• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN INDUSTRI KREATIF BERBASIS MODAL SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN INDUSTRI KREATIF BERBASIS MODAL SOSIAL"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN INDUSTRI KREATIF

BERBASIS MODAL SOSIAL

(Studi Kasus: Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Eki Rizky Juniar

11160540000008

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAKSI Eki Rizky Juniar

Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal Sosial (Studi Kasus di Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan)

Mayoritas penduduk Indonesia mencari penghasilan sebagai pekerja formal maupun informal. Hal tersebut menjadi bumerang bagi perekonomian nasional di Indonesia, karena alternatif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah

seberapa banyak masyarakatnya yang ber-wirausaha.

Pengembangan industri kreatif bisa menjadi alternatif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan pada uraian diatas maka penulis mengajukan skripsi dengan judul; “Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal Sosial”.

Penelitian ini fokus pada kajian modal sosial, pemanfaatan modal sosial dan dampak modal sosial bagi keberlangsungan Rumah Batik Palbatu, terutama pada program beasiswa difable membatik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk deskriptif. Sumber data penelitian diambil dari hasil observasi dan wawancara di Rumah Batik Palbatu.

Adapun pertanyaan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu?

2. Bagaimana dampak atau hasil dari pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu?

Setelah dilakukannya penelitian maka hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Ada empat bentuk atau unsur modal sosial yang ada di Rumah Batik Palbatu yaitu trust, norma, jaringan, dan filantropi sosial. Batik berfungsi sebagai penyeragam frekuensi di Rumah Batik Palbatu. Pesan moral yang ada di dalam batik diadopsi menjadi norma yang ditaati bersama, yang kemudian menimbulkan rasa percaya antar anggora Rumah Batik Palbatu. Dengan menjaga trust, Rumah Batik Palbatu berhasil memperluas jaringan dengan mitra usahanya. Program pemberdayaan di Rumah Batik Palbatu didasari oleh kepedulian sesama yang ada dalam konsep filantropi modern. 2. Berkembangnya eksistensi Rumah Batik Palbatu sebagai

wadah untuk melestarikan budaya batik sekaligus bertujuan untuk memberdayakan masyarakat.

Pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu merupakan gerakan positif dalam menjalankan program maupun

(6)

dalam keberlangsungan Rumah Batik Palbatu itu sendiri. Pemanfaatan modal sosial diharapkan bisa diadopsi oleh industri kreatif lain maupun organisasi-organisasi dan komunitas-komunitas sosial lain agar interaksi internal maupun eksternal lebih terjaga.

(7)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum.

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan nikmat yang tak terhingga mulai dari nikmat yang tidak terlihat sampai nikmat yang amat besar sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Modal Sosial dalam Mengelola Rumah Batik Palbatu” dengan tuntas dan cukup baik hasilnya, amin.

Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah yang telah membimbing umatnya hijrah dari zaman jahiliyyah ke zaman asyriyyah sehingga kita sebagai umatnya bisa mengaplikasikan pedoman kehidupan yang telah diwariskan oleh Allah kepada Rasulullah.

Manusia merupakan makhluk yang tidak luput dari kesalahan sehingga penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu penulis dalam membangun sebuah karya ilmiah yang dapat diterima dengan baik oleh yang membaca. Maka dari itu yang paling utama penulis berikan ucapan terima kasih adalah Bapak Yusra Kilun, M.Pd selaku pembimbing yang telah dengan sabar dan ikhlas membimbing peneliti dalam membangun dan menyusun skripsi ini dengan cukup baik.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis haturkan dengan amat sangat intim dari lubuk hati kepada:

(8)

1. Mama Yani sebagai perempuan yang di telapak kakinya terdapat surga bagi penulis pribadi, dengan cinta dan kasih telah mendidik penulis sedari lahir hingga dewasa seperti sekarang ini. Dengan sabar dan ikhlas beliau mendengar keluhan penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Keluarga besar Alm. Kakek Yusron yang telah 100% memberikan support kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Suparto, MED, P.hD selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi masa bakti 2019-2023.

4. Bapak Muhtadi, M.Si selaku ketua jurusan PMI dan Ibu WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si. selaku sekretaris jurusan PMI yang dengan ikhlas dan sabar membimbing seluruh mahasiswa PMI dan menjadi simbol perjuangan mahasiswa PMI di Fakultas Dakwah.

5. Jajaran dosen PMI yang telah membimbing perjuangan penulis selama berkuliah dan dengan konsisten membangun jurusan PMI sehingga bisa bersaing dengan jurusan lain.

6. Bapak Hary dan Bapak Iwan selaku pendiri sekaligus pengurus Rumah Batik Palbatu yang telah mengizinkan penulis dalam melakukan penelitian disana.

7. Keluarga besar Rumah Batik Palbatu yang telah menemani dan menyemangati penulis dalam melakukan penelitian di Rumah Batik Palbatu.

8. Seluruh mahasiswa PMI angkatan 2016 yang telah penulis anggap sebagai keluarga yang telah menemani perjuangan

(9)

penulis dalam berjuang menempuh pendidikan di jurusan PMI selama kurang lebih 4 tahun.

9. Dan semua pihak yang telah membantu baik moral maupun moril dalam menyelesaikan penelitian ini dan tidak bisa penulis sebutkan namanya satupersatu.

Penulis berharap hasil penelitian yang telah dituangkan dalam skripsi ini bisa diterima dengan baik bagi yang membaca, dan juga penulis membuka pintu yang lebar bagi yang ingin memberi saran dan kritik pada skripsi ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan, wassalam.

Tangerang, 10 September 2020

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I (PENDAHULUAN) ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 8

C. PEMBATASAN & PERUMUSAN MASALAH ... 10

D. TUJUAN & MANFAAT PENELITIAN ... 11

E. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

F. METODOLOGI PENELITIAN ... 17

BAB II (KAJIAN PUSTAKA) ... 29

A. TEORI MODAL SOSIAL ... 29

1. Definisi Modal Sosial ... 35

2. Unsur-Unsur Modal Sosial ... 34

B. INDIKASI KINERJA (KAJIAN DAMPAK) ... 38

1. Input ... 38

2. Output ... 39

3. Outcome ... 39

C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ... 40

1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat ... 40

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 42

(11)

D. KAJIAN PUSTAKA ... 45

1. Industri Kreatif... 45

2. Batik ... 47

E. KERANGKA BERPIKIR ... 48

BAB III (GAMBARAN UMUM LEMBAGA) ... 52

A. Sejarah Rumah Batik Palbatu ... 52

B. Letak Geografis & Demografis Rumah Batik Palbatu .. 55

C. Visi & Misi Rumah Batik Palbatu ... 56

D. Prestasi Rumah Batik Palbatu ... 57

E. Personalia & Keanggotaan Rumah Batik Palbatu ... 58

F. Program Rumah Batik Palbatu ... 60

1. Wisata Edukasi Batik ... 60

2. Gerai.id ... 61

3. Beasiswa Difable Membatik ... 63

BAB IV (HASIL TEMUAN PENELITIAN) ... 68

A. Bentuk Modal Sosial Di Rumah Batik Palbatu ... 68

1. Trust ... 68

2. Norma Sosial ... 73

3. Jaringan Sosial ... 77

B. PROGRAM BEASISWA DIFABLE MEMBATIK DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ... 80

1. Filantropi Sosial ... 81

BAB V (ANALISIS PENELITIAN) ... 84

(12)

B. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 98 BAB VI (PENUTUP) ... 102 A. Kesimpulan ... 102 B. Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA ... 104 PROFIL PENULIS ... 181

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR TABEL

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 108

Lampiran 2. Hasil Observasi ... 111

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 118

Lampiran 4. Transkip Wawancara ... 123

Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 162

Lampiran 6. Dokumen ... 169

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia dikenal sebagai negara pekerja, pernyataan tersebut dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia mencari peruntungan sebagai pekerja, baik pekerja formal maupun pekerja informal. Bahkan banyak penduduk Indonesia yang mencari peruntungan di negara lain sebagai asisten rumah tangga dan pekerjaan informal lainnya.

