• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supervisi Pengawas Dalam Pelaksanaan PPK

Dalam dokumen KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL (Halaman 107-117)

BAGIAN IV PENUTUP

Suplemen 1: Supervisi Pengawas Dalam Pelaksanaan PPK

Penguatan Pendidikan Karakter

Oleh: Erry Utomo

A. Pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Wilayah Indonesia terdiri dari ribuan pulau dengan kondisi geografis yang bervariasi dan diwarnai oleh keanekaragaman budaya, adat istiadat, agama, maupun keyakinan. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi keunggulan jika semboyan Bhinneka Tunggal Ika mewujud dengan baik pada setiap sendi kehidupan berbangsa. Sebaliknya, keberagaman akan menjadi bumerang jika perbedaan budaya, adat istiadat, agama, maupun keyakinan tidak dikelola. Gesekan yang mengarah pada konflik horisontal sangat mungkin terjadi jika bukannya persamaan namun perbedaan yang dikedepankan oleh masing-masing pengampu budaya, pemangku adat, pemeluk agama, dan penggiat keyakinan. Sila ke tiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia, menjadi jauh dari kenyataan.

Pancasila sebagai ideologi sudah seharusnya menjadi rujukan dan pegangan utama dalam pengelolaan pendidikan, baik secara sistem di tingkat nasional maupun operasional di tingkat sekolah. Secara formal nilai-nilai Pancasila harus diterima, didukung, dihargai, dan diupayakan perwujudannya secara sungguh-sungguh di setiap sendi sekolah karena merupakan cita-cita hukum dan cita-cita moral seluruh bangsa Indonesia.

Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, yaitu “Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran”. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional untuk mempersiapkan Generasi

bermoral, nasionalis, tangguh, mandiri, dan memiliki keunggulan bersaing secara global, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”

Pemerintah menyadari bahwa Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang memperkuat pendidikan karakter semestinya dilaksanakan oleh semua sekolah di Indonesia, bukan saja terbatas pada sekolah-sekolah binaan, sehingga peningkatan kualitas pendidikan yang adil dan merata dapat segera terjadi. Penguatan Pendidikan Karakter (disingkat menjadi PPK) didefinisikan sebagai gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat (Konsep dan Pedoman PPK, Kemendikbud, 2017).

Implikasi dari Gerakan PPK dalam konteks persekolahan, sebagaimana tertera pada Konsep dan Pedoman PPK (Kemdikbud, 2017), adalah:

a. pertama adalah penguatan karakter peserta didik dalam mempersiapkan daya saing siswa dengan kompetensi abad 21 (4Cs), yaitu berpikir kritis (critical thinking), kreativititas (creative thinking), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaborative)

b. pembelajaran bermakna yang dilakukan di dalam maupun luar sekolah yang diwujudkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat intra-kurikuler, ko-kurikuler, ekstra-kurikuler, dan pengkondisian, pembiasaan sekolah secara terus menerus (habituasi), serta kegiatan-kegiatan sekolah yang terintegrasi dengan kegiatan komunitas antara lain seni budaya, bahasa dan sastra, olahraga, sains, keagamaan

c. revitalisasi peran Pengawas, Kepala Sekolah sebagai manajer dan Guru sebagai inspirator PPK

d. revitalisasi peran Komite Sekolah sebagai badan gotong royong sekolah dan partisipasi masyarakat

e. penguatan peran keluarga melalui kebijakan pembelajaran 5 (lima) hari sekolah.

B. Nilai-nilai Pembentuk Penguatan Pendidikan Karakter

Pengembangan nilai-nilai karakter, sebagaimana tertera pada Konsep dan Pedoman PPK (Kemdikbud, 2017), didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyrakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter

dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual & emotional development); (2) olah pikir (intellectual development); (3) olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development). Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung dalam 5 nilai-nilai utama PPK. Atas dasar itu, penguatan pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, yaitu menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, penguatan pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan (Lickona, 2004).

Nilai utama Gerakan PPK yang saat ini dikembangkan dari kristalisasi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut adalah: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas (Kemdikbud, 2017). Secara detail, nilai-nilai utama PPK dapat diuraikan menjadi sub-sub nilai yang perwujudannya dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Nilai karakter religius ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan: cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama lintas agama, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.

b. Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya: apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

c. Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan

d. Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang lain dan memberi bantuan pada mereka yang kurang mampu, tersingkir dan membutuhkan pertolongan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, sikap kerelawanan.

e. Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas) (Konsep dan Pedoman PPK, Kemendikbud, 2017).

C. Peran Pengawas Sekolah/Madrasah dalam Penerapan PPK di Satuan

Pendidikan

Peran pengawas sekolah/madrasah dalam melakukan pekerjaan profesional dalam bidang pengawasan baik dalam melakukan pengawasan supervisi maupun manajerial memerhatikan hal-hal berikut, yaitu: (1) menjadi model keteladanan perilaku bermoral; (2) mengidentifikasikan dan mengoptimalkan berbagai potensi/keunggulan sekolah binaan dalam implementasi PPK; (3) memetakan branding implementasi PPK di sekolah-sekolah binaan untuk dijadikan rujukan bagi sekolah-sekolah binaan lain; (4) mendampingi dan mendukung Kepala Sekolah, guru, dan peserta didik untuk mengimplementasikan nilai-nilai utama PPK sesuai dengan branding sekolah; (5) mengevaluasi implementasi PPK di sekolah binaan; (6) mendampingi penyusunan tindak lanjut hasil evaluasi implementasi PPK di sekolah binaan; (7) menjelaskan dengan komprehensif kepada seluruh pemangku kepentingan tentang konsep, tujuan, dan manfaat PPK; (8) memastikan pendidikan karakter diterapkan secara utuh dan menyeluruh melalui implementasi kurikulum dan metode pembelajaran di sekolah binaan; (9) mengapresiasi usaha dan sumbangan Kepala Sekolah, guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat luas dalam penyelenggaraan PPK; (10) mengaitkan visi sekolah binaan dengan konsep PPK dalam keseluruhan dinamika pembelajaran baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

Kompetensi supervisi merupakan satu dari 6 (enam) kompetensi pengawas sekolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Supervisi yang dilaksanakan pengawas sekolah merupakan upaya pengawasan dan pendampingan dalam ranah pengelolaan sekolah yang bermutu, akuntabel, dan transparan. Ruang lingkup program pengawas sekolah meliputi aspek supervisi akademik dan supervisi manajerial.

Kompetensi supervisi akademik intinya adalah tindakan pengawas sekolah untuk membantu guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Pengawasan akademik merupakan pengawasan sekolah pengawasan sekolah berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pemantauan, pembinaan, dan penilaian kinerja guru dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil pembelajaran dan pembimbingan serta pelatihan peserta didik. Tugas pokok pengawas dalam PPK, yaitu (1) melakukan pemantauan pelaksanaan PPK di daerah binaannya, (2) pembinaan sekolah-sekolah di daerah binaannya, (3) menyelenggarakan bimbingan dan latihan di sekolah-sekolah daerah binaannya, dan (4) melakukan penilaian pelaksanaan PPK di sekolah-sekolah di daerah binaannya. Kegiatan pengawas sekolah/madrasah dalam pemantauan adalah untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pada pemenuhan: Standar Kemampuan Lulusan/SKL, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian sebagai bahan untuk pembinaan dan pembimbingan pelatihan profesional yang dilakukan guru. Kegiatan pembinaan merupakan pengawasan untuk peningkatan/penguatan kompetensi guru dalam pelaksanaan tugas pokok berdasarkan tingkat pemenuhan Standar Nasional Pendidikan/SNP hasil pemantauan. Bimbingan dan pelatihan yang dilakukan oleh pengawas merupakan kegiatan kolektif guru di MGMP/KKG untuk meningkatkan profesionalisme guru, dalam mengoptimalkan pelaksanakaan tugas pokok guru. Selanjutnya, penilaian pelaksanaan PPK merupakan penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan tugas pokok guru.

Supervisi manajerial adalah kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Pengawasan sekolah berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pemantauan, pembinaan, penilaian kepala sekolah dalam peningkatan efisiensi dan efetivitas sekolah dalam proses perencanaan, koordinasi dan pengembangan mutu sekolah. Peran pengawas dalam supervisi manajerial melakukan fasilitasi kepala sekolah dalam melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya untuk melakukan penjaminan mutu

PPK, bimbingan dan pelatihan PPK, dan penilaian pelaksanaan PPK. Pemantauan pelaksanaan PPK merupakan kegiatan memantau untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pada pemenuhan: SKL, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian sebagai bahan untuk pembinaan dan pembimbingan pelatihan profesional yang dilakukan guru. Pembinaan PPK merupakan kegiatan pengawasan untuk peningkatan/penguatan kompetensi guru dalam pelaksanaan tugas pokok berdasarkan tingkat pemenuhan SNP hasil pemantauan. Kegiatan bimbingan dan pelatihan mencakup kegiatan kolektif guru di MGMP/KKG untuk meningkatkan profesionalisme guru, dalam mengoptimalkan pelaksanakaan tugas pokok guru. Selanjutnya, penilaian pelaksanaan PPK dilakukan oleh pengawas dalam kaitannya penilaian kinerja guru dalam pelaksanaaan tugas pokok guru.

