• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MODUL

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

PENGAWAS SEKOLAH

KELOMPOK KOMPETENSI B

KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL

Pengarah

Sumarna Surapranata, Ph.D. Penanggung Jawab

Dra. Garti Sri Utami, M. Ed. Penyusun

M. Ilzam Marzuk, MA.Educ.;  081334986165; ilzammarzuk@gmail.com

Prof. M. Asfah Rahman, M.Ed., Ph.D.;  08124134215; asfah_rahman@yahoo.com

Penelaah

Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd.  0811464813; arismunandar@unm.ac.id Dr. Edi Rahmat Widodo.  081315493001; edirawdd@gmail.com

Dra. Dwikora Hayuati, M.Pd.  0817793766; dhayuati@yahoo.co.id

Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Copyright @ 2017

Edisi ke-1: Juli 2017

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang menyalin sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan individu maupun komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... ix

PETA KEDUDUKAN MODUL ... xii

BAGIAN I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Target Kompetensi ... 5

C. Tujuan Pembelajaran ... 5

D. Peta Kompetensi Pengawas Sekolah ... 6

E. Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran ... 6

F. Penilaian ... 9

BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 11

TAHAP IN SERVICE LEARNING 1 (In-1) (28 JP) ... 11

Pengantar ... 11

Kegiatan Pembelajaran 1: Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial (9 JP) ... 11

A. Tujuan Pembelajaran ... 11

B. Indikator Pencapaian Tujuan ... 11

C. Uraian Materi ... 12

D. Aktivitas Pembelajaran ... 22

E. Latihan/Kasus/Tugas (10 menit) ... 27

F. Rangkuman ... 28

G. Umpan Balik ... 29

H. Refleksi dan Tindak Lanjut ... 30

I. Kunci Jawaban ... 31

Kegiatan Pembelajaran 2: Metode Supervisi Manajerial (9 JP) ... 32

A. Tujuan Pembelajaran ... 32

B. Indikator Pencapaian Tujuan ... 32

C. Uraian Materi ... 32

D. Aktivitas Pembelajaran ... 37

E. Latihan/Kasus/Tugas (10 menit) ... 44

(7)

G. Umpan Balik ... 46

H. Refleksi dan Tindaklanjut (35 menit) ... 47

I. Kunci Jawaban ... 48

Kegiatan Pembelajaran 3: Teknik Supervisi Manajerial (9 JP) ... 49

A. Tujuan Pembelajaran ... 49

B. Indikator Pencapaian Tujuan ... 49

C. Uraian Materi ... 49

D. Aktivitas Pembelajaran ... 57

E. Latihan/Kasus/Tugas (10 menit) ... 64

F. Rangkuman ... 65

G. Umpan Balik ... 66

H. Refleksi dan Tindak Lanjut ... 66

I. Kunci Jawaban ... 67

Rencana Tindak Lanjut ... 68

TAHAP ON THE JOB LEARNING (On) (20 JP ) ... 69

Pengantar ... 69

Kegiatan Pembelajaran: Penerapan Prinsip, Metode, dan Teknik Supervisi Manajerial di Sekolah Binaan ... 71

A. Tujuan Pembelajaran ... 71

B. Indikator Pencapaian Tujuan ... 71

C. Aktivitas Pembelajaran ... 71

TAHAP IN SERVICE LEARNING 2 (In-2) (8 JP) ... 77

Pengantar ... 77

Kegiatan 1.1 Penilaian Hasil On ... 77

Kegiatan 1.2 Penguatan ... 78

Kegiatan 1.3 Membuat Rencana Tindak Lanjut In-2 ... 78

BAGIAN III EVALUASI (1 JP) ... 79

BAGIAN IV PENUTUP ... 88

DAFTAR ISTILAH ... 89

LAMPIRAN ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

SUPLEMEN ... 93

Suplemen 1: Supervisi Pengawas Dalam Pelaksanaan PPK ... 93

Suplemen 2: Pengantar Pendidikan Inklusif dan Perlindungan Kesejahteraan Anak .... 103 Suplemen 3: Panduan Penilaian Hasil Belajar Untuk Pengawas Sekolah dan Kepala

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kedudukan Modul ... xii Gambar 2. Peta Kompetensi Modul B Konsep Supervisi Manajerial ... 6

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Isi Modul ... 7 Tabel 2. Strategi Pembelajaran ... 8 Tabel 3. Struktur Materi pada Tahapan On ...69

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL

1. Modul B Konsep Supervisi Manajerial ini berisi tentang pemahaman dan penguasaan mengenai prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial di sekolah. Kegiatan pembelajaran dalam modul ini mencerminkan pelaksanaan supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terdiri dari nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai utama disajikan saling berkaitan membentuk jejaring karakter yang perlu dikembangkan penerapan prinsip-prinsip, metode, dan teknik supervisi manajerial di sekolah.

2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan Pembelajaran yang terdiri dari In Service Learning-1 (In-1), The Job Learning (On), In Service

Learning-2 (In-2) , dan (3) Evaluasi.

3. Modul ini dilaksanakan melalui tiga tahap pembelajaran yaitu In-1, On, dan In-2. Pada tahap In-1, Saudara akan dipandu oleh fasilitator untuk mempelajari modul ini secara umum dan menyiapkan dasar pengetahuan serta pengalaman Saudara sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut untuk On. Pada tahap On, Saudara melaksanakan rencana tindak lanjut yang dibuat pada saat In-1 melaksanakan kegiatan pengawasan di sekolah binaan. Pada tahap In-2, Saudara bersama pengawas sekolah lain melaporkan tagihan On dan mempresentasikan berbagai keberhasilan dan kendala, serta solusi yang Saudara lakukan selama On.

4. Sebelum mempelajari modul ini, Saudara harus memiliki dokumen-dokumen sebagai berikut:

a. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

b. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor III /PB/2011 dan Nomor 6 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka kredit.

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

(12)

e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

f. Undang-undang Republik Indonesia no.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. g. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2014 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa.

5. Modul ini berkaitan dengan Modul C Program Pengawasan Supervisi Manajerial, ModuL D Laporan Hasil Pengawasan, Modul E Pelaksanaan Supervisi Manajerial, dan Modul F Pemantauan Pelaksanaan Pemenuhan SNP.

6. Waktu yang dipergunakan untuk mempelajari modul ini diperkirakan 56 Jam Pembelajaran (JP), yang terdiri atas 28 JP untuk In-1, 20 JP untuk On, 8 JP untuk In-2. Satu JP setara dengan 45 menit. Perkiraan waktu ini sangat fleksibel sehingga bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Penyelenggara pembelajaran bisa menyesuaikan waktu dengan model pembelajaran di Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS), Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS), Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPPPTK KPTK), atau model pembelajaran lain dengan pemanfaatan teknologi lain.

7. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran, Saudara sebaiknya mulai dengan membaca petunjuk dan pengantar modul ini, menyiapkan dokumen yang diperlukan, mengikuti tahap demi tahap kegiatan pembelajaran secara sistematis dan mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK). Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh fasilitator. Setiap menyelesaikan kegiatan pembelajaran di masing-masing modul. Saudara akan mengerjakan latihan soal dan penugasan lainnya. Untuk melengkapi pemahaman, Saudara dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan.