Masih sedikit penduduk Indonesia yang mencari

peruntungan dengan berwirausasha. Fakta tersebut bisa menjadi salah satu faktor yang menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang bukan negara maju. Salah satu alternatif pertumbuhan ekonomi nasional adalah seberapa banyak penduduknya yang mendapat penghasilan cukup besar dengan berwirausaha. Kita bisa melihat salah satu negara maju yaitu China. China merupakan negara maju dengan kepadatan penduduk yang mencapai 1,4 milyar individu, terbanyak pertama di dunia diikuti oleh India di posisi kedua lalu Amerika dan Indonesia di posisi ketiga dan keempat. Namun demikian, 14% dari keseluruhan penduduk China adalah seorang wirausaha, fakta yang berbanding terbalik dengan Indonesia yang menurut data kementrian perindustrian tahun 2019 hanya 3% penduduk Indonesia yang berwirausaha. Sejatinya pemerintah Indonesia telah mencanangkan beberapa program yang mendorong

(17)

penduduknya agar lebih berani dalam mencari peruntungan dalam berwirausaha. Salah satu program yang disuarakan oleh pemerintah Indonesia adalah tentang industri kreatif.

Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008), industri kreatif adalah industri yang memanfaatkan kreatifitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan & lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industi kreatif menjadi alternatif bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Berbeda dengan industri mainstream lain yang lebih cenderung mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, sektor industri kreatif lebih cenderung mengandalkan keunggulan sumber daya manusia dalam hal ini ide-ide kreatif yang dituangkan dalam meraup keuntungan finansial. Ada beberapa sektor dalam industri kreatif yang bisa dimanfaatkan sebagai peluang. Sektor dalam industri kreatif yang paling banyak digeluti oleh pelaku usaha adalah di sektor pariwisata, budaya, dan kuliner.

Modal merupakan elemen dasar dalam membangun sebuah usaha tidak terkecuali industri kreatif. Konsep modal terbagi menjadi beberapa klasifikasi (Field, 2018:13-25). Klasifikasi modal tersebut yang kemudian menjadi batu ganjalan dalam membangun sebuah usaha. Klasifikasi modal tersebut antara lain:

1. Modal Finansial

Modal ekonomi atau finansial merupakan faktor fundamental yang mempengaruhi pengembangan segala

(18)

bentuk usaha tidak terkecuali industri kreatif. Sirkulasi dan manajemen modal finansial sangat diperlukan dalam pengembangan industri kreatif. Sejauh ini ada beberapa

lembaga sosial pemerintah maupun swasta yang

memberikan sokongan modal materi kepada kelompok yang ingin mendirikan usaha. Sebagai contoh LPEM BAZNAS, lembaga zakat dan infaq tersebut memiliki program pendayagunaan uang zakat untuk kepentingan individu dan kelompok dalam pengembangan usaha dengan ketetuan tertentu.

2. Modal Fisik

Modal fisik merupakan definisi dari sarana dan prasarana yang tak luput tentang bahan dan alat produksi dalam dunia usaha. Modal fisik sering dikaitkan dengan investasi jangka panjang apabila bisa dimanfaatkan dengan baik.

3. Modal Sumber Daya Manusia

Dalam pengembangan industri kreatif dibutuhkan sumber daya manusia yang cukup untuk menunjang target yang ingin dicapai. Ketika usaha baru berjalan, mungkin sumber daya manusia masih belum menjadi sorotan utama karena usaha yang baru berjalan masih terbilang cukup kecil, namun ketika usaha sudah berkembang tingkat kebutuhan sumberdaya manusia naik dan menjadi sorotan penting dalam pengembangan usaha khususnya industri kreatif.

(19)

4. Modal Sosial

Modal sosial merupakan komponen penting yang tidak bisa dilepaskan dalam pengorganisasian kelompok dalam mencapai tujuan tertentu. Modal sosial sama pentingnya dengan modal materi, yang membedakan keduanya adalah tingkat kompleksifitas yang diwariskan keduanya dalam membangun sebuah komunitas ataupun organisasi sosial.

Dalam pembangunan ekonomi internaional, kebudayaan menjadi formula baru yang menerobos arti penting dan melampaui ideologi dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Sejalan dengan apa yang diungkapkan Samuel Huntington (yang dikutip oleh Fukuyama, 2010:6) bahwa setelah melewati abad ke-20 dan mulai memasuki abad ke-21, dunia mengalami “benturan peradaban”, dimana identifikasi utama masyarakat bukan lagi tentang ideologi yang dianut, seperti yang telah terjadi selama perang dingin (antara komunisme dan kapitalisme), tetapi berubah menjadi budaya dan kebudayaan.

Batik merupakan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang di Indonesia yang memiliki makna filosofis mendalam dan mampu menjadi simbol bagi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang luhur dan bermoral. Batik juga bisa menjadi industri kreatif yang menjanjikan di kemudian hari. Industri batik di Indonesia tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa yang kemudian menjadi nama dari jenis-jenis batik tersebut seperti batik Pekalongan, batik Surakarta, batik Yogya, batik Lasem,

(20)

batik Cirebon, batik Sragen. Setiap batik dari daerah tersebut memiliki ciri motif yang spesifik. Jenis batik yang diproduksi ada tiga yaitu batik tulis, batik cap dan batik printing.

Pada tanggal 2 Oktober 2009 United Nations of Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) atau organisasi pendidikan dan budaya antar bangsa di dunia menetapkan bahwa batik merupakan budaya milik bangsa Indonesia, yang di kemudian hari 2 Oktober ditetapkan sebagai hari batik nasional. Yang diakui oleh UNESCO bukan sebagai budaya materil, namun batik yang diakui UNESCO sebagai budaya bangsa Indonesia merupakan proses dan makna filosofis dari membatik.

Industri batik di Jawa mengalami pasang surut. Sempat maju dan berkembang pesat pada tahun 1970an. Sempat surut di kisaran tahun 1997-2000an karena krisis moneter yang menimpa Indonesia. Namun dalam 10 tahun terakhir, sejak dimulainya modernisasi industri 4.0 industri batik perlahan tapi pasti berkembang seiring kemajuan teknologi. Untuk konsumsi, walaupun banyak jenis tekstil yang terus berkembang, tetapi batik masih digemari. Sebagian besar masyarakat Indonesia memakai kain batik untuk acara-acara resmi dan istimewa bahkan di dinas-dinas pemerintah ada instruksi untuk memakai baju batik untuk hari-hari tertentu. Demikian juga di berbagai sekolah sehingga batik produksi Indonesia tetap menempati posisi di masyarakat

Indonesia. Ditambah dengan generasi millenial yang

menggunakan motif batik tidak hanya sebagai baju, namun juga dijadikan motif di tas, topi, sepatu, dan lain-lain.

(21)

Tidak semua individu terlahir sempurna baik dalam hal jasmani maupun rohani. Teman-teman yang yang mengalami hal tersebut disebut dengan difable, baik difable sejak lahir maupun difable setelah dewasa. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2018, penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 30,38 juta individu atau sekitar 14,2 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia. Keterbatasan yang dialami teman-teman difable membuat mereka ketika beranjak dewasa terbilang cukup sulit dalam mencari pekerjaan guna menunjang hidup. Sejatinya antara peyandang difable dan pekerjaan telah diatur dalam Undang-Undang No.4/1997 tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Pemerintah 43/1998 tentang Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas. Undang-Undang tersebut berisi tentang kewajiban bagi perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah untuk menyediakan kuota sebanyak 1 persen bagi para penyandang difable untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang juga merupakan kota dengan kegiatan perindustrian terbesar di Indonesia. Gedung perusahaan yang mencakar langit, kemacetan di tengah kota, pusat modernisasi teknologi, semua yang bersifat sangat kompleks ada di Jakarta.

