Apabila kita kaji lebih jauh sampai saat ini bangsa Indonesia belum mempunyai konsep yang jelas dan tegas yang mampu dijadikan acuan dalam melaksanakan nilai-nilai kearifan lokal oleh seluruh masyarakat dan bangsa, apalagi bangsa Indonesia dengan sifat kemajemukanya yang terdiri lebih dari... suku bangsa sehingga akan sangat rentan bila tidak punya pedoman tentang karakter kepemimpinan nasional. Sehingga dengan demikian harus segera dirumuskan konsep kepemimpinan nasional yang berbasis kearifan lokal mulai dari : definisi, azas, filosofi, jenis, sistem, tipe, karakter nilai, kompetensi, syarat-syarat sampai dengan pantangan-pantangan yang harus dijauhi. Untuk itu dibawah ini kami sajikan konsepsi-konspesi tersebut:
Pengertian kepemmpinan : Parigeuing (mengingatkan) atau eling, jadi
seorang pemimpin harus senantiasa eling mengingatkan bawahanya kearah jalan yang benar (Wattawa saubilhaq wattawa saubil sobr) dengan mengedepankan keteladanan sehingga yang dipimpin tidak sadar dibawa kearah tujuan bersama.
1. Azas kepemimpinan :
a. Asih, asah, asuh,
b. Ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulodo, Tutwuri Handayani c. Sipaka Inga, sipaka tau, sipaka lebih
2. Filosofi Kepemimpinan :
a. Pakeun heubeul jaya dibuana pake gawe kerta bener, pake gawe kerta rahayu
b. Tata tentrem kerta raharja
c. Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke d. Elmu pare
3. Prinsip-prinsip Kepemimpinan :
41 b. Ulah batengah bisi kateker c. Wayah wilayah lampah d. Galih, galeuh, galuh
e. Leader by action but not leader by position f. ...
4. Syarat-syarat Kepemimpinan :
a. Cageur : Phisical ability AQ b. Bageur : Emotional ability EQ c. Bener : Spritual ability SQ d. Pinter : Intelectual Ability IQ e. Wanter : Sosial ability ScQ f. Singer : Personal Ability PQ g. Teger : Resiliance ability RQ h. Nanjeur : Exelent ability ExQ
5. Sifat-sifat Kepemimpinan : a. Seabgai leader b. Sebagai manajer c. Sebagai komander d. Sebagai teacher e. Sebagai father f. Sebagai entertainer g. Sebagai enterpreuter h. Seabagi desaigner i. Sebgai servicer 6. Tipe Kepemimpinan : a. Nasional b. Visioner c. Negarawan d. Sebagai abdi e. Sebagai prabu f. Sebagai palangka 7. Jenis Kepempinan :
a. Dasa prasanta (10 Penenang Hati) b. Catur Gya (empat hal terpuji)
42
c. Pangimbuhan Twah (Pemimpin yang kharismatik d. Asta guna (8 kerarifan)
e. Dasa kreta (10 Pantangan)
f. Pada Mulya (Pemimipn yang mulya)
8. Sistem Kepemimpinan
a. Tri tangtu dibuana ; Prabu, Rama, Resi
9. Standar pengukuran kepemimpinan
a. Standar moral d. Standar Intelektual b. Standar mental e. Standar ...
c. Standar fisik
A. Nilai-nilai Karakter Kepemimpinan berdasarkan Pancasila:
1. Taqwa 14. Suka berbagi
2. Setia 15. Gotong royong
3. Rendah hati 16. Tidak individualis 4. Manusiawi / menjunjung HAM 17. Amanah
5. Adil 18. Bermusyawarah
6. Etis, santun dan beradab 19. Amanah 7. Menghargai perbedaan 20. Demokratis 8. Mengutamakan kebersamaan 21. peduli 9. Memperjuangkan hak orang banyak 22. Jujur
10. Menerima pendapat orang lain 23. Terbuka/transparan
11. Bijak 24. Tanggung jawab
12. Bekerjasama 25. Melayani
13. Welas asih
Nilai-nilai kebangsaan berdasarkan 4 konsensus dasar Nasional :
1) Nilai ketaqwaan kepada Tuhan YME 2) Nilai Kemanusiaan 3) Nilai Keadilan 4) Nilai Persatuan 5) Nilai Sosial 6) Nilai Demokratis 7) Nilai Multikultural
43
8) Nilai Patriotisme
B. Kompetensi
1. Cekatan = Cangcingan
2. Terampil = Langsitan
3. Tulus hati = Paka
4. Rajin = Rajeun
5. Tekun/ulet = Leukeun
6. Sabar Tawaqal = Mwa Surahan
7. Tangkas = Prenya
8. Semangat/Pantang menyerah = Merogol-rogol 9. Tanggung jawab, berani, satria = Purusa
10. Cermat = Emet
