• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN, SARAN SERTA REFLEKSI

C. Refleksi

Posisi penulis sebagai ‘orang dalam’ Buddhisme Maitreya menjadi kelemahan sekaligus kekuatan dalam penelitian ini. Sebagai kelemahan adalah kekhawatiran terjadinya bias dalam analisis data. Kelemahan ini berusaha diatasi dengan berpegang pada metode evaluasi penelitian yaitu validasi argumentatif. Dengan metode ini, hasil penelitian disusun dan dianalisis dengan jalan yang dapat diikuti rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali kepada data mentah.

Sebagai kekuatannya adalah penulis lebih mudah memahami data yang diambil sehingga memudahkan dalam pengkodean dan penganalisisan data. Dapat kita lihat bersama bahwa masing-masing agama punya kosakata bahasa yang khas dan tersendiri, kemungkinan hal ini terjadi sebagai akibat penerjemahan dari bahasa tempat agama itu berkembang. Dan dalam hal inilah penulis lebih beruntung sebagai ‘orang dalam’ karena lebih mudah untuk memahami bahasa agama yang diteliti.

Dalam penelitian psikologi kualitatif sering kali tantangan yang paling berat adalah mengomunikasikan kepada pembaca langkah metodologi penelitian yang diambil sehingga menghasilkan kesimpulan tertentu yang bisa diyakini kadar ke- ilmiahan-nya. Dan hal ini dialami oleh penulis. Tidak adanya aturan yang baku dan tertulis jelas untuk sebuah situasi penelitian (kualitatif) tertentu terkadang membuat penulis merasa goyah alih-alih mengembangkan kreativitas. Dengan metode analisis kualitatif yang tampaknya ‘sederhana’ dan kurang canggih dibanding dengan metode statistik membuat penulis sering merasa tidak percaya diri dengan metode penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini penulis berhutang budi terhadap buku-buku penelitian kualitatif yang lebih sering menjadi ‘dukungan moril’ bagi penulis untuk melanjutkan penelitian, daripada sebuah bacaan ilmiah belaka.

SENARAI

• Anjali: Sikap hormat dalam Buddhisme dengan merangkapkan kedua belah telapak tangan di dahi atau di depan dada.

• Bodhisatva: Mahluk calon Buddha, bercita-cita menjadi sammasam-Buddha • Bhiksu: Biarawan pria dalam agama Buddha

• Bhiksuni: Biarawan wanita dalam agama Buddha • Buddha: Yang sadar, yang bangun

• Buddha rupang: Arca; patung Buddha

• Bodhisatva Ajita: Salah satu inkarnasi Buddha Maitreya di zaman Buddha Sakyamuni

• Cetya: Vihara kecil, biasanya terdapat di dalam sebuah rumah yang ditinggali oleh keluarga penganut agama Buddha

• Dasa Dharma lokya: Sepuluh alam kehidupan • Deva: Dewa, makhluk surgawi

• Dhamma (Dharma): Kebenaran, kesunyataan ajaran, hukum alam, peraturan, pengalaman hidup

• Dosa karma: Perbuatan buruk di masa lalu yang akan membawa pengaruh negatif bagi seorang individu di kehidupannya saat ini dan yang akan datang

• Emanasi roh Tuhan: Percikan/bagian dari Tuhan

• Kalpa: Sepuluh ribu kali, biasanya digunakan untuk satuan waktu dalam berbagai kitab agama Buddha (satu kalpa = sepuluh ribu tahun)

• Karma: Hasil perbuatan dari satu individu di masa lalu yang akan mempengaruhi kehidupannya di masa sekarang dan yang akan datang

• Laksa: Jumlah yang sangat banyak

• LaoMu : Sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa dalam Buddhisme Maitreya • Metta (Maitri): Cinta kasih universal

• Memohon Ketuhanan: Menjadi penganut penganut Buddhisme Maitreya

• Naga: Sejenis binatang seperti Ular raksasa yang seringkali disebutkan dalam berbagai kitab Buddhis

• Parinibbana: Pencapaian Nibbba; wafat, akhir dari kehidupan di dunia untuk selanjutnya terlahir kembali di alam Nibbana

