• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V (ANALISIS PENELITIAN)

A. Refleksi Teori

Bab II menjelaskan bahwa secara garis besar modal sosial merupakan pendayagunaan kerjasama antar anggota suatu kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Ada empat unsur modal sosial yang di adopsi oleh Rumah Batik Palbatu, yaitu trust, norma dan nilai sosial, jaringan sosial, dan filantropi sosial. Penelitian ini “Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal Sosial (studi kasus di Rumah Batik Palbatu)”, menggunakan teori modal sosial yang dicanangkan oleh James Coleman sebagai pisau analisis.

Sunyoto (2018) mengutip pandangan Coleman yang mengatakan bahwa modal sosial merupakan sebuah bentuk kerjasama antara anggota yang ada di dalam sebuah kelompok. Kepercayaan merupakan instrumen utama dalam sebuah komunitas atau masyarakat. Biasanya kepercayaan terbentuk karena adanya kesamaan nasib maupun kesamaan frekuensi dan minat sehingga mampu menyatukan diri dalam mencapai tujuan tertentu.

Berikut peneliti akan menjabarkan hasil analisa dari pemanfaatan unsur-unsur modal sosial (trust, norma&nilai, jaringan sosial, filantropi sosial) dalam program pemberdayaan di Rumah Batik Palbatu:

1. Trust atau kepercayaan Sebagai bonding antara pengelola, anggota, peserta program, dan masyarakat sekitar.

Kepercayaan merupakan sebuah kunci dalam

penguatan komunikasi dan interaksi dalam sebuah kelompok. Kepercayaan yang terbentuk di Rumah Batik Palbatu memiliki perjalanan waktu yang cukup panjang. Sedari awal pembentukan Rumah Batik Palbatu, pak Hary dan pak Iwan selaku founder dari Rumah Batik Palbatu berhasil meyakinkan lingkungan sekitar dalam hal ini warga dan otoritas setempat dalam sounding tentang apa dan bagaimana Rumah Batik Palbatu.

Demikian pula dalam mengelola maupun dalam pengembangan program, Rumah Batik Palbatu menjadikan kepercayaan sebagai pijakan dalam pengaplikasian seluruh gagasan-gagasan yang telah dibentuk.

Dampak akan hasil dari pengaplikasian trust yang terkandung dalam modal sosial ketika membangun, mengelola, dan mengembangkan Rumah Batik Palbatu dapat dilihat dalam beberapa hal:

a. Dukungan Penuh dari Warga dan Otoritas Setempat

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pak Hary dan pak Iwan selaku founder Rumah Batik Palbatu menjadikan kepercayaan warga dan otoritas

setempat sebagai langkah awal dalam mendirikan Rumah Batik Palbatu.

Kepercayaan dari warga sekitar menjadi penting karena dengan adanya kepercayaan dari warga maka timbul sebuah dukungan baik moral maupun materi terhadap program-program yang di gagas Rumah Batik Palbatu. Karena tujuan awal pembentukan Rumah Batik Palbatu adalah pemberdayaan ekonomi bagi warga Palbatu, pak Hary berharap Rumah Batik Palbatu bisa menjadi solusi bagi warga Palbatu yang memiliki masalah dalam ekonominya.

Pak Hary dan pak Iwan dengan relasi yang dimiliki, mengundang pembatik dari Jawa Timur yang kemudian memberikan kepercayaan kepada warga Palbatu untuk ikut serta dalam pelatihan membatik. Setelah menguasai teknik membatik, warga Palbatu diberikan kepercayaan untuk menjadi anggota Rumah Batik Palbatu. Dalam penerapan programnya, warga Palbatu yang ikut serta dalam keanggotaan Rumah Batik Palbatu di berikan tugas untuk menjadi pengajar batik dan juga pengrajin batik. Profit dari kegiatan tersebut dibagi dua, setengah buat warga yang berpartisipasi dan setengah lagi untuk kas Rumah Batik Palbatu.

