• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN CARA MENGATASI STRES DALAM

AKTIVITAS BELAJAR ANTARA REMAJA LAKI-LAKI

DAN PEREMPUAN DI SMA PLUS PEMATANG RAYA

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh

CHRISTINA SINAGA

091121013

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun

Nama Mahasiswa : Christina Sinaga NIM : 091121013 Jurusan : Keperawatan Tahun : 2011

ABSTRAK

Stres merupakan fenomena universal, dimana semua orang mengalaminya, demikian juga dengan remaja. Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komperatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya yang diambil sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Untuk mengetahui perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan digunakan uji T independendent/t test. Hasil penelitian ini menyatakan tidak adanya perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan dengan nilai signifikansi p = 0,018 (p < 0,05). Dengan demikian diharapkan perawat mampu memberi pendidikan kesehatan pada remaja agar dapat mengatasi stres dengan koping yang adaptif baik kepada remaja laki-laki dan perempuan.

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

”Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam aktivitas belajar antara Remaja Laki-laki

dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi

ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M. Kes , selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Farida Linda Sari Siregar, M.Kep selaku pembimbing I yang selama ini

telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Iwan Rusdi selaku pembimbing II yang juga telah membimbing

penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skipsi ini.

4. Ibu Jenny Marlindawani Purba,S.Kp, MNS selaku penguji skipsi yang telah

memberi kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs.Rommel Sinaga selaku kepala sekolah SMA Plus Pematang Raya.

6. Siswa-siswa SMA Plus Pematang Raya Kabupaten Simalungun.

7. Terkhusus buat orangtua, kakak dan adik yang sangat penulis kasihi yang

selalu memberikan dukungan spiritual maupun material dan memberikan

(5)

8. Buat seseorang yang sangat penulis sayangi yang telah banyak membantu,

memberi dukungan dan semangat selama pembuatan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 alias nine bie atas kerja sama dan

dorongan semangat yang diberikan kepada penulis. Kepada semua pihak

yang telah membantu baik secara moril, atau materil penulis ucapkan terima

kasih.

Medan, 8 Januari 2011

(6)

DAFTAR ISI

1.4 Perkembangan Intelektual, Moral, Sosial dan Kepribadian ... 8

1.4.1 Perkembangan Intelektual Kognitif ... 8

1.4.2 Perkembangan Moral ... 9

1.4.3 Perkembangan Sosial ... 9

1.4.4 Perkembangan Kepribadian ... 9

2. Konsep Belajar ... 10

3.2 Reaksi Fisik Terhadap Stres Secara Fisiologis ... 17

3.3 Dampak Stres Terhadap Fisik ... 18

3.4 Penyebab Stres Pada Pelajar ... 21

3.5 Mengatasi Stres ... 21

3.6 Upaya Meningkatkan Kekebalan Terhadap Stres ... 23

Bab 3. Kerangaka Konseptual ... 26

1. Kerangka Penelitian ... 26

2. Defenisi operasional ... 27

(7)

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 32

1. Desain penelitian ... 32

2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 32

2.1 Populasi ... 32

6. Uji validitas dan reliabilitas ... 34

6.1 Uji validitas ... 34

6.2 Uji reliabilitas ... 34

7. Pengumpulan data ... 35

8. Analisa data ... 35

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 36

1.Hasil penelitian ... 36

1.1 Data demografi ... 36

1.2 Cara mangatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan ... 37

1.2.1 Meningkatkan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa 37

1.2.2 Menyalurkan energi melulai kegiatan olahraga ... 38

1.2.3 Mengatasi stres dengan cara melakukan Relaksasi ... 39

1.2.4 Meminta Dukungan teman atau keluarga 1.2.5 Menghindari rutinitas yang membosankan ... 41

1.3 Perbedaan cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan... 42

2.Pembahasan ... 43

2.1 Cara mengatasi stres pada remaja laki-laki ... 43

2.1.1 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara Meningkatkan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa 43 2.1.2 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara menyalurkan Energi melalaui kegiatan olahraga ... 44

2.1.3 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara melakukan Relaksasi ... 45

2.1.4 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan meminta Dukungan teman atau keluarga ... 45

2.1.5 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara Menghindari rutinitas yang membosankan ... 46

2.2 Cara mengatasi stres pada perempuan ... 46

2.2.1 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara Meningkatkan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa 46 2.2.2 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara menyalurkan Energi melalaui kegiatan olahraga... 47

(8)

Dukungan teman atau keluarga ... 48

2.2.5 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara Menghindari rutinitas yang membosankan ... 49

2.3 Perbedaan cara mengatasi stres pada laki-laki dan Perempuan 49 Bab. 6 Kesimpulan dan Saran ... 51

1 Kesimpulan ... 51

2 Saran ... 52

(9)

Daftar Skema

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa ………...………... 37 Tabel 2 : frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan

perempuan dengan cara menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga………... 38

Tabel 3 : Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara melakukan relaksasi ………...………...39 Tabel 4 : Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara meminta dukungan teman atau keluarga ………... 40 Tabel 5 : Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden ... 54

2. Instrumen Penelitian ... 55

3. Uji Reabilitas Perbedaan cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan pe rempuan ... 58

4. Daftar Demografi ... 59

5. Hasil Data Frekuensi Perbedaan cara mengatasi stres dapa remaja laki-laki- dan perempuan ... 60

6. Hasil Uji independen T test ... 62

7. Surat Pengambilan Data ... 62

8. Taksasi Dana ... 63

(12)

Judul : Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun

Nama Mahasiswa : Christina Sinaga NIM : 091121013 Jurusan : Keperawatan Tahun : 2011

ABSTRAK

Stres merupakan fenomena universal, dimana semua orang mengalaminya, demikian juga dengan remaja. Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komperatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya yang diambil sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Untuk mengetahui perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan digunakan uji T independendent/t test. Hasil penelitian ini menyatakan tidak adanya perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan dengan nilai signifikansi p = 0,018 (p < 0,05). Dengan demikian diharapkan perawat mampu memberi pendidikan kesehatan pada remaja agar dapat mengatasi stres dengan koping yang adaptif baik kepada remaja laki-laki dan perempuan.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Masa

remaja sering digambarkan masa yang paling indah, dan tidak terlupakan karena

penuh dengan kegembiraan dan tantangan. Namun masa remaja juga identik

dengan kata pemberontakan dalam psikologi sendiri sering disebut sebagai masa

strom and stress karena banyaknya goncangan-goncangan dan perubahan

yangcukup radikal dari masa sebelumnya (Soetjiningsih, 2004).