Namun siapa sangka di tengah sirkulasi kota metropolitan, masih ada kelompok masyarakat yang melestarikan budaya batik yang kemudian berhasil menjadikannya sebagai peluang industri. Rumah Batik Palbatu, merupakan sebuah gagasan beberapa individu masyarakat yang ada di Jalan Palbatu IV, Menteng

(22)

Dalam, Tebet, Jakarta Selatan merupakan komunitas yang menjadikan sentra batik sebagai basis dalam pengembangan industri kreatif mereka.

Selain penguatan di sektor industri kreatif, di Rumah Batik Palbatu juga ada program pemberdayaan yang diperuntukan khususnya untuk teman-teman penyandang disabilitas. Para teman-teman disabilitas diberikan pelatihan membatik secara gratis yang kemudian setelah menguasai dan dapat menerapkan konsep membatik, teman-teman disabilitas diperbolehkan menjual karya-karya mereka di Rumah Batik Palbatu dan mereka pun bisa menjadi mitra usaha dalam mengelola Rumah Batik Palbatu.

Tentu untuk menjalankan program tersebut tidaklah mudah, butuh konsistensi agar program tersebut berjalan secara suistainable atau berkelanjutan. Salah satu kunci kesuksesan program tersebut adalah diterapkannya modal sosial yang kuat. Secara garis besar, modal sosial merupakan bentuk entitas jejaring sosial yang dijaga oleh beberapa faktor seperti trust atau kepercayaan dan norma sosial agar entitas jejaring sosial tersebut bisa terjaga dan bisa mendapat keuntungan ekonomi (economic gain) dan keuntungan sosial. Ada beberapa dalil ayat Al-Qur’an yang membahas tentang makna dari modal sosial diantaranya Al-Maidah ayat 2 yang membahas tentang bekerjasama dalam hal kebaikan;

(23)

ى ٰو ۡقَّتلا َو ِ رِبۡلا ىَلَع ا ۡوُن َواَعَت َو

ۖ

ِنا َوۡدُعۡلا َو ِمۡثِ ۡلَا ىَلَع ا ۡوُن َواَعَت َلَ َو

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”

Ayat tersebut sejalan dengan teori modal sosial menurut James Colemann yang mana menyebutkan bahwa modal sosial merupakan upaya tarik-menarik antara kemauan individu dan kemauan kelompok.

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji lebih jauh tentang modal sosial dalam proses pengelolaan Rumah Batik Palbatu khususnya dalam program pelatihan membatik untuk teman-teman disabilitas.

Maka dari itu, peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang “Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal Sosial (Studi Kasus di Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Industri kreatif diharapkan bisa menjadi alternatif bagi pertumbuhan ekonomi nasional, yang mana memiliki dampak

praktis yaitu mengurangi angka pengangguran dan

menyejahterakan masyarakat kecil. Baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, masyarakat diharapkan menjadi aktor untuk perkembangan industri kreatif. Banyak subsektor yang bisa dibangun oleh masyarakat, salah satunya di bidang kebudayaan yaitu industri batik. Batik merupakan budaya bangsa Indonesia yang telah diakui oleh organisasi Pendidikan, Penelitian, & Kebudayaan dunia (UNESCO) sebagai warisan budaya bagi

(24)

bangsa Indonesia. Batik yang diakui UNESCO bukan berbentuk materi ataupun motif, akan tetapi batik yang diakui oleh UNESCO adalah sebuah proses. Sebagaimana dijelaskan dalam whc.unesco.org pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO menganggap batik sebagai teknik, simbol, dan filosofi kebudayaan yang melekat pada bangsa Indonesia. Hal tersebut yang kemudian diadopsi oleh Rumah Batik Palbatu yang berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan. Rumah Batik Palbatu menjadikan batik sebagai potensi pengembangan industri rumahan. Banyak batu ganjalan yang menjadi kendala bagi pengembangan industri batik di tengah hiruk-pikuk kota metropolitan dan di tengah perkembangan era millenial sekarang ini. Pemanfaatan modal sosial terutama pada dimensi networking atau jaringan sosial dinilai perlu untuk dilakukan sebagai pemecahan masalah. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Coleman (yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:25), bahwa modal sosial terbentuk antara kemauan bersama (kolektif) maupun keinginan individual. Oleh karenanya, maka timbul pertanyaan bagaimana implementasi modal sosial yang terdapat pada Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan?.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa modal sosial telah tertanam dalam perkembangan Rumah Batik Palbatu. Mulai dari awal berdiri, proses pengelolaan, sampai strategi pengembangannya. Setidaknya ada tiga unsur dalam definisi modal sosial antara lain, nilai dan norma, jaringan (networking), dan kepercayaan (trust). Dalam masa penyesuaiannya, modal sosial dalam Rumah Batik Palbatu mengalami perkembangan

(25)

yang memiliki dinamika cukup menarik. Penerapan modal sosial bisa dibilang menjadi salah satu kunci kesuksesan dari program pelatihan membatik untuk teman-teman disabilitas. Dari kesimpulan diatas maka timbul pertanyaan bagaimana dampak dari pemanfaatan modal sosial bagi Rumah Batik Palbatu?.

C. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Setelah melakukan identifikasi masalah, maka peneliti membuat formulasi secara ringkas, jelas dan spesifik terkait permasalahan penelitian. Berikut pembatasan dan perumusan masalah:

1. Pembatasan Masalah

Agar tidak ada kekeliruan dan generalisasi yang terlampau jauh maka penelitian kali ini lebih memfokuskan kepada pemanfaatan modal sosial dan dampaknya dalam mengelola Rumah Batik Palbatu (industri kreatif yang berbasis kebudayaan) khususnya dalam program yang menerapkan konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana implementasi modal sosial dalam Rumah Batik Palbatu khususnya dalam program

beasiswa difable membatik yang berbasis

(26)

b. Bagaimana dampak dari pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Setelah menyusun rumusan masalah, maka akan terbentuk tujuan dan manfaat penelitian secara spesifik dan jelas. Tujuan dan manfaat penelitian tersebut antara lain:

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu: pertama, menganalisa modal sosial di Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan. Kedua, Mengetahui bagaimana hasil dari pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis

i. Penelitian ini sebagai salah satu persyaratan

dalam memperoleh gelar sarjana (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ii. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan

bagi peneliti khususnya menyangkut kegiatan

pemberdayaan ekonomi berbasis industri

(27)

iii. Menambah khazanah keilmuan, khususnya memperkaya elemen dalam pengembangan masyarakat. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk menemukan dan mengembangkan teori-teori dalam pemberdayaan masyarakat di bidang perekonomian.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi komunitas, lembaga atau perusahaan dalam berkontribusi terhadap perkembangan dunia dengan membangun dan mengembangkan kegiatan usaha perekonomian berbasis industri kreatif dengan memanfaatkan budaya lokal dan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi lainnya.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Setiap penelitian perlu adanya dasar untuk dijadikan sebuah acuan baik berupa teori atau temuan yang dilakukan di penelitian sebelumnya. Data-data yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian menurut peneliti perlu dijadikan bahan tersendiri sebagai acuan agar relevan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan terkait dengan modal sosial. Oleh karena itu peneliti melakukan langkah kajian pustaka terkait penelitian terdahulu berupa jurnal yang terkait dan skripsi yang membahas tentang modal sosial.

(28)

1. Judul Skripsi:

“Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Pedagang Sekitar Kalijodo Pasca Penggusuran” (studi kasus: pedagang pasar jembatan dua, Tambora, Jakarta Barat). Penulis:

Atikah Marwa Nasution, 2018, (NIM: 1113111000034) Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembahasan:

Penelitian tersebut menjelaskan dampak dari

penggusuran yang menyebabkan modal sosial yang berupa jaringan atau networking antara pedagang dengan masyarakat sekitar menjadi rusak. Dampak yang paling nyata dari penggusuran tersebut adalah menurunnya omset dari pedagang di pasar jembatan dua. Para pedagang dituntut untuk kembali membangun modal sosial guna mencapai kembali tujuan mereka. Modal sosial yang dibangun meliputi relasi antar pedagang dan pelanggan yang melembagakan kepercayaan (trust). Upaya yang mereka lakukan pun terbilang sukses dengan adanya penyebaran informasi kepada masyarakat luas tentang perkembangan pasar jembatan dua usai penggusuran.

