• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Reformasi Administrasi Perpajakan

Menurut sophar (1997) dalam Rapina et al (2012), administrasi perpajakan adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi tahap-tahap antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak dan penagihan pajak. Tahap-tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan (tax evasion).

Menurut Sulistyani (2010:61), Reformasi administrasi perpajakan secara singkat disebut “modernisasi”, tujuannya adalah pelaksanaaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal

38 Menurut Sophar (1997) dalam Rapina et al (2012:10), administrasi perpajakan ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Dalam arti sempit, administrasi perpajakan merupakan penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun di tempat wajib pajak. Dalam arti luas, administrasi perpajakan dipandang sebagai fungsi, sistem, dan lembaga. Sebagai fungsi dari administrasi perpajakan meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian perpajakan. Sebagai suatu sistem, administrasi perpajakan merupakan seperangkat unsur (subsistem) yaitu peraturan perundangan, sarana dan prasarana, dan wajib pajak yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai lembaga, administrasi perpajakan merupakan institusi yang mengelola sistem dan melaksanakan proses perpajakan.

Menurut Nasucha (2004:37) reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektivitas dan efisiensi kadang-kadang menciptakan kontradiksi sehingga diperlukan koordinasi, diperlukan ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi perpajakan. Dalam meningkatkan efektivitas digunakan ukuran:

1. Kepatuhan pajak sukarela 2. Prinsip-prinsip self assessment

3. Menyediakan informasi kepada Wajib Pajak

4. Kecepatan dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran

5. Peningkatan dalam kontrol dan supervise 6. Sanksi yang tepat.

Dalam meningkatkan efisiensi administrasi perpajakan secara khusus dapat distimulasi oleh:

1. Penyediaan unit-unit khusus untuk perusahaan besar 2. Peningkatan perpajakan khusus untuk Wajib Pajak kecil

3. Penggunaan jasa perbankan untuk pemungutan pajak, dan lain-lain.

Menurut Sulistyani (2010:62), dalam reformasi administrasi perpajakan tersebut, perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut:

1. Struktur organisasi

2. Business process dan teknologi informasi dan komunikasi 3. Manajemen sumber daya alam

4. Pelaksanaan good governance

C. Payment Online System

1. Pengertian Payment Online System

Menurut Yu et. al (2002), Seiring dengan perkembangan dunia internet dan dunia perdagangan elektronik (e-commerce) yang sangat pesat, muncul system pembayaran baru, yaitu sistem pembayaran elektronik (

e-40 internet yang terbuka, cepat, anonim, digital, dan dapat diakses secara global. Karakteristik tersebut sangat mendukung aktivitas dunia bisnis yang real-time, termasuk periklanan, permintaan, negoisasi, pelelangan, pemesanan dan pembayaran untuk suatu barang tertentu.

Menurut Siahaan (2009:335), Fasilitas perbankan elektronik adalah fasilitas pelayanan perbankan secara elektronik seperti anjungan tunai mandiri (ATM), phone banking, internet banking atau fasilitas perbankan elektronik lainnya. Menurut Sulityani (2010: 67), e-Payment adalah pembayaran pajak secara online dengan transaksi pembayaran melalui perangkat elektronik perbankan, yaitu melalui Automatic Teller Machine (ATM), Internet Banking ataupun Teller Bank yang online di seluruh Indonesia.

Menurut Wahyu (2005:1), Electronic payment merupakan system pembayaran yang mendukung pada e-commerce dan memberi keuntungan pada transaksi bisnis dengan meningkatkan layanan kepada pelanggan, peningkatan proses cash management, hemat waktu dan efisien, transaksi pembayaran dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan berbagai media dan tidak terbatas. Layanan e-payment digunakan untuk berbagai kebutuhan melalui Payment Media Bank (ATM, phone banking, internet banking, mobile banking, teller).

Menurut Dindie, et al (2008:3), Online banking atau internet perbankan adalah suatu istilah yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dan lain-lain melalui suatu bank dengan media internet, credit union, atau secure website. Hal ini mengizinkan pelanggan untuk melakukan kegiatan perbankan mereka diluar jam kerja bank dan dari mana pun dimana akses internet tersedia.

