BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
H. Refleksi dan Tindaklanjut (35 menit)
Saudara diminta untuk melakukan refleksi mengenai pemahaman tentang metode supervisi manajerial setelah Saudara mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika Saudara merasa sudah menguasai metode supervisi manajerial yang dipelajari, berilah tanda cek (√) pada kolom “Tercapai” pada metode yang sudah dikuasai. Sebaliknya berilah tanda cek (√) pada kolom “Belum Tercapai” pada metode supervisi manajerial yang belum dikuasai.
No Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum
Tercapai Keterangan 1. Melaksanakan monitoring dan
evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaan 2. Melaksanakan refleksi dan Focused
Group Discussion untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaan
3. Melaksanakan metode Delphi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaan
4. Menjadi Fasilitator/narasumber kegiatan workshop untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaan
Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan.
I. Kunci Jawaban
1. D 2. A 3. A 4. C 5. BKegiatan Pembelajaran 3: Teknik Supervisi Manajerial (9 JP)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan Kegiatan Pembelajaran 3 ini, Saudara dapat menerapkan teknik supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas, serta prinsip-prinsip pendidikan inklusif untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
.
B. Indikator Pencapaian Tujuan
1. Melaksanakan teknik individual, pertemuan individual, menilai diri sendiri 2. Melaksanakan teknik kelompok: Kerja kelompok, Diskusi Panel, Lokakarya
Indikator percapaian tujuan di atas dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
C. Uraian Materi
Supervisi (pengawasan) manajerial pada dasarnya berfungsi sebagai pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan kepada kepala sekolah, guru dan seluruh tenaga kependidikan lainnya di sekolah dalam pengelolaan sekolah. Secara umum, kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja sekolah dan kinerja kepala sekolah, guru serta tenaga kependidikan lainnya. Supervisi manajerial berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup (a) perencanaan, (b) koordinasi, (c) pelaksanaan, (d) penilaian, (e) pengembangan kompetensi kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya (Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK, 2009). Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan, yaitu: (1) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi sarana prasarana/ perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, dan (8) aspek-aspek administrasi lainnya (administrasi persuratan dan pengarsipan) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Supervisi yang dilakukan pada aspek-aspek manajerial memerlukan pengawas sekolah yang memiliki integritas, kemandirian dan nasionalis
Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas, serta prinsip-prinsip pendidikan inklusif untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Berikut uraian singkat dari masing-masing teknik.
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual artinya bantuan individual untuk mengatasi atau menyelesaikan pemasalahan manajerial yang dialami sendiri oleh kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan lainnya. Bantuan yang diberikan oleh pengawas disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi masing-masing kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Teknik individual yang dapat digunakan oleh pengawas sekolah dalam melakukan supervisi manajerial antara lain dalam bentuk-bentuk kegiatan berikut ini.
a.
Kunjungan dan Observasi KelasKunjungan kelas ialah kunjungan pada waktu tertentu yang dilakukan oleh supervisor (pengawas sekolah) untuk melihat atau mengamati pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diperoleh data empiris objektif untuk menemukan kebutuhan tenaga pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Di samping itu, hasil kunjungan dan observasi kelas ini menjadi bahan bagi pengawas atau kepala sekolah untuk menyusun program pengawasan manajerial. Ketika melakukan kunjungan kelas, pengawas sekolah hendaknya dapat menunjukkan pribadi yang santun, saling menghargai, bersahabat sehingga dapat diterima oleh guru yang dikunjungi. Hasil kunjungan dan observasi kelas menjadi bahan bagi pengawas sekolah atau kepala sekolah untuk menyusun program pengawasan manajerial, karena itu kunjungan dan observasi kelas dilaksanakan dengan mengedepankan objektifitas, kejujuran dan kebenaran.
b.
Dialog/Pertemuan Individu (Individual Conference)Dialog/pertemuan individu adalah percakapan pribadi antara pengawas dengan seorang guru/kepala sekolah yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah/tenaga pendidik. Dialog/pertemuan Individu (Individual Conference) ini digunakan sebagai tindak lanjut hasil kunjungan atau obervasi kelas. Pengawas sekolah bisa pula melakukan dialog/pertemuan individu untuk menyampaikan informasi terkini yang
harus segera ditindaklanjuti, atau adanya permasalahan manajerial yang segera harus diselesaikan.