• Patriat: Penerus garis ajaran di dalam Buddhisme, khususnya dalam Buddhisme Zen

• Pandita: Orang yang bijaksana; Pemimpin sebuah wilayah dalam Buddhisme Maitreya (dibawah sesepuh)

• Sahalokya: Dunia fana

• Sammasam-Buddha: Buddha Sempurna, yang mencapai penerangan sempurna secara mandiri

• Sesepuh: Pimpinan tertinggi pada suatu wilayah (biasanya sebuah negara) dalam Buddhisme Maitreya

• Sila: Aturan moral, tata susila

• Sutra-sutra: Ajaran-ajaran berupa khotbah-khotbah dharma yang telah dibukukan • Triloka: Tiga alam kehidupan

• Upasaka: Umat Buddhis awam pria • Upasika: Umat Buddhis awam wanita • Vihara: Tempat ibadah bagi umat Buddha

• Wadah Ketuhanan: Tempat berkembangnya Buddhisme Maitreya • Yaksa: Hantu, setan, raksasa

DAFTAR PUSTAKA

Bodhi, Halim Zen Pdt., (1996).Makna Ikrar Bervegetaris. Majalah Maitreyawira, edisi III bulan April—Juni 1996. hh. 42-45

Bodhi, Halim, Zen, Pdt., (1994). Sejarah Singkat Buddhisme Maitreya. Dalam Buku Kenang-kenangan Peresmian Pusdiklat Buddhis Maitreyawira. hh. 8-40 Jakarta: DPP Mapanbumi.

Buddha Maitreya,(tanpa tahun). Bidang Seni & Budaya DPP Mapanbumi Sumatera Utara.

Bustaman, H. D. (1995).Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cremers, Agus. (1987).Rogers (Antara Engkau dan Aku). Jakarta: PT. Gramedia. Eddington, Neil & Shuman, Richard. (2005).Healthy Personality. Austin:

Continuing Psychology Education. Retrieved March 27, 2005, from www.texcpe.com.

Goble, Frank. (1987). Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Mazhab Ketiga. (Penerjemah: A. Supratiknya)Yogyakarta: Kanisius. (Karya asli terbit tahun 1971).

Hao Che Ta Ti, (2001).Pancabudi Nurani (terjemahan). Jakarta: DPP MAPANBUMI.

Holden, Robert. (1998). Stress News. April 1998 Vol. 10 No. 2. Dalam Majalah Maitreyawira edisi 21 bulan Maret 2004.Obatnya Satu Dosis

Tertawa,hh. 24-28.

Krippendorff, Klaus. (2004).Content Analysis: An Introduction to its

methodology (2nd edition). United States of America: Sage Publications Inc.

Mental Health Foundation (2003).What Is mental health. Last up dated on 2 July, 2003. Retrieved March 27, 2005, from www.mentalhealth.org.uk. Miles, Matthew B. & Huberman, A. Michael. (1994).Qualitative Data Analysis: an expanded sourcebook (2nd edition). United States of America: Sage Publications Inc.

Neuman, W. L. 2000.Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches (4th edition). Boston: Allyn and Bacon.

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun. (2005).Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Poerwandari, E. Kristi. (1998).Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Schultz, Duane. (1993).Psikologi Pertumbuhan, Model-Model Kepribadian Sehat. (Penerjemah: Yustinus). Yogyakarta: Penerbit Kanisius. (karya asli terbit 1977)

Visi Tunggal dalam Berkarya. (Edisi 22 bulan Desember 2004) Majalah Maitreyawira,. hh. 19-21.

Wahyono, Tekad. (2004, Maret). Metodologi Penelitian Kualitatif. Disampaikan Dalam Kolokium Bulan Maret 2004 di Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta, tidak diterbitkan.

Wang Che Kuang, M.S., (2001).Thien Ming: Kebenaran Agung Tertinggi. Jakarta: DPP Mapanbumi.