(13)

8. Setelah mempelajari modul ini, Saudara dapat mengimplementasikan hasil belajar tersebut di sekolah binaan.

9.

Dalam melaksanakan setiap kegiatan pada modul ini, Saudara harus mengintegrasikankan nilai-nilai utama PPK, yang terdiri atas: 1) religius, 2) nasionalis, 3) mandiri, 4) gotong royong, dan 5) integritas. Di samping nilai-nilai utama PPK, juga mempertimbangkan pinsip-prinsip pendidikan inklusif yang terdiri dari: 1) kehadiran, 2) penerimaan, 3) partisipasi, dan (4) pencapaian baik akademik maupun non-akademik untuk semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus sebagai langkah terbaik untuk memastikan pelaksanaan perlindungan kesejahteraan anak. Pendidikan inklusif mengakomodasi semua kebutuhan peserta didik dengan tidak mempersoalkan keadaan fisik, kecerdasan, sosial, emosional, jender, dan kondisi-kondisi lain.

(14)

PETA KEDUDUKAN MODUL

Gambar 1. Peta Kedudukan Modul PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN

MODUL I

Penelitian Bidang Pengawasan

MODUL H

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan

Sekolah MODUL G

Penilaian dan Pemantauan Pembelajaran

MODUL F

Pemantauan Pelaksanaan Pemenuhan SNP

MODUL D

Laporan Hasil Pengawasan MODUL C

Program Pengawasan Supervisi Manajerial

MODUL B

Konsep Supervisi Manajerial EVALUASI PENDIDIKAN MODUL J Pedoman Pengawasan SUPERVISI MANAJERIAL SUPERVISI AKADEMIK MODUL A Supervisi Akademik MODUL E

Pelaksanaan Supervisi Manajerial

D

I

M

E

N

S

I

K

O

M

P

E

T

E

N

S

I

Modul PKB Pengawas Sekolah terdiri dari 10 modul. Dari modul A sampai dengan modul J. Saat ini Saudara sedang membahas dan mempelajari modul B, Konsep Supervisi Manajerial.

(15)

BAGIAN I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modul B Konsep Supervisi Manajerial ini adalah modul yang dipersiapkan untuk membantu meningkatkan kompetensi pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi manajerial yang telah terintegrasi dengan nilai-nilai utama karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Di samping itu, pelaksanaannya bersifat terbuka, anti-diskriminasi, fleksibel dan berfokus kepada pemenuhan hak peserta didik. Melalui modul ini, Saudara akan melakukan kegiatan-kegiatan, baik secara individu maupun kelompok. Kegiatan-kegiatan yang Saudara lakukan antara lain mengkaji penerapan prinsip-prinsip, metode, dan teknik supervisi manajerial.

Supervisi manajerial adalah serangkaian kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran seperti yang tertera dalam Permen PAN dan RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

Pengawas sekolah harus memiliki komitmen untuk membina dan mendampingi kepala sekolah menggerakkan guru dan peserta didik agar mampu berpikir kritis, berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah dan menciptakan pembelajaran efektif. Dalam melaksanakan tugas tersebut, pengawas sekolah menjalankan berbagai fungsi supervisi manajerial. Di antara fungsi-fungsi itu adalah sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam menganalisis potensi sekolah dan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

Fokus supervisi manajerial adalah bidang garapan manajemen sekolah meliputi: (a) manajemen kurikulum dan pembelajaran, (b) kesiswaan, (c) sarana dan prasarana, (d) ketenagaan, (e) keuangan, (f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) layanan khusus. Di samping kepengawasan pada bidang itu, pengawas sekolah perlu melakukan

(16)

pelaksanaan 8 (delapan) standar nasional pendidikan, yaitu: (a) standar isi, (b) standar kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian. Supervisi terhadap kedelapan standar tersebut bertujuan agar sekolah terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Ketercapaian standar nasional pendidikan merupakan bagian dari penjaminan mutu pendidikan nasional yang lulusannya dapat bersaing baik secara nasional maupun internasional.

Pelaksanaan supervisi manajerial yang dilakukan pengawas sekolah ditentukan oleh pemahaman dan penguasaan mengenai prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial. Penerapan prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial oleh pengawas sekolah sesuai permasalahan manajerial di sekolah berkaitan erat dengan nilai-nilai utama PPK yang terdiri dari: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas, diwujudkan pengawas sekolah dalam melakukan supervisi manajerial. Maknanya nilai-nilai utama PPK dan pendidikan inklusif akan mewarnai prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi yang diterapkan pengawas sekolah ketika melakukan supervisi manajerial terhadap kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah binaan.

Gerakan PPK merupakan lanjutan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 yang bersifat berkelanjutan, dan menjadi bagian integral Nawacita butir 8 yaitu Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan perubahan paradigma meliputi perubahan pola pikir dan cara bertindak dalam mengelola sekolah. Dalam hubungan ini Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam dari pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan. Kelima nilai utama karakter saling berkaitan dan membentuk jejaring yang perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan. Pembentukan jejaring ini juga mempertimbangkan prinsip-prinsip pendidikan inklusif yang terdiri dari (1) kehadiran, (2) penerimaan, (3) partisipasi, dan (4) pencapaian baik akademik maupun non-akademik untuk semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus sebagai langkah terbaik untuk memastikan pelaksanaan perlindungan kesejahteraan anak. Pendidikan inklusif mengakomodasi semua kebutuhan peserta didik dengan tidak mempersoalkan keadaan fisik, kecerdasan, sosial, emosional, jender, dan kondisi-kondisi lain.

Implementasi nilai-nilai PPK dan PIPKA pada modul ini diharapkan dapat mencegah tumbuhnya paham radikalisme, terorisme, vandalisme, penyalahgunaan obat terlarang,

(17)

dan perilaku hidup bebas sehingga dapat merajut kehidupan damai dan sejahtera dalam bingkai NKRI. Urgensi pokok permasalahan ini dapat dijelaskan pada bagian berikut ini. Sebagai bangsa yang besar NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan suatu Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan diapit oleh dua samudra dan dua benua, didiami oleh ratusan juta penduduk, memiliki iklim tropis, memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat agama dan keyakinan yang berlainan satu sama lain bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Keseluruhannya tercemin dalam satu ikatan kesatuan lambang negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Pada dasarnya keberagaman masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam disetiap warga negara Indonesia. Pembentukan sikap nasionalis terhadap bangsa yang besar perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.