Pelaksanaan dialog atau pertemuan individu, pengawas sekolah harus mampu menjadi pembicara sekaligus pendengar yang baik. Sebagai pembicara yang baik, tentunya pengawas sekolah selalu menjaga kekayaan budaya bangsa terutama etika berbicara, menghargai martabat individu, dan tidak memaksakan kehendak. Sebagai pendengar yang baik, seorang pengawas sekolah ketika melakukan dialog/pertemuan individu selalu bersedia mendengarkan pembicaraan orang lain, tidak memotong pembicaraan, dan menunjukkan sikap bersahabat.
c.
Kunjungan Antar Pengawas SekolahSaling mengunjungi antar-pengawas sekolah, terutama kunjungan ke sekolah yang dianggap lebih maju/berkembang dalam pengelolaan sekolahnya merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja sekolah. Ketika menerapkan teknik supervisi ini, pengawas sekolah menentukan sekolah yang menjadi rujukan sebagai sasaran kunjungan. Selain itu, perlu dikembangkan pula semangat unggul dan prestasi, etos kerja dan daya juang kepada kepala sekolah binaan sehingga mendorong untuk belajar dari sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah yang dipimpinnya. Melalui kunjungan antar sekolah diharapkan memperoleh inspirasi dari pengalaman, kinerja dan kreatifitas kepala sekolah yang dikunjungi untuk diterapkan di sekolahnya.
d.
Evaluasi Diri/Menilai DiriSalah satu tindakan atau tugas yang paling sukar dilakukan oleh para pengawas sekolah, kepala, guru, atau tenaga kependidikan lainnya yaitu melaksanakan penilaian terhadap dirinya sendiri dengan melihat kinerjanya dalam pengelolaan sekolah. Dalam penilaian diri pengawas, kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan lainnya diminta untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Untuk mengukur kemampuan manajerialnya, pengawas, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya bisa melihat ketercapaian standar-standar yang sudah ditetapkan sekolahnya. Langkah-langkah yang dapat dikerjakan adalah: 1) menentukan aspek-aspek kompetensi yang akan dinilai, 2) menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, 3) merumuskan format atau pedoman penskoran, 4) meminta kepala
pengawas bersama kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan mengkaji hasil penilaian diri untuk pembimbingan/ pendampingan.
e.
WawancaraUntuk mendapatkan informasi yang objektif mengenai kondisi pengelolaan sekolah dan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan pembinaan, wawancara dapat dilakukan dengan kepala sekolah, guru, tenaga adminsitrasi sekolah, dan orang tua siswa/warga masyarakat (stakeholder sekolah). Hasil wawancara digunakan sebagai dasar penyusunan program supervisi manajerial yang sesuai dengan kebutuhan sekolah binaan. Wawancara yang dilakukan pengawas sekolah dilakukan dengan memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang lain sehingga memungkinkan informasi yang diperlukan dapat diperoleh secara optimal. Sikap yang ditunjukkan pengawas sekolah tersebut sekaligus menunjukkan teladan bagi kepala sekolah terutama dalam perannya menjadi figur model dalam penerapan nilai-nilai utama penguatan pendidikan karakter dan prinsip pendidikan inklusif.
f.
PendampinganPendampingan merupakan proses pembimbingan yang dilakukan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya yang bertujuan untuk perbaikan mutu secara berkelanjutan. Pendampingan yang dilaksanakan pengawas sekolah didasarkan pada kemitraan dengan menerapkan kerjasama, menghargai, komitmen atas keputusan bersama. Kondisi demikian memungkinkan terjalin hubungan kemanusiaan yang harmonis antar pengawas sekolah sebagai mentor dengan kepala sekolah, guru atau tenaga kependidikan sebagai mentee sehingga memberikan peluang tercapainya tujuan pendampingan.
g.
