• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor yang dimulai pada bulan November 2007 sampai Mei 2008. Analisa kandungan nutrisi media yang digunakan dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Materi Kumbang Ulat Tepung

Kumbang ulat tepung (T. molitor) yang digunakan adalah kumbang berumur 8 hari sebanyak 36 ekor yang terdiri dari 9 ekor kumbang betina dan 27 ekor kumbang jantan. Kumbang ini diperoleh dari hasil pemeliharaan ulat tepung yang dibeli dari Pasar Burung Bandung.

Pakan

Pakan yang diberikan pada kumbang ulat tepung adalah 100% konsentrat (pakan ayam broiler yang diperoleh dari pasar Gunung Batu) dan irisan wortel untuk memenuhi kebutuhan airnya. Wortel diiris dengan diameter rata-rata 1 cm dan tinggi 0,2 mm. Pakan yang diberikan pada larva adalah 100% konsentrat. Kandungan nutrisi pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Zat Nutrisi Konsentrat yang Digunakan

Zat Nutrisi Jumlah

--- % --- Bahan Kering 90,69 Abu 13,53 Protein Kasar 14,24 Serat Kasar 8,71 Lemak 6,05

Keterangan: Hasil Analisis Proksimat, di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Maret 2008.

15

Peralatan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah rak, baki plastik (insektarium) untuk tempat penyimpanan pupa sebelum menjadi kumbang yang akan digunakan dalam penelitian, kuas untuk alat bantu dalam menghitung jumlah larva, sendok plastik, kertas berwarna hitam yang digunakan sebagai media bertelur kumbang betina, gelas plastik untuk tempat pembiakan ulat tepung, timbangan untuk menimbang larva ulat tepung, sapu kecil untuk membersihkan kandang, termohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban serta alat tulis dan tabel untuk mencatat hasil pengamatan.

Rancangan Perlakuan

Penelitian ini dirancang dalam tiga perlakuan. Perlakuan pertama (BJ1) yaitu mengawinkan satu ekor kumbang betina dengan satu ekor kumbang jantan, perlakuan kedua (BJ3) yaitu mengawinkan satu ekor kumbang betina dengan tiga ekor kumbang jantan dan perlakuan yang ketiga (BJ5) yaitu mengawinkan satu ekor kumbang betina dengan lima ekor kumbang jantan. Masing-masing perlakuan terdiri dari lima ulangan sehingga terdapat 15 satuan pengamatan. Perlakuan pertama dianggap sebagai kontrol. Perlakuan tersebut dinotasikan kedalam:

BJ1 : Perkawinan satu betina dengan satu jantan BJ3 : Perkawinan satu betina dengan tiga jantan BJ5 : Perkawinan satu betina dengan lima jantan

Model

Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan model matematika dari Gaspersz (1995) yaitu:

Yij = + αi + εij

Yij

αi εij

: Peubah yang diamati pada perlakuan ke-i (i = 1, 2 dan 3) dan ulangan ke-j (j = 1, 2 dan 3)

: Rataan umum

: Pengaruh faktor perkawinan ke-i (i = 1,2 dan 3) : Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

16

Peubah yang Diamati

1. Jumlah larva/satuan pengamatan

Jumlah larva dihitung setiap sepuluh hari sekali mulai dari hari ke-20 setelah pengawinan kumbang.

2. Bobot Larva Total

Larva dihitung dan ditimbang tiap 10 hari sejak larva berumur 33 hari (40 hari setelah pengawinan kumbang). Bobot akhir larva diambil pada saat perhitungan ke-X sebelum didapatkannya pupa pertama kali. Untuk mendapatkan rata-rata bobot larva per individu, maka bobot massa larva dibagi dengan jumlah larva total. Penimbangan ini dilakukan sampai semua larva dalam satuan pengamatan berubah menjadi pupa.

3. Bobot Pupa

Penimbangan dilakukan ketika larva sudah berubah menjadi pupa. Penimbangan ini dilakukan setiap kali ada larva yang berubah menjadi pupa. Pengamatan untuk melihat adanya perubahan fase dari larva menjadi pupa dilakukan tiga kali sehari.

4. Bobot Kumbang

Penimbangan dilakukan ketika kumbang sudah keluar dari fase pupa. Penimbangan ini dilakukan setiap kali ada pupa yang berubah menjadi kumbang. Akan tetapi jika warna tubuh kumbang masih putih, penimbangan ditunda beberapa saat sampai tubuh kumbang cukup keras atau agak kecokelatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kanibalisme diantara kumbang. Pengamatan untuk melihat adanya perubahan fase pupa menjadi kumbang dilakukan setiap tiga kali sehari.

5. Mortalitas larva/satuan pengamatan (%)

Mortalitas larva ulat tepung dihitung dengan cara mengurangi total populasi larva ulat tepung saat penghitungan dengan jumlah larva yang telah berubah menjadi pupa. Rumus yang digunakan yaitu:

Mortalitas Larva= Total populasi larva - jumlah larva yang memupa X 100% Total populasi larva

17 6. Mortalitas pupa/satuan pengamatan (%)

Mortalitas pupa dihitung dengan cara mengurangi jumlah pupa total dengan jumlah pupa yang telah menjadi kumbang. Rumus yang digunakan yaitu: Mortalitas Pupa = Jumlah pupa - jumlah pupa yang menjadi kumbang X 100%

Jumlah pupa 7. Jumlah Kumbang Jantan dan Betina Anaknya

Pupa yang telah berubah menjadi kumbang kemudian diidentifikasi untuk membedakan jenis kelaminnya. Kumbang jantan dan betina yang didapatkan kemudian dipisahkan dan dilakukan penghitungan untuk mengetahui jumlahnya.