Wang Che Kuang, M.S., (2002).Maha Tao Maitreya. Jakarta: DPP Mapanbumi. Wang Che Kuang, M.S., (2003).Keindahan Kodrati Manusia. Jakarta: DPP Mapanbumi.

Wang Che Kuang, M.S., (2005).Tuntunan Buddha Maitreya. Jakarta: DPP Mapanbumi.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Deskripsi Buku-Buku Yang Digunakan Sebagai Sumber Data Penelitian Lampiran 2 : Tabel Pemberian Kode Aspek-Aspek Kepribadian Sehat

Lampiran 3 : Hasil Analisis Sumber Data Penelitian Berupa Ringkasan Dalam Bentuk Kutipan-Kutipan Langsung Yang Kemudian Dianalisis Dengan

Pengkodean Aspek-Aspek Kepribadian Sehat

Lampiran 4 : Ringkasan Hasil Analisis Pengkodean Aspek-Aspek Kepribadian Sehat Pada Data

DESKRIPSI BUKU-BUKU YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SUMBER DATA DALAM PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 6 buku yang ditulis oleh maha sesepuh Wang Che Kuang, pimpinan Buddhisme Maitreya seluruh dunia. Dalam versi aslinya buku-buku ini ditulis dalam huruf mandarin, dan buku yang dianalisis oleh penulis adalah versi terjemahannya. Penulisan judul buku asli, penulis dan penerbit di bawah ini menggunakan aturan penulisan ejaan mandarin secara internasional (hanyu pinyin).

1. Judul Buku Asli : Liang Xin De Zhen Yi (Signifikansi Hati Nurani) Penulis : Wang Ci Guang

Tahun penerbitan : 2000 (edisi ke-3)

Penerbit : Ci Guang chu ban she, Taipei, Taiwan.

Diterjemahkan menjadi 10 buah buku kecil, yang masing-masing terdiri dari 1 poin signifikansi hati nurani.

Judul kesepuluh buku tersebut masing-masing adalah : • Hati Nurani Yang Paling Universal

• Hati Nurani Yang Paling Cemerlang • Hati Nurani Yang Paling Sempurna • Hati Nurani Yang Paling Sejati • Hati Nurani Yang Paling Bajik • Hati Nurani Yang Paling Indah • Hati Nurani Yang Paling Abadi • Hati Nurani Yang Paling Bahagia • Hati Nurani Yang Paling Leluasa Tahun penerbitan : 2001-2003 Alih Bahasa : Tim Maitreyawira

2. Judul Buku Asli : Mi Lek Da Dao Tan Yuan Penulis : Wang Ci Guang

Tahun penerbitan : 2002 (edisi ke-2)

Penerbit : Ci Guang chu ban she, Taipei, Taiwan Judul Buku Terjemahan : Maha Tao Maitreya Alih Bahasa : Tim Maitreyawira

3. Judul Buku Asli : Da Ci Chun Ben Xing Liu Du Penulis : Wang Ci Guang

Tahun penerbitan : 2002

Penerbit : Ci Guang chu ban she, Taipei, Taiwan

Judul Buku Terjemahan : Pribadi Mahakasih Lugu Polos, Amalkan Enam Perbuatan Mulia Sang Pengasih

Alih Bahasa : Tim Kasih Lestari

4. Judul Buku Asli : Zha Gen Yu Shen Geng Penulis : Wang Ci Guang

Tahun penerbitan : 2002

Penerbit : Ci Guang chu ban she, Taipei, Taiwan Judul Buku Terjemahan : Insaf Nurani

Alih Bahasa : Tim Kasih Lestari

5. Judul Buku Asli : Mi Lek Fo De Yin Ling Penulis : Wang Ci Guang

Tahun penerbitan : 2005

Penerbit : Ci Guang chu ban she, Taipei, Taiwan Judul Buku Terjemahan : Tuntunan Buddha Maitreya Alih Bahasa : Tim Maitreyawira