Menurut Lazarus dan Folkman dalam Santrock, 2003 kondisi stres dapat

terjadi bila terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara kemampuan dan

tuntutan. Tuntutan merupakan tekanan-tekanan yang tidak dapat diabaikan karena

jika tidak dipenuhi, akan menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan

bagi individu. Tuntutan dapat diartikan sebagai element fisik atau psikososial dari

suatu situasi yang harus ditanggapi melalui tindakan fisik atau mental oleh

individu, sebagai upaya dalam menyesuaikan diri.

Semakin banyak stresor yang datang, semakin meningkat pula tingkat stres

pada remaja. Stres akan berkembang menjadi lebih buruk lagi bahkan depresi

apabila tidak melakukan penangan yang tepat. Usaha yang dilakukan individu

untuk mengontrol tekanan dikatakan sebagai koping (Omizo dalam Santrok,

2003).

(14)

pada anak-anak yang memang tidak memiliki kesiapan dan kedisiplinan dalam

belajar (Elisabeth Scot, 2009). Menurut Baldwin (2002) dalam menghadapi

pelajaran yang berat di sekolah menimbulkan stress pada remaja, terutama bagi

remaja high school, karena pada saat ini remaja pada umumnya mengalami

tekanan untuk mendapat nilai yang baik dan bisa masuk ke universitas favorit.

Stres pada remaja juga disebabkan karena tuntutan dari orangtua dan

masyarakat. Orang tua biasanya menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang

bagus di sekolah tanpa melihat kemampuan si anak. Beban berat yang dialami

remaja ini dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti sakit kepala, kurangnya

nafsu makan, kecemasan yang berlebihan, dan lain-lain.

Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga

terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang

dalam psikologi lazim disebut learning plateau. Peristiwa jenuh ini kalau dialami

seorang siswa yang sedang dalam proses belajar dapat membuat siswa tersebut

merasa teleh mubazir usahanya.(Muhibin Syah, 2003).

Banyak penelitian menunjukkan jumlah perempuan yang mengalami depresi

dua kali lebih banyak dibandingkan laki-laki (Nolen-Hoeksema, 2001). Bahkan

sejumlah penelitian menemukan perempuan tiga kali lebih rentan terhadap depresi

dibandingkan laki-laki (Neale, Davis, & Kring, 2004). Hal ini berlaku baik pada

depresi ringan, sedang, maupun berat. Perbedaan gender ini ditemukan pada

sejumlah negara, suku bangsa, dan seluruh tahap usia dewasa. Menariknya,

Angold, Costello, dan Worthman (1998) tidak menemukan perbedaan gender ini

(15)

remaja putri mulai meningkat, sedangkan pada remaja putra tetap stabil

(Nolen-Hoeksema & Girgus, 1994).

Menurut Baldwin (2002) sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan

pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan

dan laki-laki. remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya. Menurut

penelitian prestasi remaja perempuan lebih baik dari dibanding remaja laki-laki.

Nilai mereka lebih baik, mereka juga lebih menonjol. Karena tuntutan dan

motivasi mereka lebih tinggi. Akibatnya, remaja perempuan menderita beban

psikis yang lebih berat dibandingkan remaja laki-laki.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan di SMA Plus Pematang Raya

Kab.Simalungun peneliti menemukan para siswa SMA Plus Pematang Raya

sering menunjukkan gejala stres. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain beratnya beban belajar siswa karena kurikulum yang diterapkan kurikulum

tingkat satuan pengajaran, seperti biasa ditambah dengan ekstrakurikuler. Jadwal

belajar yang begitu padat terkadang membawa stres bagi siswa karena siswa

merasa lelah dan jenuh akibat seharian belajar. Kondisi seperti ini ditambah lagi

karena siswa tinggal di asrama, dimana mereka harus pandai membagi waktu

dalam mengikuti seluruh kegiatan di asrama. Gaya hidup modern, dimana ilmu

pengetahuan dan teknologi berkembang pesat membawa tuntutan baru bagi siswa

untuk dapat menguasainya dengan cepat dan tepat, sementara banyak orangtua

siswa yang selalu menuntut agar anaknya berprestasi di sekolah. Oleh karena itu

(16)

hari. Baik pihak sekolah juga sebaiknya memberi keterampilan untuk manajemen

stress yang baik dalam aktivitas belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

pertanyaan yang timbul adalah : “apakah ada perbedaan cara mengatasi stress

dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus

Pematang Raya Kab.Simalungun?

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

pertanyaan yang timbul adalah : “ Apakah ada perbedaan cara mengatasi stres

dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus

Pematang Raya Kabupaten Simalungun?”.

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas

belajar antara remaja laki-laki dan perempuan.

3.2 Tujuan Khusus

3.2.1 Untuk mengidentifikasi cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada

remaja laki-laki.

3.2.2 Untuk mengidentifikasi cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada

(17)

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam

pengembangan ilmu keperawatan anak khususnya yang terkait dengan perbedaan

cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan

4.2 Bagi pratik Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada remaja. Penilaian perbedaan cara

mengatasi stres dalam aktivitas belajar dapat dijadikan sebagai data di

keperawatan komunitas untuk melakukan penanganan stress pada remaja.

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk melakukan

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Remaja

1.1 Defenisi Remaja

Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk

anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki (soetjiningsih, 2004).

Remaja adalah periode perubahan dari masa anak-anak dan masa dewasa (10-24

tahun) (ICPD, 1994).

1.2 Tugas Perkembangan Remaja

1. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa

dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

2. Memperoleh peranan sosial

3. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif

4. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup (Soetjiningsih, 2004).

1.3 Ciri-ciri Masa Remaja

1. Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting

Ada beberapa periode yang lebih penting daripada lainnya, karena akibatnya

(19)

akibat-akibat jangka panjang penting. Ada periode yang penting karena akibat

fisik dan ada lagi karena akibat periode remaja kedua-duanya sama penting.

2. Masa Remaja sebagai Masa Peralihan

Peralihan tidak terputus dengan atau berubah dariapa yang terjadi

sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap

perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status

tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa

ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa

3. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan

tingkat perubahan fisik selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi

dengan pesat. Perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau

perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

4. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas.

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok

masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka

mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

dengan teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.

5. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan.

Anggapan stereotif budaya bahwa remaja anak-anak yang tidak rapih, yang

tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak

(20)

remaja muda takut bertanggung jawab dam bersikap tidak simpatik terhadap

perilaku remaja yang normal.

6. Masa sebagai Masa yang Tidak Realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah

jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan

bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik

cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa

apabila orang lain mengecewakannya/kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan

yang ditetapkannya.

7. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa (Hurlock, 1999).

1.4 Perkembangan Intelektual – Moral – Sosial & Kepribadian Remaja

1.4.1 Perkembangan Intelektual/Kognitif

Menurut Piaget, remaja masuk dalam tingkat perkembangan kognitif

tertinggipada Tahap Operasional Formal ( analitis kombinatoris)

• Mampu berpikir abstrak

• Memberikan cara baru yang lebih fleksibel untuk memanipulasi informasi.