Data pendukung yang diamati yaitu : 1. Temperatur Kandang.

Dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00 WIB), siang hari (pukul 12.00 WIB) dan sore hari (pukul 15.00 WIB).

2. Kelembaban Kandang.

Dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00 WIB), siang hari (pukul 12.00 WIB) dan sore hari (pukul 15.00 WIB).

Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan terhadap parameter yang diukur, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat hasil yang berbeda, akan dilanjutkan dengan uji Tukey. Kecuali untuk bobot larva dan sex rasio kumbang jantan F1. Bobot larva dianalisis secara deskriptif sedangkan jumlah kumbang F1dianalisis menggunakan Chi-kuadrat dengan model yang disadur dari Noor (2004) yaitu:

X2 = (O-E)2 E X2 : Chi-kuadrat O : Nilai pengamatan E : Nilai harapan

18

Prosedur Tahap Persiapan

Materi awal penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kumbang ulat tepung hasil budidaya di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan. Kumbang diperoleh dan dikumpulkan mulai dari fase pupa. Pupa kemudian ditempatkan pada baki plastik yang berukuran 35 x 28 x 16 cm tanpa diberi alas pakan. Pupa yang telah berubah menjadi kumbang kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan sampai terdapat sembilan ekor kumbang betina dan 27 ekor kumbang jantan yang memiliki umur yang sama. Kumbang tersebut kemudian dipisahkan ke dalam wadah yang terpisah sebelum diberi perlakuan. Dipersiapkan juga kumbang jantan maupun betina stok dengan umur yang sama sebagai pengganti apabila kumbang jantan maupun betina tidak mau melakukan perkawinan. Dalam pemeliharaannya, kumbang jantan dan betina stok dikondisikan sama dengan kumbang jantan dan betina yang akan dipakai dalam perlakuan.

Tahap Penelitian

Kumbang ulat tepung yang telah berumur 8 hari (virgin) kemudian disatukan untuk dikawinkan sesuai dengan perlakuannya. Tempat perkawinan yang digunakan adalah gelas plastik yang sudah diisi dengan konsentrat sebanyak 1/8 dari tinggi gelas. Konsentrat tersebut digunakan sebagai media hidup dan juga pakan bagi kumbang betina dan larva yang baru menetas. Setelah selesai melakukan proses perkawinan, pakan kumbang betina ditambah dengan irisan wortel yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air kumbang. Media bertelur yang digunakan adalah kertas hitam yang diletakkan kedalam gelas plastik jika proses perkawinan telah selesai. Ilustrasi tempat dan media yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.

Lamanya perkawinan diperkirakan 45-120 detik. Jika selama 10 menit kumbang jantan maupun betina belum melakukan perkawinan, maka dilakukan penggantian kumbang jantan yang diperoleh dari jantan stok. Jika selama 10 menit kemudian belum juga terjadi perkawinan, maka dilakukan penggantian kumbang betina yang diperoleh dari betina stok. Jika pada perkawinan kedua dan selanjutnya tidak terjadi perkawinan, maka hanya dilakukan penggantian kumbang jantan saja sampai terjadi perkawinan. Masing-masing jantan hanya diperbolehkan mengawini

19 betina sebanyak satu kali. Tabel waktu kegiatan perkawinan kumbang dapat dilihat pada Lampiran 20.

Tempat Bertelur Tempat Pembesaran

Gambar 4. Tempat dan Media yang Digunakan Untuk Perkembangbiakan Setelah kumbang selesai melakukan perkawinan, maka kumbang jantan segera dipisahkan dari kumbang betina. Kumbang betina dipindahkan pada media yang baru setiap lima hari sekali sampai dengan hari ke 20. Penghitungan jumlah larva pertama kali dilakukan pada hari ke-20 setelah pengawinan kumbang. Larva-larva yang diperoleh dari masing-masing gelas plastik kemudian dipindahkan ke dalam media pertumbuhan setelah sebelumnya dilakukan penghitungan. Penghitungan jumlah larva dilakukan setiap 10 hari sekali bersamaan dengan penggantian pakan. Media pertumbuhan yang digunakan sama dengan media perkawinan kumbang. Larva yang telah berubah menjadi pupa kemudian dihitung dan dikumpulkan kedalam satu tempat sesuai dengan perlakuannya. Penghitungan kumbang sama halnya dengan proses penghitungan pupa, akan tetapi pada kumbang

20 diikuti dengan proses identifikasi jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin kumbang ulat tepung dan alur kegiatan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 5. Perbedaan Jenis Kelamin Kumbang Ulat Tepung

21

Alur Kerja Penelitian

Larva ulat tepung

Kumbang

Pengumpulan kumbang

Identifikasi dan pemisahan kumbang jantan dan betina

Kumbang jantan (27 ekor) + jantan stok

Kumbang betina (9 ekor) + betina stok

Pengawinan kumbang

Pemindahan induk kumbang betina setiap lima hari sekali s.d. hari ke-20

Tempat I

Tempat II

Tempat III

Tempat IV

Penghitungan larva (pada hari ke-20) 37-48 hari

Dokumen terkait