• Tidak ada hasil yang ditemukan

REF LAIN:

Dalam dokumen Jenis-Jenis Kritikan Arsitektur (Halaman 99-107)

menunjukkan berbagi fakta, mengenal pembuat bangunan

mengendentifikasi fakta-fakta yang relevan mengenai kehidupan para arsitek, klien dan kontraktor serta damapk akhir terhadap bentuk akhir bangunan.

Contoh:

Pengaruh permainan dan blok-blok karya Gunther Froebel tas karya Frank Lloyd Wright diakui oleh sejumlah kritisi, dan juga Wright sendiri.

Mengelakkan penafsiran-penafsiran demikian dan hanya mengemukakan fakta-fakta.

Menyerahkan pernyataan tentang pengaruh-pengaruh tersebut terhadap pembaca.

C O N T O H B I O G R A F

I S:

Han Awal (lahir di Malang, Jawa Timur, 16 September 1930; umur 79 tahun) adalah seorang arsitek Indonesia.Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di Malang. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool di Delft, Belanda, ia melanjutkan studi di sekolah itu dengan beasiswa dari Keuskupan Malang.

KarenaIndonesia-Belanda terlibat sengketa Papua pada tahun 1956, Han terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. "Di Belanda, saya banyak belajar arsitektur dari segi teknis. Mungkin karena negerinya kecil, para arsitek Belanda sangat mementingkan presisi. Perbedaan ukuran sesentimeter saja bisa dipersoalkan. Baru di Jerman saya mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep besar arsitektur," ujarnya.

Prestasinya dalam merancang bangunan mendapatkanpenghargaan Internasional Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional. Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Han Awal juga terlibat dalam pembangunan Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces) 1964-1972. Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR. Han awal mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971, Dosen Tak Tetap FTUI Jurusan Arsitektur, 1965-2000 - Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang, 1990-2003, Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang, 1997-2004, dan Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI, 2003. Selain itu, ia juga aktif mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia, ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memberi andil dalam berdirinya ajang diskusi Arsitek

Muda Indonesia.

Han sekarang lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia

seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama. Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan Budi Lim, arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995.

Budi Pradono, Lahir tanggal 15 Maret 1970 di Salatiga. 1995 Menyelesaikan studinya di jurusan arsitek, Universitas Duta Wacana Christian, Jogjakarta.1995-1996 Bekerja di Beverley Garlick Architects PTY. LTD. Sydney- Australia. 1996-1999 Bekerja di PT. International Design Consultants (IDC), Jakarta – San Francisco. 1999-sekarang Bekerja di Budi Pradono Architects, Jakarta. 2002 Menyelesaikan gelar master di Berlage Institute, Rotterdam, Netherlands. 2000-2002 sebagai project architect pada Kengo Kuma & Associates, Tokyo-Japan.

Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Salah satunya konsep 'green' oleh Budi Pradono, seorang arsitek yang sudah dikenal di mancanegara dengan berbagai award internasional yang sudah diraihnya.

Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono menggunakan contoh-contoh dari desain yang ia hasilkan, baik yang menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa ini menuntut kita untuk melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus diberikan pada bangunan yang ‘green’ dengan berbagai kriteria.

‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk

menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.

Profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan yang kuat untuk melakukan perubahan besar dalam metode merancang dan juga melakukan absorbsi teknologi yang cepat agar dapat menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek dalam mengantisipasi pemanasan global, penghematan energy, dan pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggung-jawab. (Budi Pradono)

Yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang 'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara estetika terlihat kurang menarik. Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena

fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi 'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic (sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak murah.

Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya.

Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.

Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman lebih banyak di sebuah bangunan, tapi juga lebih luas dari itu, misalnya memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya.

Budi Pradono menjelaskan tentang konsep 'green' dalam rancangannya melalui contoh,

misalnya pada rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi pencahayaan.

Pada 'K-house' yang dirancangnya untuk rumah mungil dengan 3 orang penghuni dan 5 ekor anjing, konsep arsitektur hijau diterapkan pada rancangan desain yang dibuat agar anjing-anjing tidak mudah lepas dan mengganggu tetangganya. Rumah ini mengetengahkan konsep rumah 'kandang' dengan jeruji-jeruji besinya, yang didesain dengan artistik sehingga menghilangkan kesan kandang dan menimbulkan artikulasi arsitektur baru dengan estetika yang unik.

Ahmett Salina Studio di Jakarta Selatan adalah salah satu rancangan dimana open space ditambahkan agar ruang hijau didepan bangunan lebih luas dan dapat digunakan bersama dengan tetangga-tetangganya. Rumah ini juga 'menggunakan dinding tetangga' untuk penghematan resource, serta memanfaatkan elemen bambu untuk secondary skin yang dapat menetralisir panas matahari.

AA house di Cipinang, Jakarta Timur dikonsep dengan keleluasaan ruang-ruang untuk saling overlap satu sama lainnya. Ruang tamu dan musholla dapat dibuka dan mencairkan ruang lebih luas. Roof garden dibuat pada tiap lantai hingga atapnya.

Dari konsep-konsep desain tersebut, terdapat upaya Budi Pradono untuk menghadirkan 'green design' dalam rancangan arsitekturnya, dimana letak 'green' pada tiap bangunan bisa berbeda sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada.

H A K I K A T M E T O D A

K R I T I K K O N T E K S T U A

L

• Hal yang perlu diketahui dalam metode kritik

kontekstual adalah : Informasi tentang aspek sosial,

politik dan ekonomi pada saat bangunan di desain.

• Tekanan-tekanan apakah yang diterima sang arsitek

atau klien pada saat bangunan akan dan sedang

dibangun?.

REF LAIN:

merekam tekanan-tekanan dan peristiwa-peristiwa yang menyertai perancangan dan produksi.

Bagaimana tekanan-tekanan ekonomi, politik, atau ntar pribadi mewujudkan dirinya dalam rancangan akhir?

C O N T O H K O N T E K S T U

A L:

Dalam dokumen Jenis-Jenis Kritikan Arsitektur (Halaman 99-107)

Dokumen terkait