• Mampu menggunakan simbol-simbol dan mampu mempelajari “aljabar dan

kalkulus”.

(21)

1.4.2 Perkembangan Moral

Enam (6) tahapan Perkembangan Moral Kohlberg :

• Level 1 : Moral Pra-Konvensional (4 – 10 tahun).

Tahap-I : Orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan.

Tahap-II : Tujuan instrumental saling berganti

• Level 2 : Moral Konvensional (10 – 13 tahun atau lebih).

Tahap-II : Mengutamakan persahabatan, persetujuan oranglain,dan aturan.

Menilai baik apa yg menyenangkan dan buruk.

Tahap-IV : Perkembangan hati nurani dan kecemasan sosial.(kesadaran utk

mempertahankan aturan)

• Level 3 : Moral Post-Konvensional (remaja awal sampai dgn seterusnya).

Tahap-V : Kontak sosial : Melakukan tindakan moral, hak individu, dan

demokrasi berdasarkan pada hukum, kata hati mulai bicara.

Tahap-VI : Prinsip moral universal sudah mengalami internalisasi (tingkah

laku moral dikemudikan tanggungjawab batin sendiri).

1.4.3 Perkembangan Sosial

Anna Freud Pada masa remaja berkembang ego defense mechanisme utama,

yaitu :

Intelektualisasi seolah olah tahu banyak secara intelektual namun tidak

menyelesaikan masalah secara realistik

Ascetism  over control pada hal hal yang berkaitan dengan penampilan

(22)

1.4.4 Perkembangan Kepribadian

Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan identitas menyebutkan

beberapa pertimbangan penting, yaitu :

• Perkembangan identitas adalah suatu proses yang panjang, dan

• Perkembangan identitas sangat luar biasa kompleks.

Perbedaan Gender dalam Pembentukan Identitas

Banyak peneliti mendukung pendapat Erikson Identitas dan Intimasi pada

perempuan berkembang secara bersamaan (intimasi lbh berarti pd anak

perempuan)

 Self-Esteem, selama masa remaja berkembang pesat dalam konteks hubungan

dengan rekan sebaya (jenis kelamin sama).

Beberapa peneliti menegaskan bahwa remaja wanita memiliki self-esteem yang

lebih rendah dari pada remaja pria (akhir masa remaja) namun perbedaannya tipis.

2. Konsep Belajar

2.1 Defenisi

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

(Muhibbin Syah, 2003).

2.2 Tujuan Belajar

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan dan kemampuan

berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat

(23)

berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang mempunyai

kecenderungan lebih besarperkembangannyadi dalam kegiatan belajar.

2. Penanaman konsep dan keterapilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu

keterampilan. Jadi suatu keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.

Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterapilan yang dapat dilihat,

diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/ penampilan dari

dari anggota tubuh seorang yang sedang belajar. Keterampilan rohani

menyangkutpersoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta

kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari

penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekedar

pengajar tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai

itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik/siswa akan

tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang

telah dipelajari.

2.3 Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat digolonngkan dalam beberapa klasifikasi anta lain:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

(24)

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar 2.4.1 Faktor Intern

1. Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang

membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu

mengakibatkan sikap menerima atau menolak. Akibat penerimaan, penolakan,

atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada

perkembangan kepribadian.

2. Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya

proses belajar. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan

(25)

3. Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada

pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun

proses memperolehnya.

4. Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi

dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Kemampuan

siswa mengolah bahan pelajaran menjadi baik, bila siswa berpeluang aktif belajar.

5. Menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi

pesan dan cara perolehan isi pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat

berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan

dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan

menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa.

6. Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan

yang diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan

cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan yang lama. Dalam

hal pesan lama, maka siswa akan menggali atau membangkitkan pesan dan

pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama

(26)

7. Kemampuan berprestasi

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak

proses belajar. Pada tahap ini membuktikan keberhasilan belajar. Kemampuan

berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan,

pra-pengolahan, pra-pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan

pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat

berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.

8. Rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya

pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi

merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan

sejawat siswa.

9. Intelegensi dan keberhasilan belajar

Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk

dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan

lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa

memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

10. Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang

baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester,

(ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah

(27)

jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (vii) bergaya minta “ belas

kasihan” tanpa belajar. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin

membelajarkan diri. Suatu pepatah”berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian” dan

berbagai petunjuk tokoh teladan, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya

belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi

kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa.

11. Cita-cita siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memilki cita-cita

harus dimulai sejak sekolah dasar cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan

emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaiani hal yang cita-cita

sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang

sederhana ke yang semakin sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan

kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani sesuai dengan kemampuan

dirinya sendiri.

2.4.2 Faktor Ekstern

1. Guru sebagai pembina belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi

yang diajarkannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.

Sebagai pendidik ia memustkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya

berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan

wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola

(28)

2. Prasarana dan sarana pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan

olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana

pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium

sekolah, dan berbagai media pembelajaran lainnya. lengkapnya prasarana dan

sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik.

3. Kebijakan penilaian

Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja

siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan untuk kerja tersebut, proses belajar

berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang

dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu atau

benilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai dating dari orang

lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut

adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain

pembelajaran melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar.

4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah

Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal

sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa

di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesame. Jika

seorang siswa terterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera

dapat belajar. Sebaliknya jika ia tertolak maka ia akan merasa tertekan. Pengaruh

lingkungan social tersebut berupa hal-hal berikut: (i) pengaruh kejiwaan yang

(29)

memperlemah konsentrasi belajar, (ii) lingkungan sosial mewujud dalam suasana

akrab, gembira, rukun dan damai; sebaliknya mewujud dalam suasana

perselisihan, bersaing, salah-menyalahkan, dan cerai berai. Suasana kejiwaan

tersebut berpengaruh pada semangat dan proses belajar, (iii) lingkungan sosial di

sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar kelas

5. Kurikulum Sekolah

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum.

Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang

diberlakukan pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan

pendidikan. Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan

belajar mengajar, dan evaluasi.

3. Konsep Stres 3.1 Defenisi

Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental

fisik, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang suatu saat dapat mempengaruhi

kesehatan fisik manusia tersebut. (Gilchrest, 2003). Stress adalah respon tubuh

yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang tergganggu, suatu

fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat

dihindari, setiap orang mengalaminya. (Rasmun, 2004).