Namun demikian, dalam kenyataanya masih ada konflik yang terjadi dengan mengatasnamakan suku, agama, ras atau antargolongan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa sikap nasionalis bangsa yang ada seharusnya bisa menjadi modal bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa yang kuat. Untuk mendukungnya, diperlukan rasa persatuan yang kokoh dan kuat. Persatuan bangsa merupakan syarat yang mutlak bagi kejayaan Indonesia. Jika masyarakatnya tidak bersatu dan selalu memprioritaskan kepentingannya sendiri, maka cita-cita Indonesia yang terdapat dalam sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Bangsa akan hanya menjadi mimpi yang tak akan pernah terwujud. Sehingga semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, hanya sebatas slogan. Komitmen seluruh unsur negara menentukan sikap yang persisten untuk kesatuan bangsa perlu ditindaklanjuti di berbagai tingkat masyarakat. Keberagaman dalam berbagai aspek (adat, budaya, agama, bahasa) merupakan kondisi yang dapat membentuk masyarakat Indonesia yang memiliki toleransi dan rasa saling menghargai untuk menjaga perbedaan tersebut. Untuk itu perlu nilai komitmen persatuan bangsa Indonesia dalam keberagaman nasional.

Kata kata bijak mengatakan: "Bila anda ingin memperbaiki dunia, mulailah terlebih dulu dengan diri sendiri." Walaupun terkesan kuno, tetapi tetap berlaku untuk kita simak dan diterapkan dalam perjalanan hidup. Kita semuanya berharap Indonesia bisa berubah menjadi lebih baik dalam segala hal. Menjadi lebih baik dalam pendidikan anak bangsa, kesehatan masyarakat, perekonomian, sandang pangan, keamanan, kesejahteraan, dan

(18)

ketenangan dalam hidup keberagaman antar berbagai suku bangsa yang ada ditanah air kita tercinta.

Perbuatan-perbuatan negatif yang dapat merusak keutuhan suatu bangsa perlu dihindari sedini mungkin, seperti radikalisme, vandalisme dan penyalahgunaan obat terlarang narkoba serta kehidupan bebas melalui penguatan nilai-nilai luhur Pancasila. Untuk mencegah lahirnya paham radikalisme maka perlunya penguatan pada cara pandang pendidikan agama dan budi pekerti yang berlaku di Indonesia yang lebih berorientasi pada hukum yang kaku dan eksklusif tetapi lebih pada cinta yang moderat dan inklusif. Oleh karena itu, pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Pendidikan Pancasila harus dilakukan secara berkesinambungan untuk menangkis masuk dan berkembangnya paham radikalisme di Indonesiaterutama pada generasi muda.

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, pergaulan bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Generasi muda saat ini harus diselamatkan dari era globalisasi ini karena banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk dan tidak semua sama dengan kebudayaan luhur bangsa Indonesia, seperti kebudayaan hubungan bebas. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para generasi mudah dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya.

Penyalahgunaan obat terlarang selalu menjerat generasi muda ke dalam jeratan narkoba, zat dan obat-obatan terlarang. Para pengedar dan pembuat barang-barang terlarang tersebut akan melakukan berbagai promosi bujuk rayu menjebak kepada orang-orang yang lemah iman dan tidak memiliki akal sehat untuk menjadi budak obat-obat terlarang. Oleh karena itu, generasi muda perlu dibekali pengetahuan tentang obat-obat terlarang dan segala akibatnya. Pergaulan yang salah dapat menyebabkan generasi muda terperosok ke dalam jurang kesesatan. Penguatan nilai religius melalui penguatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui kesadaran bahwa penggunaan narkoba itu dosa karena hanya menyakiti dan merusak tubuh dan pikiran manusia. Penggunaan narkoba juga menjauhkan kita dari agama yang kita anut.

(19)

Pembentukan karakter generasi penerus bangsa perlu ditanamkan sejak mulai dini melalui perbuatan-perbuatan kebajikan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa yang ada dalam nilai-nilai Pancasila. Melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diharapkan generasi penerus bangsa yang besar ini dapat merajut kedamaian dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia dan terlepas dari sisi negatif dampak globalisme yang dapat merusak peradaban bangsa dan negara melalui perbuatan-perbuatan radikalisme bangsa, vandalisme, penyalahgunaan obat-obatan terlarang serta kehidupan bebas di abad super modern ini.

Modul B Konsep Supervisi Manajerial ini akan memandu Saudara sebagai peserta Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Pengawas Sekolah untuk mengembangkan kompetensi Saudara dalam melaksanakan tugas supervisi manajerial. Modul ini akan menanamkan landasan yang kokoh dalam penerapan prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial di sekolah. Pada pembelajaran modul ini, Saudara akan melakukan kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran mandiri dan/atau belajar bersama dengan sesama pengawas sekolah dan dipandu oleh fasilitator.

B. Target Kompetensi

Menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas serta prinsip pendidikan inklusif dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul PKB Pengawas Sekolah ini, Saudara mampu:

1. menerapkan prinsip-prinsip supervisi manajerial dengan untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah;

2. menerapkan metode supervisi manajerial untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah;

3. menerapkan teknik supervisi manajerial untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah;

Penerapan prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial dilaksanakan dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK

,

yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas, serta prinsip-prinsip pendidikan inklusif dalam rangka meningkatkan mutu

(20)

D. Peta Kompetensi Pengawas Sekolah

Gambar 2. Peta Kompetensi Modul B Konsep Supervisi Manajerial

E. Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran

1. Ruang Lingkup

Modul B Konsep Supervisi Manajerial ini memuat bahasan tentang konsep supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif, dirinci menjadi 3 (tiga) topik utama yaitu: (a) Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial, (b) Metode Supervisi Manajerial, dan (c) Teknik-teknik Supervisi Manajerial

.

2. Pengorganisasian Pembelajaran

a. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu

Melalui modul ini, Saudara akan melakukan kegiatan-kegiatan, baik secara individu maupun secara kelompok. Kegiatan-kegiatan yang Saudara lakukan

PERMENDIKNAS NO. 12 TAHUN 2007 TENTANG KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH

DIMENSI KOMPETENSI 2. SUPERVISI MANAJERIAL

2.1 . MENGUASAI METODE, TEKNIK, DAN PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI MANAJERIAL DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH

2.1.2. MENERAPKAN METODE SUPERVISI MANAJERIAL UNTUK PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH 2.1.3. MENERAPKAN TEKNIK SUPERVISI MANAJERIAL UNTUK PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH 2.1.1. MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI MANAJERIAL UNTUK PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH

(21)

terdiri atas kegiatan pembelajaran Konsep Supervisi Manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif. Kegiatan tersebut diawali dengan kegiatan mempelajari prinsip-prinsip supervisi manajerial pada Kegiatan Pembelajaran 1, metode supervisi manajerial pada Kegiatan Pembelajaran 2, dan teknik-teknik supervisi manajerial pada Kegiatan Pembelajaran 3, kemudian diakhiri dengan tes

.

Kegiatan In-1, On dan In-2 pada modul ini akan Saudara lakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pada tahap In-1, Saudara akan melakukan kegiatan refleksi mengenai prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif yang sudah dilaksanakan di sekolah binaan. Setelah memperoleh hasil refleksi dilanjutkan dengan berlatih memetakan prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial, menyusun alternatif penyelesaian kasus supervisi manajerial dengan menentukan prinsip, metode dan teknik yang sesuai, menyusun skenario penerapannya kemudian melakukan simulasi penerapan prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan

prinsip-prinsip pendidikan inklusif

. Pada akhir kegiatan ini, saudara diminta untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut untuk kegiatan On. Secara rinci kegiatan pembelajaran dan alokasi waktu pada modul ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Pada tahap On, Saudara akan melakukan penerapan prinsip-prinsip, metode, dan teknik supervisi manajerial di sekolah binaan serta mendokumentasikan bukti pelaksanaan kegiatan. Pada tahap In-2, Saudara mengumpulkan dokumen portofolio hasil On serta melakukan presentasi dan diskusi untuk mencari solusi dari studi kasus On. Selanjutnya Saudara menyusun rencana tindak lanjut pasca

In-2 dan melaksanakan penilaian diri.