RefleksiRefleksi diri adalah suatu proses perenungan, menelusuri kembali kegiatan, pengalaman, dan peristiwa yang telah dialami untuk dapat menarik lesson learned bagi diri sendiri dan dilanjutkan dengan penyusunan sebuah action plan untuk mengurangi kesenjangan (gap) yang masih ada antara harapan dan kenyataan atau untuk meningkatkan yang dinilai sudah baik. Selain itu, refleksi juga dapat dilakukan secara bersama-sama, pihak sekolah dapat mengamati data dan dokumen yang ada, dan menemukan sendiri keberhasilan dan kekurangberhasilan sekolah, faktor-faktor penghambat dan pendukung yang selama ini mereka alami.
Hasil refleksi tersebut dapat membantu penyusunan rancangan tindak lanjut untuk memperbaiki dan meningkatkan capaian dan mutu pembelajaran di sekolah.
h.
Bimbingan Teknis (Bimtek)Bimbingan teknis merupakan kegiatan pelatihan dan pengembangan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap individu maupun sekolah. Oleh karena itu, bimbingan teknis dapat digunakan sebagai bagian dari pembinaan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya sebagai upaya meningkatkan kompetensi dan kinerja dalam mencapai standar pengelolaan sekolah sebagaimana ditetapkan oleh badan standar nasional pendidikan. Bantuan dan tuntunan diberikan sesuai dengan kasus dan masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, guru atau tenaga kependidikan.
i.
Buletin SupervisiBuletin supervisi adalah salah satu alat/bentuk komunikasi tertulis yang dipublikasikan oleh asosiasi pengawas sekolah atau kelompok kerja pengawas sekolah. Publikasi seperti ini berisi beragam informasi yang dapat membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan menyelesaikan masalah manajerial di sekolahnya. Misalnya, laporan cara kerja kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan yang dinilai berhasil atau praktik yang baik (good practice), informasi mengenai sumber-sumber bahan pembelajaran bagi kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya sebagai bahan acuan dalam pengelolaan adminsitrasi, dan informasi-informasi terbaru mengenai metode kerja yang efektif.
j.
Membaca TerpimpinPengawas mengarahkan kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan yang sudah teridentifikasi kesulitan atau masalah yang dihadapinya untuk membaca sumber-sumber yang dirujuk oleh pengawas, baik sumber yang tercetak maupun sumber-sumber on-line (daring). Kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan memungkinkan menemukan sendiri sumber selain dari pada sumber-sumber yang ditunjukkan oleh pengawas. Diskusi antara pengawas dan kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan dapat dilakukan setelah membaca sumber-sumber yang dirujuk untuk menemukan tindakan yang dinilai dapat
mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah, yaitu gerakan membudayakan gemar membaca untuk warga sekolah.
2. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih yang mengalami permasalahan yang sama. Kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan dikelompokkan berdasarkan masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama sesuai hasil analisis kebutuhan. Mereka kemudian diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Dalam supervisi kelompok ini disampaikan satu materi atau sekelompok materi kepada sekelompok guru, kepala sekolah, atau tenaga kependidikan lainnya yang menjadi sasaran supervisi. Materi tersebut diterima bersama, dibahas bersama, dan disimpulkan bersama. Semua dilakukan di bawah bimbingan/bantuan supervisor. Dengan demikian, dalam waktu yang relatif singkat dapat dibina sejumlah guru, kepala sekolah, atau tenaga kependidikan lain dari sekolah binaan.
Beberapa teknik supervisi kelompok disajikan secara singkat berikut ini. a. Kepanitiaan/Rapat Staf Sekolah/Dewan Guru
Rapat adalah pertemuan formal suatu organisasi untuk membahas masalah tertentu agar menghasilkan keputusan atau solusi yang akan dilaksanakan oleh sekolah. Ciri-ciri rapat antara lain:
1) memiliki agenda yang disampaikan kepada peserta rapat beberapa hari sebelumnya baik melalui surat tertulis maupun melalui email.
2) secara khusus menyampaikan kepada peserta mengenai bahan-bahan yang mereka harus bawa/siapkan.
3) biasanya berlangsung sekitar 2 (dua) jam, jika akan berlangsung lama, guru peserta rapat harus menyiapkan pengganti jika mempunyai jadwal mengajar. 4) pengawas atau kepala sekolah bertindak sebagai fasilitator.
