• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Daging dan Kerja dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga November 2008.

Materi Ternak Percobaan

Ternak yang digunakan pada penelititan ini sebanyak 24 ekor domba garut jantan berumur sekitar 1,5 tahun, dengan bobot badan rata-rata mencapai 29,98 ± 4,01 kg. Domba percobaan kemudian dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan bobot badan. Rataan bobot badan kelompok I: 24,75 ± 1,50 kg, II: 27,0 ± 0 kg, III: 28,62 ± 0,47 kg, IV: 30,50 ± 0,57 kg, V: 32,87 ± 0,63 kg, dan VI: 36,12 ± 2,72 kg. Kandang dan Peralatan

Ternak dipelihara dalam kandang metabolis individu yang bersekat. Kandang ditempatkan dalam bangunan kandang utama yang permanen dan beratap monitor. Kandang dilengkapi tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan adalah termometer suhu minimum-maksimum, termometer dan hygrometer digital, stopwatch, termometer suhu rektal, jarum, tabung venoject berheparin, dan termos es.

Obat-obatan

Obat cacing (calbazen) diberikan per oral pada awal pemeliharaan untuk mencegah terjadinya penyakit cacing pada ternak. Kemudian vitamin (biosalamin) diberikansubcutan dengan menggunakan jarum suntik sebanyak 5 ml per ekor untuk mencegah terjadinya penurunan kesehatan pada ternak.

Ransum Percobaan

Ransum yang digunakan adalah jerami jagung dan konsentrat, dengan rasio 35 : 65. Jerami jagung yang digunakan sebagai sumber hijauan sebelumnya dicacah, kemudian dijemur selama 4-5 hari hingga kering. Jerami jagung yang telah dijemur tersebut lalu digiling hingga berbentukmashdan dicampur dengan konsentrat hingga

15 homogen. Berdasarkan kebutuhan nutrient domba jantan dari NRC (1985), bahan baku dan komposisi ransum percobaan terdiri atas hijauan jagung (35%), dedak halus (21,5%), jagung kuning (19,65%), bungkil kedele (13,6%), bungkil kelapa (8%), urea (0,25%), dan minyak jagung (2%). Selain itu berdasarkan hasil analisis laboratorium ITP (Ilmu dan Teknologi Pakan), Fakultas Peternakan, IPB (2008), komposisi nutrien ransum basal untuk domba penelitian tersebut adalah bahan kering (90,20%), protein kasar (13,97%), lemak kasar (7,5%), dan serat kasar (17,49%). Kandungan Na, K, Cl, Cr, S, CaSO4, dan ZnSO4 pada ransum percobaan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Penambahan Cr, ZnSO4, CaSO4, dan Kandungan Mineral Na, K, Cl, dan S Ransum Penelitian

Ransum Perlakuan Mineral (% BK ransum) R0 R1 R2 R3 Suplementasi: Kromium, ppm* - 3,00 - 3,00 ZnSO4, g/kg 0,124 0,124 0,124 0,124 CaSO4, g/kg - - 9,70 9,70 Kadar: Natrium, % BK 0,04 0,04 0,04 0,04 Kalsium, % BK 0,49 0,49 0,64 0,64 Sulfur, % BK 0,18 0,18 0,39 0,39 Klorida, % BK 0,19 0,19 0,19 0,19

Keterangan: - Hasil Analisis Laboratorium PAU, IPB, 2008 - *Hasil Perhitungan berdasarkan NRC (1985)

- R0= Ransum Basal (NKAR +14) tanpa Cr organik, R1= Ransum Basal (NKAR +14) dengan Cr organik R1 = Ransum Basal dengan Cr-organik 3 ppm, R2 = Ransum Basal + CaSO4 (NKAR 0) tanpa Cr organik (Asam), R3= Ransum Basal + CaSO4 (NKAR 0) dengan Cr organik.

Rancangan Perlakuan

Ransum perlakuan yang digunakan selama penelitian terdiri dari empat macam, sebagai beerikut:

R0 : Ransum Basal (NKAR +14) tanpa kromium organik R1 : Ransum Basal (NKAR +14) dengan kromium organik

16 R2 : Ransum Basal + CaSO4 (NKAR 0) tanpa kromium organik

R3 : Ransum Basal + CaSO4 (NKAR 0) dengan kromium organik. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Percobaan ini menggunakan 24 ekor domba garut jantan dan setiap ulangan mendapat ransum perlakuan yang berbeda. Model matematika yang digunakan pada rancangan ini yaitu:

Yij = +i + βj +ij Keterangan :

Yij = Variabel hasil pengamatan  = Rataan umum

i = Pengaruh perlakuan ke-i (0,1,2,3)

βj = Pengaruh kelompok ke-j

ij = Pengaruh error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance) berdasarkan Steel dan Torrie (1993). Selanjutnya, jika nilai suhu rektal, laju respirasi dan profil darah pada setiap perlakuan berbeda nyata maka dilakukan uji jarak Duncan.

