

a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu ditagih selama satu periode.

b. Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.

c. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam

modal kerja berputar dalam satu periode.

d. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam

aktiva tetap berputar dalam satu periode.

e. Manfaat lainnya.

Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil keputusan terdiri dari beberapa jenis. Berikut beberapa jenis rasio aktivitas yang dapat dirangkum, yaitu (Kasmir, 2010) :

a. Perputaran Aktiva (Assets Turnover).

Perputaran Aktiva (Assets Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

b. Perputaran Piutang (Receivable Turnover).

Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.

c. Average Collection Period.

Average Collection Period memberikan gambaran tentang berapa periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang.

4. Analisis Profitabilitas

(23)

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

Menurut Fahmi (2012), rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilias maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas yang secara umum digunakan adalah:

a. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Rasio marjin laba kotor merupakan rasio antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor (Munawir, 2010).

b. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Rasio marjin laba bersih merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Selain itu rasio ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh (Munawir, 2010).

c. Hasil Pengembalian Investasi (Return of Investment/ROI)

Menurut Kasmir (2010), Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Hasil pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya.

d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return of Equity/ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir,2010).

Analisis Du Pont

Menurut Keown, et al (2008), analisis ini merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan dimana analisis ini dirancang untuk mengevaluasi profitabilitas dan mencari tingkat pengembalian ekuitas. Analisis ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya.

Manfaat lain dari analisis Du Pont adalah (Keown, et al, 2008) : 1. Untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan.

(24)

Menurut Farah Margaretha dalam Fahmi menyebutkan bahwa the du pont chart merupakan bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara ROI, asset turnover dan profit margin.

Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage)

Menurut Kasmir (2010) analisis persentase per komponen, merupakan analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui:

1. Persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap total aktiva.

2. Struktur permodalan.

3. Komposisi biaya terhadap penjualan.

Menurut Fraser dan Ormiston (2008), laporan keuangan common-size bermanfaat untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dengan tingkat penjualan atau total aktiva yang berbeda, untuk memudahkan analisis internal atau analisis struktur suatu perusahaan, untuk mengevaluasi kecenderungan, dan membandingkan industri.

Dinamakan sebagai laporan keuangan common-size (laporan keuangan yang berukuran sama) adalah karena total jumlah akun-akun dalam kelompok bersangkutan adalah 100 persen. Laporan keuangan common-size juga berguna untuk perbandingan antar perusahaan karena laporan keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common-size. Perbandingan laporan keuangan common size perusahaan dengan laporan keuangan common-size pesaing, atau rata-rata industri, dapat menekankan perbedaan komposisi dan distribusi akun (Kasmir,2010).

Menurut Munawir (2010), metode untuk mengubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-persentase dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing dengan 100%

2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos rugi laba dengan total penjualan nettonya dikalikan 100%.

Penelitian Terdahulu

(25)

dapat dilihat dan diukur kinerja keuangan pada Perum Pegadaian. Berdasarkan hasil analisis dapat dijadikan saran dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan pada masa yang akan datang. Perbedaan dengan penelitian penulis bahwa penulis menggunakan analisis trend, analisis common-size, serta analisis Du Pont untuk lebih membantu dalam melihat perkembangan kinerja perusahaan.

Aryani (2011) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan pada PT Goodyear Indonesia Tbk, berbasis laporan keuangan periode 2006-2010 dengan menggunakan analisis trend, forecasting, persentase per komponen, rasio dan analisis Du Pont, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan selama periode 2006-2010. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan dalam lima tahun menunjukkan kondisi keuangan jangka pendek yang mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara, kondisi keuangan jangka panjang menunjukan kecenderungan meningkat dalam dua tahun terakhir. Dilihat dari analisis trend keuangan perusahaan mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga dibuktikan dengan analisis forecasting untuk periode 2 tahun kedepan bahwa keuangan perusahaan akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari analisis rasio dapat dilihat bahwa kondisi keuangan perusahaan menunjukkan keadaan yang likuid dan solvabel serta aktivitas perusahaan cukup baik. Analisis Du Pont menunjukkan kondisi yang fluktuatif dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009. Faktor internal yaitu harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan. Sedangkan, perusahaan sejenis (kompetitor), tingkat suku bunga dan selisih kurs merupakan faktor eksternalnya. Perbedaan dengan penulis bahwa penulis tidak menggunakan analisis forecasting dalam penelitiannya.