Tabel 1. Isi Modul

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

In-1 On In-2 Menerapkan prinsip-prinsip supervisi

(22)

2

Menerapkan metode supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif, untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

9

20

8

3

Menerapkan teknik supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif, untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

9

Rencana Tindak Lanjut

1

Jumlah 28 JP 20 JP 8 JP

b. Strategi Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran modul Konsep Supervisi Manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Ragam strategi tersebut ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Strategi Pembelajaran

No Strategi Pembelajaran Kegiatan

In1 On In2 1 Berpikir Reflektif x x 2 Diskusi 3 Studi Kasus 4 Presentasi x 5 Bermain Peran 6 Curah Pendapat 7 Simulasi x

(23)

F. Penilaian

Aspek penilaian dalam program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dengan moda Tatap Muka In-1, On, In-2 adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Sikap (disingkat NS)

Penilaian aspek sikap dimaksudkan untuk mengetahui sikap peserta pada unsur kerjasama, disiplin, tanggungjawab, dan keaktifan. Sikap-sikap tersebut dapat diamati pada saat menerima materi, melaksanakan tugas individu dan kelompok, mengemukakan pendapat dan bertanya jawab, serta saat berinteraksi dengan narasumber dan peserta lainnya.

Penilaian sikap dilakukan sejak awal sampai akhir kegiatan baik In-1 maupun In-2 secara terus menerus yang dilakukan oleh narasumber untuk setiap materi. Namun, penetapan nilai akhir aspek sikap dilakukan pada tahapan terakhir. Penilaian aspek sikap sebagaimana unsur yang ditetapkan di atas merupakan kesimpulan narasumber terhadap sikap peserta. Hasil penilaian sikap dituangkan dalam format Lembar Penilaian Sikap diserahkan kepada kepada operator Sistem Informasi Manajemen (SIM).

2. Penilaian Keterampilan (disingkat NK)

Penilaian keterampilan bertujuan untuk mengetahui apakah telah terjadi perubahan keterampilan peserta setelah melalui proses pembelajaran In-1, On dan In-2. Penilaian keterampilan menggunakan pendekatan penilaian otentik mencakup tes dan non-tes berupa penyelesaian tugas pengisian LK, portofolio dan laporan On dan presentasi hasil On. Penilaian aspek keterampilan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, namun juga melalui kumpulan portofolio hasil penugasan individu dan/atau kelompok. Komponen penilaian terhadap aspek keterampilan khususnya portofolio hasil On yakni kelengkapan (semua tagihan terpenuhi), keaslian (dibuat sendiri, tidak ada indikasi meniru milik/dikerjakan orang lain), kualitas (kebenaran isi sesuai kriteria/rubrik). Hasil penilaian aspek keterampilan dituangkan dalam format Lembar Penilaian Keterampilan pada In-1 dan In-2 diserahkan kepada operator SIM.

3. Penilaian Aspek Pengetahuan (disingkat NP)

Penilaian aspek pengetahuan disebut dengan Tes Akhir dilakukan oleh peserta di akhir kegiatan pelatihan program PKB moda Tatap Muka untuk kegiatan 1, On,

(24)

Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang telah ditentukan. Nilai tes akhir akan menjadi nilai Uji Kompetensi Pengawas Sekolah (UKPS) tahun 2017 dan digunakan sebagai salah satu komponen nilai akhir peserta.

Selanjutnya, Nilai Akhir (NA) peserta pelatihan PKB moda tatap muka In-1, On, In-2 diperoleh dengan formula sebagai berikut :

4. Kriteria Kelulusan Peserta

Peserta akan mendapatkan sertifikat dari Nilai Akhir (NA) dengan predikat minimal “Cukup”. Berikut adalah kategori predikat pada kelulusan peserta mengadaptasi Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No 15. Tahun 2015 tentang Pedoman Diklat Prajabatan:

Angka Keterangan Predikat

95 – 100 Sangat Baik A

85 - 94 Baik B

70 - 84 Cukup C

51 – 69 Kurang D

≤ 50 Sangat Kurang E

Peserta program PKB PS yang memperoleh

Nilai Akhir ≥ 70 diberikan

Sertifikat, sedangkan peserta yang memiliki Nilai Akhir < 70 hanya menerima

surat keterangan keikutsertaan dalam pelatihan.

(25)

BAGIAN II

KEGIATAN PEMBELAJARAN

TAHAP IN SERVICE LEARNING 1 (In-1)

(28 JP)

Pengantar

Pada tahap In-1, Saudara berkumpul bersama pengawas sekolah lain untuk membahas tentang konsep supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif, dirinci menjadi 3 (tiga) topik utama yaitu: (a) Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial, (b) Metode Supervisi Manajerial, dan (c) Teknik-Teknik Supervisi Manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut dicapai melalui strategi Berpikir Reflektif, Diskusi, Studi Kasus, Presentasi, Bermain Peran, Curah Pendapat, dan Simulasi.

Saudara dapat melakukannya secara berkelompok, namun jika tidak memungkinkan karena jumlah peserta terbatas, silakan kerjakan kegiatan secara individual.

Pada akhir In-1 Saudara akan membuat rencana tindak lanjut untuk On di sekolah binaan.

Kegiatan Pembelajaran 1: Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial (9 JP)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, Saudara dapat menerapkan prinsip-prinsip supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

B. Indikator Pencapaian Tujuan

1. Membangun hubungan kemanusiaan

2. Melaksanakan prinsip supervisi berkesinambungan 3. Melakukan supervisi secara demokratis

4. Memproses supervisi secara integral dengan program pendidikan 5. Melaksanakan supervisi komprehensif

6. Melaksanakan supervisi secara konstruktif

7.

Melakukan supervisi secara objektif

Indikator percapaian tujuan di atas dengan mengintegrasikan 5 (lima) nilai utama PPK, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas, serta prinsip pendidikan

(26)

C. Uraian Materi

1. Pengertian Supervisi Manajerial

Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Menurut Ametembun (2000) pengertian supervisi berdasarkan bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + visi: Super = atas, lebih,

Visi = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa

seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan adalah untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan.

Supervisi ditujukan pada dua aspek, yakni manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik menitikberatkan pada pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan pengawas terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

2. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial

Supervisi manajerial sebagaimana dikemukakan dalam uraian di atas lebih menitikberatkan pada aspek pengelolaan dan administrasi sekolah. Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009), diungkapkan bahwa supervisi manajerial merupakan kegiatan peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sekolah. Kegiatan itu mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian dan pengembangan kompetensi guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Selanjutnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan (Kemendikbud, 2007) yang berkenaan langsung dengan ranah kompetensi pengawas sekolah dalam pembinaan untuk mengelola sekolah binaan meliputi: (a) perencanaan program, (b) pelaksanaan rencana kerja, (c) pengawasan dan evaluasi, (d) kepemimpinan, dan (e) sistem informasi manajemen.

