• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI REFORMASI ORGANISASI DALAM PERSPEKTIF FORMALISASI, SENTRALISASI, DAN

2.1. Regulasi Perizinan

Regulasi perizinan merupakan pijakan atau acuan yuridis yang dijadikan pedoman oleh instansi terkait dalam melaksanakan pelayanan perizinan. Terkait dengan implementasi reformasi organisasi, maka formalisasi di Dinas Perizinan secara dejure telah dirumuskan dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 17/2005 yang

mengatur tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perizinan. Dalam Perda tersebut, Dinas Perizinan mempunyai tugas merumuskan dan merencanakan kebijakan teknis di bidang perizinan; Melaksanakan pembinaan, pemberian dan pembatalan perizinan; Menyelenggarakan pelayanan perizinan sesuai dengan kewenangannya; Melaksanakan sistem informasi dan pengaduan perizinan; Melaksanakan pengelolaan data dan pengembangan; Melaksanakan pemungutan retribusi sesuai dengan kewenangan yang diberikan; Melaksanakan koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas di bidang perizinan; Melaksanakan ketatausahaan.

Untuk memperkuat dan memperjelas tugas yang telah diamanatkan dalam Perda tersebut, Walikota mengeluarkan Peraturan Walikota (Perwal) No. 33/2005 tentang Pelayanan Perizinan pada Pemerintahan Kota Yogyakarta. Dalam Perwal tersebut mengatur penyelenggaraan jenis-jenis perizinan, tatacara permohonan ijin. Penyelenggaraan perizinan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertugas menyelenggarakan perizinan adalah Dinas Perizinan, Instansi terkait, dan Kecamatan.

Sedangkan dari tujuh puluh enam jenis perizinan yang ada di Kota Yogyakarta yang diserahkan kepada Dinas Perizinan hanya tiga puluh delapan jenis perizinan dan ada tiga puluh empat izin yang dilimpahkan pada instansi teknis serta lima izin diserahkan pada kecamatan. Ada satu izin yang belum ada penyelenggaraannya, yaitu; Izin Pemakaman. Belum diaturnya Izin Pemakaman ini disebabkan adanya tarik menarik antara kelurahan dan kota. Sedangkan untuk kecamatan dari lima izin tersebut adalah kewenangan untuk menerbitkan Izin

Membangun Bangun-Bangunan dan Izin Gangguan, Izin Penutupan Jalan Tertentu, Izin Lokasi Pedagang Kaki Lima, dan Izin Usaha Penyelenggaraan Pondokan.

Seiring dengan perkembangan dinamika sosial ekonomi masyarakat, Pemerintahan Kota Yogyakarta terus menerus melakukan kajian terhadap perizinan yang sudah ada dan akan melakukan peninjauan kembali perizinan yang sudah tidak relevan lagi atau menambah jenis perizinan baru yang berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terkait dengan perkembangan tersebut, Pemerintahan Kota Yogyakarta melakukan revisi terhadap Perwal No. 33/2006 dengan menerbitkan Perwal No. 09/2007. Di mana, dalam Perwal tersebut diatur bahwa jenis perizinan yang ada di Kota Yogyakarta sebanyak tujuh puluh delapan izin yang diserahkan kepada Dinas Perizinan hanya tiga puluh lima izin.

Dalam perkebangannya Perwal No. 09/2007 dikaji lagi sebab ada beberapa izin yang perlu digabung dan dihilangkan disesuaikan dengan dinamika perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Sehingga Perwal No. 09/2007 kemudian direvisi lagi dengan Perwal No. 33/2008. Dengan terbirnya Perwal No. 33/2008, jumlah izin yang dilimpahkan kepada Dinas Perizinan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta mengalami mengurangan dari tiga puluh lima menjadi dua puluh sembilan izin. Berkurangnya jumlah perizinan disebabkan beberapa hal, yaitu: Pertama, adanya penghapusan beberapa izin, seperti; Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dari Sumur Bor dan Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dari Sumur Gali atau Sumur Pasok/Pantek, serta Izin Juru Bor. Kedua, adanya penggabungan beberapa izin, seperti Izin