6. Judul Buku: Mengasihi Semesta, Memancarkan Keindahan Kodrati Manusia Penulis : Wang Che Kuang

Tahun penerbitan : 2005

Alih Bahasa : Tim Maitreyawira

TABEL PEMBERIAN KODE ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN SEHAT Sifat-sifat utama

pada kepribadian sehat

Hal-hal yang ingin diungkap Kode

1. Dorongan pada kepribadian sehat

a. Dorongan yang membuat seseorang menjadi kepribadian yang sehat

b. Harapan atau cita-cita yang dimiliki orang yang berkepribadian sehat

DKS

2. Fokus pada kesadaran atau ketidaksadaran

a. Keyakinan untuk dapat secara sadar mengontrol kehidupan

b. Keyakinan bahwa ada kekuatan ketidaksadaran yang juga mengontrol dan mempengaruhi

kehidupan

FKS

3. Tekanan pada masa lampau, masa sekarang, serta masa yang akan datang

a. Pandangan orang yang berkepribadian sehat terhadap masa lampau, masa sekarang, dan masa depannya

b. Pengaruh pandangan tersebut bagi kepribadian sehat

TML

4. Tekanan pada peningkatan atau reduksi tegangan

a. Sikap orang yang berkepribadian sehat dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam

kehidupannya

b. Pengaruh peningkatan maupun reduksi tegangan dalam kehidupan seseorang bagi kepribadian sehat

5. Sifat persepsi a. Jalan penemuan ‘kebenaran’ bagi orang yang berkepribadian sehat yang selanjutnya dipakai untuk mengambil keputusan dalam menghadapi realitas kehidupan sehari-hari

SP

6. Peranan pekerjaan, tugas-tugas dan tujuan bagi kepribadian sehat

a. Peranan pekerjaan, tugas-tugas dan tujuan bagi kepribadian sehat

b. Pengaruh pekerjaan, tugas-tugas dan tujuan bagi kepribadian sehat

PPT

7. Hubungan serta tanggung jawab terhadap orang lain

a. Sikap orang yang berkepribadian sehat dalam berhubungan dengan orang lain

b. Tanggung jawab terhadap orang lain c. Pengaruh orang lain bagi kepribadian sehat

HASIL ANALISIS SUMBER DATA PENELITIAN BERUPA RINGKASAN DALAM BENTUK KUTIPAN-KUTIPAN LANGSUNG YANG KEMUDIAN DIANALISIS DENGAN PENGKODEAN ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN

SEHAT 1. Signifikansi Hati Nurani (Liang Xin De Zhen Yi)

a. Hati Nurani Yang Paling Universal

No Unit data Kode

1. Kita semakin sibuk untuk memenuhi keinginan pribadi, dan semakin melupakan kepentingan orang lain. Sikap ego mengajak kita untuk menjadikan kepentingan pribadi dan kelompok sebagai yang utama, dan di luar dari itu tak ada yang perlu diperhitungkan. Sikap inilah yang menciptakan jurang pemisah yang terus melebar. Dari sinilah segala pertikaian bermula. p.3-4

HTO

2. Di kalangan masyarakat, manusia telah terbiasa dengan pola pandang yang keliru. Kita menjadikan kedudukan yang tinggi, harta kekayaan yang banyak, reputasi yang baik, serta prestasi yang cemerlang, sebagai tolok ukur dalam relasi kemanusiaan…Pernahkah kita bayangkan, bahwa sesungguhnya sikap diskriminasi seperti ini akhirnya membawa dampak pada kenyataan yang sebaliknya. Lihatlah bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang miskin, orang yang tidak berpendidikan, orang yang sama sekali tidak berkedudukan. p.4

HTO

3. Akhirnya, dunia ibarat sebuah perangkap besar yang kita ciptakan sendiri.

Marilah bertanya kepada hati kecil di dalam diri, “Dunia seperti inikah yang kita inginkan?” p.8

4. Dengan sikap ego, walaupun di dunia hanya tersisa dua orang manusia saja, tetaplah pertikaian dapat terjadi. p.8

HTO 5. Demikianlah sesungguhnya hubungan kita dengan orang lain adalah sangat erat, baik

kita mengenalnya ataupun tidak. p.13

HTO 6. Di mata Kebenaran Tuhan, jika kita mampu menghormati dan menghargai orang-orang

tanpa diskriminasi, berarti kita juga telah menghormati dan menghargai Roh Tuhan di dalam diri mereka.