Relevansi:

Penelitian yang dilakukan oleh Atikah Marwa Nasution ini menggunakan disiplin ilmu sosiologi sebagai kerangka berpikir. Hampir sama namun berbeda

(29)

konteks, disini peneliti akan meneliti dengan menggunakan substansi dari disiplin ilmu sosiologi yaitu

disiplin ilmu community development atau

pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan disiplin ilmu yang lebih detail dibanding dengan sosiologi. Dan yang menjadi persamaan antara penelitian yang dilakukan Atikah Marwa Nasution dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

2. Judul Skripsi:

”Penguatan Modal Sosial Dalam Program Pelatihan Keterampilan Untuk Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH)” (studi kasus di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Bambu Apus, Jakarta Timur). Penulis:

Aditiya Awaludin, 2017, (NIM: 1113054000012) Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembahasan:

Penelitian ini membahas tentang program pelatihan untuk kelompok tertentu dalam hal ini anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang diusung oleh panti sosial marsudi putra (PSMP). Penelitian ini bersifat sangat deskriptif karena menjelaskan secara mendetail tentang program pelatihan keterampilan yang memanfaatkan

(30)

modal sosial dan bertujuan memberdayakan ABH di PSMP.

Relevansi:

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh senior peneliti di kampus yang berada di jurusan yang sama, sehingga substansi yang digunakan juga sama yaitu pemberdayaan masyarakat. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tempat penelitian dan substansi variablenya, peneliti akan menggunakan industri kreatif dalam meneliti, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aditya ini menggunakan organisasi sosial sebagai substansi variable.

3. Judul Skripsi:

“Peran Modal Sosial Dalam Strategi Industri Kreatif” (studi kasus di sentra kerajinan kayu jati di desa Jepon, Blora, Jawa Tengah).

Penulis:

Sri Verawati, 2012, (NIM: 08413244046) Program Studi Pendidikan Sosiologi Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Pembahasan:

Penelitian kedua menggunakan modal sosial yang tertanam sebagai strategi dalam perkembangan industri kayu jati di desa jepo. Sebagian besar masyarakat desa Jepo memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin kayu

(31)

jati, semua berawal dari pak Lasmin yang kemudian

memanfaatkan networking sebagai penyampaian

informasi kepada seluruh warga desa Jepo. Relevansi:

Penelitian yang dilakukan Sri Verawati menggunakan disiplin ilmu pendidikan sosiologi sebagai basic dalam kerangka berpikir dan sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

4. Judul Skripsi:

“Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat” (studi kasus: Program Penataan Lingkungan Pemukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) di Desa Mekarwangi Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang).

Penulis:

Nur Halimah, 2018, (NIM: 1111054000005) Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembahasan:

Penelitian yang dilakukan Nur Halimah lebih fokus kepada pemanfaatan modal sosial dalam kelompok masyarakat guna membantu dalam penataan wilayah desa. Penelitian tersebut menjabarkan bentuk modal

sosial yang dibangun bersama oleh kelompok

masyarakat tersebut. Relevansi:

(32)

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Halimah bisa dibilang lebih luas cangkupannya karena memiliki basis kelompok sosial dalam mengimplementasikan variable penelitiannya. Ada satu hal yang akan penulis adopsi dari struktur kepenulisan penelitian yang dilakukan oleh Nur Halimah, yaitu tentang deskripsi modal sosial yang terbentuk dalam sebuah kelompok.

F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, penelitian yang bersifat deskriptif & naratif. Data yang diungkapkan dalam bentuk kalimat beserta uraian-uraian, bahkan bisa dalam bentuk cerita pendek. Tidak ada indikator pasti seperti dalam data di penelitian kuantitatif, data yang digunakan dapat berupa istilah seperti “baik” atau “kurang baik” maupun “tidak baik”. Penulis sendiri berharap dapat mengumpulkan data se-objektif mungkin.

Pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial.

Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek

memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar belakang (setting) yang

(33)

alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan (Gunawan, 2013:85). Peneliti disini akan menggunakan pendekatan lapangan, dimana dalam penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok dan masyarakat. Penelitian ini mempunyai ciri sifat yang mendalam tentang suatu unit sosial tertentu (Suryana, 2010:14).

Secara umum, penelitian studi kasus adalah penelitian yang menempatkan sesuatu objek yang diteliti sebagai “kasus”. Pengertian yang lain, studi kasus bisa juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar (Gunawan, 2013:116). Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: a) menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana: b) batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan di mana: c) multisumber bukti dimanfaatkan (Robert, 2011:18).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal Sosial (studi kasus di Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan)” dipilih berdasarkan pertimbangan dan tujuan dari penelitian yaitu tentang

(34)

pemanfaatan modal sosial dalam industri kreatif sebagai alternatif pemberdayaan masyarakat. Dari beberapa tempat yang telah peneliti kunjungi maka dengan beberapa pertimbangan peneliti memilih Rumah Batik Palbatu di daerah Tebet, Jakarta Selatan sebagai lokasi penelitian. Lokasi ini dipilih karena merupakan induk dan penggagas awal dari beberapa rumah batik yang ada di daerah Jabodetabek. Sebelumnya peneliti ingin mengambil lokasi yang cukup dekat dengan rumah peneliti yaitu Rumah Batik Larangan di daerah Ciledug, Kota Tangerang, namun rumah batik tersebut merupakan rumah batik yang menjadikan Rumah Batik Palbatu sebagai percontohan, dalam artian Rumah Batik Palbatu merupakan Rumah Batik terbaik di daerah Jabodetabek khususnya DKI Jakarta.

3. Waktu Penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan di Rumah Batik Palbatu dimulai pada bulan Maret 2020, namun terkendala dengan adanya pandemi Covid-19, sehingga ada beberapa moment penelitian seperti wawancara yang dilakukan secara daring.

Pada awal penelitian, program beasiswa difable membatik batch 6 telah berada di fase akhir sehingga peneliti harus menunggu beberapa bulan untuk program beasiswa difable membatik batch selanjutnya. Perlu jeda waktu setidaknya dua bulan sebelum batch 7 diadakan, namun dikarenakan pandemi Covid-19 sehingga ada

(35)

kendala waktu dan mundur beberapa bulan sampai batch 7 dimulai.

Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret dan Juli 2020. Namun antara bulan Maret dan bulan Juli dikarenakan adanya pandemi makan wawancara dilakukan secara daring.

4. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland (yang dikutip oleh Moleong 2011:157) sumber data penelitian kualitatif dapat berupa studi kasus, pengalaman individu, dan dokumen-dokumen lain sebagai penunjang tambahan. Adapun penjabaran sumber data penelitian kali ini diantaranya:

a. Sumber data primer

Sumber data primer penelitian ini adalah observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di Rumah Batik Palbatu secara mendalam dan terbuka. Informan pada data primer ini adalah pengurus Rumah Batik Palbatu, anggota Rumah Batik Palbatu (pengajar batik & alumni program), dan relawan Rumah Batik Palbatu.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder penelitian ini adalah data-data pendukung. Seperti dokumen, catatan, dan literatur pendukung seperti jurnal.

(36)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebuah alat dalam penelitian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Dalam metode penelitian kualitatif, instrumen yang digunakan adalah diri dari seorang peneliti itu sendiri. Peneliti dapat memilih fokus utama penelitian, dapat

menentukan informan dalam pengumpulan data,

menganalisa dari hasil observasi dan membuat kesimpulan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Menurut Patton (yang dikutip oleh

Herdiansyah, 2010), dengan observasi, peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung. Peneliti juga dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah dianggap “biasa” dan

karena itu tidak akan terungkapkan dalam

wawancara.