Pengambilan Mata Air dan Izin Penurapan Mata Air. Ketiga, adanya izin baru, yaitu: Izin Penyedia Jasa Pekerja/Buruh. Sedangkan untuk instansi terkait bertambah karena adanya izin baru, yaitu: Izin Dispensasi Jalan, Izin Penggunaan jalan di Luar Kepentingan lalu Lintas, Izin Operasi, Izin Insedentil, dan Izin Tempat Khusus Parkir untuk Swasta yang penyelenggaraan diberikan pada Dinas Perhubungan, serta Izin Pemakaman yang diselenggarakan oleh Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Berdasarkan regulasi perizinan di atas, maka Dinas Perizinan dalam memberikan atau melayani perizinan selalu mengacu pada dasar hukum atau regulasi telah ditetapkan, baik dalam bentuk Keputusan Menteri (Kepmen), Keputusan Dirjend, Perda, Keputusan Gubernur (Kepgub), Peraturan Walikota (Perwal), Keputusan Walikota (Kepwal). Untuk detail mengenai jenis perizinan berdasarkan regulasinya dapat dilihat pada tabel 6.1. dibawah ini:

Tabel 6.1. Jenis Perizinan Berdasarkan Regulasinya

No. Jenis Izin Regulasi

1. Izin Membangun Bangun-Bangunan

(IMBB) •

Perda No. 4,5,6/1998

•Perda No.24, 25/2009 2. Izin Penyambungan Saluran Air Hujan •Perda No. 9/1991

3. Izin In Gang •Perda No. 9/ 1991

4. Izin Penyambungan Saluran Air Limbah •Perda No. 9/ 1991

5. Izin Gangguan (HO) •Perda No. 2/ 2005

6. Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar

Industri (TDI) •

Kepmen..Perindag No. 289/ MPP/ Kep/ 10/ 2001 7. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) •Perda No. 4 dan 5/2009 8. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman

Beralkohol (SIUP MB)

•Permen Perindag No. 15/M/DAG/PER/2006 9. Izin Usaha Angkutan •Perda No. 5 dan 6/2001 10. Izin Penelitian

•Kepgub. DIY No. 38/12/2004

•Kepwal. Yogyakarta No. 072/KD/1986

11. Izin Praktik Kerja Lapangan (PKL)

•Kepgub.DIY No. 38/12/2004

•Kepwal. Yogyakarta No. 072/KD/1986

12. Izin Kuliah Kerja Nyata (KKN)

•Kepgub. DIY No. 38/12/2004

•Kepwal No. 072/KD/1986 13. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi

(SIUJK) •Perda No. 4/2001

14. Izin Usaha Hotel dan Penginapan •Perda No. 2/ 2002 15. Izin Usaha Restoran, Rumah Makan,

Tempat Makan & Jasa Boga •

Perda No. 2/2002 16. Izin Usaha Rekreasi & Hiburan Umum •Perda No. 4/2002 17. Izin Usaha Impresariat •Perda No. 5/2002 18. Izin Usaha Perjalanan Wisata •Perda No. 6/2002 19. Izin Usaha Obyek Wisata • Perda No. 7/2002 20. Izin Usaha Informasi Pariwisata, Usaha

Jasa Konsultan dan Jasa Promosi Pariwisata

•Perda No. 8/2002 21. Izin Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan

Insentif dan Pameran •Perda No. 9/2002

22. Izin Eksplorasi Air Bawah Tanah

•Kepmen. Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451K/10/MEM /2000 23. Izin Pengeboran dan Izin Pengambilan

Air bawah Tanah

•Kepmen. Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451K/10/MEM /2000 24. Izin Penurapan dan Izin Pengambilan

Mata air

•Kepmen. Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451K/10/MEM /2000 25. Izin Perusahaan Pengeboran Air Bawah

Tanah

•Kepmen. Energi dan Sumber Daya Mineral No.

1451K/10/MEM /2000 26. Izin Juru Bor Air Bawah Tanah •

Kepmen. Energi dan Sumber Daya Mineral No.

1451K/10/MEM /2000

27. Izin Pendirian Lembaga Pendidikan non Formal

•Kepmen. Diknas No. 261/U/1999

•Kep. Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan

Olahraga No. 110/E/MS/1999

•Kepmen. Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

28. Tanda Daftar Gudang (TDG) •Kepmen Perindag. No. 105/MPP/Kep/2/1998 29. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) •Perda No. 17/2005

•Perwal No. 05/2006 Sumber; Dinas Perizinan, 2009

Di Dinas Perizinan, regulasi perizinan dalam implementasinya terdapat permasalahan yang subtansial. Berdasarkan hasil temuan lapangan, ada tiga permasalahan yang terkait masalah regulasi perizinan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dalam meningkatkan kualitas pelayanan perizinan.