Juga sebaliknya, bila kita merendahkan sesama, berarti kita telah memandang rendah Roh Tuhan di dalam dirinya, merendahkan kuasa Tuhan yang bekerja pada diri mereka, dan secara tidak langsung berarti kita telah merendahkan Hati Nurani sendiri. p.13

HTO

7. Kebajikan sejati adalah segala sifat mulia yang dipancarkan seseorang di dalam kehidupan sehari-hari. p.15

8. Penghormatan yang sejati lahir dari kebajikan hati nurani, bukan dari apa yang ada pada tubuh jasmani ini. p.15

HTO 9. Dengan menghormati seisi semesta ini, barulah dikatakan bahwa kita sungguh-sungguh

menghormati LAOMU. p.21-22

HTO 10. Makhluk-makhluk yang hidup di air, darat, dan udara, semuanya harus kita hormati

karena pada diri mereka juga terdapat bagian Roh Tuhan yang sama dengan diri kita. p.23

11. Jikalau kita benar-benar mampu menginsafi hati nurani yang paling universal, maka inilah wujud persaudaraan Ilahi. p.26

HTO 12. Sebab jodoh terjalinnya hubungan antarmanusia adalah pengaturan Tuhan. Manfaatkan

dan hargailah segala sebab jodoh yang ada. p.38

HTO 13. Hargailah dan manfaatkan segala sebab jodoh dengan siapapun, baik ikatan sebab jodoh

budi ataupun dendam, bajik ataupun batil, sedih ataupun bahagia. Hargailah semua itu sebagai sarana untuk menggembleng dan melatih diri, memperbaiki sikap, temperamen,

maupun kebiasaan buruk hingga tuntas. p.39

14. Bukan Buddha Maitreya yang menyaring diri kita memasuki Bumi Suci, melainkan diri kita sendirilah yang menyaring diri sendiri. p.49

FKS

b. Hati Nurani yang Paling Berlimpah

No Unit data Kode

1. Di dalam diri sesungguhnya kita semua sama-sama memiliki Sang Akar Pokok dari langit, bumi dan laksa makhluk. p. 3

2. Hentikanlah segala pencarian ke luar diri yang sangat meletihkan, karena semua itu sia- sia adanya. Inilah saatnya untuk berpaling ke dalam diri. Di dalam kebesaran kasih dan kuasa-Nya, kini kita sadari bahwa mustika yang tiada-tara ada di dalam diriku. Dialah Hati Nuraniku. p.10

3. Orang yang telah sadar akan Nuraninya, melakukan semua itu semata karena panggilan Hati Nurani, untuk menunaikan kewajiban Nurani. p.17

DKS FKS 4. Membina Ketuhanan adalah perjuangan agar di dalam kesadaran Nurani, hati ini

senantiasa damai, bahagia dan tiada penyesalan. p.19

DKS 5. Semua ini hanya dapat dijawab dengan menjalankan kewajiban Nurani. p.19

6. Semua Buddha dan orang suci sepanjang masa, walaupun semasa hidup telah mencapai kesucian tinggi, tetaplah hidup di dalam kewajaran. p.26

7. Kebenaran yang sejati ada pada sesuatu yang sangat wajar dan biasa. Kebenaran yang sejati tidak terlepas dari kehidupan yang sehari-hari. p.26

8. Senantiasa berpaling ke dalam diri, sadar dan perbaiki diri, sehingga keenam indera dapat dikendalikan oleh Hati Nurani. p.32

FKS 9. Sebagai seorang pembina Ketuhanan, hal yang paling penting adalah membersihkan

segala kesesatan dan dosa karma yang telah menyelimuti Hati Nurani. Dengan demikian Hati Nurani yang Kaya Berlimpah akan berpancar terang. p.40