3.2 Reaksi fisik terhadap Stres secara fisiologis

 Pupil melebar untuk meningkatkan kewaspadaan visual terhadap adanya

(30)

 Pada kulit terjadi peningkatan keringat untuk mengontrol peningkatan suhu

tubuh, berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dan kulit menjadi

dingin karena kontriksi kapiler darah sebagai efek dari meningkatnya denyut

nadi dan retensi air

 Denyut nadi menjadi meningkat untuk membawa nutrient, oksigen dan

membawa hasil sisa metabolism tubuh secara efektif

Terjadi peningkatan tekanan darah akibat kontriksi pembuluh darah

 Sekresi urine meningkat akibat retensi air dan garam sebagai efek dari produksi

mineral kortikoidsebagai akibat meningkatnya pembuluh darah

 Pernafasan meningkat berhubungan dengan pengembangan dan dilatasi

bronkhial yang menimbulkan hiperventilasi paru

 Mulut terasa kering akibat hiperventilasi dan sekresi urine yang meningkat dan

peristaltik dapat menurun atau meningkat akibat efek dari saraf simpatis dan

parasimpatis sehingga dapat terjadi konstipasi atau diare

 Ketegangan otot meningkat berhubungan dengan pertahanan dan persiapan

tubuh

 Gula darah meningkat akibat peningkatan produksi glukokortikoid dan

glukoneogenesis.

3.3 Dampak stress terhadap Fisik

 Sakit kepala karena tegang

Ketengan otot merupakan gejala stres nomor satu. Gejala ini mungkin muncul

dalam bentuk sakit kepala karena tegang, rahang terkatup, leher kaku, dan

(31)

 Sakit kepala migrain

Sakit kepala migrain disebabkan oleh peningkatan aliran darah dan sekresi zat

kimia kebagian kepala.

Temporomandibular joint disfunction (TMJ)

Kontraksi yang berulang kali pada otot rahang yang menyebabkan suatu

masalah yang disebut temporomandibular joint disfunction (TMJ). Gejalanya

meliputi nyeri otot, bunyi bergeletuk saat mengunyah, dan sakit kepala karena

tegang serta sakit telinga.

 Ulkus dan kolitis

Ulkus disebabkan oleh sekresi cairan pencernaan yang berlebihan, yang

menyebabkan radang dan menghancurkan lapisan dalam lambung. Kolon yang

terletak dibawah lambung juga rentan terhadap terjadinya ulkus, yang

menyebabkan kolitis. Stres dalam bentuk kecemasan ternyata erat kaitannya

dengan ini.

Irritable bowel syndrom

Irritable bowel syndrom ditandai dengan serangan nyeri tekan pada daerah

perut, kram, mual, diare, mual, konstipasi, dan buang angin berulang kali,

gangguan yang berkaitan dengan stres ini paling sering dihubungkan dengan

kecemasan dan depresi.

Insomnia

Tidak dapat tidur merupakan gejala pasti akibat kerja sistem saraf yang

(32)

 Asma bronchial

Serangan asma dapat terjadi akibat rasa cemas

 Alergi

Reaksi alergi dipicu ketika ada sudstansi asing masuk kedalam tubuh. Dewasa

ini diketahui bahwa reaksi alergi lebih sering dam lebih berat apabila seseorang

mudah merasa cemas.

Artritis rematoid

Artritis rematoid, penyakit sendi dan jaringan ikat, terjadi jika sendi

membengkak, menyebabkan jaringan sendi meradang. Secara khusus,

keparahan nyeri artritikberkaitan dengan kejadian stres terutama saat menekan

rasa marah.

 Influenza

Ketika pertahanan imun kita lemah, kemungkinan kita akan menyerah dengan

virus di sekitar kita. Temuan baru memperkuat pendapat bahwa pilek/flu

memang jelas berkaitan dengan stres yang belum tampak.

 Penyakit jantung koroner

Ada dua factor yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan respon stres

terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. Pertama adalah tekanan darah

tinggi, kedua adalah pelepasan kortisol dari kelenjar adrenalin, yang diketahui

dapat meningkatkan kolestrol dalam darah.

 kanker

Dalam kondisi stres sel-sel mutan mungkin tidak terdeteksi dan berkembang

(33)

3.4 Penyebab Stres pada Pelajar

Tekanan orang tua

Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk mencapai

nilai terbaik, maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai

tuntutan. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa

relaks justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih

baik. Sebaliknya para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk

mendapatkan prestasi terbaik dan memuaskan.

 Tekanan Guru

Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat nilai terbaik.

Guru selalu mendorong muridnya untuk unggul dalam pelajaran, terutama jika

muridnya berprestasi.

 Tekanan dari Sesama Siswa

Semangat kompetisi akan semakin memanas menjelang ujian sekolah. Setiap

siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik.

 Tekanan dari Diri Sendiri

Siswa berprestasi cenderung menjadi perfeksionis. Sehingga jika suatu

kemunduran atau kegagalan terjadi, entah itu nyata atau masih belum terjadi,

dapat membuat stres dan depresi.

3.5 Mengatasi stres

1. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

Individu hendaknya selalu mensyukuri akan apa yang telah dicapai saat ini

(34)

sabar, tidak berprasangka buruk pada Tuhan. Selalu berpikir positif jika

dihadapkan kepada suatu cobaan, berfikirlah bahwa cobaan yang lebih berat dari

yang kita rasakan juga pernah dan sedang dicobakan kepada orang-orang selain

dri kita sendiri jadi individu tidak sedang sendirian mengalami cobaan. Dengan

demikian dapat berharap bahwa stres/ketengangan psikologis dalam hidup dapat

dikurangi.

2. Menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga

Olah raga dapat melupakan ketegangan psikologis karena didalam berolah

raga terdapat unsur rekreasi. Dengan berolahraga berarti juga dapat meningkatkan

kesehatan jasmani, karena energi cadangan yang tersimpan didalam tubuh berupa

timbunan lemak dapat terbakar untuk tenaga selama berolah raga, dengan berolah

raga semua organ tubuh terstimulasi aktif bekerja.

3. Melakukan relaksasi

Seorang yang mengalami stres dapat mengalami ketengan fisik maupaun

psikologis yang langsung ataupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap

kesehatan fisik dan psikologis. Oleh karena itu relaksasi yang dilakukan dapat

mengendorkan ketengan syaraf dan otot selama stres berlangsung.

4. Meminta dukungan dari teman dan keluarga

Dukungan dari teman dan keluarga sangat diperlukan oleh seorang yang

mengalami stres dan kecemasan, karena dengan mendapat dukungan dari orang

lain seseorang yang mengalami stres dan kecemasan tidak sendirian merasakan

(35)

kecemasan hendaknya membuka diri meminta pertolongan kepada orang lain,

tidak menutup-nutupi masalahnya sendiri.