D. Kompetensi Pengawas Sekolah/Marasah

Kompetensi Pengawas sekolah/madrasah, mencakup: (1) supervisi akademik; (2) supervisi manajerial; (3) evaluasi pendidikan; dan (4) penelitian dan pengembangan/litbang. Ke-empat tuntutan kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah diuraikan berikut.

Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah dalam melakukan Supervisi Akademik (seperti yang dijelaskan pada Modul A), yaitu: (1) menyusun rencana pengawasan akademik (RPA), Rencana Pengawasan Bimbingan Konseling ( RPBK); (2) memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran; (3) memahami konsep, prinsip, teori, teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran; (4) membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP; (5) membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran; (6) membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran; (7) membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran; (8) membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengem bangan atau mata pelajaran; dan (9) memotivasi guru untuk memanfaatkan

teknologi informasi dalam pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

Supervisi Manajerial mencakup modul, yaitu (1) Modul F-Pemantauan Pelaksanaan Pemenuhan SNP; (2) Modul E-Pelaksanaan Supervisi Manajerial; (3) Modul D-Laporan Hasil Pengawasan; (4) Modul C-Program Pengawasan Supervisi Manajerial; dan (5) Modul B-Supervisi Manajerial.

Kompetensi pengawas sekolah/madrasah dalam melakukan Supervisi Manajerial (seperti diuraikan dalam setiap modul sebagai berikut). Modul F- Pemantauan Pelaksanaan Pemenuhan SNP, mencakup: memantau pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan/SNP dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah: (1) mengevaluasi pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan; (2) membuat rekomendasi hasil pemantauan untuk penyususan program sekolah dalam upaya pemenuhan 8 SNP. Modul E- Pelaksanaan Supervisi Manajerial, mencakup: (1) membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah; (2) membina kepala sekolah dan guru BK dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah; (3) mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasilhasil yang dicapainya untuk menemukan menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanankan tugas pokonya di sekolah. Modul D-Laporan Hasil Pengawasan, mencakup: menyusun laporan supervisi manajerial tentang hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah, yaitu: menganalisis hasil supervisi manajerial, menyusun laporan hasil supervisi manajerial, dan Menyusun program tindaklanjut hasil pengawasan. Modul C-Program Pengawasan Supervisi Manajerial, mencakup: menyusun program pengawasan supervisi manajerial yang tediri atasr: menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan, dan program pendidikan di sekolah/madrasah dan menyusun metode kerja serta instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah. Modul B-Konsep Supervisi Manajerial, mencakup: kompetensi supervisi manajerial (sesuai Permendiknas No. 12 Tahun 2007 tentang Kompetensi Pengawas Sekolah), yaitu: menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi manajerial dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah yaitu: (1) menerapkan prinsip-prinsip supervisi manajerial untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah; (2) menerapkan metode supervisi manajerial; dan (3) menerapkan teknik supervisi manajerial.

sekolah lainnya dalam menilai tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran. Rincian kompetensi, mencakup: (a) menentukan aspek-aspek penilaian kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan; (b) memilih perangkat penilaian yang tepat digunakan untuk menilai kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan; (c) menilai kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya. (2) mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan, mencakup: (a) menyeleksi (memvalidasi) data hasil penilaian kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan; (b) menganalisis data hasil penilaian kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan; dan (c) menyusun program tindak lanjut perrbaikan kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan.

Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah dalam melakukan Penelitian dan Pengembangan/Litbang, mencakup: Modul J- Pedoman Pengawasan, yaitu: mampu menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindak lanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah; dan mampu menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah. Modul I- Pengembangan Profesi, mencakup: (a) menguasai berbagai pendekatan metode penelitian dalam pendidikan; (b) menentukan masalah kepengawasan yang diteliti baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun karir; (c) menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif; (d) melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tanggung jawabnya; (e) mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif; (f) menulis karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan dan atau bidang kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan; dan (g) memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas/PTK baik perencanaan maupun pelaksanaan di sekolah.

E. Kesimpulan

Pengawas Sekolah/Madrasah dalam melaksanakan tugas kepengawasan melalui supervisi akademik dan supervisi manajerial merupakan langkah tepat dalam upaya percepatan dan ketercapaian tujuan implementasi PPK di sekolah/madrasah. Oleh karena itu, perlu peningkatan kompetensi peran pengawas sekolah/madrasah dalam program PPK.