METODE

Kerangka Pemikiran

Penilaian kinerja keuangan dibutuhkan untuk membantu menunjukan seberapa berhasil kinerja perusahaan dalam menjalankan roda usahanya. Penilaian kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan. Dengan melakukan analisis ini diperoleh letak kekuatan dan kelemahan perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan juga bermanfaat untuk melihat peluang yang ada dan menghindari ancaman yang mungkin terjadi di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

(26)

analisis Persentase Per Komponen yang dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan keuangan dan kinerja keuangan. Kerangka pemikiran dari penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Perubahan Status Bentuk Badan

Hukum

Perum Pegadaian

PT Pegadaian (Persero)

Laporan Keuangan

Neraca Laba/Rugi

Analisis Kinerja Keuangan

Analisis Trend

Analisis Rasio

• Likuiditas

• Solvabilitas • Aktivitas • Profitabilitas

Analisis Persentase

Per Komponen

Rekomendasi Analisis Du

Pont

Perubahan Lingkungan Usaha

(27)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Pegadaian (Persero) dengan mengumpulkan data sekunder. Data yang didapat kemudian diolah untuk dianalisis sehingga menghasilkan gambaran mengenai kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero). Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan dari bulan Juli hingga bulan September 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif, data yang berupa angka-angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu, yaitu laporan keuangan perusahaan yang meliputi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan dalam waktu lima tahun terakhir (2008-2012). Sedangkan data kualitatif, data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka, seperti sejarah singkat perusahaan dan bidang usaha perusahaan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran literatur-literatur dalam pencarian data di internet dan memperoleh data berupa dokumentasi yang telah disusun oleh perusahaan. Adapun data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Gambaran umum perusahaan meliputi sejarah, visi misi dan budaya

perusahaan serta struktur organisasai PT Pegadaian (Persero).

2. Laporan keuangan PT Pegadaian (Persero).

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini diolah secara manual maupun diolah dengan menggunakan komputer. Data yang telah diolah selanjutnya dimunculkan dalam bentuk tabel agar memudahkan untuk dibaca.

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam membantu memecahkan permasalahan pada suatu penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah :

Analisis Trend

(28)

menginterpretasikan hasil analisis rasio. Analisis trend dapat dirumuskan sebagai

t = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Px

o= pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara mambagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis likuiditas, analisis aktivitas, analisis leverage, analisis profitabilitas dan analisis nilai pasar.

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam peusahaan (likuiditas perusahaan) yang terdiri dari :

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Lancar= Aset Lancar ... (2) Kewajiban Lancar

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai sediaan. Terkadang perusahaan juga memasukan biaya yang dibayar di muka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh utang lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Cepat = Aset Lancar – Persediaan ... (3) Kewajiban Lancar

c. Cash Ratio

Rasio yang dihitung dari penjumlahan atas kas dan efek yang dibagi dengan hutang lancar. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

(29)

2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Yang terdiri dari:

a. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Hutang = Total Kewajiban ... (5) Total Aset

b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang dan utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan meminjam kreditor dengan pemilik perusahaan. rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Hutang terhadap Ekuitas = Total Kewajiban ... (6) Total Ekuitas

3. Rasio Aktivitas

Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Kemampuan manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini, yang terdiri dari:

a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dan jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rumus untuk mencari rasio perputaran total aktiva (total asset turn over) adalah sebagai berikut:

Rasio Perputaran Total Aktiva = Pendapatan Administrasi ... (7) Total Aset

b. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Semakin tinggi rasio ini menunjukan bahwa modal kerja yang ditanam dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio ini semakin rendah ada over investment dalam piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Perputaran Piutang = Pendapatan Administrasi ... (8) Piutang

c. Average Collection Period

(30)

Average Collection Period = 360 hari ⨉ Piutang ... (9) Pendapatan Administrasi

4. Rasio Profitabilitas

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laba rugi, yang terdiri dari:

a. Net Profit Margin

Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk

menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi, beban lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut:

Net Profit Margin = Laba Bersih ... (10) Pendapatan Usaha

b. Gross Profit Margin

Rasio ini digunakan untuk mengukur ukuran presentase dari hasil sisa penjualan setelah perusahaan membayar harga pokok penjualan dan berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan dan penetapan harga jual. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gross Profit Margin = Laba Sebelum Pajak ... (11) Pendapatan Usaha

c. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI)

Hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal peminjam maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Rumus rasio ROI atau biasa disebut ROA ini adalah sebagai berikut:

Return on Investment (ROI) = Laba Bersih ... (12) Total Aset

d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)

Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut: Return on Equity (ROE) = Laba Bersih ... (13) Ekuitas

Analisis Du Pont

Analisis Du Pont menggabungkan profit margin dengan rasio aktivitas diperoleh dari perkalian margin laba dengan perputaran total aktiva hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) yang lebih dikenal dengan tingkat pengembalian investasi (ROI). Adapun rumusnya sebagai berikut:

ROA = Margin laba x Perputaran total aktiva ... (14)

Untuk mendapatkan pengembalian ekuitas (ROE), ROA harus dibagi dengan 1-rasio hutang. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE = ROA ... (15) 1 ‒Debt Ratio

(31)

Analisis Persentase Per Komponen

Metode analisis ini merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui persentase investasi terhadap masing-masing komponen yang ada dalam laporan keuangan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap pos dalam aktiva dengan total aktivanya, dan setiap pos dalam pasiva dengan total pasivanya, serta setiap pos dalam laba-rugi dengan total penjualannya, maka akan diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai pembanding. Analisis persentase per komponen dapat dirumuskan sebagai berikut:

... (16)

Keterangan: Ry

t = nilai persentase pos yang dibandingkan

Py

t = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t

Py

o = pos dasar sebagai pembanding

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Pada tanggal 20 Agustus 1746, bertempat di Batavia merupakan awal berdirinya lembaga pegadaian di Indonesia. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan Bank Van Leening, lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Pegadaian adalah monopoli Pemerintah, pada tanggal 1 April 1901 didirikan lembaga Pegadaian Negara pertama di Sukabumi, Jawa Barat. Maka pada tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun PT Pegadaian (Persero).

Pegadaian telah mengalami beberapa pergantian status, mulai dari Perusahaan Negara (PN) pada 1 Januari 1961. Perubahan status kedua adalah Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan perubahan status ketiga sebagai dasar hukum status Perusahaan Umum (PERUM), status PERUM bertahan sampai tahun 2011. Hingga pada 13 Desember 2011 Pemerintah mengeluarkan PP nomor 51 tahun 2011 yang menandakan perubahan status badan hukum Pegadaian menjadi Perusahaan Persero (Persero). Dan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian tanggal 1 April 2012 telah disahkan Badan Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian (Persero). Jejak langkah selengkapnya terdapat pada lampiran 1.

Perubahan banyak dialami oleh PT Pegadaian (Persero) untuk lebih meningkatkan kualitas dan pencitraan pada masyarakat, salah satunya kini pegadaian pun melakukan perubahan logo perusahaan yang menggunakan citra tiga deret bentuk lingkaran berwarna hijau. Citra dari perusahaan pegadaian dengan dominan berwarna hijau melambangkan keteduhan sebagaimana pelayanan Pegadaian yang selalu dapat memberikan keteduhan dalam proses pelayanan kepada masyarakat umum. Hal ini juga sesuai dengan moto perusahaan

(32)

Visi dan Misi

Visi PT Pegadaian (Persero) adalah sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang terbaik untuk masyarakat.

Misi PT Pegadaian (Persero) adalah memberikan pembiayaan yang tercepat termudah, aman dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah ke bawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastuktur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat. Dan membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya perusahan.

Budaya Perusahaan

Budaya kerja PT Pegadaian (Persero) disimbolkan dari kata INTAN, yang merupakan singkatan dari I untuk inovatif, berupaya melakukan penyempurnaan nilai tambah dan tanggapan terhadap perubahan. N untuk nilai moral tinggi, memahami dan mematuhi ajaran agama masing-masing serta etika perusahaan. T untuk terampil, mengetahui dan memahami tugas yang diemban serta selalu belajar dengan penuh tanggung jawab. A untuk adi layanan, memberikan layanan yang dapat memuaskan orang lain dan fokus pada privacy. N untuk nuansa citra, senantiasa peduli dan menjaga nama baik serta reputasi perusahaan.