5. Menghindari rutinitas yang membosankan

Buatlah jadwal kegiatan baru yang lebih bervariasi, untuk menyelesaikan

tugas-tugas harian. Untuk menghindari kebosanan, awali sesuatu dengan

semangat dengan rasa gembira dan semangat, anggap itu adalah sesuatu yang

menyenangkan.

3.6 Upaya Meningkatkan Kekebalan Terhadap Stres

1. Makan

Makanan hendaknya baik dan tidak berlebihan, berhenti makan sebelum

kenyang. Jadwal makan hendaknya teratur pagi, siang dan malam dan diusahakan

jangan sampai terlambat. Menu makanan hendaknya bervariasi, berimbang, dan

hangat. Jumlah kalori makanan hendaknya sedang-sedang saja, jangan berlebihan

sehingga mengakibatkan kegemukan; sebaliknya jangan pula kekurangan

sehingga mengakibatkan kekurusan.

2. Tidur

Tidur adalah “obat” alamiah yang dapat memuluhkan segala keletihan fisik

dan mental. Tidur adalah kebutuhan mutlak bagi kehidupan makhluk hidup,

terutama manusia; oleh karena itu jadwal tidur hendaknya teratur. Lamanya tidur

yang baik adalah antara 7-8 jam dalam semalam.

3. Olah raga

Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental, olah

(36)

4. Tidak merokok

Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan

ketahanan serta kekebalan tubuh.

5. Menghindari minuman beralkohol

Tidak meminum minuman keras adalah kebiasaan hidup yang baik bagi

kesehatan dan ketahanan serta kekebalan tubuh. Dampak dari minuman keras

dapat mengakibatkan gangguan mental dan perilaku dan juga penyakit lever

(sirosis hepatis).

6. Menjaga berat badan ideal

Orang dengan berat badan berlebihan (kegemukan/obesitas) atau sebaliknya

akan menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stress. Oleh karena itu

berat badan hendaknya seimbang dengan tinggi badan (tidak terlalu gemuk dan

tidak terlalu kurus).

7. Memperluas pergaulan

Manusia adalah mahkluk sosial ; seseorang tidak dapat hidup sendiri atau

menyendiri. Untuk meningkarkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stress,

maka orang hendaknya banyak bergaul, banyak relasi dan teman serta perluas

pergaulan sosial

8. Memanfaatkan waktu dengan efisien

Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental, maka

pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus,

(37)

9. Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan

Manusia adalah makhluk fitrah (berke-Tuhan-an) dan karenanya memerlukan

pemenuhan kebutuhan dasar spiritual. Maka manusia perlu meningkatkan

ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

10. Rekreasi

Guna memebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau kehidupan yang

monoton, maka meluangkan waktu untuk rekreasi atau mencari hiburan amatlah

baik guna memulihkan ketahanan dan kekebalan fisik maupun mental.

11. Sosial ekonomi (keuangan)

Seseorang hendaknya dapat mengatur keseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran belanja jangan sampai terjadi sebagaimana peribahasa mengatakan

(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggambarkan cara

mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada siswa-siswa di SMA Plus Pematang

Raya Kabupaten Simalungun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah

cara mengatasi stres.

Gambar skema 1

Cara Mengatasi Stres pada

Remaja Laki-laki

1. Meningkatkan keimanan

kepada Tuhan yang Maha

Esa

2. Menyalurkan energi

melalui kegiatan olahraga

3. Melakukan relaksasi

4. Meminta dukungan dari

teman dan keluarga

5. Menghindari rutinitas yang

membosankan

Cara Mengatasi Stres pada

Remaja Perempuan

1. Meningkatkan keimanan

kepada Tuhan yang Maha

Esa

2. Menyalurkan energi

melalui kegiatan olahraga

3. Melakukan relaksasi

4. Meminta dukungan dari

teman dan keluarga

5. Menghindari rutinitas

(39)

2. Defenisi Operasional

Table 1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat

Ukur

Cara mengatasi stres yaitu

Upaya yang dilakukan untuk

penyesuaian terhadap kondisi

lingkungan yang tidak

seimbang. Dapat dilakukan

dengan:

1. Meningkatkan keimanan

kepada Tuhan yang Maha

Esa

Individu hendaknya selalu

mensyukuri akan apa yang

telah dicapai saat ini apa

yang dimiliki saat ini, rasa

(40)

positif jika dihadapkan

kepada suatu cobaan,

berfikirlah bahwa cobaan

yang lebih berat dari yang

kita rasakan juga pernah

dan sedang dicobakan

kepada orang-orang selain

dri kita sendiri jadi

individu tidak sedang

sendirian mengalami

cobaan. Dengan demikian

dapat berharap bahwa

stres/ketengangan

psikologis dalam hidup

dapat dikurangi.

2. Menyalurkan energi

melalui kegiatan olahraga

Olah raga dapat

melupakan ketegangan

psikologis karena didalam

berolah raga terdapat

unsur rekreasi. Dengan

(41)

dapat meningkatkan

kesehatan jasmani, karena

energi cadangan yang

tersimpan didalam tubuh

berupa timbunan lemak

dapat terbakar untuk

tenaga selama berolah

raga, dengan berolah raga

semua organ tubuh

terstimulasi aktif bekerja.

3. Melakukan relaksasi

Seorang yang mengalami

stres dapat mengalami

ketengan fisik maupaun

psikologis yang langsung

ataupun tidak langsung

dapat berpengaruh

terhadap kesehatan fisik

dan psikologis. Oleh

karena itu relaksasi yang

dilakukan dapat

mengendorkan ketengan

(42)

stres berlangsung.

4. Dukungan dari teman dan

dukungan sosial keluarga

Dukungan dari teman dan

keluarga sangat

diperlukan oleh seorang

yang mengalami stres dan

kecemasan, karena dengan

mendapat dukungan dari

orang lain seseorang yang

mengalami stres dan

kecemasan tidak sendirian

merasakan masalah yang

dihadapinya. Namun

demikian seorang yang

mengalami stres dan

kecemasan hendaknya

membuka diri meminta

pertolongan kepada orang

lain, tidak menutup-nutupi

masalahnya sendiri.

5. Menghindari rutinitas

(43)

Buatlah jadwal kegiatan

baru yang lebih bervariasi,

untuk menyelesaikan

tugas-tugas harian. Untuk

menghindari kebosanan,

awali sesuatu dengan

semangat dengan rasa

gembira dan semangat,

anggap itu adalah sesuatu

yang menyenangkan.

3. Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternative (Ha), yaitu: ada

perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan

(44)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi komperatif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membandingkan

subjek yang sedang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada remaja laki-laki dan

perempuan.

2. Populasi, sampel dan teknik sampling 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya

Kab.Simalungun dengan jumlah 36 orang.