Bagaimana Peran Pengawas Sekolah/Madrasah dalam melakukan Supervisi Sekolah Penyelenggara PPK? Apa yang dipantau/dibina di sekolah/madrasah penyelenggara

PPK? Bagaimana cara memantaunya? Apa yang diperoleh dari hasil pemantauan dan bagaimana menindaklanjuti hasil pemantauan? Pemantauan dapat dilakukan melalui beberapa cara, seperti: melalui kegiatan pengamatan atau melakukan observasi lingkungan sekolah/madrasah tentang aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik baik dalam kegiatan-kegiatan intra kurikuler, ko kurikuler maupun ekstrakurikuler terkait pelaksanaan PPK di sekolah/madrasah. Wawancara dapat juga dilakukan dengan melibatkan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya, perwakilan siswa/OSIS, komite sekolah tentang pengembangan dan budaya karakter yang diimplementasikan di sekolah/madrasah dalam waktu yang cukup. Hasil pemantauan dapat disajikan dalam bentuk (1) program sekolah melalui Rencana Kerja dan Pelaksanaan Program PPK; (2) foto-foto kegiatan, dan dokumentasi lainnya.

Sebagai contoh penanaman sikap spiritual atau karakter religius di sekolah/madrasah. Pembiasaan (habituasi) dan keteladanan di sekolah memfasilitasi peserta didik dalam sikap spiritual/karakter religius. Peserta didik memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME sesuai dengan perkembangan siswa yang diperoleh dari pengalaman pembelajaran melalui pembiasaan (habituasi) dan pengkondisian, seperti: (1) mengintegrasikan pengembangan sikap beriman dalam setiap mata pelajaran, (2) berdoa setiap memulai dan mengakhiri kegiatan, (3) santun dalam berbicara dan berperilaku sesuai dengan budaya dan adat istiadat setempat, (4) berpakaian sopan sesuai aturan sekolah, (5) mengucapkan salam saat masuk kelas, (6) melaksanakan kegiatan ibadah, (7) mensyukuri setiap nikmat yang diperoleh, (8) menumbuhkan sikap saling menolong/berempati, (9) menghormati perbedaan, dan (10) antri saat bergantian memakai fasilitas sekolah dan kegiatan lainnya.

Penumbuhan sikap sosial, seperti nasionalis, integritas, mandiri, dan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengamatan di sekolah/madrasah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah/madrasah menunjukkan peserta didik memiliki perilaku yang mencerminkan sikap pembelajar sejati sepanjang hayat sesuai dengan perkembangan anak, yang diperoleh melalui gerakan dan pengembangan literasi sekolah, seperti: (1) perencanaan dan penilaian program literasi, (2) waktu yang cukup untuk kegiatan literasi, (3) kegiatan membaca buku, (4) lomba terkait literasi, (5) memajang karya tulis, (6) penghargaan berkala untuk siswa, (7) pelatihan literasi dan lainnya.

Pembiasaan dan keteladanan di sekolah/madrasah seperti penanaman sikap sosial, seperti: nasionalis, integritas, mandiri, dan kewirausahaan. Penanaman sikap sosial pada peserta didik akan memiliki keterampilan bertindak secara mandiri, kolaboratif, dan

dipelajari pada satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri, yang diperoleh dari pengalaman pembelajaran dan kegiatan, meliputi: (1) penugasan individu, (2) penugasan kelompok, (3) pelaporan tugas/kegiatan, (4) mempresentasikan hasil penugasan (5) keterlibatan dalam kepanitiaan, dan (6) keterlibatan dalam berbagai lomba/pameran serta kegiatan lainnya.

F. Daftar Pustaka

1. Lickona, T. (2004). Character Matters. A Touchstone Book, NY.

2. Kemdiknas, RI. (2007).Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah dan Pengawas Sekolah/Madrasah.

Jakarta.

3. Kemdiknas, RI. (2010). Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta.

4. Kemdiknas, RI. (2010). Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter

Bangsa 2010-2025. Jakarta.

5. Chen, M. (2010). Education Nation: Six leading edges of innovation in our schools, dalam Erry Utomo. The development of character education and its’ implementation at educational unit in Indonesia.Paper is presented for the 8th International APEC Collaborative Education (IACE) ALCoB Conference in Busan, South Korea, Nov. 24th to 26th, 2010.

6. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003. Jakarta. 7. Kemendikbud, RI. (2017). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.

Jakarta.

8. Kemendikbud, RI. (2017). Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter bagi

Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta.

9. Kemendikbud, RI. (2017). Modul untuk Pengawas Sekolah (Modul A, B, C, D, E, F, G,

Dalam dokumen KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL (Halaman 107-117)

Dokumen terkait