5) menyampaikan undangan dan memastikan yang diundang dapat hadir. 6) Memastikan kesiapan semua fasilitas rapat yang diperlukan.
Kelebihan rapat antara lain: (a) masalah yang dihadapi dapat dipecahkan bersama; (b) belajar, berbagi, dan menambah pengalaman dari peserta; (c) memperoleh informasi mengenai perkembangan baru atau inovasi dalam bidang kerja; (d) memperoleh umpan balik untuk perbaikan kinerja. Di sisi lain, rapat
juga memiliki kelemahan, antara lain: (a) jika berlangsung lama, peserta harus meninggalkan pekerjaan cukup lama; (b) memerlukan persiapan yang baik untuk tiap masalah yang akan dibahas; (c) jika cakupan masalah yang dibahas luas, seringkali rapat tidak dapat menyelesaikan masalah.
Dalam kaitannya dengan supervisi manajerial, rapat ini diadakan untuk membahas masalah-masalah yang terjadi pada aspek pengelolaan sekolah. Misalnya, pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB). Bentuk pelaksanaan teknik supervisi ini bertujuan menyatukan dan menyamakan pandangan dalam menyukseskan PPDB tersebut. Rapat sekolah dapat menjadi sarana pengembangan semangat kerja sama, saling menghargai, mengembangkan semangat musyawarah dalam membahas permasalahan bersama dan komitmen atas putusan bersama.
b. Diskusi/Kerja kelompok
Diskusi dan kerja kelompok adalah suatu teknik bimbingan yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka, yang di dalamnya peserta diskusi akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing, berbagi pengalaman dan informasi dalam memecahkan masalah bersama. Forum ini merupakan sarana pertukaran pendapat/pikiran antara peserta diskusi. Kesulitan dan masalah yang dihadapi oleh seorang kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan dapat dibahas dalam kelompok dan secara bersama-sama membantu menemukan cara penyelesaian masalah itu. Yang penting diperhatikan oleh pengawas adalah memberikan kesempatan kepada semua peserta diskusi untuk terlibat secara aktif selama berlangsungnya diskusi. Sagala (2010:181) menekankan bahwa dalam diskusi kelompok pengawas harus mampu
1) melihat bahwa setiap anggota diskusi senang dengan keadaan tempat yang disediakan, 2) melihat bahwa masalah yang dibahas dapat dimengerti oleh semua anggota diskusi, 3) melihat bahwa kelompok merasa diperlukan atau diikutsertakan untuk mencapai hasil bersama (peserta diperlakukan secara adil), dan 4) mengakui bahwa setiap anggota yang dipimpinnya mempunyai kontribusi dan peranan yang penting dalam merumuskan hasil diskusi (hal. 181).
Diskusi/Kerja kelompok dapat dikembangkan dalam rangka memelihara semangat kerjasama, saling menghargai, solidaritas, dan komitmen atas keputusan bersama.
c. Lokakarya
Lokakarya adalah suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan/kompetensi berpikir dan bekerja bersama-sama menangani masalah pengelolaan sekolah yang dihadapi oleh kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas serta profesionalisme. Dalam lokakarya ada fasilitator yang membimbing dan memfasiltasi peserta dalam menemukan penyelesaian masalahnya. Fasilitator dapat berasal dari pengawas sekolah atau seorang yang ahli dan terampil dalam fokus masalah yang dibahas. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam lokakarya diterapkan oleh masing-masing kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan peserta lokakarya sebagai bagian dari penyelesaian masalahnya.
d. Wawancara Kelompok
Wawancara kelompok adalah wawancara yang dilakukan terhadap lebih dari satu orang kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan, antara 2 sampai dengan 10 orang. Dalam wawancara kelompok, jumlah dan komposisi kelompok perlu mempertimbangkan latar belakang dan homogenitas peserta. Batasan cakupan masalah yang akan dibahas dan diselesaikan oleh para kepala sekolah, guru, atau tenaga kependidikan juga harus jelas dan tegas.