(27)

Supervisi manajerial yang dilaksanakan pengawas sekolah pada aspek manajemen sekolah meliputi: (a) kurikulum dan pembelajaran, (b) kesiswaan, (c) sarana dan prasarana, (d) ketenagaan, (e) keuangan, (f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) layanan khusus. Terkait dengan tugas tersebut pengawas perlu melakukan tugas berupa pemantauan, bimbingan dan narasumber, serta penilaian terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan. Standar Nasional Pendidikan meliputi delapan standar, yaitu: (a) standar isi, (b) standar kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian (Kemen PAN dan RB, 2010).

Pelaksanaan supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif oleh pengawas sekolah selalu berkaitan dengan penguasaan prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial. Dengan demikian, pelaksanaan supervisi dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah terutama pada sekolah binaan. Pemahaman prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial akan memandu pengawas sekolah dalam menjalankan fungsi pengawas secara efektif sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan sekolah binaan.

3. Fungsi dan Peran Pengawas Sekolah dalam Supervisi Manajerial

Pengawas sekolah sebagai supervisor memiliki fungsi dan peran yang menentukan dalam upaya peningkatan kinerja dan mutu pendidikan di sekolah. Gregorio (1966) sebagaimana dikutip Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008) mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi-fungsi tersebut diuraikan secara singkat berikut ini.

Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah. Jadi, seorang supevisor berperan melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, tujuan belajar maupun metode pembelajaran. Sasaran inspeksi yang dilakukan pengawas sekolah adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interviu, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.

(28)

analisis untuk menarik suatu kesimpulan. Selanjutnya, pengawas dapat menentukan strategi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sekolah.

Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan guru/kepala sekolah/tenaga kependidikan lainnya berkaitan dengan kemampuan profesional yang diharapkan. Pelatihan dalam supervisi manajerial dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan antara lain: workshop/lokakarya, seminar, observasi, individual dan group conference, serta kunjungan supervisi.

Fungsi bimbingan diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok. Tujuannya adalah agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan bimbingan dilakukan dalam pelaksanaan supervisi manajerial antara lain dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, melakukan pendampingan (mentoring) serta membantu menerapkan sebuah prosedur kerja yang baru.

Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan dan tingkat pencapaian pelaksanaan program. Penilaian terkait dengan supervisi manajerial dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: tes, penetapan standar, penilaian, dan perkembangan hasil penilaian sekolah. Prosedur penilaian lain juga bisa dilakukan selama itu berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

Ketika melaksanakan supervisi manajerial, peran-peran yang dimiliki pengawas sekolah antara lain:

a. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah.

b. Asesor dalam menganalisis potensi sekolah binaan dan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan sekolah binaannya.

c. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya. d. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

Dalam menjalankan peran tersebut di atas, seorang pengawas diharapkan memiliki kemampuan sebagai:

a. Konseptor, yaitu menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

b. Programmer, yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program sekolah-sekolah binaannya.

(29)

c. Komposer, yaitu menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah. d. Builder, yaitu: (1) membina kepala sekolah dalam pengelolaan (manajemen) dan

administrasi sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah, (2) membina guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah, dan (3) memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

e. Observer, yaitu membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di sekolah dan memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah.

f. Reporter, yaitu menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah binaan dan menindaklanjuti untuk perbaikan mutu pendidikan dan program pengawasan berikutnya.

g. Supporter, yaitu mendorong guru dan kepala sekolah untuk merefleksi guna menemukan hasil-hasil yang dicapai dan menyadari kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.

h. User, yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah.

i. Messenger, yaitu menyampaikan dan menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah.

4. Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial

Pengawas sekolah sebagai supervisor harus mampu menunjukkan perilaku seorang profesional. Pelaksanaan supervisi manajerial harus berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu, diperlukan kemampuan melihat dengan tajam permasalahan peningkatan mutu pendidikan, dan menggunakan kepekaan untuk memahami setiap permasalahan dan mampu memberikan alternatif untuk menyelesaikannya.

Pelaksanaan supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif oleh pengawas sekolah dapat berjalan secara efektif apabila didukung oleh pemahaman dan penguasaan prinsip-prinsip supervisi manajerial. Di antara prinsip-prinsip yang berdampak positif dalam melaksanakan supervisi manajerial diuraikan secara singkat berikut ini.

(30)

Pengawas yang otoriter cenderung menggunakan kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dalam Wikipedia Ensiklopedia Bebas (2016) dijelaskan bahwa seseorang misalnya pengawas akan menggunakan wewenang sebagai dasar berpikir dan bertindak. Ketika berhadapan dengan orang lain dan menanggapi masalahnya, mereka akan menanyakan kedudukannya dalam lembaga dan organisasi. Dalam membahas masalah itu, pengawas tidak akan mempersoalkan hakikat dan kepentingannya, tetapi selalu merasa berhak untuk ikut campur dan mengurus perkara yang dipersoalkannya. Namun, hal ini hanya berlaku untuk dirinya. Seorang otoriter akan membatasi pekerjaan seseorang, yaitu agar orang tersebut bekerja menurut prosedur dan aturan yang ada. Jika orang itu tidak mengerti dan tidak menjalankan tugasnya dengan baik, orang itu akan dianggap salah.

Pengawas yang otoriter hanya mengenal satu macam komunikasi, yaitu satu arah. Komunikasi dua arah, saling diskusi dan menanggapi, dan model demokratis dengan kemungkinan perbedaan dan pertentangan pendapat secara verbal atau secara konseptual akan dimengerti, tapi sulit untuk dihayati. Komunikasi yang bebas dan terbuka, berasal dari berbagai arah dan tertuju ke segala penjuru akan asing baginya, karena gaya komunikasi tersebut tidak masuk dalam kerangka berpikirnya. Oleh karena itu, komunikasi satu arah menjadi andalan bagi orang ini dalam menjalankan tugasnya.

Dalam menjalankan tugasnya baik dalam menyampaikan gagasan, pemikiran, dan pesan, pengawas otoriter hanya mengenal satu bentuk komunikasi, yaitu instruksi. Istilah yang dikenalnya terbatas pada pengarahan, petunjuk, wejangan, perintah, pembinaan, sehingga bentuk komunikasi yang sifatnya sekadar memberitahu perkaranya (informatif) dianggap sudah mencukupi. Bentuk komunikasi yang persuasif untuk meyakinkan, dinilai menghabiskan waktu dan tidak efisien (Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, 2016).

Jika dalam komunikasi pengawas yang otoriter hanya mengenal komunikasi dalam bentuk instruksi, dalam bertindak cenderung mengedepankan kekuasaan. Pengawas otoriter juga akan mempermainkan perasaan bawahannya dengan sengaja membuat mereka merasa salah dan malu. Dengan kata lain, pengawas yang otoriter akan bertindak menggunakan kekuasaan dan kedudukannya yang merasa dirinya adalah atasan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan.