DKS

10. Jika kita senantiasa menginsafi dan merealisasikan ’Hati yang tahu puas senantiasa bahagia’, maka hidup bagaikan awan yang bebas menari di angkasa. Biarpun perjalanan hidup penuh dengan kesusahan, diri ini tetap berbahagia. p.41

c. Hati Nurani yang Paling Cemerlang

No. Unit data Kode

1. Hati Nurani yang Paling Cemerlang ada pada diri setiap insan. Ia tidak lebih terang pada diri buddha, dan tidak lebih gelap pada diri manusia. p.3

2. Sebagai langkah awal pembinaan, kita harus selalu berintrospeksi diri, merefleksi diri sehingga cahaya terang Nurani dapat kembali berpancar dalam kehidupan sehari-hari. p.7

DKS 3. Sadar berarti dapat segera menyadari kesalahan dan peka dalam menginsafi kebenaran.

p.8

FKS 4. Ironisnya, seiring dengan kemajuan teknologi, kehidupan spiritual manusia justru

semakin merosot. Kasus depresi semakin meningkat dari hari ke hari. Banyak orang yang merasakan kehampaan hidup, merasa dirinya tak berarti. Penyebab semua ini adalah karena selama ini kita tidak mengembangkan jiwa kita dengan kehidupan spiritual. p.11 5. Kehidupan spiritual berarti menyelami makna hidup yang sesungguhnya, dan kuncinya

ada pada penginsafan Hati Nurani, yaitu dengan senantiasa merefleksi diri. p.11

6. Hanya dengan refleksi diri, barulah kita dapat merasakan kekayaan jiwa, kebahagiaan yang sejati. p.11

7. Nurani adalah pedoman untuk merealisasikan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. p.12

8. Untuk mendapatkan respek dari orang lain, tidak harus memakai baju mewah, mengendarai mobil mewah, dan tinggal di rumah mewah. Kalaulah kita mendapatkan penghormatan hanya dari hal-hal semacam ini, kalau kita baru merasa percaya diri dengan gaya hidup seperti ini, betapa kita adalah orang yang gagal menjalani kehidupan. Sebab yang dihormati dan dihargai sesungguhnya hanyalah rumah dan mobil mewah yang kita miliki, sama sekali bukan kepribadian kita. p.14-15

HTO

9. Dengan keinsafan nurani kita menjadi responsif terhadap keadaan sekitar. Segala fenomena yang terlihat menjadi ladang pembinaan untuk melaksanakan panggilan kasih. p.20

SP

10. Karena selalu tenggelam di alam kenangan yang semu, emosional kita tidak pernah stabil. Kita tidak pernah benar-benar merdeka, bebas leluasa dari segala ikatan hati.Inilah yang dinamakan kemelekatan batin. Dan inilah penyebab timbulnya dosa karma dan tumimbal lahir! p.21-22 (cetak tebal sesuai aslinya)

SP TML

11. Dengan keinsafan nurani, kita tidak lagi terseret dalam kenangan yang semu. Kita dapat berdiri mantap dengan jiwa yang stabil. p.22

SP TML 12. Tetapi bagaimana jika sesungguhnya kita tidak bersalah, namun masih tetap dikritik dan

dimarahi? Bukankah ini sebuah ketidakadilan?

Pada situasi seperti ini, kitapun harus tetap berterima kasih kepadanya. Karena sesungguhnya semua ini adalah ‘bonus’ untuk kita.

Mengapa?

Karena ia telah mendatangkan kesempatan besar, membantu kita melunasi dosa karma. Karena hanya dengan cara demikian barulah kita dapat menghancurkan keakuan dan kemelekatan diri.

Hanya dengan kejadian seperti ini, kita dapat menempa diri menjadi lebih tabah dan kuat. Segala kejadian ini justru membuka gerbang kebudhaan bagi pembinaan diri kita. p.29

HTO TPR

13. Inilah yang dimaksud, ‘Meminjam segala bentuk sebab jodoh untuk menjalin jodoh Ilahi.’. p.30 (berhubungan dengan poin no.9 – red)

14. Jika hidup kita senantiasa sejalan dengan Kebenaran Nurani, kita akan hidup dalam semangat keberanian.

Dalam pandangan kita, segala dualisme dunia hanyalah kefanaan yang selalu berubah dan segera berlalu, sama sekali tak dapat mengikat diri kita. Inilah semangat seorang Ksatria. p.46

15. Jika niat-pikiran dikendalikan oleh Hati Nurani, dalam hati kita tidak timbul keterikatan dan perbedaan dalam menghadapi segala fenomena.