e. Pertemuan Ilmiah (Seminar/Konferensi)
Pertemuan ilmiah adalah pertemuan yang menggunakan forum-forum ilmiah seperti seminar, konferensi. Dalam pertemuan ilmiah, seminar atau konferensi, berbagai karya tulis disajikan untuk menginformasikan gagasan, konsep, dan temuan penelitian. Dalam seminar, peserta belajar dan berbagi gagasan dan temuan-temuan penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pengelolaan sekolah secara lebih baik.
f. Diskusi Panel
Diskusi panel merupakan forum diskusi pertukaran pikiran yang menampilkan panelis, pakar pada bidang masalah yang sedang dibahas yang bisa saja berasal dari guru, kepala sekolah, pengawas, dosen dari perguruan tinggi, atau praktisi yang menguasai bidang yang dibahas. Biasanya, di dalam suatu diskusi panel peserta terdiri dari: 1) panelis, yaitu 3 – 4 orang yang dinilai ahli dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang luas di bidangnya, 2) moderator, yaitu orang yang memandu dan mengatur jalannya diskusi tentang problem yang akan dibahas, 3) peserta, yaitu orang-orang yang mengikuti jalannya diskusi.
Secara ringkas langkah-langkah pelaksanaan diskusi panel sebagai berikut: 1) menetapkan masalah yang akan dibahas; 2) merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus; 3) mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruangan dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti: moderator, notulis, dan tim perumus, jika diperlukan; 4) pelaksanaan paparan panelis; dan 5) diskusi panel. Pada akhir diskusi, peserta dapat membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan gagasan-gagasan yang telah dipaparkan oleh para panelis untuk memperoleh kesepahaman dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Kelebihan diskusi panel antara lain: 1) memperoleh gagasan yang beragam dan berbeda-beda, 2) mendorong untuk melakukan analisis lebih lanjut dan menemukan paduan gagasan yang kemungkinannya dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah, dan 3) memanfaatkan para ahli untuk berbagi pendapat yang dapat membelajarkan peserta. Di sisi lain, diskusi panel memiliki kelemahan, antara lain: 1) pembahasan dapat keluar fokus masalah jika moderator kurang terampil, 2) panelis cenderung berbicara terlalu banyak atau tampak seperti serial pidato pendek, dan 3) tidak memberi kesempatan kepada peserta untuk berbicara.
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 3.1 Refleksi dan/atau Curah Pendapat (Brainstorming) tentang Jenis-jenis Teknik Supervisi Manajerial (90 Menit)
Pada kegiatan ini, Saudara akan melakukan refleksi dan/atau curah pendapat dalam kelompok kecil (2 atau 3 orang rekan pengawas). Saudara atau kelompok Saudara melakukan kegiatan diskusi untuk mengidentifikasi jenis-jenis teknik supervisi manajerial yang mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif, kemudian ungkapkan pengalaman Saudara melakukan supervisi manajerial pada sekolah binaan. Tuliskan hasil refleksi dan/atau curah pendapat kelompok Saudara pada LK 3.1. Mulailah dengan merembukkan dan menuliskan pengertian teknik supervisi manajerial. Kemudian, tuliskan teknik-teknik supervisi manajerial yang pernah Saudara kerjakan. Tuliskan pula kelebihan dan kekurangan setiap teknik. Pastikan semua anggota kelompok Saudara memperoleh kesempatan berpartisipasi, mampu bekerja sama
menguatkan hasil refleksi dan/atau curah pendapat dalam kelompok. LK 3.1 Mengidentifikasi Teknik Supervisi Manajerial
1. Apa yang dimaksud dengan teknik supervisi manajerial?
2. Teknik apa saja yang pernah Saudara gunakan dalam supervisi manajerial? a. ...
b. ...
3. Bentuk teknik supervisi manajerial apa saja yang pernah Saudara lakukan dari teknik individu dan teknik kelompok?
Teknik Individu: a. ... b. ... c. ... d. ... e. ... Teknik Kelompok:
a.
...b.
...c.
...d.
...e.
...4. Tuliskan kelebihan dan kekurangan teknik supervisi manajerial yang pernah Saudara gunakan tersebut.