2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

sehingga dapat mewakili populasinya. Dalam penelitian ini yang menjadi sample

adalah siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya dengan jumlah siswa sebanyak

36 orang, terdiri dari 21 orang perempuan dan 15 orang laki-laki.karena penelitian

ini sifatnya membandingkan maka jumlah sampel laki-laki dan perempuan sama

jumlahnya, sehingga jumlah sampel yang akan digunakan menjadi 30 siswa yang

(45)

2.3 Tehnik sampling

Tehknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sample yaitu pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan.

3. Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten

Simalungun, dengan alasan bahwa SMA Plus Pematang Raya merupakan salah

satu SMA plus di Sumatera Utara. Memiliki disiplin belajar yang baik dengan

disiplin yang ketat serta jadwal belajar yang padat dan siswa-siswanya tinggal di

asrama. Penelitan ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangn etik. Setelah mendapat surat izin

untuk melaksanakan penelitian dari kepala sekolah SMA Plus Pematang Raya

Kab.Simalungun, peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuisioner

kepada responden yang telah mengisi dan menandatangani lembar persetujuan

(informed consent ). Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa kuesioner yang telah disusun sendiri oleh peneliti. Jumlah

(46)

6. Uji validitas dan realibilitas

6.1 Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menujukkan kemampuan instrument

pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan

data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Demspey, 2002). Pada

penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas ini dikonsultasikan kepada ibu

Wardiah Daulai M.Kep.

6.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas instrument adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui

konsistensi dari instrument sehingga dapat digunakan untuk penelitian dalam

ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas konsistensi

internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrument

hanya sekali dengan bentuk instrument kepada satu subjek studi (Demspey, 2002).

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui berapa besar derajat atau

kemampuan alat ukur secara konsisten mengukur sasaran yang akan diukur. Uji

reliabilitas menggunakan KR-21 (Kuder & Richardson 21) dengan r tabel 0,6

(Arikunto, 2002), yang dilakukan pada 30 orang dari populasi diluar sampel yang

telah ditentukan. Hasil uji reliabilitas instrumen cara mengatasi stres adalah 0,716.

Dari hasil tersebut diketahui bahwa r hitung lebih besar dari r tabel berarti

instrumen penelitian dinyatakan reliabel.

7. Pengumpulan data

(47)

Sumatera Utara dan ijin dari sekolah SMA Plus Pematang Raya Kab.Simalungun.

Pada saat pengumpulan data, sebelumnya peneliti meminta kesediaan kepada

responden untuk mengikuti penelitian dan bersedia berpartisipasi diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

Cara yang dilakukan adalah dengan meminta responden mengisi lembar

kuesioner dan diberi waktu selama 15 menit. Responden diberi kesempatan

bertanya selama pertanyaan yang ada dalam kuisioner. Setelah responden mengisi

seluruh kuisioner peneletian, peneliti terlebih dahulu memeriksa kelengkapan

jawaban responden sesuai dengan pertanyaan kuesioner kemudian seluruh data

dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Analisa data

Setelah semua data terkumpul, analisa data dilakukan melalui beberapa tahap

yaitu pertama editing yaitu memeriksa kembali semua data yakni data responden

dan memastikan jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. tahap kedua coding

yaitu member kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah saat

membuat tabulasi. Selanjutnya tahap yang ketiga entri yaitu memasukkan data

kedalam program analisa statistik pada computer. Tahap keempat adalah

melakuakan cleaning yaitu mengecek ulang kelengkapan data dengan

menggunakan bantuan komputer. Tahap kelima saving yaitu penyimpanan data

untuk siap dianalisis.

Ada tidaknya perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan

perempuan dalam penelitian diuji dengan menggunakan uji t independen/t test.

(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai

perbedaan cara mengatasi stress dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan

perempuan di SMA Plus Pematang Raya Kabupaten Simalungun terhadap 30

orang responden yang terdiri dari 15 responden laki-laki dan 15 responden

perempuan. Penyajian data meliputi data demografi, distribusi frekuensi dan

persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki, distribusi frekuensi dan

persentase cara mengatasi pada remaja perempuan serta perbedaan cara mengasi

stres antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya.

1. Hasil Penelitian

1.1 Data Demografi

Hasil data demografi pada remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus

Pematang Raya sebanyak 30 responden yang terdiri dari 15 responden laki-laki

dan 15 responden perempuan yang dipilih menjadi subjek penelitian dengan

karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan yang berpendidikan kelas 12 SMA.

Jenis kelamin Frekuensi Persentase %

Laki-laki 15 50

(49)

1.2 Cara Mengatasi Stres pada Remaja Laki-laki dan Perempuan

1.2.1 Meningkatkan Keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

Table 1 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja

laki-laki dan perempuan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang

Maha Esa

No Pernyataan Laki-laki Perempuan

Frekue

1 Saya selalu mensyukuri setiap

masalah yang saya hadapi dalam

belajar karena hal tersebut akan

membuat saya menjadi lebih sabar

menghadapi masalah dalam belajar

yang terjadi pada saya.

12 80 12 80

2 Saya akan berpikir positif jika

dihadapkan pada suatu masalah

dalam belajar karena saya yakin

bahwa Tuhan akan memampukan

saya untuk menghadapinya.

12 80 12 80

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 80,00% laki-laki dan 80%

perempuan mengatasi stres dengan mensyukuri setiap masalah yang dihadapi

dalam belajar, dan 80,00% laki-laki serta 80% perempuan mengatasi stres dengan

berpikir positif jika dihadapkan pada suatu masalah dalam belajar. Untuk

(50)

1.2.2 Menyalurkan Energi Melalui Kegiatan Olahraga

Table 2 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja

laki-laki dan perempuan dengan cara menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga

No Pernyataan Laki-laki Perempuan

Freku

1 Dengan berolahraga saya dapat

melupakan sejenak masalah dalam

aktivitas belajar yang saya alami,

sehingga saya bisa berpikir lebih

tenang untuk mencari solusinya

13 86,67 12 80

2 Dengan berolahraga tubuh saya akan

terasa lebih segar dan bugar, sehingga

saya merasa lebih kuat dan siap untuk

mengikuti pelajaran yang terasa sulit

bagi saya

13 86,67 11 73,33

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 86,67% laki-laki dan 80%

perempuan mengatasi stres dengan cara berolahraga yang dapat membuat

responden melupakan sejenak masalah dalam aktivitas belajar yang sedang

dialami , dan 86,67 % laki-laki dan 73,33% mengatasi stres dengan cara

(51)