Bidang Usaha

Bidang usaha yang dilakukan PT Pegadaian (Persero) meliputi bisnis inti dan bisnis non inti. Adapun bisnis inti PT Pegadaian (Persero) terdiri dari:

1. Pegadaian KCA (Kredit Cepat Aman)

Pegadaian KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur pelayanan yang mudah, cepat dan aman. Barang jaminan yang menjadi agunan sepeti perhiasan emas, kendaraan bermotor, alat elektronik dan alat rumah tangga lainnya. Kredit yang diberikan mulai Rp 50.000 sampai dengan Rp 200.000.000 dengan pengenaan sewa modal maksimum 1,15% per 15 hari dengan jangka waktu kredit maksimum 4 bulan dan dapat dilunasi sewaktu-waktu selama masa pinjaman.

2. Pegadaian Rahn

Pegadaian Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern. Tarif Ijaroh dikenakan sebesar Rp80-Rp90 per sepuluh hari masa penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp 10.000 dari taksiran barang jaminan yang dititipkan.

PT Pegadaian (Persero) mengembangkan bisnis non inti dengan kegiatan usaha yang luas. Beberapa bisnis non inti pegadaian yaitu pegadaian jasa taksiran, pegadaian jasa titipan, pegadaian kreasi, pegadaian krasida, pegadaian kresna, pegadaian kremada, pegadaian krista, jasa lelang dan pegadaian MULIA.

Struktur Organisasi

(33)

memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena struktur merupakan penghubung antar posisi para anggota organisasi. Tiap anggota organisasi mempunyai wewenang yang harus dipertanggungjawabkan secara baik. Struktur organisasi PT Pegadaian (Persero) dapat dilihat pada Gambar 2.

Perkembangan Keuangan

Laporan keuangan suatu perusahaan sangat dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan usaha dari tahun ke tahun dibantu dengan menggunakan analisis trend. Dalam laporan keuangan dengan menggunakan analisis trend dapat dilihat pergerakan pos-pos jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar. Analisis ini dapat memberikan gambaran tentang kecenderungan yang terjadi pada pos keuangan.

Pada penelitian ini, periode pengamatan adalah lima tahun, yaitu tahun 2008-2012. Data laporan keuangan lengkapnya baik neraca dan laporan laba rugi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terlampir pada lampiran 2 dan lampiran 3. Analisis trend adalah alat analisa pendukung yang dijadikan dasar analisis kinerja yang dihasilkan dalam analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas). Sehingga komponen yang ada dalam analisis trend

Direktur

(34)

adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio, yaitu neraca dan laporan laba rugi.

Perkembangan Neraca

Dilihat dari neraca PT Pegadaian (Persero), pendanaan perusahaan banyak dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri (ekuitas). Komponen hutang yang ada pada perusahaan meliputi pinjaman bank, pinjaman medium term notes, pinjaman obligasi, pinjaman lainnya, hutang kepada rekanan, hutang kepada nasabah, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka dan hutang lancar lainnya. Sedangkan komponen hutang tidak lancar meliputi pinjaman obligasi setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pinjaman dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pendapatan ditangguhkan, kewajiban estimasi untuk imbalan kerja. Dan komponen modal sendiri (ekuitas) pada perusahaan terdiri dari modal awal, penyertaan modal pemerintah dan saldo laba. Hasil perhitungan analisis trend terhadap neraca dapat dilihat pada Lampiran 4.

Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponen-komponen yang digunakan untuk memberikan informasi tentang arah kemana perusahaan akan bergerak serta melihat kondisi keuangan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan, yaitu liabilitas lancar dan aset lancar. Sementara, pada kondisi keuangan jangka panjang dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan, yaitu hutang, aset dan modal. Gambar perkembangan komponen likuiditas terdapat pada Gambar 3.

2008 2009 2010 2011 2012

Aset Lancar 100 148.41 190.62 248.08 277.34

Liabilitas Lancar 100 149.91 210.88 269.44 285.14 0

Gambar 3 Perkembangan komponen likuiditas terhadap neraca PT Pegadaian (Persero) periode 2008 – 2012

(35)

persediaan, pendapatan yang masih harus diterima dan beban dibayar di muka. Pada tahun 2012 dapat dilihat jumlah kenaikan yang terbesar terjadi pada pinjaman yang diberikan, hal ini sesuai dengan usaha PT Pegadaian (Persero) untuk turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Terlihat pada tahun 2008-2012, hutang lancar cenderung mengalami peningkatan yang signifikan selama 5 tahun terakhir. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011 dan 2012 yaitu masing-masing sebesar 142,61% dan sebesar 159,52%. Peningkatan ini terjadi karena pinjaman bank yang setiap tahunnya terus meningkat, beberapa bank yang terlibat dalam pinjaman modal kerja adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT BRI (Persero) Tbk, PT Bank BNI (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Syariah Mandiri Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank DKI Syariah dan PT Bank Permata Syariah. Dilihat hutang pajak perusahaan juga mengalami peningkatan yang begitu besar terjadi pada tahun 2011 dan 2012.