Selanjutnya dukungan dari otoritas setempat yaitu ketua RT dan ketua RW. Pada dasarnya Rumah Batik Palbatu ini mencangkup RW 04 yang ada di

Kelurahan Menteng Dalam. Ini berarti bahwa seluruh stakholder yang ada di RW 04 berhak untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan Rumah Batik Palbatu. Otoritas setempat menaruh kepercayaan kepada Rumah Batik Palbatu sebagai salah satu wadah dalam menyalurkan keterampilan membatik.

b. Stimultan Bagi Seluruh Anggota

Sejatinya Rumah Batik Palbatu memiliki jajaran pengelola antara lain pak Hary, pak Iwan, dan juga bu Yuyun (Sri Wahyuni). Namun Rumah Batik juga membuka peluang bagi anggota yang memiliki tanggung jawab dan konsistensi untuk ikut serta dalam mengelola Rumah Batik Palbatu. Mengelola dalam artian ikut serta dalam perencanaan program secara mendalam (termasuk di bagian keuangan), pengelola juga berhak untuk mengetahui urusan dapur Rumah Batik Palbatu.

Dengan demikian para anggota Rumah Batik Palbatu terpacu dengan adanya kepercayaan yang diberikan oleh pak Iwan maupun pak Hary. Dengan demikian para anggota lebih bersemangat dan meningkatkan kesadarannya terhadap perkembangan Rumah Batik Palbatu.

c. Adanya Respon Peserta Program Terhadap Rumah Batik Palbatu

Rumah Batik Palbatu dalam program Beasiswa difable membatik memberikan kepercayaan kepada teman-teman disabilitas terpilih untuk secara gratis ikut serta dalam pelatihan membatik. Semua biaya operasional dalam program tersebut seperti bahan baku dan alat-alat 100% ditanggung oleh pihak Rumah Batik Palbatu. Para peserta juga akan diberikan makan siang selama program berjalan.

Inisiasi tersebut membuat psikologis para peserta menjadi lebih baik sehingga para peserta mendedikasikan dirinya untuk berpartisipasi penuh dalam program tersebut. Setelah program tersebut selesai kurang lebih selama 2-3 bulan ada wisuda bagi para peserta. Peserta diberikan sertifikat sebagai tanda bahwa mereka pernah mengikuti pelatihan membatik. Peserta juga dibuatkan video dokumenter selama program berlangsung.

Dampak atau hasil program pun tidak berhenti sampai disini. Setelah selesai program selama 2-3 bulan, ada “seleksi alam”. Dalam artian alumni-alumni tertentu yang memiliki antusias dan konsistensi melibatkan dirinya dalam program-program di Rumah Batik Palbatu yang lain. Sebenarnya Rumah Batik Palbatu membuka pintu bagi setiap alumni program beasiswa difable

membatik untuk terus berkarya dan menjual karyanya di Rumah Batik Palbatu. Namun dikarenakan kesibukan dan lain hal hanya beberapa saja yang masih menetap dan menjadi anggota Rumah Batik Palbatu. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk resiprositas atau timbal balik yang diberikan oleh alumni program kepada Rumah Batik Palbatu. Para alumni program beasiswa difable membatik yang masih terus berkarya merupakan ekspresi mereka dalam membayar kepercayaan yang diberikan Rumah Batik Palbatu.

2. Norma dan Nilai Sosial Sebagai Pedoman dalam Berinteraksi, dan mengambil keputusan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa norma merupakan sebuah pedoman dalam bertindak dan berinteraksi individu-individu yang tergabung dalam kelompok. Filosofi dan nilai moral yang terkandung dalam budaya batik yang menjadi pedoman dalam pengelolaan Rumah Batik Palbatu.

Batik mengajarkan tentang bagaimana cara

menghargai sebuah proses, menghargai sesama maupun orang lain lewat toto kromo, menjaga ikatan batin dengan sesama, dan kepedulian terhadap lingkungan. Peneliti melihat hal tersebut yang diadopsi Rumah Batik Palbatu, baik dalam keanggotaan maupun di luar keanggotaan.