1.2.3 Mengatasi Stres dengan Cara Melakukan Relaksasi

Table 3 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja

laki-laki dan perempuan dengan cara melakukan relaksasi

No Pernyataan Laki-laki Perempuan

Frekue

1 Jika saya sedang mengalami stres

karena ada kesulitan dalam belajar,

saya akan melakukan tarik nafas

dalam hingga membuat saya merasa

lebih rileks

12 80 11 73,33

2 Jika saya sedang mengalami stres

dalam belajar, saya akan melakukan

relaksasi seperti rebahan di tempat

tidur atau meminta teman untuk

memijat kepala saya, dan saya akan

merasa lebih baik dari sebelumnya

11 73,33 12 80

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 80,00% laki-laki dan 73,33%

mengatasi stres dengan cara melakukan tarik nafas dalam, dan 73,33% laki-laki

serta 80,00% perempuan mengatasi stres dengan cara melakukan relaksasi seperti

(52)

1.2.4 Meminta Dukungan Teman atau Keluarga

Table 4 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja

laki-laki dan perempuan dengan cara meminta dukungan teman atau keluarga

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 73,33% laki-laki dan 93,33%

perempuan mengatasi stres dengan cara curhat pada teman, dan 80,00% laki-laki

serta 86,67% perempuan mengatasi stres dengan cara berceritera kepada keluarga.

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.

No Pernyataan Laki-laki Perempuan

Freku

1 Dalam keadaan stres karena

mengalami kesulitan dalam

mengikuti pelajaran saya senang

curhat pada teman sekelas untuk

meminta bantuan memberi saran

11 73,33 14 93,33

2 Berceritera kepada keluarga

(orangtua, kakak, adik, dll ) yang

saya anggap dapat mengerti jika saya

mempunyai masalah dalam aktivitas

belajar, akan membuat saya merasa

lebih tenang dan merasa lebih

nyaman

(53)

1.2.5 Berdasarkan Cara Mengatasi Stres dengan Cara Menghindari

Rutinitas yang Membosankan

Table 5 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja

laki-laki dan perempuan dengan cara menghindari rutinitas yang membosankan

No Pernyataan Laki-laki Perempuan

Freku

1 Saya selalu mensyukuri setiap masalah

yang saya hadapi dalam belajar karena

hal tersebut akan membuat saya

menjadi lebih sabar menghadapi

masalah dalam belajar yang terjadi

pada saya

13 86,67 12 80

2 Saya akan berpikir positif jika

dihadapkan pada suatu masalah dalam

belajar karena saya yakin bahwa

Tuhan akan memampukan saya untuk

menghadapinya.

13 86,67 13 86,67

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 86,67% laki-laki dan 80,00%

perempuan mengatasi stres dengan cara membuat jadwal belajar yang lebih

bervariasi, dan 86,67% laki-laki serta 86,67% perempuan mengatasi stres dengan

cara mengawali segala sesuatu dengan rasa gembira. Selengkapnya dapat dilihat

(54)

1.3 Perbedaan Cara Mengatasi Stres pada Remaja Laki-laki dan

Perempuan

Adapun perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja

laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya hanya sedikit, karena

perbedaannya sangat tipis yaitu pada remaja laki-laki cara mengatasi stres yang

paling disukai yaitu dengan melakukan olahraga terbukti dengan hasil persentase

nya yang tinggi yaitu 86,67%. Sedangkan cara mengatasi stres yang paling

disukai oleh remaja perempuan yaitu dengan meminta dukungan dari teman atau

keluarga hal ini terbukti dengan hasil persentase nya yang paling tinggi yaitu

93,33%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan di asrama yang merupakan

tempat tinggal mereka sehari-hari selama selama masih duduk di bangku sekolah

menengah atas, yang mana ruang lingkup mereka sangat sempit dan

pergerakannya juga tidak banyak. Mereka harus mengikuti dan mematuhi semua

jadwal dan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah, Sehingga cara mereka

untuk mengatasi stres pun banyak kesamaan dan hanya sedikit perbedaannya.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji independen t test

diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan cara mengatasi stres antara remaja

laki-laki dan perempuan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan p = 0,815 (p >

0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya

bahwa tidak ada perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan

perempuan di SMA Plus Pematang Raya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karena

mereka tinggal dalam lingkungan yang sama yaitu di lingkungan asrama sehingga

(55)

bersama-sama yaitu mengikuti peraturan sekolah dan asrama. Sehingga sumber

stres yang dialami dalam aktivitas belajar juga tidak jauh berbeda dan cara

mengatasinya juga dengan cara yang sama.

Hal ini sesuai dengan pendapat Haarr & Morash, 1999 yang mengatakan

bahwa perempuan dan laki-laki menggunakan beragam strategi yang sama untuk

menghadapi stres.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk

menjawab pertanyaan penelitian tentang perbedaan cara mengatasi stres pada

remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya.

2.1 Cara Mengatasi Stres pada Remaja Laki-laki

2.1.1 Berdasarkan Meningkatkan Keimanan Kepada Tuhan yang Maha Esa

Hasil penelitian mengenai stres remaja laki-laki yang telah dilakukan

terhadap 15 orang responden di SMA Plus Pematang Raya, diperoleh hasil bahwa

cara mengatasi stres pada remaja berdasarkan meningkatkan keimanan kepada

Tuhan yang Maha Esa 80,00 % responden mengatasi stres dengan mensyukuri

setiap masalah yang dihadapi dalam belajar karena hal tersebut akan membuat

responden menjadi lebih sabar menghadapi masalah yang terjadi, dan 80,00%

responden mengatasi stres dengan berpikir positif jika dihadapkan pada suatu

masalah dalam belajar karena yakin bahwa Tuhan akan memampukan untuk

menghadapinya.

(56)

agama masin-masing, aspek ini memungkinkan secara emosional remaja merasa

tidak kesulitan dalam menjalani masa peralihan. Pandangan ini sesuai dengan

pendapat Sarwono (2005), yang menyatakan bahwa religi merupakan bagian yang

cukup penting dalam perkembangan jiwa remaja. Sama hal nya menurut pendapat

William seorang ahli filosofi Amerika juga ahli jiwa secara jujur mengatakan

bahwa ”tidak dapat diragukan lagi bahwa sebagai terapi terbaik bagi keresahan

dan kecemasan ialah iman kepada Tuhan. Iman kepada Tuhan merupakan salah

satu kekuatan yang harus dipenuhi untuk menopang seseorang dalam hidup.