Pertama, Izin yang telah dilaksanakan belum diperdakan. Berdasarkan Perwal No. 33/2008 tentang Penyelenggaraan Perizinan Pada Pemerintah Kota Yogyakarta, ada dua puluh sembilan Izin yang dilaksanakan oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dari tujuh puluh empat jenis Izin yang ada di Pemerintahan Kota Yogyakarta. Ke dua puluh sembilan izin yang ada, baru tujuh belas yang sudah ada Perdanya. Sedang empat belas izin yang lain belum ada perdanya dan masih mengacu pada aturan yang dibuat oleh keputusan gubernur, walikota, dan pemerintah pusat dalam bentuk Peraturan Menteri (Permen) maupun dalam bentuk aturan lain di departemen teknis. Kendala bagi izin yang belum ada Perdanya adalah kurangnya kewenangan penuh dari pemerintah daerah terkait dengan prosedural, teknis, pengawasan, dan penindakan perizinan. Sehingga upaya ke depan dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta adalah berusaha mengkaji secara terus-menerus regulasi yang sesuai kebutuhan dan kondisi daerah.

Kedua, Ada beberapa Perda yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Secara keseluruhan Perda Perizinan, ada beberapa Perda yang tidak relevan lagi, sehingga perlu direvisi untuk disesuaikan

perkembangan saat ini, seperti; Perda No. 07/1999 tentang Retribusi Izin Gangguan (HO), Perda No. 04/1991 tentang SIUJK, Perda No. 04,05,06/1998 tentang IMBB. Perda tersebut dalam implementasinya terdapat beberapa hal yang tidak sesuai lagi dengan konteks saat ini, terutama terkait dengan hal teknis pelayanan, baik dari aspek prosedural, waktu pelayanan, dan biaya.

Ketiga, Ada dua belas izin yang tidak bisa dilaksanakan di Kota Yogyakarta. Ke dua belas izin tersebut adalah Izin Eksplorasi Air Bawah Tanah (ABT), Izin Pengeboran ABT, Izin Perusahaan Pengeboran ABT, Izin Pengambilan dan Pemanfaatan ABT dari Sumur Bor, Izin Pengambilan Mata Air, Izin Pengembilan dan Pemanfaatan ABT dari Sumur Gali/Pantek, Izin Penurapan Mata Air, Izin Shooting Film, Rental VCD/LCD/CD, Bioskop, Izin Pendirian Depot Lokal, Izin Pendirian SPBU, Izin Pengumpulan dan Penyaluran Pelumas Bekas, Izin Pemasaran Bahan Bakar Khusus untuk Mesin dua langkah. Berdasarkan analisis yang dilakukan secara internal oleh Dinas Perizinan, bahwa ke dua belas izin tersebut sangat susah karena tidak sesusai lagi dengan kondisi yang ada di lapangan. Hal ini diperkuat oleh penyataan Sutarto sebagai Kapala Bagian Pelayanan Perijinan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta:

Dalam menigkatkan kualitas perizinan, regulasi yang ada akan selalu dikaji berdasarkan input dari instansi pelaksana, instansi teknis, dan masyarakat. Hasil kajian dan masukan tersebut, kemudian diusulkan ke Bagian Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta. Setelah itu, Bagian Organisasi akan mengolah dan menkaji apakah masukan tersebut layak untuk ditindaklanjuti dengan berkoordinasi dengan Bagian Hukum Pemerintah Kota. Bagian Hukum inilah yang akan melihat apakah masukan terkait dengan regulasi tersebut akan dibuatkan Perda atau Perwal. Sebab dengan diatur secara jelas dalam Perda atau Perwal akan memberikan kewenangan yang jelas bagi instansi terkait dalam melaksanakan perizinan dan format perizinan bisa disamakan dengan yang sudah diatur dalam Perda maupun Perwal. (Wawancara, 06 Januari 2008).

Dengan adanya permasalahan di atas, maka Dinas Periizinan berusaha mengkaji secara terus menerus untuk memperkuat regulasi perizinan yang sudah dilaksanakan dengan mengusulkan untuk dibuatkan atau direvisi Perda yang belum sempurna dengan meminta masukan dari instansi pelaksanan, instansi teknis, dan masyarakat, sehingga kualitas perizinan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Dokumen terkait