Benda apapun yang dilihat, suara apapun yang didengar, bau apapun yang dicium, rasa apapun yang dicicipi, tidak akan menimbulkan kemelekatan ataupun sikap dualis – suka- tak suka. Semua ditanggapi secara wajar secara apa adanya. p.49

SP

16. Saat makan, yang ada di hati kita adalah makan.

Saat tidur, yang ada dalam benak kita adalah tidur, tiada niat kedua.

Saat masalah datang kita hadapi, namun setelah semua berlalu jiwa kembali hening dan tidak berjejak.

Demikianlah jika niat-pikiran telah sejalan dengan Hati Nurani. Demikianlah jiwa Buddha yang bebas dari segala ikatan. p.50

SP TML

17. Dengan penginsafan nurani, semua fenomena akan mendatangkan pencerahan jiwa, dan kondisi jiwa tetap stabil. p.59

SP 18. Kondisi apapun dapat mendatangkan masalah, jika kita tidak memiliki penginsafan

Nurani. p.60

SP 19. Berintrospkesi diri berarti belajar mendisiplinkan diri demi kebaikan sendiri, dan bersifat

fleksibel terhadap orang lain. p.63

paling Cemerlang. Setiap orang selalu memancarkan cahaya Nurani dalam kehidupan sehari-hari. Tiada pikiran, ucapan, dan perbuatan yang tak sesuai dengan Hati Nurani, sehingga tak akan ada pertikaian. Semua hal berjalan sesuai dengan realitas Kebenaran Tertinggi. p.64-65

21. Perjuangan mewujudkan Dunia Sukhavati dimulai dari diri kita. Yaitu dengan melakukan refleksi diri dalam segala hal hingga mencapai keinsafan Nurani. p.65

d. Hati Nurani yang Paling Sempurna

No. Unit data Kode

1. Dalam membina diri janganlah bersikap ekstrim. Jangan terlalu melonggarkan diri sendiri, juga sebaliknya jangan terlalu menyiksa diri. p.5

2. Saat Hati Nurani yang Sempurna menjadi pengendali badan raga, secara wajar kita akan bersyukur atas segalanya, senantiasa bersyukur. p.11

3. Sekuntum bunga, setangkai rumput, sebatang kayu, sebuah batu, bahkan hingga sebutir pasir pun sesungguhnya telah menguntungkan kita. p.12

4. Selama laksaan tahun sudah begitu banyak dosa karma yang telah kita lakukan. Keakuan dan keterikatan telah mengakar kuat di dalam hati. Ditambah lagi berbagai sifat buruk seperti malas, iri hati, dan benci, semua ini bagaikan noda yang menutupi Hati Nurani. p.13-14

SP

5. Pada saat itu, bila yang keluar dari hati kita yang terdalam adalah pikiran-pikiran tak baik, seperti gunung api yang meletus memuntahkan laharnya, berarti kita telah menampilkan sisi terburuk dari diri kita sendiri. p.14

FKS

6. Segala macam konflik dan ketidakharmonisan kita dengan orang lain sesungguhnya dapat membantu kita menggali keluar semua penyakit hati.

Setiap konflik biasanya membuat kita menderita. Hati dipenuhi kegelisahan dan beban batin, sehingga makan tak enak tidur pun tak nyenyak. Akhirnya kita merasa tak bersemangat, putus asa untuk melanjutkan pembinaan.

Pada kondisi kritis seperti inilah kita benar-benar diuji, apakah kita dapat berintrospkesi, menilik ke dalam diri.

Jika dapat berpaling ke dalam diri, berarti kita sedang melanjutkan perjalanan menuju pantai keselamatan dan keterbebasan.

Sebaliknya jika kita tidak dapat berpaling, kita semakin tidak puas dan selalu

Dokumen terkait