• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Teoritik

3. Reformasi Kurikulum di Indonesia

Trianto (2010: 54) menjelaskan bahwa kurikulum sekolah dasar pada umumnya harus ditempuh dalam satu jenjang pendidikan adalah enam tahun, yaitu dimulai dari kelas I hingga kelas VI. Kurikulum telah mengalami beberapa

kali perubahan di Indonesia. Trianto (2010: 54) juga memaparkan bahwa kurikulum sekolah dasar di Indonesia mengalami perubahan.

Pada masa orde lama, Indonesia telah menerapkan kurikulum pendidikan. Trianto (2010: 55) menjelaskan bahwa kurikulum yang pertama kali dilaksanakan pada masa kemerdekaan bernama Rencana Pelajaran 1947. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, karena tidak ingin melihat dunia pendidikan menerapkan kurikulum dari Belanda. Rencana Pelajaran 1947 mulai diterapkan pada tahun 1950, maka dari itu Rencana Pelajaran 1947 juga sering disebut dengan Kurikulum 1950. Rencana Pelajaran 1947 lebih berkonsentrasi pada pendidikan watak, kesadaran dalam bernegara, dan bermayarakat. Garis-garis besar pengajaran pada saat itu sangat menuntut pada cara guru mengajar dan cara siswa memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.

Pada masa orde baru, kurikulum juga mengalami beberapa kali perubahan yaitu kurikulum 1968, 1975, 1984 dan 1994 (Trianto, 2010: 56). Herry (2012: 4.8) menjelaskan bahwa kurikulum 1968 tercipta karena di tahun 1965 terjadi peristiwa Gerakan 30 September yang menandai berakhirnya masa orde lama. Peristiwa tersebut banyak memberikan pengaruh di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Herry (2012: 4.8) mengatakan bahwa kurikulum 1968 terbagi menjadi tiga kelompok besar: pertama, Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, yang meliputi: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa Indonesia, Olahraga. Kedua, Kelompok Pembinaan Pengetahuan Dasar, meliputi pelajaran: Berhitung, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kesenian, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, termasuk ilmu

kesehatan. Ketiga, Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus, meliputi pelajaran : Kejuruan Agraria, Kejuruan Teknik, Kejuruan Katata laksanaan atau Jasa.

Kurikulum 1968 yang telah dilaksanakan di berbagai sekolah dasar ternyata dipandang kurang sesuai dengan kondisi masyarakat, maka dari itu terciptalah kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 1975 (Herry, 2012: 4.9). Trianto (2010: 58) menjelaskan bahwa di dalam kurikulum 1975 terdapat tujuh unsur pokok. Tujuh unsur pokok tersebut adalah dasar, tujuan, dan prinsip; struktur program kurikulum; GBPP (Garis Besar Pokok Pembelajaran); sistem penyajian; pedoman supervisi dan administrasi. Kurikulum 1975 didasari konsep Struktural, Analisis, Sintetis (SAS). Siswa menjadi lebih pandai karena mereka mampu menganalisis sesuatu yang dihubungkan dengan mata pelajaran. Sisi positif dari kurikulum ini adalah ilmu-ilmu dasar yang dipelajari akan semakin berkembang. Sisi negatif dari kurikulum ini adalah guru akan banyak menghabiskan waktunya karena harus mengerjakan tugas administrasi (Trianto, 2010: 59).

Bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 0461/U/1983 tentang Perbaikan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka untuk tingkat sekolah dasar diberlakukan penggunaan kurikulum baru yakni kurikulum 1984 (Herry, 2012: 4.13). Kurikulum 1984 mengusung processkill approach, yang seiringan dengan tuntutan GBHN 1983 bahwa pendidikan harus mencetak siswa yang kreatif, bermutu dan efisien kerja. Kurikulum 1984 memposisikan siswa sebagai subjek belajar (Trianto, 2010: 60).

Trianto (2010: 61) mengatakan bahwa lahirnya UU No 2 Tahun 1989, merupakan awal dari lahirnya kurikulum 1994. Kurikulum 1994 mengharuskan pendidikan dasar dipatok menjadi 9 tahun (SD dan SMP). Kurikulum 1994 berusaha menyatukan kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum 1975 dengan menggunakan pendekatan tujuan dan kurikulum 1989 dengan menggunakan tujuan pendekatan proses.