Peneliti akan mengamati segala kejadian yang terjadi di lingkungan Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan

(37)

dengan memanfaatkan pancaindra untuk merekam, memahami serta menuliskan segala peristiwa ke dalam tulisan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Ada beberapa bentuk dalam metode observasi, peneliti harus benar-benar mengetahui bentuk apa yang sesuai dan harus digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian kali ini peneliti hanya menggunakan beberapa metode observasi diantaranya:

i. Observasi Terstruktur

Observasi terstruktur ini bersifat sistematik sehingga peneliti harus menyiapkan apa saja yang harus diamati ketika melakukan observasi.

ii. Observasi Eksperimental

Observasi ini bisa juga disebut sebagai pengamatan dengan hasil sebagai pembanding, dalam artian peneliti ingin mengetahui gejala-gejala perbedaan aktifitas kelompok dalam sebuah penelitian.

iii. Observasi Partisipasi

Observasi ini hampir sering dikaitkan dengan penelitian antropologi, dalam artian peneliti dapat mengamati pola aktifitas kelompok sampai ke akarnya karena mengharuskan peneliti hidup bersama dengan objek penelitian

(38)

b. Wawancara

Wawancara dilakukan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Herdiansyah, 2010:231).

Melalui proses wawancara, peneliti akan mendapatkan informasi yang berasal dari pengajuan pertanyaan yang telah disusun ke dalam pedoman wawancara sebelumnya kepada subjek penelitian yang dimaksud. Metode wawancara memiliki beberapa bentuk sebagai pedoman, antara lain:

i. Wawancara Sistematik

Wawancara sistematik adalah metode

wawancara yang memerlukan pedoman pertanyaan tertulis sebelum melakukan wawancara. Berikut adalah fungsi utama ataupun kegunaan dari pedoman pertanyaan tertulis dalam metode wawancara sistematik:

✓ Pedoman wawancara berfungsi sebagai pengatur alur antara peneliti dan responden.

✓ Dengan pedoman pertanyaan tertulis

(39)

beberapa pertanyaan penting tentang permasalahan penelitian.

✓ Dapat mempertanggung jawabkan hasil wawancara secara ilmiah karena bersifat tertulis.

Untuk membuat pedoman pertanyaan tertulis yang baik, peneliti harus dengan betul memahami terlebih dahulu karakteristik responden yang akan diwawancarai.

ii. Wawancara Terarah

Metode ini merupakan metode yang bersifat moderat, dalam arti bersifat bebas namun tidak terlepas dari pertanyaan pokok yang akan dibahas

dalam penelitian. Pertanyaan menggunakan

pertanyaan yang tidak tertulis namun tetap utuh,

hanya gaya bahasa yang menyesuaikan

karakteristik kelompok yang akan diteliti.

iii. Wawancara Mendalam

Metode wawancara ini dilakukan secara informal dan bersifat partisipatif, dalam artian biasanya metode ini mengharuskan peneliti untuk lebih berbaur dengan responden. Data yang di dapat pun lebih luas jangkauannya karena peneliti haru melakukan wawancara lebih lama.

(40)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik penyerapan data melalui pengambilan gambar atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan studi kasus dalam penelitian. Dokumen yang dikumpulkan bisa berupa catatan resmi, gambar atau foto, ataupun karya-karya

yang bersangkutan. Adapun sumber-sumber

dokumentasi dalam penelitian kali ini adalah foto-foto kegiatan rumah batik Palbatu, catatan laporan dan evaluasi keanggotaan, hasil karya anggota rumah batik Palbatu, serta catatan dari website resmi rumah batik Palbatu.

7. Teknik Sampling

Untuk menemukan responden yang tepat dan menentukan fokus penelitian maka peneliti menggunakan metode Non-Probability Sampling yaitu metode yang digunakan berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu. Metode ini bisa dibilang cukup fleksibel namun metode ini bisa dibilang cukup general dalam menemukan hasilnya. Dalam metode ini ada beberapa teknik yang akan digunakan dalam penelitian kali ini, antara lain:

a. Purposive Sampling

Langkah awal dalam melaksanakan teknik purposive sampling ini adalah menentukan kriteria responden. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tiga klasifikasi informan diantaranya, pengurus

(41)

Rumah Batik Palbatu, anggota Rumah Batik Palbatu, dan relawan Rumah Batik Palbatu.

b. Accidental Sampling

Teknik ini merupakan teknik penarikan sample secara kondisional, dalam artian mengikuti kondisi studi kasus di lapangan. Peneliti akan melakukan penarikan sampel secara acak ketika kegiatan di rumah batik Palbatu berlangsung.

(42)

N o. In for m as i d i K aj i Ju m lah T e k n ik P e n gu m p u lan D at a P e n gu ru s R u m ah B at ik P al b at u (P ak I w an ) (B u Y uy un /K eu an ga n) (K ak M el i/A dm in is tr as i) (K ak Y us uf ) A n ggo ta R u m ah B at ik P al b at u (B u M um un /P en ga ja r B at ik) (M is s N in uk) A n ggo ta R u m ah B at ik P al b at u (N ov ita /P em ba tik T ul i) (R ic hs on /P em ba tik T ul i) (F ar ida /P em ba tik T ul i) R e law an R u m ah B at ik P al b at u (S as ki a/ K et ua R el aw an 202 0) (P ut ri /P en er je m ah B ah as a I sy ar at (D in a/ R el aw an D iv is i P rog ra m ) c. P es er ta P rog ra m B ea si sw a D ifa bl e M em ba tik B at ch -7 13 O ra ng O bs er va si 3 O ra ng b. 3.O ra ng W aw an ca ra & O bs er va si P em an fa at an da n da m pa k pe ne ra pa n m oda l s os ia l ( tr us t, nor m a, da n j ar in ga n) di pr og ra m be as is w a di fa bl e m em ba tik 3. a. b. P e n d ir i R u m ah B at ik P al b at u In for m an a. 1. G am ba ra n U m um L em ba ga 1 O ra ng W aw an ca ra & O bs er va si P em an fa at an da n da m pa k pe ne ra pa n m oda l s os ia l ( tr us t, nor m a, da n j ar in ga n) di R um ah B at ik P al ba tu 2. 4 O ra ng 2 O ra ng W aw an ca ra

(43)

8. Teknik Analisis Data

Menurut Noeng Muhadjir (yang dikutip oleh Rijali, 2018:84) analisis data merupakan proses pengolahan data secara sistematis guna meningkatkan pemahaman bagi peneliti dan pemantapan penyajian hasil penelitian sebelum di publikasi. Dari pemahaman tersebut Rijali (2018:84) menjabarkan beberapa hal, yakni:

a. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan persiapan tertentu

b. Data yang ditemukan di lapangan dirapihkan secara sistematis sebelum di analisis dan dipahami oleh peneliti

c. Temuan data disajikan secara mendetail

d. Makna yang dari data yang dianalisis harus mudah dipahami agar tidak terjadi kesalah pahaman.

Teknik analisis data merupakan proses

pemeriksaan keabsahan data berdasarkan kriteria tertentu seperti tingkat kredibilitas, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian (hasil dari sebuah

penelitian harus benar-benar berasal dari

pengumpulan data dan tidak menonjolkan konseptual seorang peneliti) (Rijali, 2018:86).

(44)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. MODAL SOSIAL

1. Definisi Modal Sosial

Secara garis besar modal sosial dapat diartikan

sebagai upaya mengelola, meningkatkan, dan

mendayagunakan relasi-relasi sosial sebagai sumber daya yang diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial (Sunyoto, 2018:4). Adapun menurut para ahli bahwa modal sosial adalah sebagai berikut:

a. Pandangan Bordieu

Bourdieu lahir dan berkembang di eropa (Sunyoto, 2018), sehingga pemikirannya cenderung mengarah pada gaya pemikiran sosiolog eropa lainnya yang tertarik dengan kelas sosial dan bentuk ketimpangan yang berujung konflik. Kesan tersebut menjadi alasan pemikiran Bordieu terhadap modal sosial cenderung menganut pemahaman dari sosiologi konflik. Pernyataan tersebut tidak lepas dari pembahasan tentang perbedaan distribusi keuntungan ekonomi atau manfaat sosial dan penguasaan terhadap sumber daya oleh aktor-aktor tertentu. Aktor-aktor yang memiliki posisi strategis tersebut merupakan

(45)

bentuk strata yang bersifat hierarkis, dalam artian tidak dibangun secara objektif dan tidak ada ukuran pasti terhadap gejalanya, umumnya posisi tersebut terbangun dari kedekatan hubungan tertentu dan ikatan-ikatan yang bersifat personal (dikutip oleh Sunyoto, 2018:22-23).