Menurut Siahaan (2009:333), POS PBB merupakan suatu aplikasi pendukung Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) yang berfungsi untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak yang berhubungan dengan pembayaran PBB dan pemantauannya.

Menurut Prihandono (2004:1), POS PBB adalah suatu aplikasi pendukung SISMIOP yang berfungsi meningkatkan pelayanan informasi wajib pajak yang berhubungan dengan PBB dan pemantauannya, juga telah dikembangkan aplikasi pembayaran online PBB melalui ATM.

Menurut Adinur et al (2006:15), POS PBB, aplikasi ini memungkinkan wajib pajak membayar PBB di setiap tempat yang telah menjalankan POS, tanpa terkait dengan wilayah administrasi. POS pertama kali dijalankan pada Agustus 1999 di DKI Jakarta. Pada tahun 2003 aplikasi ini dikembangkan menjadi aplikasi e-payment, sehingga wajib pajak dapat membayar PBB lewat ATM (Automatic Teller Machine) Bank BCA di seluruh Indonesia.

2. Tujuan Payment Online System

POS PBB dikembangkan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu (Marihot, 2009:334)

a. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dengan cara member kesempatan membayar PBB di bank tempat pembayaran manapun. b. Meningkatkan kinerja bank tempat pembayaran dalam memberikan

pelayanan kepada wajib pajak dan meminimalkan terjadinya manipulasi. c. Menyediakan data penerimaan PBB secara akurat setiap waktu kepada

42 d. Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah pada khususnya dan

Negara pada umumnya.

Tujuan POS PBB adalah sebagai berikut:

a. Terbentuknya sistem pembayaran PBB yang bersifat online, handal dan tentunya aman.

b. Kemudahan dalam hal monitoring sebagai dasar untuk melakukan internal kontroling di masing-masing bank TP ataupun kontroling terhadap instansi terkait sehingga data yang dihasilkan cukup akurat setiap waktu dan bisa dipertanggungjawabkan.

c. Menyediakan data penerimaan secara akurat setiap waktu

d. User friendly memberikan kemudahan kepada bank TP dalam melayani wajib pajak

e. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, dengan adanya mobile payment (loket pembayaran PBB keliling). Memungkinkan wajib pajak dengan mudah melakukan pembayaran PBB dimanapun dan kapanpun. f. Terciptanya system pembayaran pajak bumi dan bangunan yang

sistematis, yang mampu mengakomodir semua proses kegiatan administrasi pembayaran pajak bumi dan bangunan.

g. Mempermudah dalam pelayanan untuk pembayaran pajak bumi dan bangunan yang dilakukan secara kolektif

3. Dasar Pertimbangan Penggunaan Pembayaran PBB Melalui Fasilitas Perbankan

Elektronik. Pembayaran PBB melalui fasilitas perbankan elektronik secara online dikembangkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan meningkatkan tertib administrasi dalam pengelolaan pembayaran PBB.

a. Dari sisi pelayanan kepada wajib pajak, kelebihannya adalah: 1) Waktu pelayanannya lebih lama

2) Wajib pajak dapat membayar pajak dengan menggunakan fasilitas yang disediakan meliputi: Teller, ATM, internet, dan phone banking. 3) Dapat dibayarkan melalui ATM di seluruh Indonesia yang jumlahnya

cukup banyak

4) Wajib pajak dapat membayar PBB lebih nyaman dan fleksibel sejalan dengan aktivitas wajib pajak; serta

5) Struk ATM diakui menjadi bukti pembayaran yang sah dan sebagai pengganti STTS

b. Dari sisi administrasinya, kelebihannya adalah:

1) Komunikasi data pembayaran pajak menggunakan jaringan real time online, sehingga dapat menyajikan data pembayaran secara cepat dan akurat.

2) Proses rekonsiliasi pembayaran dilakukan secara cepat dan terpusat, yaitu secara harian oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan bank

44 3) Pelaporan dilakukan secara sistem melalui dua arah.

4) Tidak perlu dilakukan perekaman STTS, karena status lunas secara otomatis akan terekam dalam basis data SISMIOP pada saat selesai dilakukan pembayaran (Siahaan, 2009:338).

Dokumen terkait