Berdasarkan analisis trend dengan menggunakan tahun dasar terhadap

komponen-komponen dalam neraca yang mencerminkan solvabilitas perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir. Solvabilitias digunakan untuk membayar utang salah satunya pada utang jangka panjang. Komponen aset tidak lancar dalam analisis trend terhadap neraca adalah piutang kepada pihak-pihak berelasi, aset pajak tangguhan, aset tetap dan aset lainnya. Terlihat aset lainnya tahun 2010 mengalami kenaikan karena perusahaan terus menambah jaringan usaha sehingga menambah sejumlah kantor cabang unit pelayanan cabang di seluruh wilayah operasi Perusahaan. Gambar perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap neraca terdapat pada Gambar 4.

2008 2009 2010 2011 2012

Aset Tidak Lancar 100 115.59 138.25 142.61 159.52

Liabilitas Tidak Lancar 100 153.7 138.84 196.82 230.67

Ekuitas 100 130.63 169.56 209.69 276.33

Gambar 4 Perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap neraca PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012

(36)

peningkatan komponen modal sendiri (ekuitas) lebih disebabkan karena peningkatan saldo laba baik yang ditentukan penggunaanya maupun yang belum ditentukan penggunaanya. Selama dalam jangka waktu lima tahun yaitu 2008-2012, perusahaan terus mengalami pertambahan persediaan dalam aset lancar yang merupakan persediaan emas MULIA. Perusahaan tidak memperhitungkan penyisihan atau penghapusan persediaan rusak atau usang dan tidak ada persediaan yang dijaminkan. Dapat dilihat analisis trend jumlah aset tidak lancar dan ekuitas mengalami kecenderungan meningkat terutama pada tahun 2011 dan 2012 namun hutang tidak lancar mengalami penurunan pada tahun 2010, hal ini disebabkan oleh menurunnya pinjaman obligasi - setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.

Perkembangan Rugi Laba

Dalam perkembangan rugi laba perusahaan terhadap analisis trend dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Komponen-komponen tersebut adalah pendapatan usaha, beban usaha, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba bersih. Hasil perhitungan analisis trend terhadap laporan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 5. Dan Gambar perkembangan analisis trend terhadap laporan rugi laba terdapat pada Gambar 5.

2008 2009 2010 2011 2 Pendapatan Usaha 100 137.07 183.52 225.24 26 Beban Usaha 100 144.15 187.09 228.46 25 Laba Usaha 100 120.7 175.27 217.8 27 Laba Sebelum Pajak 100 123.86 179.39 222.17 28

100

Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba

Gambar 5 Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba

(37)

Beban usaha PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend naik, disebabkan oleh bunga dan provisi meningkat, penyusutan aktiva tetap meningkat tiap tahunnya, pegawai dan umum. Beban usaha tahun 2009 naik menjadi 144,15%, tahun 2010 naik menjadi 187,09% atau sebesar Rp. 225 Milyar, tahun 2011 naik menjadi 228,46% atau sebesar Rp. 269 Milyar dan tahun 2012 naik menjadi 257,43% atau sebesar Rp. 229 Milyar.

Laba Usaha PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend naik. Tahun 2009 naik menjadi 120,70%, tahun 2010 naik menjadi 175,27%, tahun 2011 naik menjadi 217,80%, tahun 2012 naik menjadi 277,83%. Kenaikan laba usaha yang terjadi hasil dari pendapatan usaha yang dikurangi dengan beban usaha, dihitung dari tahun 2008 sampai tahun 2012.

Analisis trend selama lima tahun terhadap laba sebelum pajak mengalami trend naik, pada tahun 2009 menjadi 123,86%, pada tahun 2010 naik menjadi 179,39%, tahun 2011 pun naik menjadi 222,17% dan makin meningkat di tahun 2012 menjadi 285,99%. Kenaikan laba sebelum pajak disebabkan karena kenaikan berdasarkan laba usaha dan komponen pada pendapatan lain-lain yaitu uang kelebihan lewat waktu, pendapatan sewa gedung, pendapatan jasa giro, laba (rugi) penjualan aset tetap, pendapatan lainnya. Pendapatan perusahaan yang naik menyebabkan pemerintah menaksirkan penghasilan kena pajak yang tinggi kepada perusahaan.