Secara garis besar analisis yang dipaparkan oleh Bourdieu (yang dikutip oleh John dan diterjemahkan oleh Nurhadi, 2018) tentang modal sosial adalah sumberdaya yang terkait dengan keanggotaan suatu kelompok dan jejaring sosial di dalamnya. Kualitas modal sosial ditentukan oleh seberapa efektif dan seberapa luas jejaring sosial yang dapat mereka kembangkan. Bordieu (yang dikutip oleh John dan

diterjemahkan Nurhadi, 2018:22) juga

mengemukakan bahwa modal finansial, modal sumber daya manusia, dan modal sosial memiliki peran dan fungsinya masing-masing sehingga tidak bisa menggantikan fungsinya satu sama lain, namun apabila dikombinasikan dapat menjadi sistem yang dapat mencapai tujuan tertentu.

b. Pandangan Colemann

Berbeda dengan pemaparan Bourdieu, Coleman menunjukan bahwa aktor-aktor yang tidak memiliki dominasi dalam kelompok memiliki peran yang sama dalam proses mencapai tujuan. Pemahaman semacam

(46)

ini berakar dari sosiologi fungsionalisme. Menurut Coleman (yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:25) modal sosial merupakan upaya tarik menarik antara kemauan bersama (kolektif) dan kemauan individual. Interaksi dalam konteks modal sosial bukan sekedar tegur sapa atau dialog biasa, tetapi lebih dari itu interaksi tersebut melahirkan hubungan timbal balik dan harapan antara satu individu dengan individu lainnya. Hubungan timbal balik tersebut merupakan sebuah tabungan keuntungan sosial dan manfaat ekonomi yang tentu saja harus dilekati oleh rasa saling percaya (trust).

Secara garis besar analisis yang dipaparkan Coleman tentang modal sosial berangkat dari kemampuan individu-individu dalam kelompok ataupun masyarakat dalam mengembangkan relasi-relasi sosial yang dibalut oleh interpendensi atau nilai kebersamaan. Konsep sederhana modal sosial menurut Coleman (yang dikutip oleh John dan diterjemahkan oleh Nurhadi, 2018:33-34) adalah upaya untuk menjelaskan bagaimana beberapa individu saling bekerja sama, karena pada dasarnya sebuah kelompok ataupun masyarakat adalah sistem sosial yang terdiri dari sekumpulan perilaku individu.

(47)

c. Pandangan Putnam

Pada dasarnya Putnam merupakan seseorang dengan basic pendidikan di ilmu politik, hal tersebut

yang mendasari teori modal sosial yang

diungkapkannya berkaitan dengan politik. Putnam (yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:29-30) dalam pandangannya mengemukakan tentang gejala uncivic generation (kelompok yang tidak beretika), gejala

tersebut timbul akibat adanya kepercayaan

masyarakat yang menurun kepada instansi politik atau pemerintah dan melemahnya keanggotaan pada organisasi-organisasi sosial.

Putnam menegaskan bahwa organisasi sosial memiliki peran penting dalam upaya pengembangan modal sosial. Organisasi sosial menjadi ajang untuk saling berinteraksi, dan pertukaran ide dan gagasan antara individu yang tergabung di dalamnya. Norma-norma, hubungan timbal balik, dan kepercayaan (trust) merupakan dampak nyata dari adanya interaksi yang sehat diantara anggota organisasi sosial.

Konsep yang dipahami oleh Putnam sejalan dengan konsep tentang plurarisme yang menghargai

perbedaan dan keberagaman (John, yang

diterjemahkan oleh Nurhadi, 2018). Perbedaan dan

keberagaman tersebut disinyalir mampu

menumbuhkan bibit kepercayaan (trust) dan tingkat resiprositas (bentuk pertukaran atau timbal balik antar

(48)

individu maupun kelompok) yang tinggi, sehingga berdampak baik bagi partisipasi politik individu ditengah masyarakat.

Pierre Bourdieu, James Coleman, dan Robert Putnam memiliki pandangan tentang modal modal sosial yang cukup identik. Mereka menunjukan bahwa kedekatan antara anggota kelompok dapat mempengaruhi seberapa besar modal sosial yang dapat dimanfaatkan. Dengan menjaga

kedekatan tersebut maka akan terpelihara sebuah

kepercayaan (trust), nilai-nilai dan norma-norma sosial, serta kewenangan individu-individu yang terlibat. Dampak nyata dari kedekatan hubungan juga dapat mengoptimalkan sumber daya yang akan di dayagunakan.

Secara fungsi pun baik Bourdieu, Coleman, dan Putnam memiliki pandangan yang cukup identik. Mereka meyakini bahwa modal sosial dapat membantu individu maupun kelompok dalam mencapai berbagai tujuan dan mencapai keuntungan ekonomi maupun manfaat sosial.

Dari beberapa teori diatas penulis memutuskan untuk menggunakan pandangan seorang James Coleman tentang modal sosial untuk bekal menganalisa dalam penelitian kali ini.

(49)

2. Unsur Modal Sosial a. Trust (kepercayaan)

Putnam (yang dikutip oleh Erna, 2016:243) mengungkapkan bahwa rasa percaya adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari perasaan yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan selalu bertindak dalam suatu pola yang saling mendukung. Rasa percaya dinilai menjadi elemen utama dalam proses modal sosial. Lebih tegas Fukuyama (2010:8) menyatakan bahwa kesejahteraan sebuah negara dalam artian kemampuannya dalam bersaing, ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang inhern (bentuk hubungan yang erat) dalam masyarakatnya.

Menurut Mayer (yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:50), trust memiliki tiga dimensi yang mampu menciptakan perubahan sosial, yaitu capability, benevolence, dan integrity. Capability merupakan sebuah kompetensi yang dimiliki individu-individu terkait yang tergabung dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Benevolonce adalah sebuah indikasi seberapa trustee (pihak lain atau mitra diluar kelompok tersebut) mampu percaya kepada trustor (Kelompok yang menaruh kepercayaan). Sedangkan integrity berkaitan dengan perspektif trustor terhadap trustee tentang beberapa prinsip yang dapat diterima.

(50)

Dinamika trust macam ini yang sejalan dengan apa yang akan diteliti di rumah batik palbatu, dimana para aktor tertentu membangun trust dengan anggota kelompok dan pihak lain yang menjadi mitra kelompok.

Proses pembentukan trust menjadi fokus utama penelitian ini karena trust yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah kelompok tidak terjadi secara instan.

Menurut Herreros (yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:51-53) proses pembentukan trust terkait dengan tiga hal berikut:

i. Pertama, trust berdasarkan persepektif yang

dibangun oleh individual aktor terhadap individual aktor lain yang tergabung dalam sebuah kelompok. Trust yang terbentuk tidak hanya didasari oleh kedekatan secara personal namun kesan baik

terhadap sikap dan tindakan juga bisa

mempengaruhi perspektif individual aktor tersebut. Begitu pula ketika pihak lain atau mitra kelompok mampu mempercayai integritas kelompok tersebut, maka dunia luar pun dapat menumbuhkan persepektif baik dan mempercayai eksistensi dari kelompok tersebut.

ii. Kedua, terkait dengan nilai-nilai dan norma-norma

(51)

menjadi referensi dalam beraktifitas dan bertindak dalam kelompok tersebut. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut yang kemudian membangun solidaritas dalam kelompok dan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan mencapai tujuan kelompok. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut bersifat aktual dalam artian bisa jadi dibuat secara tekstual maupun non-tekstual, dan dapat berlaku

untuk semua karakteristik kelompok baik

kelompok homogen maupun kelompok heterogen.

iii. ketiga, ketika nilai-nilai dan norma-norma tersebut

dapat ditransormasikan ke kehidupan sehari-hari sehingga menjadi indikasi dalam menjalani repetisi kehidupan sehari-hari.