Peubah yang Diamati 1. Suhu Rektal

Pengukuran suhu rektal dilakukan setiap minggu selama penelitian saat pagi hari pukul 06.30 WIB dan siang hari pukul 14.30 WIB. Pengukuran suhu rektal dilakukan dengan cara memasukan alat thermometer suhu rektal digital ± 10 cm ke dalam rektum domba penelitian, kemudian lakukan pembacaan angka yang terdapat pada alat tersebut setelah alat tersebut berbunyi.

2. Laju Respirasi

Pengukuran laju respirasi dilakukan setiap minggu selama penelitian pada pagi hari pukul 06.00 WIB dan siang hari pukul 14.00 WIB. Laju respirasi diukur dengan cara menghitung kembang kempis perut domba, pengukuran ini dilakukan selama satu menit dengan menggunakanstopwatch dancounter.

17 3. Profil darah

Pengukuran profil darah dilakukan pada akhir pemeliharaan di laboratorium Fisiologi Hewan FKH. Peubah yang diamati adalah hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit dan diferensiasi leukosit. Pengukuran nilai hemoglobin dilakukan dengan menggunakan metoda sahli, dengan prinsip kerja ialah darah dengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat. Warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan aquades sebagai pengencer.

Penghitugan nilai hematokrit dilakukan menggunakan metode mikrohematokrit denganmikrcrocapillary hematocrite reader. Prinsip penghitungan nilai hematokrit ialah darah yang tercampur dengan antikoagulan disentrifusi dengan centrifugesehingga terbentuk lapisan-lapisan. Kolom atau lapisan yang terdiri dari butir-butir darah merah atau eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai % volume dari keseluruhan darah.

Eritrosit dan leukosit diukur menggunakan pipet eritrosit atau leukosit. Darah dicampur dengan larutan pengencer, kemudian dengan menggunakan Hemositometer (kamar hitung) dapat dihitung banyaknya butir darah merah per mm3 di bawah mikroskop dan jumlah eritrosit atau pun leukosit dapat ditentukan, setelah dikoreksi terhadap faktor pengenceran.

Diferensiasi leukosit diukur menggunakan mikroskop, dua buah gelas objek, zat warna Giemsa atau Wright, pipet tetes, minyak emersi, buffer fosfat pH 6,4-6,7 dan alkohol 70 %. Sediaan ulas darah diwarnai dengan zat warna campuran asam dan basa (Giemsa dan Wright) akan menyebabkan komponen-komponen asam dari sel darah berwarna biru atau biru keungu-unguan, dan komponen basa dari sel berwarna merah. Persentase jenis-jenis butir darah putih dapat dihitung menggunakan mikroskop.

Prosedur Pembuatan Kromium Organik

Sumber kromium organik diperoleh dari kromium yang berasal dari proses fermentasi ragi dengan media kacang kedelai. Kedelai tanpa kulit biji direbus, didinginkan kemudian dicampur dengan ragi tempe dengan jumlah inokolum sebanyak 3 g untuk setiap 1 kg kedelai rebus. Kedelai rebus tersebut kemudian dicampur dengan mineral CrCl3.6H2O sehingga mempunyai konsentrasi 3000 ppm.

18 Hasil pencampuran tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah dilubangi untuk diinkubasi selama 6 hari, lalu media fermentasi dicacah dan dijemur di bawah terik matahari ± 4 hari sampai kering kemudian digiling sampai halus. Pengaturan NKAR

Nilai Neraca Kation Anion Ransum (NKAR) diketahui dengan mengukur kadar Na, K, Cl dan S dalam bahan pakan dan ransum. Nilai NKAR ransum basal (R0 dan R1) adalah + 14. Nilai NKAR ransum perlakuan lain (R2 dan R3) diatur menggunakan CaSO4 sehingga menjadi 0. Perhitungan besarnya neraca kation-anion berdasarkan persamaan Tuckeret al. (1992) adalah sebagai berikut :

NKA = ( Na + K )– ( Cl + S ) ( meq/100 g BK ransum ) Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama sembilan minggu. Dua minggu pertama merupakan masa adaptasi domba sebelum dilakukan masa pengumpulan data selama tujuh minggu berikutnya. Masa adaptasi berfungsi sebagai penyesuaian ternak dalam mengkonsumsi ransum perlakuan yang diberikan. Ransum dan air minum diberikan dua kali sehari dan diberikan ad libitum. Penimbangan bobot badan awal dilakukan sebelum penelitian untuk mengelompokkan domba berdasarkan bobot badan tersebut. Selama penelitian juga dilakukan pengamatan suhu kandang percobaan dengan menggunakan termometer suhu minimum-maksimum pada pukul 06.30 WIB dan pukul 14.00 WIB, sedangkan kelembaban kandang diamati menggunakan higrometer digital pada waktu yang sama.

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah domba dilakukan dengan menggunakan venoject di bagian vena jugularis. Sampel darah diambil dengan cara meraba pada daerah bagian kanan atau kiri leher domba untuk mencari vena jugularis, setelah pembuluh darah tersebut ditemukan lalu ditekan bagian bawahnya hingga tampak terjadi pembesaran. Jarum ditusukkan pada daerah pembesaran tersebut hingga darah domba mengalir dan masuk ke tabung venoject berheparin. Tabung venoject berisi sampel darah disimpan dalam termos es. Sampel darah tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisa. Pengambilan sampel darah dilakukan terhadap semua domba yang dilakukan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait