• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rayap adalah serangga kecil, sepintas lalu mirip dengan semut, dijumpai di banyak tempat, di hutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam rumah. Sarang rayap terdapat di tempat lembab di dalam tanah dan batang kayu basah, tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah kayu dan bahan-bahan dari selulosa lain serta jamur (Amir, 2003).

Secara taksonomi rayap termasuk ke dalam Ordo Isoptera yang berasal dari Bahasa Yunani, iso berarti sama dan ptera berarti sayap. Namun ini mengacu pada kasta reproduktifnya yang memiliki sepasang sayap depan dan belakang dengan bentuk dan ukuran yang sama. Serangga ini merupakan bagian dari komponen lingkungan biotik yang memainkan peranan penting dalam biosfer bumi. Mereka membantu manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu atau bahan organik lainnya dan mengembalikannya sebagai hara dalam tanah. Namun perubahan kondisi habitat rayap karena aktivitas manusia seringkali mengubah status rayap menjadi serangga hama yang merugikan. Bahkan pada saat ini masyarakat lebih mengenal serangga ini sebagai hama khususnya pada tanaman dan kayu kontruksi bangunan dibandingkan sabagai pengurai (dekomposer) yang peranannya dalam ekosistem sangat penting (Nandika, et al. 2003).

Sebagaimana di Negara-negara tropika lainnya, di Indonesia rayap dikenal sebagai serangga perusak kayu dan bangunan gedung yang paling penting. Serangannya pada konstruksi bangunan dan bahan lignoselulosa lainnya telah dilaporkan hampir diseluruh Provinsi di Indonesia. Bahkan kerugian ekonomis yang terjadi akibat serangannya pada bangunan gedung terus meningkat dari tahun ke tahun (Subekti, 2010).

Di Indonesia telah ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap, lima jenis diantaranya tercatat sebagai perusak kayu dan bangunan gedung yang paling penting, yaitu Coptotermes curvignathus Holmgren, Schedorhinotermes javanicus Kemner, Macrotermes gilvus Hagen, Microtermes inspiratus Kemner, dan

Cryptotermes cynocephalus Light. Kemampuan merusak serangga tersebut erat kaitannya dengan karakteristik populasinya yaitu hidup dalam satu koloni dengan jumlah anggota yang banyak dan memiliki wilayah jelajah yang tinggi. Karakteristik populasi tersebut menyebabkan upaya pengendalian rayap relatif sukar dilakukan (Pearce, 1997).

Dalam perkembangan hidupnya, rayap mengalami metamorfosis tidak sempurna, dengan tiga tahapan umum perkembangan, yaitu telur, pra-dewasa dan dewasa. Siklus hidup rayap (Gambar 1) meliputi: telur, nimfa yang dihasilkan dari penetasan telur, pseudergate (nimfa dewasa yang memiliki pucuk sayap dan siap jadi laron/alate), kasta pekerja, kasta prajurit dan kasta reproduktif (Baker dan Marchosky, 2005 dalam Astuti, 2013).

Gambar 1. Siklus hidup rayap tanah reticultermes (Gold et al., 1914 dalam Astuti 2013).

Rayap merupakan serangga yang paling sering merusak kayu. Berdasarkan tempat hidupnya, rayap perusak kayu dapat dibedakan menjadi dua yaitu rayap

kayu kering dan rayap tanah. Rayap kayu kering dapat memasuki kayu yang terbuka diatas tanah secara langsung dari udara. Sedangkan rayap tanah masuk kedalam kayu melalui dalam tanah atau melalui lorong-lorong pelindung yang dibangunnya. Untuk hidup rayap tanah diperlukan kelembaban tertentu yang tetap. Contoh rayap yang sangat umum dijumpai adalah Coptoterms sp. dan Macroterms sp (Batubara, 2006; Dwi Sudarman, 2014).

Rayap tanah merupakan rayap perusak yang menimbulkan tingkat serangan yang paling ganas. Rayap ini mampu menyerang hingga kelantai tiga suatu bangunan bertingkat. Rayap akan masuk kedalam kayu sampai bagian tengah yang memotong sejajar dengan serat kayu melalui lubang kecil yang ada dipermukaan kayu (Prasetyo & Hadi, 2005 dalam Akbar, 2009).

Semua jenis rayap yang ada, tidak kurang dari 300 jenis rayap di dunia yang berperan sebagai hama perusak tanaman, baik tanaman perkebunan, maupun tanaman kehutanan. Di Indonesia ada 20 jenis rayap yang dikenal sebagai rayap perusak tanaman, diantaranya adalah Coptotermes curvignathus Holmgren, Neotermes tectonae, Macrotermes gilvus, dan lain-lain (Nandika, et al, 2003).

Rayap tanah genus Coptotermes merupakan hama bangunan terpenting karena dampak kerusakan dan kemampuannya dalam menyerang bagian-bagian bangunan gedung secara meluas. Menurut Taruminkeng, (1992) dalam Sucipto (2009), rayap tanah merupakan serangga social yang hidup subur diberbagai belahan dunia terutama di daerah tropika dan subtropika. Rayap tanah penting dalam kehidupan manusia sebagai perombak bahan-bahan sisa seperti potongan kayu dan sisa kertas tetapi juga sering kali menimbulkan serangan

pada tanaman pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Rayap hidup berkoloni dan mempunyai sistem kasta dalam kehidupannya. Kasta rayap dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1. Kasta reproduktif 2. Kasta prajurit (soldier) 3. Kasta pekerja (worker)

Kasta reproduktif menghasilkan semua anggota koloni dan berperan penting dalam penyebaran dan pembentukan koloni baru. Kasta ini memiliki tiga tipe reproduktif pada suatu koloni, yaitu reproduktif primer, sekunder dan tersier. Reproduktif primer (ratu dan raja) dihasilkan dari laron atau rayap bersayap yang membentuk sarang baru setelah sukses melewati proses swarming (Harris, 1971 dalam Astuti, 2013). Ratu dicirikan oleh bentuk tubuh besar yang bersegmen yang berisi telur, sedangkan raja biasanya berada di sekitar ratu dengan ukuran badan yang lebih kecil dari ratu di ruang khusus atau central nursery chamber . Pada rayap C. formosanus, kasta reproduktif (ratu) memiliki umur sekitar 15 tahun dan mampu memproduksi hingga 2.000 telur per hari (Grace et al., 1996 dalam Astuti 2013). Genus Coptotermes juga memiliki kemampuan menghasilkan neoten, yaitu rayap reproduktif yang menggantikan kedudukan reproduktif primer (ratu). Keberadaan neoten memungkinkan koloni rayap tetap dipertahankan setelah kematian reproduktif primer, dengan menyediakan alternatif untuk penyebaran koloni oleh laron dan mengatur ukuran populasi dari waktu ke waktu (Myles, 1988 dalam Astuti 2013).

Kasta pekerja biasa memiliki warna pucat dan sedikit mengalami penebalan di bagian kutikulanya. Kasta ini bertugas membangun sekaligus memperbaiki sarang, memelihara ratu, telur, dan rayap muda; serta mencari makanan untuk semua penghuni koloni. Merekalah yang bertanggung jawab terhadap kerusakan pada aset-aset milik manusia dari bahan berlignoselulosa lainnya. Para pekerja muda tinggal dalam sarang merawat telur dan nimfa; sedangkan para pekerja yang lebih tua, lebih kuat dan lebih besar membangun sarang dan mencari untuk makanan. Rayap pekerja dapat mencapai dewasa dalam setahun dan bisa hidup sekitar dua tahun, mereka juga kadang-kadang bisa memperlihatkan perilaku kanibal dengan memakan rayap lain yang lemah atau sudah mati demi kelangsungan hidup koloni (Nandika, et al, 2003).

Kasta prajurit dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata, serta rahang yang berkembang baik seperti terlihat pada Gambar 6a. Prajurit memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada pekerja, dengan jumlah anggota yang sangat sedikit dibandingkan pekerja. Prajurit tidak terlihat kecuali kayu atau terowongan rusak untuk menghalau musuh alami. Secara praktis, genus yang termasuk famili Rhinotermitidae ini mudah diketahui karena adanya cairan berwarna putih yang dikeluarkan oleh prajurit pada saat mengigit musuhnya (Nandika et al., 2003).

Karakter morfologi yang diamati dari beberapa sampel rayap Genus Coptotermes yang ditemukan terdiri dari panjang kepala, lebar kepala, panjang mandibel, jumlah ruas tubuh, jumlah ruas antena, jumlah bulu pada kepala, bentuk mandibel, dan bentuk pronotum. Genus Coptotermes memiliki kepala berwarna

kuning, antena, lambrum, dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya, memiliki fontanel yang lebar. Antena terdiri dari 9-15 segmen; segmen kedua dan segmen keempat sama panjangnya. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya; batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. Rata-rata panjang kepala tanpa mandibel pada seluruh sampel rayap berkisar antara 0.92-1.3 mm. Lebar kepala 0.97-1.14 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan dengan jumlah ruas antara 8-10 ruas ( Tho, 1992).

Rayap menjadikan kayu sebagai sumber makanan dan sekaligus menjadi tempat bersarangnya. Rayap memakan selulosa kayu untuk kebutuhan hidupnya. Syafii, (2002) dalam Nuriyatin et al (2003) menjelaskan bahwa perusakan kayu oleh rayap melalui proses “mecha-no-biodecomposition”. Artinya pertama rayap menggigit sampel kayu, selanjutnya kayu didekomposisi dalam perut secara biokimia untuk memperoleh energi guna perkembangan dan pertumbuhannya.

Faktor lingkungan yang turut mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, serta ketersediaan makanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang kuat yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap. Perubahan kondisi lingkungan akan menyebabkan perubahan perilaku rayap serta kondisi habitat di sarang rayap (Leicester et al. 2002). Rayap tanah genus Coptotermes merupakan hama bangunan terpenting karena dampak kerusakan dan kemampuannya dalam

menyerang bangunan yang lebih tinggi di bandingkan rayap tanah lainnya. Serangga ini mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan termasuk kondisi lingkungan yang diciptakan manusia di dalam bangunan gedung (Eggleton, 2000).

Rayap tanah mudah menyerang kayu sehat atau kayu busuk yang ada didalam atau diatas tanah lembab, juga dapat membentuk saluran-saluran yang terlindung pada pondasi-pondasi atau penghalang lain yang tidak dapt ditembus serta dapat mendirikan sarang berbentuk seperti menara langsung dari tanah. Saluran dan menara-menara yang terbuat dari tanah yang halus dan kaya akan hara dicerna sebagian. Kemudian direkatkan bersama dengan ekskresi serangga, memungkinkan rayap tersebut menciptakan kondisi kelembaban dalam kayu yang cocok. Jika tidak, kayu akan kering sehingga tahan terhadap serangan dari jenis rayap ini. Jika rayap ini bekerja dalam suatu bangunan yang jauh dari tanah atau sumber-sumber kelembaban lainnya, rayap tanah ternyata juga dapat membentuk tabung-tabung yang menggantung pada kayu itu, nampaknya untuk mencari hubungan yang lebih dekat dengan tanah. Apabila rayap tanah dapat mencapai suatu bangunan, rayap akan memperluas kerjanya sampai cukup tinggi, dan sering mencapai tingkat kedua atau ketiga dari bangunan-bangunan bertingkat (Hunt & Garrat, 1986).

Menurut Taruminkeng (1992) dalam Ananto Widiatmoko dan Darmono, (2013) Rayap tanah penting dalam kehidupan manusia sebagai perombak bahan-bahan sisa potongan kayu dan sisa kertas tetapi juga sering kali menimbulkan serangan pada tanaman pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Februari 2016, dilakukan di Laboratorium Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Universitas Halu Oleo. Kendari.

Dokumen terkait