2.1.2 Berdasarkan Menyalurkan Energi Melalui Kegiatan Olahraga

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja laki-laki diperoleh data

bahwa 86,67 % responden mengatasi stres dengan cara berolahraga yang dapat

membuat responden melupakan sejenak masalah dalam aktivitas belajar yang

sedang dialami , sehingga responden bisa berpikir lebih tenang untuk mencari

solusinya, dan 86,67 % responden mengatasi stres dengan cara berolahraga agar

tubuh terasa lebih segar dan bugar, sehingga reponden merasa lebih kuat dan siap

untuk mengikuti pelajaran yang terasa sulit sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Moorehead and Griffin (1995) yang

mengatakan bahwa salah satu cara menurunkan stres yang efektif adalah melalui

olah raga. Hasil penelitiannya juga menunjukan bahwa orang yang berolah raga

secara teratur merasa tekanan darahnya dari stres menurun dan percaya dirinya

meningkat. Dan hal yang sama dikemukakan oleh Grant yang mengatakan bahwa

dengan berolahraga juga dapat mengurangi atau menghilangkan rasa stres yang

(57)

manfaat seperti menghilangkan tekanan emosional, membantu memecahkan

masalah secara kreatif, menumbuhkan harga diri, melahirkan kemampuan

mengendalikan gejolak internal diri dan masih banyak manfaat lainnya.

2.1.3 Berdasarkan Melakukan Relaksasi

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja laki-laki diperoleh data

bahwa 80,00 % responden mengatasi stres dengan cara melakukan tarik nafas

dalam hingga membuat responden merasa lebih rileks, dan 73,33 % responden

mengatasi stres dengan cara melakukan relaksasi seperti rebahan di tempat tidur

atau meminta teman untuk memijat kepala, dan responden akan merasa lebih baik

dari sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kreitner dan Kinichi (1995) dalam

bukunya yang berjudul “Organizational Behavior” menjelaskan bahwa teknik

pengendalian stress ialah muscle relaxation, biofeedback, dan meditation. Mereka

mengatakan bahwa relaksasi adalah sebuah cara efektif untuk mengembalikan dan

memperoleh ketenangan pikiran dan kondisi fisik yang santai.

2.1.4 Berdasarkan Meminta Dukungan Teman atau Keluarga

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja laki-laki diperoleh data

bahwa 73,33 % responden mengatasi stres dengan cara curhat pada teman sekelas

untuk meminta bantuan memberi saran atau dukungan, dan 80,00 % responden

mengatasi stres dengan cara berceritera kepada keluarga (orangtua, kakak, adik,

dll ) yang dianggap responden dapat mengerti masalah dalam aktivitas belajar,

(58)

Berbeda dengan pendapat Baldwin (2002) yang mengatakan bahwa stres

pada remaja juga disebabkan karena tuntutan dari orangtua dan masyarakat. Orang

tua biasanya menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah

tanpa melihat kemampuan si anak.

2.1.5 Berdasarkan Menghindari Rutinitas yang Membosankan

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja laki-laki diperoleh data

bahwa 86,67 % responden mengatasi stres dengan cara membuat jadwal baru

untuk jam belajar yang lebih bervariasi untuk menghindari kejenuhan sehingga

dapat mengurangi stres yang dialami, dan 86,67 % responden mengatasi stres

dengan cara mengawali segala sesuatu dengan rasa gembira dan semangat dan

menganggap belajar adalah sesuatu pekerjaan yang menyenangkan sehingga

dapat mengurangi masalah belajar yang dirasakan oleh responden.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa dengan membuat

jadwal kegiatan baru yang lebih bervariasi, untuk menyelesaikan tugas-tugas

harian dapat mengurangi kebosanan atau kejenuhan sehingga dapat mengurangi

stress Kusnadi (2003).

2.2 Cara Mengatasi Stres Pada Remaja Perempuan

2.2.1 Berdasarkan Meningkatkan Keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja perempuan diperoleh data

bahwa 80,00 % responden mengatasi stres dengan mensyukuri setiap masalah

yang dihadapi dalam belajar karena hal tersebut akan membuat responden menjadi

lebih sabar menghadapi masalah yang terjadi, dan 80,00% responden mengatasi

(59)

karena yakin bahwa Tuhan akan memampukan untuk menghadapinya. Hal ini

dapat dipengaruhi oleh aspek religi (aspek spiritual) remaja, dimana semua

responden memiliki keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama

masin-masing, aspek ini memungkinkan secara emosional remaja merasa tidak

kesulitan dalam menjalani masa peralihan. Pandangan ini sesuai dengan pendapat

Sarwono (2005), yang menyatakan bahwa religi merupakan bagian yang cukup

penting dalam perkembangan jiwa remaja. Sama hal nya menurut pendapat

William seorang ahli filosofi Amerika juga ahli jiwa secara jujur mengatakan

bahwa ”tidak dapat diragukan lagi bahwa sebagai terapi terbaik bagi keresahan

dan kecemasan ialah iman kepada Tuhan. Iman kepada Tuhan merupakan salah

satu kekuatan yang harus dipenuhi untuk menopang seseorang dalam hidup.

2.2.2 Berdasarkan Menyalurkan Energi Melalui Kegiatan Olahraga

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja perempuan diperoleh data

bahwa 80,00 % responden mengatasi stres dengan cara berolahraga yang dapat

membuat responden melupakan sejenak masalah dalam aktivitas belajar yang

sedang dialami , sehingga responden bisa berpikir lebih tenang untuk mencari

solusinya, dan 73,33 % responden mengatasi stres dengan cara berolahraga agar

tubuh terasa lebih segar dan bugar, sehingga reponden merasa lebih kuat dan siap

untuk mengikuti pelajaran yang terasa sulit sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Moorehead and Griffin (1995) yang

mengatakan bahwa salah satu cara menurunkan stres yang efektif adalah melalui

olah raga. Hasil penelitiannya juga menunjukan bahwa orang yang berolah raga

Gambar

Gambar skema 1
Table 1 Defenisi Operasional
Table 1 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-
Table 4 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tabel IV.8 Besar Suhu Lampu 15 Watt Terhadap Perubahan Kedudukan Sensor Suhu Robot B ...81.. Tabel IV.9 Pengiriman Data dari Robot A ke Robot B

Penelitian tentang kemelimpahan jenis-jenis gulma tanaman wortel pada sistem pertanian organik perlu dilakukan dengan tujuan mengetahui jenis- jenis gulma dominan

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti3. Pendidikan Pancasila

Selanjutnya untk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Agama Bengkulu Kelas IA diselaraskan dengan arah kebijakan

Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tapi jika kita tidak kehilangan semangat Kesempatan anda untuk sukses disetiap kondisi selalu dapat diukur oleh

In order to solve this problem, we propose the second FP method, named FP2, to add the contrapositives into grids as fol- lows. In the new method, all grids, say , are associated with

Pada usia 13 tahun, saat duduk di kelas 5 SD, Mizar dan keluarganya memutus- kan pindah ke Kampung Bojong. Walau berjarak tidak lebih dari 3 kilometer, Mizar kecil dituntut harus

Tujuan Jaminan Penawaran : Panitia Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muaro Jambi Nama Pekerjaan dijamin : PENGASPALAN JALAN LINGKUNGAN RT.5