Rumah Batik Palbatu berusaha melestarikan batik sebagai budaya materil dan filosofis.

Berikut merupakan dampak diadopsinya batik sebagai pedoman baik secara norma maupun nilai sosial dalam Rumah Batik Palbatu:

a. Penyeragaman Frekuensi dalam Mencapai Tujuan Bersama

Pesan moral yang terdapat pada batik sebagai pedoman dalam Rumah Batik Palbatu menjadikan keseluruhan stakeholder yang terkait memiliki kesamaan frekuensi dan perspektif. Hal tersebut mendorong kerjasama antar anggota yang terlibat dalam mencapai tujuan bersama. Rumah Batik Palbatu memiliki tujuan yang sangat eksplisit, yakni melestarikan budaya batik, pemberdayaan ekonomi, dan economic gain yang dirasakan bersama.

b. Adanya kedisiplinan tingkat lanjut antar anggota Rumah Batik Palbatu

Kedisiplinan merupakan sebuah kunci dalam mengatur sebuah kelompok maupun organisasi. Kedisiplinan ada karena anggota yang tergabung

dalam kelompok ataupun organisasi menaati

peraturan yang ada. Begitu juga dengan apa yang terjadi di Rumah Batik Palbatu, disiplin merupakan kunci agar tidak ada clash antar anggota dan miss komunikasi. Komitmen merupakan kata yang cocok

dalam pengaplikasian kedisiplinan. Rumah Batik

Palbatu menuntut setiap anggotanya untuk

bertanggung jawab dan berkomitmen penuh dalam menerapkan aturan yang ada. Sanksi sosial bagi yang melanggar aturan pun ada namun tidak tertulis hanya berupa kesepakatan bersama. Sanksi pun tidak wajib dilakukan apabila melanggar, namun hanya kesadaran diri sendiri yang melatar belakangi setiap anggota Rumah Batik Palbatu untuk menjalankannya.

Hasil positif dari diterapkannya kedisiplinan pun terlihat jelas, sekretariat Rumah Batik Palbatu bersih dan rapi setiap saat karena ada kedisiplinan setiap anggotanya dalam menjaga kebersihan dan kerapihan. Kedisiplinan terkait waktu maupun jadwal rapat pun dapat diterapkan dengan baik di Rumah Batik Palbatu.

c. Anggota Rumah Batik Palbatu Bisa Memahami Karakter Satu Sama Lain

Batik mengajarkan tentang bagaimana cara dalam menghargai sesama apapun kondisinya. Keanggotaan Rumah Batik Palbatu cukup kompleks karena berbagai macam individu yang berbeda karakter tergabung di dalamnya.

Perbedaan tersebut mengahruskan seluruh anggota bekerja sama satu sama lain walaupun berbeda karakter maupun latar belakang. Tidak boleh

ada penghalang dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Seluruh keanggotaan Rumah Batik Palbatu mulai dari pengelola sampai relawan dituntut untuk bisa saling memahami satu sama lain agar lebih mudah dalam bekerja sama.

d. Adanya Inklusifitas antara Anggota dan Peserta Penyandang Difable

Kepedulian terhadap teman-teman disabilitas yang melatar belakangi pak Hary berkolaborasi dengan Ahmad Yusuf dalam membuat program beasiswa difable membatik. Kesulitan dalam mencari pekerjaan acap kali dirasakan oleh teman-teman difable. Maka dari itu Rumah Batik Palbatu berharap pelatihan membatik yang diberikan kepada teman-teman disabilitas dapat menjadi bekal dalam kehidupan ekonomi teman-teman disabilitas.