(31)

Ciri-ciri pengawas sekolah yang bersifat otoriter, antara lain: (1) menganggap kepala sekolah/guru sebagai bawahan, (2) menjadi penguasa tunggal, (3) mengabaikan peraturan yang berlaku, (4) mengabaikan dasar permusyawaratan, dan selalu berdasarkan keputusan sendiri, (5) mempertahankan kedudukan dengan berbagai cara, (6) menjalankan manajemen tertutup, (7) menutup komunikasi dengan dunia luar, (8) penyelesaian masalah dilakukan dengan kekerasan dan paksaan, (9) prinsip dogmatis dan banyak berlaku doktrin, (10) mengabaikan perlindungan hak asasi manusia, (11) mengabaikan fungsi kontrol terhadap administrasi, dan (12) melakukan intervensi ke seluruh bidang.

Untuk menghindari sifat-sifat otoriter di atas, pengawas sekolah hendaknya memiliki karakter yang dapat diteladani dan dijadikan contoh oleh guru maupun kepala sekolah melalui pembiasaan yang dilakukan dalam melaksanakan supervisi manajerial. Misalnya, membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam pengelolaan pembelajaran dilakukan secara terbuka dan bersahabat; Memberi dukungan kepada pengawas sekolah dalam melaksanakan pengelolaan sekolah terkait dengan melibatkan publik untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

b. Pengawas harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah hendaknya pengawas sekolah bisa menjalin suatu hubungan yang harmonis dengan para kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal, sehingga tidak akan ada pihak yang merasa dirugikan atas apa yang dilakukan pihak lainnya. Hal ini juga bisa meminimalisir terjadinya tindakan yang merugikan dan akhirnya dapat menggagalkan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.

Dalam menciptakan hubungan yang harmonis dan kondusif perlu adanya prinsip-prinsip dasar seperti adanya rasa saling menghargai, saling menghormati peran dari masing-masing pihak, serta adanya keterbukaan baik dari pihak pengawas, kepala sekolah, guru ataupun tenaga kependidikan lainnya. Untuk bisa memadukan tiap-tiap unsur pendidikan perlu adanya niat baik serta berusaha selalu mengedepankan komunikasi dan dialog yang baik untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dengan damai. Dengan demikian, bisa dicapai suatu solusi terbaik yang tidak merugikan pihak manapun dengan tetap menjaga

(32)

seluruh unsur pendidikan, meminimalisir timbulnya aktivitas yang tidak produktif, dan menuntut keadilan atas apa yang dihadapi di sekolah.

Banyak pengawas sekolah yang seringkali lupa akan pentingnya hubungan yang harmonis dan dinamis, sehingga seluruh komponen pendidikan bekerja secara maksimal agar produktif dan sekaligus mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama. Disadari bahwa dalam meningkatkan produktivitas sekolah memerlukan kontribusi besar dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan yang memiliki hak-hak yang harus terpenuhi. Agar semua kepentingan dan tujuan dari masing-masing pihak dapat tercapai tanpa ada yang merasa dirugikan sangat diperlukan adanya hubungan kemanusiaan yang harmonis. Pengawas sekolah bersama komponen pendidikan hendaknya bisa bersama-sama membangun kemitraan dalam bekerja, meningkatkan kualitas dan loyalitas, mempertahankan daya saing global yang semakin ketat, serta mengoptimalkan nilai tambah. Tentu saja, dalam membangun hubungan kemanusiaan yang harmonis bukanlah hal yang mudah dilakukan karena adanya kompleksitas permasalahan yang muncul, tetapi pengawas sekolah harus tetap konsisten membangun hubungan kemanusiaan yang harmonis dalam pelaksanaan fungsi supervisor. Hubungan kemanusiaan yang harmonis juga sangat diperlukan untuk menjalin komunikasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan agar semua pihak dapat berkontribusi secara optimal dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah.

c. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan.

Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan, melainkan dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Pelaksanaan supervisi berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut

1) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (a) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (b) mengkaji perencanaan program sekolah, (c) menentukan fokus observasi, (d) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (e) menentukan teknik pelaksanaan observasi.

2) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (a) harus luwes, (b) tidak mengganggu proses pembelajaran, (c) tidak bersifat menilai, (d) mencatat dan merekam hal-hal

(33)

yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (e) menentukan teknik pelaksanaan observasi.

3) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (a) memberi penguatan; (b) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (c) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (d) mengkaji data hasil pengamatan, (e) tidak bersifat menyalahkan, (f) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (g) penyimpulan, (h) hindari saran secara langsung, dan (i) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.

d. Supervisi harus demokratis

Hakikat demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dan sistem demokrasi adalah suatu sistem yang berpusat pada rakyat. Dan tentu, dalam sistem ini, rakyatlah yang menjadi aktor utama. Mulai dari pemilihan presiden, gubernur, bahkan camat sekalipun, dipilih oleh rakyat (Anggidetyas, 2013). Dalam demokrasi pendidikan di sekolah juga demikian, warga sekolah mempunyai kedudukan yang sangat menentukan.

Pengawas sekolah tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah mengembangkan keterbukaan, partisipatif dan kooperatif. Prinsip demokrasi oleh pengawas sekolah adalah memberikan wewenang secara luas kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Setiap ada permasalahan selalu mengikut-sertakan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan sebagai suatu tim yang utuh. Prinsip kepengawasan demokratis memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Kepengawasan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Prinsip kepengawasan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok.

Penerapan prinsip demokratis dalam kegiatan supervisi manajerial dengan memberikan ruang yang lebih luas kepada warga sekolah untuk berekspresi. Warga sekolah mendapat kesempatan untuk menyampaikan aspirasi dan mengakses informasi secara terbuka luas. Dengan demikian, warga sekolah bebas untuk berasosiasi tanpa memandang strata sosial oleh karena tujuan

(34)

e. Program supervisi harus integral.

Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam unsur sistem kelembagaan yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Supervisi yang dilaksanakan pengawas harus mampu mengaitkan antar komponen-komponen standar nasional pendidikan dengan pengelolaan administrasi sekolah. Perhatian terhadap pengelolaan pendidikan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas keterlaksanaan sistem proses belajar yang meliputi administrasi kurikulum, program ketenagaan, program sarana dan prasarana, program pembiayaan dan program hubungan dengan masyarakat yang kesemuanya merupakan unsur-unsur yang mempengaruhi pengembangan dari kurikulum itu.

f. Supervisi harus komprehensif.

Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek dan komponen supervisi manajerial yang meliputi administrasi dan operasional sekolah. Pada hakikatnya, suatu aspek atau komponen supervisi manajerial pasti terkait dengan aspek atau komponen lainnya. Oleh karena itu pengawas sekolah hendaknya mewujudkan dimensi kompetensi supervisi manajerial yang meliputi:

(1) Penguasaan dalam metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

(2) Penyusunan program kepengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan dan program pendidikan di sekolah.

(3) Penyusunan metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah.

(4) Penyusunan laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah.