Proses pembentukan trust yang telah dijelaskan di atas menjadi analisa utama peneliti dalam melakukan penelitian kali ini. Peneliti akan menganalisa bagaimana trust bisa terbentuk dalam keanggotaan rumah batik palbatu. Trust yang terbentuk di rumah batik palbatu terbilang cukup kompleks karena keanggotaan di rumah batik palbatu bersifat heterogen. Mungkin saat awal berdiri masih mencangkup warga Palbatu, Tebet, Jakarta selatan, namun ketika eksistensi rumah batik palbatu telah naik di media pemberitaan, banyak kelompok

(52)

masyarakat yang ingin terlibat dalam pengembangan rumah batik palbatu.

b. Norma

Dalam kajiannya Coleman (yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:25) menjelaskan bahwa norma merupakan sebuah pola interaksi yang melembagakan berbagai kewajiban individu dalam sebuah kelompok yang bertujuan sebagai obligasi dan harapan guna tercapainya kerjasama dalam kelompok. Emile Durkheim (yang dikutip oleh Fukuyama, 2010:7) menyebutnya sebagai Anomie, apabila ketiadaan norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur pola

aktivitas masyarakat ataupun kelompok yang

menyebabkan timbulnya keresahan di dalamnya. Dalam rumah batik palbatu, norma dan nilai yang berlaku sangat berkaitan dengan filosofi budaya batik dan membatik itu sendiri. Bersih secara jiwa dan pikiran, sabar dan telaten, serta penghormatan

kepada sesama individu maupun kelompok

merupakan satu filosofi batik yang digunakan sebagai norma dan nilai dalam mengelola rumah batik palbatu.

c. Jaringan

Menurut Durkheim (yang dikutip oleh Saidang, dan Suparman, 2019:123), jaringan sosial yang baik terbentuk dari adanya solidaritas antara individu di

(53)

dalam sebuah kelompok atau masyarakat yang didasari oleh moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat dengan pengalaman bersama. Fokus utama jaringan sosial yang terkandung dalam modal sosial adalah bagaimana kemampuan individu ataupun aktor dalam menjaga jaringan sosial yang kemudian memanfaatkannya untuk mencapai tujuan tertentu.

B. INDIKASI KINERJA (KAJIAN DAMPAK)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kinerja bisa didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai. Secara garis besar kinerja dapat diartikan sebagai hasil (baik kuantitas maupun kualitas) dari sebuah sistem yang diterapkan dalam sebuah kelompok masyarakat, organisasi, maupun instansi tertentu.

Menurut Luthans (yang dikutip oleh muchlisin, 2014), kinerja merupakan kuantitas maupun kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang berdasarkan sistem yang diterapkan. Berikut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam indikasi kinerja:

1. Input

Secara garis besar input merupakan elemen yang dimasukan dalam sebuah proses. Dalam penelitian ini input yang digunakan adalah modal sosial. Unsur-unsur yang terdapat dalam modal sosial (trust, norma, dan jaringan) menjadi komponen utama yang dimasukan ke dalam proses

(54)

perkembangan Rumah Batik Palbatu dan program beasiswa difable membatik.

2. Output

Secara garis besar output merupakan hasil langsung yang didapat dari sebuah input atau proses. Output berkenaan dengan dengan hasil dari pengimplementasian sebuah sistem dalam sebuah proses.

Output yang ada dalam penelitian ini adalah pemanfaatan dari unsur-unsur yang ada dalam modal sosial (trust, norma, dan jaringan). Pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu memiliki hasil langsung yang menyasar terhadap stakeholder yang terkait langsung.

3. Outcome

Secara garis besar outcome merupakan dampak yang bersifat jangka panjang dalam penerapan suatu sistem. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak bisa didefinisikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik positif maupun negatif). Pengaruh merupakan hasil yang timbul dari sebuah tindakan representatif seorang individu. Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat.

Dalam setiap tindakan yang diambil oleh individu atau kelompok akan memiliki dampak, baik dampak bagi yang melakukan tindakan ataupun dampak bagi pihak yang bersangkutan namun tidak melakukan tindakan.

(55)

Dari penjabaran diatas kita bisa menarik dampak menjadi dua pengertian, yaitu:

a. Dampak Positif

Dampak positif timbul apabila tindakan (sebab) yang dilakukan oleh individu atau kelompok bisa bermuatan positif baik bagi yang melakukan tindakan ataupun pihak yang menerima tindakan.

Indikasi dari positif bisa berupa kondisi yang menguntungkan, keberhasilan dari sebuah usaha, maupun keuntungan atau manfaat yang bersifat tangiable (kasat mata).

b. Dampak Negatif

Berbanding terbalik dengan dampak positif, dampak negatif timbul apabila tindakan (sebab) yang dilakukan oleh individu atau kelompok bisa bermuatan negatif baik bagi yang melakukan tindakan ataupun pihak yang menerima tindakan.

Indikasi dari negatif bisa berupa kondisi yang merugikan, kegagalan dari sebuah usaha, maupun kerugian yang bersifat mutlak.

C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Robert Chambers (yang dikutip oleh Alfitri,

(56)

merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

didalamnya terangkum nilai-nilai sosial. Dalam

perkembangannya, pemberdayaan seringkali menjadi

indikator bagi kesuksesan dalam sebuah program pembangunan, karena pada dasarnya pemberdayaan masyarakat merujuk pada pemerataan stratifikasi ekonomi masyarakat.

Namun secara detail pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata hanya memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat kontemporer, lebih luas pemberdayaan masyarakat di desain guna mencapai masyarakat mandiri yang bersifat suistainable. Kadang kala otoritas yang bertanggung jawab terhadap pembangunan ekonomi menanggapi pemberdayaan dengan kacamata yang kurang tepat dan terkesan mencari alternatif yang bersifat instan. Program charity seringkali dijadikan gimik dan menyangkal bahwa program tersebut seharusnya bersifat pemberdayaan masyarakat. Fenomena tersebut terjadi karena proses pemberdayaan masyarakat yang terbilang cukup panjang dan memakan waktu bahkan hingga hitungan tahun. Menurut Alfitri (2011:23) pemberdayaan masyarakat

merupakan sebuah empowering bagi sekelompok

masyarakat yang memiliki tujuan khusus sebagai pengembangan diri yang mencangkup proses-proses tertentu.

Prinsip dasar dari pemberdayaan masyarakat adalah bahwa masyarakat itu sendiri yang menjadi subjek dari

(57)

pembangunan. Dalam artian dengan adanya fasilitator atau

pendamping, masyarakat yang merancang sendiri

bagaimana konsep dalam program pembangunan,

masyarakat merupakan aktor yang mengimplementasikan program yang telah dirancang, dan masyarakat pula yang memberikan evaluasi bagi program tersebut.

Pemberdayaan masyarakat tidak melulu berpacu pada

pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan juga bisa

mencangkup di bidang kebudayaan maupun politik. Dalam penelitian ini implementasi pemberdayaan masyarakat dibagi menjadi dua bidang, yaitu pemberdayaan ekonomi dan pemberdayaan di bidang kebudayaan. Rumah batik palbatu menerapkan pemberdayaan di bidang kebudayaan sebagai upaya untuk empowering sekelompok masyarakat agar bisa ikut berpartisipasi dalam pelestarian budaya batik di Indonesia.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

(Dumasari, 2018:35) Tujuan dari pemberdayaan masyarakat terbagi menjadi dua kategori, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari pemberdayaan masyarakat cenderung lebih luas dan bersifat universal, dalam artian tujuan umum dari pemberdayaan masyarakat mencangkup tujuan bersama masyarakat tersebut. Berikut

merupakan beberapa tujuan umum pemberdayaan

(58)

a. Meningkatkan pemerataan kualitas sumber daya manusia secara berkeadilan.

b. Mengentaskan kemiskinan masyarakat yang

bersifat kultural dan absolut.

c. Meningkatkan kemandirian dan keswadayaan masyarakat yang lemah dan tidak berdaya.

d. Melepaskan masyarakat dari belenggu ketunaan, keterbelakangan, ketergantungan dan kemerosotan moral.

e. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

berbagai bidang.

f. Meningkatkan kemauan dan kemampuan

partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan usaha produktif kreatif berbasis sumber daya lokal.

g. Menguatkan daya saing masyarakat dalam pasar lokal maupun internasional.

h. Mengembangkan kelembagaan lokal dalam proses pemberdayaan.