11. Teliti = Imeut
12. Penuh keutamaan/profesional, = Parakadana Proporsional, perfeksionis
C. Pantangan-pantangan dalam Kepemimpinan
1. Obat Paharaman
a) Mudah Tersinggung = Mulah Babarian b) Mudah Merajuk = Mulah pundungan c) Berkeluh Kesah = Mulah Humandeuar d) Menggerutu = Mulah Kukulutus
2. Sikap Pimpinan Sebagai Abdi (SSK VI)
a) Jangan Mengeluh = Mulah Luhya b) Jangan Kecewa = Mulah Kuciwa
c) Jangan Sulit Diperintah = Mulah Ngontong Dipiwarang d) Jangan iri = Mulah Hiri
e) Jangan Dengki = Mulah Dengki
3. Ilmu Wujud Air Sungai (Patanjala) - AG Verso VI
a) Jangan Mudah Terpengaruh b) Jangan Peduli terhadap Godaan
c) Jangan Dengarkan Ucapan yang Buruk d) Pusatkan pada cita-cita/ Tujuan
44
4. Empat larangan Dalam Cara Berbicara (AG Verso III)
a) Jangan Berteriak = Mulah Kwanta
b) Jangan Menyindir = Mulah Majar Laksana
c) Jangan Menjelekkan = Mulah Mudahkeun Pada Janma
d) Jangan Berbohong = Mulah Sabda Ngapus
3. Kesimpulan
Nilai-nilai Kearifan lokal yang dilaksanakan dalam rangka membangun kepemimpinan nasional harus sesuai dengan 4 (empat) konsensus dasar nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yakni Nilai ketaqwaan kepada Tuhan YME, Nilai Kemanusiaan, Nilai Keadilan, Nilai Persatuan, Nilai Sosial, Nilai Demokratis, Nilai multikulturalis, Nilai Patriotisme
Masalah kepemimpinan, berkaitan erat dengan unsur silih asih, silih asah, dan silih asuh, yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Silih asih, silih asah, dan silih asuh, selayaknya dijawantahkan oleh seorang pemimpin sebagai master dalam kepemimpinannya sebagaimana yang dilakukan oleh raja Sunda yang bergelar “Prabu Siliwangi”, raja yang legendaris, dicintai serta dicintai masyarakatnya, karena mereka telah berhasil memerdayakan serta mensejahterakan rakyatnya.
Sikap dan perilaku orang Sunda yang tentu saja harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana terungkap dalam naskah Sunda buhun, adalah cageur, bageur, pinter, bener, singer, teger, wanter, dan tajeur.
Pola kepemimpinanyang terungkap dalam Naskah Sunda Buhun abad XVI Masehi, berkelindan erat dengan „Pemimpin sebagai master‟, yakni pemimpin yang sudah ngarajaresi/legendaris‟yang mampu berperan sebagaileader, manajer, entertainer, entrepreneur, commander, designer, servicer, teacher, serta father, yang menurut SSKK adalah pemimpin yang
45
dalam kepemimpinannya memiliki sifat Dasa prasanta,yaitu sepuluh penenang atau cara memberi perintah yang baik agar yang diperintah atau bawahan merasa senang serta pemimpin yang dalam pribadinya sudah melekat karakter kepemimpinan yang disebut pangimbuhning twah atau pelengkap untuk mempunyai tuah/kharisma/pamor.
Di samping itu, pemimpin sebagai tokoh/masteryang melegenda, adalah pemimpin yang menjauhi empat karakter yang negatif agar kepemimpinannya berkharisma, yang dikenal dengan sebutan“opat paharaman” atau empat hal yang diharamkan. Pemimpin sebagai „master‟ pun, harus menjauhi watak manusia yang membuat kerusakan di dunia yang disebut Catur Buta.
Berdasar naskah Sanghyang Hayu, seorang pemimpin legendaris, adalah pemimpin yang menjiwai „tiga rahasia‟ yang terdiri dari lima bagian, yakni lima belas karakter yang harus mendarah daging dalam diri seorang pemimpin. Figur seorang pemimpin legendaris harus berpegang teguh kepada prinsip astaguna „delapan kearifan‟, sehingga kepemimpinannya berjalan selaras, baik, dan harmonis.
Perlu dirumuskannya konsep dasar tentang kepemimpinan nasional berbasis kearifan lokal mulai dari definisi, azas, filosofi, jenis, sistem, tipe, karakter nilai, kompetensi, syarat-syarat sampai dengan pantangan-pantangan yang harus dijauhi.
46