(5) Pembinaan kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

(6) Pembinaan kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah.

(7) Upaya mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah.

(8) Melakukan pemantauan penyelenggaraan standar nasional pendidikan dan hasil-hasilnya dijadikan dasar untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.

(35)

g. Supervisi harus konstruktif.

Supervisi yang dilakukan pengawas sekolah harus diarahkan pada peningkatan kinerja kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, maka pengawas sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip supervisi sekolah sebagai berikut ini.

1) Hubungan antara pengawas dengan guru adalah hubungan kolegial yang sederajat dan bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih dikenal sebagai hubungan antara tenaga professional berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga terjalin dialog professional yang interaktif dalam suasana yang intim dan terbuka. Isi dialog bukan pengarahan atau instruksi dari supervisor/pengawas melainkan pemecahan masalah pembelajaran.

2) Diskusi antara pengawas dan guru bersifat demokratis, baik pada perencanaan pengajaran maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana demokratis itu dapat terwujud jika kedua pihak dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak ada yang mendominasi pembicaraan. Semua pihak memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua pendapat yang dikemukakan di dalam pertemuan tersebut dan pada akhirnya keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama.

3) Sasaran supervisi didasarkan kepada kebutuhan dan aspirasi guru yang ditunjukkan melalui lingkup kegiatan guru baik sebelum, sedang, maupun setelah mengajar. Dengan prinsip ini guru didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya dalam usaha mengembangkan dirinya.

4) Telaah balikan dilakukan berdasarkan data rekaman observasi yang cermat yang didasarkan atas kesepakatan dan dilaksanakan dengan segera. Hasil telaah balikan itulah dijadikan dasar rencana pembinaan dan perbaikan selanjutnya.

5) Mengutamakan prakarsa dari dan tanggung jawab oleh guru sendiri baik pada tahap perencanaan, pengkajian balikan maupun pada pengambilan keputusan dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini mungkin prakarsa dan tanggung jawab itu ke tangan guru diharapkan menumnuhkan kepercayaan diri guru sehingga guru akan tetap mengambil prakarsa dan

(36)

h. Supervisi harus objektif.

Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program supervisi pengawas sekolah harus dilakukan berdasarkan fakta-fakta permasalahan sekolah. Hal ini merupakan bagian dari integrias seorang pengawas sekolah. Perencanaan supervisi itu harus berdasarkan permasalahan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah. Pelaksanaan harus sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Penilaian program supervisi harus didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh dalam pelaksanaan supervis dan dideskripsikan apa adanya.

D. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan 1.1 Berpikir Reflektif Mengenai Pengertian dan Ruang Lingkup Supervisi Manajerial (Curah Pendapat 90 menit)

Pada kegiatan awal ini, Saudara diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang supervisi manajerial. Oleh karena itu, Saudara akan melakukan serangkaian kegiatan di bawah ini.

1. Silakan lakukan kegiatan berpikir reflektif secara mandiri, berdasarkan pengalaman dan pemahaman Saudara. Untuk itu, Saudara harus mencermati pertanyaan-pertanyaan penuntun berikut. Tulislah jawaban Saudara pada lembaran yang disediakan.

Pertanyaan penuntun:

a. Apa pemahaman Saudara mengenai supervisi manajerial?

b. Buatlah definisi mengenai supervisi manajerial menurut pemikiran Saudara sendiri.

2. Setelah menuliskan definisi supervisi manajerial menurut pendapat sendiri, silakan Saudara melakukan diskusi bersama fasilitator/pengawas lainnya secara kelompok. Ikutilah petunjuk di bawah ini.

a. Saudara diminta duduk berhadapan/berkelompok.

b. Tuliskan definisi Saudara pada kertas plano (ikuti format LK 1.1).

c. Melalui diskusi, bandingkan definisi yang Saudara buat dengan definisi dari anggota kelompok Saudara.

d. Selanjutnya, bandingkan juga dengan definisi dari sumber lain, jika ada.

e. Rumuskan satu definisi baru tentang supervisi manajerial berdasarkan hasil diskusi. Tuliskan hasilnya pada kertas plano (ikuti format LK 1.1), kemudian presentasikan.

(37)

LK 1.1 Definisi Supervisi Manajerial

Menurut Anggota Kelompok (Individual) Menurut Sumber Lain yang Terpercaya 1.

2.

Definisi Berdasarkan Hasil Diskusi Kelompok

Kegiatan 1.2 Merefleksi Penerapan Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial (90 Menit) Pada kegiatan ini Saudara diminta untuk merefleksi tentang prinsip-prinsip supervisi manajerial berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi dalam melakukan supervisi manajerial di sekolah binaan. Kegiatan ini dilaksanakan secara mandiri berdasarkan pengalaman dan fakta yang terjadi pada sekolah binaan dalam pelaksanaan supervisi manajerial.

Tuliskan salah satu pengalaman Saudara dengan memuat keterangan tentang permasalahan manajerial sekolah binaan, cara Saudara melaksanakan supervisi manajerial, hasil supervisi manajerial yang dicapai dan tindak lanjut yang Saudara lakukan. Gunakan LK 1.2 untuk menuliskan pengalaman Saudara tersebut.

LK 1.2 Merefleksi Penerapan Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial

1. Tuliskan pengalaman Saudara dalam melaksanakan supervisi manajerial di sekolah binaan. Uraian pengalaman Saudara harus memuat tentang: uraian masalah sekolah binaan, cara melakukan supervisi (proses kegiatan yang dilaksanakan), hasil yang dicapai, dan tindak lanjut.

(38)

Permasalahan Sekolah Binaan Deskripsi Proses Pelaksanaan Supervisi Hasil Supervisi

yang Dicapai Tindak Lanjut

2. Berdasarkan pengalaman Saudara tersebut di atas, beri tanda cek (√) pada tabel prinsip-prinsip supervisi manajerial yang diterapkan dalam pelaksanaan supervisi manajerial disertai deskripsi cara Saudara menerapkan prinsip-prinsip supervisi manajerial.

No

Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial

Terlaksana Deskripsi Proses Penerapan Prinsip Ya Belum

1 Menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis 2 Melaksanakan supervisi secara

berkesinambungan

3 Melaksanakan supervisi secara demokratis

4 Melaksanakan supervisi secara integral

5 Mencakup aspek secara komprehensif

6 Melaksanakan supervisi secara konstruktif

7 Melaksanakan supervisi secara obyektif

3. Berdasarkan permasalahan penerapan prinsip supervisi manajerial di sekolah tersebut di atas, tuliskan prinsip-prinsip supervisi manajerial yang belum pernah

(39)

dilaksanakan beserta karakteristiknya.

Prinsip Karakteristik

Kegiatan 1.3 Merencanakan Penerapan Prinsip Supervisi Manajerial (90 Menit) Kegiatan ini masih berkaitan dengan hasil LK 1.2, khususnya pada kegiatan nomor 3. Pilih salah satu prinsip supervisi manajerial dari kegiatan nomor 3 tersebut. Kemudian, buatlah perencanaan penerapannya pada kegiatan supervisi manajerial yang akan Saudara simulasikan pada kegiatan berikutnya. Perhatikan karakteristik prinsip-prinsip supervisi yang dipilih dengan mengintegrasikan sekurang-kurangnya satu di antara 5 (lima) nilai utama PPK dan prinsip pendidikan inklusif berdasarkan hasil identifikasi hasil kepengawasan tahun sebelumnya, dan buatlah rancangan penerapan yang diharapkan dapat mewujudkan karakteristik tersebut. Gunakan LK 1.3.