Rumah batik palbatu mengadopsi beberapa tujuan umum dari pemberdayaan masyarakat khususnya yang tertuang dalam misi rumah batik palbatu yaitu tentang

(59)

sumberdaya manusia yang berdaya dalam ekonomi maupun budaya.

Sedangkan tujuan dari pemberdayaan masyarakat yang bersifat khusus merupakan ranting ataupun substansi lanjutan dari tujuan umum pemberdayaan masyarakat.

Berikut merupakan tujuan khusus pemberdayaan

masyarakat yang dipaparkan oleh Dumasari (2018:38):

a. Meningkatkan akses dan kontrol masyarakat kedalam pemanfaatan sumberdaya lokal di kawasan tertentu.

b. Meningkatkan pelayanan fasilitas bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat yang bermasalah.

c. Menjadi fasilitator bagi masyarakat dalam mencari alternatif pemecahan masalah.

d. Membantu masyarakat dalam memperbaiki moral dan norma-norma masyarakat sehingga masyarakat bisa lebih berempati dalam menghadapi masalah.

Dalam dua sampai tiga tahun terakhir rumah batik

palbatu mulai menjalankan tujuan khusus dari

pemberdayaan masyarakat, khususnya ketika rumah batik palbatu sudah mendapat formula yang pas dalam menjalankan program beasiswa difable membatik. Rumah batik palbatu menjadi wadah dan penyedia fasilitas bagi

(60)

teman-teman disabilitas dalam keikutsertaannya memanfaatkan sumberdaya lokal.

3. Filantropi Sosial

Mungkin istilah filantropi sosial masih terdengar cukup asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun dalam kenyataannya masyarakat Indonesia sudah sedari lama mengamalkan budaya filantropis, sebagai contoh adalah budaya gotong royong.

Secara garis besar filantropi sosial merupakan sebuah sistem sosial yang dibangun berdasarkan kepedulian sesama, dimana yang kuat sudah seharusnya peduli dengan

yang lemah. Menurut Dendy (2020), dalam

perkembangannya, konsep filantropi dimaknai secara lebih luas yakni tidak hanya berhubungan dengan kegiatan yang kuat memberi yang lemah, melainkan pada bagaimana keefektifan sebuah kegiatan “memberi‟, baik material maupun non-material, dapat mendorong perubahan kolektif di masyarakat.

Filantropi sosial telah dianggap sebagai salah satu bentuk modal sosial yang telah melekat pada kultur komunal khususnya pada budaya bangsa Indonesia. Budaya gotong royong pada masyarakat Jawa merupakan contoh nyata penerapan filantropi sosial sebagai penguatan modal sosial di Indonesia.

Menurut Chusnan Jusuf (yang dikutip oleh Dendy, 2008), ada dua bentuk filantropi sosial yang berkembang di

(61)

masyarakat, yaitu; filantropi tradisional dan modern. Filantropi tradisional merupakan bentuk “belas kasih” yang kaya kepada yang miskin. Bentuk filantropis ini hanya berupa sumbangan kepada individu dan bertujuan untuk penguatan status bagi si kaya atau yang menyumbang. Berbanding terbalik dengan filantropi tradisional, bentuk filantropi modern lebih cenderung kepada pendayagunaan kekuatan guna menjadi stimulan atau pendorong bagi pembangunan dan kesejahteraan sosial.

Rumah batik palbatu menerapkan filantropi sosial sebagai salah satu bentuk pelaksanaan programnya. Sedekah batik dan beasiswa difable membatik merupakan contoh nyata dalam penerapan filantropi sosial di rumah batik palbatu. Kedua program tersebut mengusung bentuk filantropi sosial gaya modern dimana rumah batik palbatu tidak hanya memberikan sumbangan berbentuk materi semata, namun rumah batik palbatu memberikan ilmu dan keterampilan dalam membatik. Khususnya program beasiswa difable membatik, rumah batik palbatu berangkat

dari keresahan terhadap teman-teman tuli yang

termajinalisasi karena sulitnya mendapat pekerjaan. Rumah batik palbatu mewadahi teman-teman tuli untuk bersama-sama belajar membatik yang secara bertahap mengalami proses seleksi sehingga setelah teman-teman tuli lulus dari beasiswa membatik, teman-teman tuli bisa menyumbang hasil karyanya secara suistainable untuk dijual di gerai rumah batik palbatu.

(62)

D. KAJIAN PUSTAKA 1. Industri Kreatif

Industri kreatif merupakan kegiatan industri yang

memerlukan ide dan gagasan sebagai rancangan

pengembangannya. Banyak sektor yang bisa dijelajahi dan dikembangankan dalam industri kreatif. Salah satu sektor yang menjanjikan apabila dikembangkan secara komitmen adalah industri wisata yang berbasis kearifan lokal. Diawal abad ke-21 industri kreatif telah menjadi alternatif jangka panjang dalam pemecahan masalah ekonomi suatu negara.

Dalam temuan Howkins (yang dikutip oleh Kamil, 2015:169), industri kreatif Amerika di tahun 1996 mendulang pendapatan senilai 60,18 milyar dollar (sekitar Rp.600 trilliun), pendapatan tersebut jauh melampaui pendapatan industri mainstream lain seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Temuan tersebut mengindikasikan adanya gelombang ekonomi baru yang didasari oleh pengembangan kreatifitas dan intelegensi lanjutan.

Sejauh ini rumah batik palbatu telah mengeksplorasi beberapa sektor yang ada di industri kreatif, diantaranya; budaya, craft, fashion, dan wisata. Sejauh ini yang menjadi dasar terbentuknya Rumah Batik Palbatu sesuai dengan apa yang ada di dalam visi Rumah Batik Palbatu yaitu menjadi wisata edukasi batik di Indonesia. Walaupun pada kenyataannya masih banyak pekerjaan rumah agar Rumah Batik Palbatu bisa bersaing dengan wisata-wisata budaya lainnya.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................ 51
Tabel 1. Teknik Sampling Informan .................................. 27
Tabel 1. Teknik Sampling Informan
Gambar 1: Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu model pembelajaran yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk membantu siswa

Selain itu, ahli gizi ruangan juga memberikan edukasi gizi sesuai kondisi pasien dan diet yang akan diberikan sehingga pasien termotivasi untuk mengonsumsi makanan dari

Maka permasalahan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Kriteria apakah yang dipakai pihak bank untuk menentukan debiturnya telah melakukan wanprestasi dan

Kegiatan ini bermaksud agar kita dapat melakukan konfigurasi pengaturan pembagian bandwith pada tiap-tiap network dengan menggunakan salah satu aplikasi pada linux, yaitu

1) Karyawan dapat secara terbuka kepada sesama karyawan lain meupun pimpinan untuk proses penyampaian informasi sehubungan dengan tugasnya maupun pekerjaan. 2) Pimpinan

Hasil penelitian Huafang & Jianguo (2007) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial pada perusahaan di China tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR karena kepemilikan

Berdasarkan dari “Penguna Line di Indonesia Duduki Peringkat 2 Terbanyak di Dunia” (2014, Para 1 dan 2), pada tanggal 12 September 2014 lalu, telah terjadi peningkatan pengguna

2 Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti menunjukkan satuan lahan D.2.1.2 (Tropohemist),