Laba bersih PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend naik. Laba bersih pada tahun 2009 naik menjadi 127,03%, hasil ini diketahui dengan cara laba sebelum pajak penghasilan yang dikurangi dengan taksiran pajak penghasilan. Pada tahun 2010 laba bersih mengalami peningkatan menjadi 187,75%. Terlihat 234,93% naik pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya yaitu 2010. Dan laba bersih perusahan pada tahun 2012 mencapai Rp 1.905 Triliun yang mengalami peningkatan sebesar 303,13%. Kenaikan laba bersih disebabkan oleh kenaikan laba usaha, sehingga laba bersih mengalami kenaikan trend naik.

Kinerja Keuangan

Gambaran mengenai kondisi kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian dianalisis menggunakan analisis rasio. Analisis rasio adalah metode analisis yang menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan yang bermanfaat sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. Pada analisis rasio keuangan, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama periode pengamatan untuk mengetahui arah pergerakannya dan membuat perencanaan. Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Dengan analisis rasio akan diperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan dalam tahun pengamatan yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Hasil analisis rasio keuangan PT Pegadaian (Persero) tahun 2008-2012 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Rasio Likuiditas

(38)

kewajiban keuangannya pada saat ditagih atau jatuh tempo. Hubungan antara pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar dalam neraca merupakan komponen penting dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Tiga rasio yang digunakan dalam rasio likuiditas adalah current ratio, quick ratio dan cash ratio.

1. Current Ratio (Rasio Lancar)

Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio lancar menunjukkan bahwa semakin kuat perusahaan mampu menjamin setiap kewajibannya dengan aset lancarnya, begitu pun sebaliknya. Berikut dapat dilihat Gambar perkembangan current ratio PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terdapat pada Gambar 6.

2008 2009 2010 2011 2012

Current Ratio 156.79 155.23 141.72 144.36 152.5

Quick Ratio 156.45 155 141.37 144.19 152.34 140

145 150 155

P

er

sen

ta

se

Rasio Likuiditas

Gambar 6 Perkembangan Rasio Likuiditas PT Pegadaian (Persero)

Perkembangan nilai current ratio selama lima tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 sampai dengan 2010 bergerak menurun disebabkan oleh jumlah hutang lancar yang melambung lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan. Hasil perhitungan current ratio terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Current Ratio (Rasio Lancar) PT Pegadaian 2008-2012 Keterangan

(Jutaan Rupiah)

2008 2009 2010 2011 2012

Aset Lancar 10.293.773 15.277.484 19.621.785 25.537.221 28.548.901

Kewajiban Lancar 6.565.284 9.842.086 13.845.159 17.689.388 18.720.492

Current Rasio 156,79 155,23 141,72 144,36 152,50

Sumber: Laporan keuangan PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 (diolah)

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 4  Perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap neraca PT
Gambar 6  Perkembangan Rasio Likuiditas PT Pegadaian (Persero)
Tabel 2. Quick Ratio (Rasio Cepat)PT Pegadaian periode 2008-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Windows2. Semua aktivitas ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya.. Critical Path pada jaringan tersebut adalah A-B-C-E-I-K-H-M-N. Namun, berdasarkan analisa dengan

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan /. campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai

o) pada saat mengajukan permohonan pengangkatan anak. p) Persetujuan tertulis dari CAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i, disesuaikan dengan tingkat kematangan jiwa dari

Dengan adanya peningkatan tersebut diperoleh hasil penyebab adanya peningkatan penerbitan surat teguran dan surat paksa dari hasil data dan wawancara yang diperoleh dari

Wakil pengusaha batik : kami sudah memiliki beberapa inovasi batik yang siap dipasarkan setelah laboratorium ini berdiri, lagi pula kami juga bekerja sama dengan 3 pengusaha

penetapan harga jual yang didasarkan atas biaya dimana. mempertimbangkan seluruh biaya yang terjadi baik

Adapun agar tujuan pembelajaran tercapai dapat dilakukan analisis proses belajar. untuk merencanakan proses pembelajaran

Pengolahan tepung darah dengan cara penyerapan biasa dilakukan dengan menyerapkan darah ke dalam limbah industri pertanian agar proses pengeringan lebih mudah,