Sebagai individu yang memiliki kesempurnaan, acap kali merasa sungkan ketika berhadapan dengan

teman-teman penyandang disabilitas terutama

penyandang tuli. Rasa sungkan timbul karena permasalahan dalam hal komunikasi dengan teman-teman tuli. Teman-teman-teman tuli biasa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Anggota Rumah Batik yang menguasai bahasa isyarat hanya dua orang, namun bukan berarti tidak ada komunikasi

antara teman-teman tulidengan anggota lain yang tidak bisa bahasa isyarat.

Anggota Rumah Batik Palbatu dituntut untuk bisa menjaga inklusifitas dengan teman-teman tuli dengan cara menjaga komunikasi yang baik walaupun tidak bisa bahasa isyarat. Karena pada dasarnya teman-teman tuli lebih merasa dihargai ketika mereka dilibatkan dalam pembicaraan walaupun hanya sedikit yang bisa mereka pahami.

3. Jaringan Sosial Berfungsi Sebagai Jembatan Dalam Menerima Dan Menyalurkan Informasi Terkait Rumah Batik Palbatu

Jaringan sosial merupakan bekal yang cukup penting dalam ekspansi dunia usaha. Jaringan sosial yang baik dapat menjadi magnet bagi reputasi sebuah usaha dalam bermitra dengan pihak-pihak lain baik pemerintahan maupun non-pemerintahan.

Pak Iwan dan pak Hary memiliki cukup banyak relasi karena memang pada dasarnya mereka memiliki basic sebagai pengusaha. Hal tersebut yang kemudian disalurkan kepada Rumah Batik Palbatu untuk melakukan ekspansi. Pak Iwan memiliki relasi yang cukup baik dengan perusahaan-perusahaan besar dan juga asosiasi pembatik seluruh Indonesia. Sedangkan pak Hary sebagai pengusaha percetakan memiliki beberapa relasi yang cukup baik dengan konsumennya. Kolaborasi tersebut membuat

Rumah Batik Palbatu dengan mudah melenggang di dunia industri batik.

Berikut peneliti akan memaparkan dampak dari pemanfaatan jaringan sosial yang dimiliki oleh Rumah Batik Palbatu:

a. Pengembangan Relasi yang Menguntungkan Bagi Rumah Batik Palbatu

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, relasi yang baik akan menghasilkan mitra usaha dan pengembangan sebuah industri mandiri. Sejauh ini Rumah Batik Palbatu telah memiliki mitra dengan beberapa perusahaan seperti PT.Indonesia Power, Telkom Indonesia, dan beberapa organisasi sosial.

Rumah Batik Palbatu dapat bertukar resources dengan mitra-mitra tersebut. Sebagai contoh Rumah Batik Palbatu memiliki website resmi berkat mitranya dengan PT.Indonesia Power. Banyak dana hibah sosial juga yang masuk ke Rumah Batik Palbatu dari mitra-mitra yang terbentuk.

b. Menanamkan Program yang Bersifat

Suistainable

Selain jaringan sosial dengan mitra-mitra usaha, Rumah Batik Palbatu juga menjaga relasi dengan beberapa stakeholder yang pernah berkaitan dengan Rumah Batik Palbatu. Seperti halnya dalam setiap program yang pernah dijalankan, setiap program

memiliki rentang waktu yang beragam dan Rumah Batik Palbatu masih mencoba untuk tetap menjaga komunikasi dengan individu-individu yang pernah mengikuti program di Rumah Batik Palbatu.

Program beasiswa difable membatik yang sejauh ini telah melewati beberapa batch dan mulai masuk di batch yang ketujuh. Dan di setiap batch jumlah peserta pun beragam, sampai sejauh ini Rumah Batik Palbatu berusaha agar tetap menjalin silaturahmi dengan para alumni peserta beasiswa difable membatik. Rumah Batik Berharap agar seluruh peserta difable bisa terus berkarya dan mendapat econoic gain dari karya-karyanya tersebut. Dan yang terpenting output dari menjaga jaringan sosial dengan para alumni program adalah sebuah

program yang bersifat suistainable atau

berkelanjutan. Karena Rumah Batik Palbatu tidak mau apa yang sudah diberikan di program beasiswa difable membatik ataupun program lain hanya

sekedar menjadi pengalaman yang tidak

dimanfaatkan.