Masa orde reformasi di Indonesia juga mengalami perubahan dalam hal pendidikan, diantaranya kurikulum 2004 dan kurikulum 2006 (Trianto, 2010: 62). Trianto (2010: 62) mengatakan bahwa kurikulum 2004 lebih terkenal dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan hasilnya dapat dirasakan sendiri oleh siswa. KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi tertentu yang dilakukan oleh siswa. Kurikulum berbasis kompetensi tercipta sebagai jawaban dari berbagai kritikan masyarakat terhadap kurikulum sebelumnya yaitu krikulum 1994. Secara yuridis KBK tercipta sebagai respon dari tuntutan reformasi, diantaranya UU No 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, yang telah diubah dengan UU No 32 tahun 2004, dan UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom yang telah diubah dengan UU No 33 tahun 2004, dan Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan Nasional (Trianto, 2010: 63-64). Keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 menurut Trianto (2010: 64) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994

Subjek 1994 KBK

Yang Utama Penguasaan materi Hasil belajar dan kompetensi

Paradigma Pembelajaran Versi UNESCO:belajar mengetahui, belajar untuk bertindak, belajar hidup bersama, dan belajar menjadi diri sendiri.

Silabus Ditentukan seragam dengan sekolah lain

Peran dari guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, silabus menjadi tanggung jawab guru

Jumlah Jam Pelajaran 40 jam per minggu 32 jam per minggu

Metode Pembelajaran Katerampilan proses Tercipta metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif,dan menyenangkan. Dan juga lahir metode lain yaitu pembelajaran kontekstual Sistem Penilaian Memfokuskan pada

aspek kgnitif

Memadukan keseimbangan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sumber: Trianto (2010: 64)

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memang lebih baik dari kurikulum 1994. Perbedaan yang paling menonjol dari tabel 2.1 bahwa KBK lebih mementingkan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. KBK juga lebih menguntungkan bagi guru dan siswa, karena jumlah jam pelajaran di KBK lebih sedikit dibandingkan dengan kurikulum 1994.

Trianto (2010: 66) berpendapat kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sama sekali tidak mengubah kurikulum berbasis kompetensi, melainkan menjadi penegas KBK. KTSP merupakan suatu cara pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP bertujuan untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui kewenangan kepada lembaga pendidikan. Trianto (2010: 69) mengatakan seiring dengan perkembangan jaman, kurikulum telah mengalami perubahan pada sistem pengajarannya. Sistem pengajaran yang digunakan oleh masing-masing sekolah dasar saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Tabel 2.2

Perubahan Kurikulum di Indonesia

Tahun Nama Kurikulum Ide Pokok

Masa Orde Lama

1947 Rencana Pembelajaran 1947 Garis-garis besar pengajaran menuntut cara guru mengajar dan cara guru memahami pelajaran agar lebih meningkat.

Masa Orde Baru

1968 Kurikulum 1968 Tujuan dari kurikulum ini untuk membentuk manusia pancasia

1975 Kurikulum 1975 Terdapat tujuh unsur pokok dalam kurikulum ini (dasar, tujuan, dan prinsip; struktur; program kurikulum; GBPP; sistem penyajian, pedoman supervisi; administrasi) 1984 Kurikulum 1984 Kurikulum ini mengusung process skill

approach

1994 Kurikulum 1994 Mewajibkan pendidikan 9 yahun, yang meliputi SD dan SMP

Masa Orde Reformasi

2004 Kurikulum 2004 Memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi yang dilakaukan oleh siswa

2006 Kurikulum 2006 Tujuan dari kurikulum ini yaitu mengembangkan kurikulum untuk mewujudkan SD yang efektif, produktif dan berprestasi.

Tabel 2.2 menunjukkan ciri khusus dari setiap kurikulum yang pernah diterapkan di negara Indonesia. Kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia melalui 3 masa. Masa-masa tersebut adalah masa orde lama, masa orde baru dan masa orde reformasi. Kurikulum pada masa orde lama terjadi pada tahun 1947. Kurikulum masa orde baru sering disebut dengan kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984 dan kurikulum 1994. Kurikulum yang terjadi pada masa reformasi adalah kurikulum 2004 dan kurikulum 2006.

Dokumen terkait