LK 1.3 Perencanaan Penerapan Prinsip Supervisi Manajerial

Permasalahan Manajerial Prinsip Supervisi Manajerial Langkah-Langkah Kegiatan Persiapan: Pelaksanaan:

(40)

Tindak Lanjut:

Kegiatan 1. 4 Penerapan Prinsip Supervisi Manajerial (90 Menit)

Saudara telah menyusun perencanaan penerapan prinsip supervisi manajerial pada kegiatan 1.3. dan mungkin sudah mendiskusikannya sehingga mendapat berbagai masukan dari pengawas sekolah atau fasilitator. Selanjutnya, lakukanlah simulasi penerapan prinsip supervisi manajerial yang Saudara tentukan dan telah mengintegrasikan sekurang-kurangnya satu di antara 5 (lima) nilai utama PPK dan prinsip pendidikan inklusif. Agar simulasi dapat berjalan lancar, lakukan persiapan sebagai berikut.

1. Siapkan skenario pelaksanaan prinsip manajerial yang telah Saudara susun pada LK 1.3.

2. Pilih pengawas peserta lainnya yang akan berperan sebagai kepala sekolah atau guru sesuai dengan perencanaan, sedangkan Saudara akan berperan sebagai pengawas sekolah.

3. Lakukan simulasi penerapan prinsip supervisi manajerial sesuai dengan skenario yang telah Saudara susun. Pastikan setiap pihak dapat berperan sesuai dengan komitmen yang disepakati.

4. Mintalah komentar dari pengawas lain atau fasilitator mengenai simulasi yang Saudara lakukan. Gunakan LK 1.4 untuk menuliskan komentar hasil pelaksanaan simulasi.

LK 1.4 Simulasi Prinsip Supervisi Manajerial Prinsip : ...

Aspek

Penilaian Persiapan Pelaksanaan Simulasi Saran

(41)

Kekurangan

Keterangan *) Pelaksanaan simulasi prinsip supervisi manajerial terpilih sesuai dengan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif.

Selamat atas kerja keras Saudara dalam melaksanakan simulasi penerapan prinsip supervisi manajerial.

E. Latihan/Kasus/Tugas (10 menit)

Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D.

1. Seorang pengawas melakukan supervisi di sekolah binaannya, pada saat pelajaran di sekolah berlangsung. Ia ditemui oleh kepala sekolah dan guru-guru yang kebetulan sedang tidak memiliki jam mengajar. Melihat guru duduk-duduk di kantor, pengawas langsung memberikan teguran, agar tidak meninggalkan kelas dan mendampingi para siswa dalam mengerjakan tugas, agar prestasi akademik siswa bagus. Perilaku pengawas tersebut belum menunjukkan prinsip ....

A. demokratis B. otoriter C. obyektif D. konstruktif

2. Dalam melaksanakan supervisi manajerial terhadap kepala sekolah binaannya, pengawas harus mempunyai etika dalam berkomunikasi di antaranya ....

A. mendengarkan pendapat dan menyetujui apa yang disampaikan dan menghormati yang mengajak bicara

B. mendengarkan dengan sabar, merespons secara positif, mampu memberi solusi dengan tepat

C. mendengarkan apa yang disampaikan dan menyampaikan pertanyaan untuk menguji pendapatnya

(42)

3. Salah satu prinsip supervisi manajerial adalah komprehensif yang dalam implementasinya mencakup komponen ....

A. perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, kurikulum sekolah, pengelolaan sekolah, sarana prasarana, tenaga kependidikan, siswa, dan lingkungan pendidikan

B. perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, kurikulum sekolah, pengelolaan sekolah, sarana prasarana, tenaga kependidikan, siswa, lingkungan pendidikan, dan penyelenggaraan ujian

C. perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, kurikulum sekolah, pengelolaan sekolah, tenaga kependidikan, siswa, lingkungan pendidikan, dan penyelenggaraan ujian D. perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, kurikulum sekolah, pengelolaan sekolah,

sarana prasarana, tenaga kependidikan, siswa, dan penyelenggaraan ujian 4. Prinsip konstruktif pada kegiatan pembinaan supervisi manajerial dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, dilaksanakan dengan memperhatikan .... A. keadaan dana penunjang, kenyataan yang sebenarnya terjadi, kesiapan kepala

sekolah, diarahkan kepada pencapaian 8 SNP

B. kesesuaian dengan rencana program kepengawasan, berdasarkan kepentingan setiap kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya

C. dukungan motivasi kepada kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya, sehingga tumbuh dorongan untuk bekerja lebih baik

D. terjalinnya hubungan yang harmonis antara pengawas sekolah dengan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya sesuai normatif yang berlaku

5. Prinsip demokratis dalam supervisi manajerial ditunjukkan melalui hubungan kemanusiaan. Perilaku yang menggambarkan prinsip tersebut adalah ….

A. mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan cara-cara yang menakutkan

B. dilaksanakan secara sistematis berencana dan kontinyu untuk memperbaiki kinerja kepala sekolah

C. memberikan support menstimulus guru dan kepala sekolah, sehingga mereka merasa tumbuh bersama

D. membangun hubungan yang akrab sehingga guru dan kepala sekolah merasa aman dalam menjalankan tugasnya

F. Rangkuman

Supervisi adalah kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.

(43)

Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.

Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada diri pengawas, terdiri dari: (1) menjauhkan diri dari sifat otoriter, (2) mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal, (3) dilakukan secara berkesinambungan, (4) demokratis, menekankan kegiatan yang partisipatif dan kooperatif, (5) integral, (6) komprehensif, mencakup keseluruhan aspek, (7) konstruktif, dan (8) objektif, bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.

Penerapan prinsip-prinsip supervisi manajerial yang telah mengintegrasikan sekurang-kurangnya satu di antara 5 (lima) nilai utama PPK dan prinsip pendidikan inklusif, menjadikan pengawas sekolah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

G. Umpan Balik

Cocokkanlah jawaban Saudara pada latihan di atas dengan kunci jawaban pada halaman 30. Hitunglah jawaban Saudara yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi Kegiatan Pembelajaran 1.

Tingkat Penguasaan = Jumlah Jawaban Benar X Jumlah Soal

100 %

Arti tingkat persentase penguasaan yang Saudara capai: 90 – 100 = sangat baik

80 – 89 = baik 70 – 79 = cukup 60 – 69 = kurang  60 = sangat kurang

Gambar

Gambar 1. Peta Kedudukan Modul PENELITIAN DAN
Gambar 2. Peta Kompetensi Modul B Konsep Supervisi Manajerial
Tabel 1 . Isi Modul
Tabel 2 . Strategi Pembelajaran
+5

Referensi

Dokumen terkait