4. Filantropi Gaya Modern Sebagai Akar dari Bentuk Pemberdayaan Masyarakat

Banyak yang masih salah paham dengan makna dari filantropi, banyak yang masih beranggapan bahwa filantropi merupakan sebuah “bentuk amal” kepada yang

membutuhkan. Bentuk filantropi yang demikian merupakan bentuk filantropi sosial yang ada saat zaman feodal. Filantropi ada pertama kali saat zaman feodalisme dimana para raja-raja terdahulu kepada rakyat-rakyat miskin yang tertindas.

Dalam perkembangannya filantropi sosial menjadi sebuah fenomena yang dapat memberikan dampak nyata

pertumbuhan ekonomi dan pemecahan masalah

kesenjangan sosial. Dalam kacamata Rumah Batik Palbatu filantropi sosial dimaknai dengan kepedulian terhadap sesama yang di ekspresikan dengan cara memberikan ilmu dan non-material lainnya sebagai bekal dalam survive ditengah modernisasi global. Berikut merupakan dampak dari di adopsinya filantropi sosial di Rumah Batik Palbatu:

a. Adanya kepedulian yang timbul kepada sesama maupun kepada mereka yang membutuhkan

Pak Hary merupakan pribadi yang peka terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Beliau juga merupakan seorang yang sering tergabung dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan oleh beberapa komunitas maupun organisasi sosial.

Hal tersebut yang melatar belakangi

terbentuknya beberapa program yang ada di Rumah Batik Palbatu. Berangkat dari keresahan terhadap teman-teman disabilitas khususnya tunarungu atau

tuli yang sulit untuk mendapat pekerjaan sehingga berada di fase ekonomi yang cukup buruk. Ada di sebuah momen pak Hary bertemu dengan Ahmad Yusuf yang merupakan juru bahasa isyarat dan berkecimpung di kegiatan sosial yang peduli terhadap teman-teman tuli. Di tahun 2017 digagas lah program beasiswa difable membatik yang menyasar teman-teman disabilitas dengan kriteria-kriteria tertentu.

b. Efisiensi dalam memberi baik secara materil maupun non-materil dan menghilangkan sifat ketergantungan

Semakin banyak kita memberi dengan rasa ikhlas maka akan semakin banyak pula rezeki yang akan datang kepada kita. Kurang lebih begitulah penuturan pak Hary dalam menjawab pertanyaan peneliti. Karena pada dasarnya mencintai dan menolong sesama manusia sebagai makhluk sosial telah menjadi naluri setiap individu. Potret buram persoalan sosial dan lingkungan di Indonesia dewasa ini membutuhkan filantropi sebagai potensi yang ada pada diri manusia dan khususnya bangsa Indonesia, untuk ditransformasikan menjadi sesuatu yang lebih berarti.

Rumah Batik Palbatu tidak ingin membuat program yang hanya bersifat charity karena dampak yang ditimbulkan bisa menjadi bumerang bagi

seluruh stakeholder yang terkait. Maka dari itu bentuk pemberian Rumah Batik Palbatu kepada peserta program adalah berupa keterampilan sebagai modal untuk mendapat economic gain. Rumah Batik Palbatu tidak mau ketergantungan dan menginginkan program yang berkelanjutan. Dengan keterampilan membatik, para peserta dan juga alumni program dapat terus berkarya, mengembangkan kemampuannya, dan juga mendapat keuntungan ekonomi dari keterampilan yang di dapat dari Rumah Batik Palbatu. Rumah Batik Palbatu juga berharap agar keterampilan yang telah di dapat para peserta program bisa disalurkan kembali agar lebih banyak manfaat dan kebaikan yang disebar luaskan.

B. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

Dokumen terkait