Teknik ... Teknik ... Kekuatan:
Kelemahan:
Kekuatan:
Berbagi antar kelompok: Sajikan hasil LK 3.1 dari satu atau dua kelompok, dan ditanggapi dan dibandingkan dengan hasil LK 3.1 kelompok lain untuk menyamakan pemahaman tentang jenis teknik supervisi.
Kegiatan 3.2 Memilih Teknik Supervisi Manajerial Sesuai Permasalahan Sekolah Binaan (90 Menit)
Pada kegiatan ini, Saudara akan bekerja secara perorangan. Jika ada sejawat Saudara yang mempelajari modul ini, Saudara dapat bekerja dalam kelompok kecil, 2-3 orang per kelompok. Saudara akan mengkaji kasus/masalah manajerial di salah satu sekolah (lihat Kasus 1a, 1b, dan 1c). Contoh-contoh kasus tersebut akan Saudara gunakan untuk berlatih menentukan teknik supervisi manajerial yang sesuai untuk membina dan membimbing sekolah menyelesaikan masalah itu. Bacalah kasus tersebut dengan cermat, kemudian gunakan LK 3.2 untuk menyelesaikan tugas ini.
KASUS 1a (Kasus pada Jenjang SD/MI)
SDN Inpres Bontorawa berada di Desa Bontorawa yang sebagian besar penduduknya bertani. SD ini belum dapat mencairkan dana pendidikan gratis/biaya operasional sekolah (BOS) berhubung sekolah belum memiliki dokumen perencanaan yang dipersyaratkan. Untuk mempercepat pencairan dana, pengawas sekolah SDN Inpres Bontorawa mengunjungi sekolah terdekat yang ternyata sudah memperoleh dana BOS. Dengan bantuan sekolah tetangganya tersebut, kepala SDN Inpres Bontorawa memperoleh dokumen RKAS dan RKT dan dijadikan sebagai dokumen perencanaan sekolahnya juga. Dengan dokumen tersebut, SDN Inpres Bontorawa dapat mencairkan dana BOS sekolahnya. Pada saat membelanjakan dana sekolah tersebut, pengawas sekolah membelanjakan anggarannya sesuai dengan RKAS/RKT, yang kemudian disadarinya bahwa kegiatan dan sarana/prasarana yang dibiayai itu ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan sekolahnya. Misalnya, di dalam RKAS ada biaya pemeliharaan bangku siswa sebanyak 30 buah. Ternyata di sekolahnya, bangku kursi siswa tidak ada yang rusak (rusak ringan, apalagi rusak berat). Dilakukanlah ‘pemeliharaan’ sesuai dengan butir kegiatan dalam RKAS. Ada pula butir-butir kegiatan di dalam RKAS/RKT yang berkaitan dengan administrasi kurikulum, kesiswaan, personalia & ketenagaan, dan keuangan yang ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Kasus 1b (Kasus Pada Jenjang SMP)
Berdasarkan hasil analisis Evaluasi Diri di SMP tahun pembelajaran 2014/2015 di Kabupaten X diperoleh data pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut: 76% sekolah berada pada level 1 atau menuju SNP 1, 12% pada level 2 atau menuju SNP 2, dan 12% pada level 3 atau mencapai SNP. Data tersebut menggambarkan adanya permasalahan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang perlu segera di atasi. Terkait dengan supervisi manajerial, teknik apa yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sekolah.
Kasus 1c (Kasus pada Jenjang SMA)
Berdasarkan analisis hasil supervisi manajerial melalui kegiatan pemantauan 8 Standar Nasional Pendidikan oleh pengawas terhadap sekolah binaan diperoleh data pelaksanaan Standar Sarana Prasarana, bahwa sejumlah 75% sekolah binaan belum melakukan pengelolaan sarana prasarana sekolah sesuai indikator standar sarana prasarana yang ditentukan. Pelaksanaan yang belum sesuai terdapat pada indikator pemanfaatan sarana prasarana, pemeliharaaan dan perawatan serta penghapusan sarana prasarana. Hal itu dibuktikan dengan tidak ditemukannya dokumen-dokumen bukti pemanfaatan, pemeliharaan dan perawatan serta penghapusan barang yang