• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memiliki rekomendasi terhadap pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini:

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian kelas masih belum memiliki peraturan kelas. Peneliti memberikan rekomendasi untuk melibatkan peserta didik dalam membuat peraturan kelas. Dengan melibatkan peserta didik dalam pembuatan peraturan kelas, peserta didik tidak hanya diajarkan patuh terhadap peraturan yang dibuat, namun sekaligus memahami mengapa peraturan dibuat dan ditaati. Sebagian hukuman di SMKN 1 masih menggunakan hukuman yang kurang bermanfaat bagi perkembangan karakter peserta didik seperti penyitaan kaos kaki atau membersihkan sekolah. Peneliti memberikan rekomendasi agar penggunaan hukuman yang tidak berhubungan dengan upaya peningkatan karakter utamanya kedisiplinan dan kreativitas, misalnya penyitaan kaos kaki, membersihkan sekolah, dan sebagainya diarahkan pada hukuman yang meningkatkan karakter seperti membaca buku, melakukan kerja sosial di kantin sekolah atau membantu petugas kebersihan sekolah dan dilanjutkan dengan membuat refleksi atas kegiatan yang dilakukan.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi keluarga dan masyarakat dalam gerakan penguatan pendidikan karakter masih kurang maksimal karena kurangnya pemahaman dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Orang tua peserta didik merekomendasikan untuk sering

diadakan pertemuan orang tua guna menerapkan pola asuh di rumah yang mampu mendukung pengembangan pendidikan karakter siswa yang dilakukan oleh sekolah. Kepala sekolah juga turut memberikan rekomendasi bagi pemerintah untuk bertindak tegas bagi masyarakat yang melanggar peraturan agar masyarakat dapat menjadi teladan bagi peserta didik, karena menurut kepala sekolah, keteladanan menjadi metode yang paling ampuh dalam mengembangkan karakter peserta didik.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Proses pengambilan data di lapangan baru dilaksanakan satu kali, kemudian sekolah diliburkan sebagai respon atas masa darurat pandemi, sehingga pengambilan data dengan cara observasi tidak dapat dilakukan.

2. Wawancara kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dan pendidik di lapangan hanya dapat dilaksanakan satu kali karena kegiatan belajar-mengajar di sekolah ditiadakan, sehingga uji kredibilitas menjadi kurang efektif.

3. Wawancara kepada peserta didik dan orang tua peserta didik tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan menggunakan google form dan aplikasi whatsapp karena peserta didik sedang melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) saat sekolah belum diliburkan, sehingga informasi yang diperoleh sangat terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Covey, Stephen R. (2005). The 8th Habit: Melampaui efektivitas, menggapai keagungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Eln, dkk. (2017). Jangan Paksakan 5 Hari Sekolah, Kompas. 14 Juni 2017. Jakarta

Farida, Anna. (2014). Pilar-pilar Pembangunan Karakter Remaja. Bandung: Nuansa Cendekia.

Fathurrohman, Pupuh, dkk. (2013). Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

https://krjogja.com/web/news/read/108461/Wakapolda_DIY_Pelanggar_Lalu_Lin tas_di_Yogyakarta_Cukup_Tinggi, (30 Oktober 2019).

https://nusantara.medcom.id/jawa-tengah/peristiwa-jateng/gNQM5G5N-sampah-masih-menghantui-sungai-di-yogyakarta, (30 Oktober 2019).

Koesoema A, Doni. (2010). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di

Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Koesoema A, Doni. (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.

Koesoema A, Doni. (2015). Strategi Pendidikan Karakter: Revolusi Mental dalam

Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: PT Kanisius

Ockwell Smith, Sarah. (2019). The Gentle Disiplin. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

Sardjonoprijo, P. (1982). Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV. Rajawali. Siddik, Mohammad. (2018). Pengembangan Model Pembelajaran Menulis

Deskripsi. Malang: Tunggal Mandiri Publishing.

Sudarma, Momon. (2013). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Evaluasi. Bandung: Alfabeta.

Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis

Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2008). Metode Penelitian pendidikan. Bandung.: PT Remaja Rosdakarya.

Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wuryandani, Wuri, dkk. (2014). Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Cakrawala Pendidikan. Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2 yang diambil dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-wuri-wuryandani-spd-mpd/pendidikan-karakter-disiplin-di-sekolah-dasar.pdf.

LAMPIRAN I

LAMPIRAN II

HASIL WAWANCARA LANGSUNG A. Guru Agama

1. Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan ibu?

Strategi yang saya gunakan disesuaikan dengan karakteristik anak, misalnya PDP kan anaknya suka ngobrol, jadi lebih aktif. Kalau Ak lebih manut, jadi kadang saya presentasi, kadang lebih dijelaskan karena lebih senang tanya jawab.

2. Apakah Ibu pernah menanyakan respon siswa tentang strategi pembelajaran yang ibu terapkan?

Pernah bertanya tapi ya jawabannya anak beda-beda, kalau yang suka mendengarkan, diberi kelas yang aktif malah tidak suka, katanya malah jadi rame, tapi kalau yang suka berbicara menurut dia sudah sesuai, tergantung karakteristik anak.

3. Bagaimana cara menanamkan karakter di dalam kelas?

Saya biasanya kalau jam pagi berarti nanti ada waktu untuk sholat dhuha, sebelum anak mulai belajar saya giring saya suruh ke mushola kemudian saya minta untuk sholat dhuha terlebih dahulu. Kemudian kalau siang saya minta anak untuk sholat luhur terlebih dahulu saat jam istirahat sholat. Kemudian sebelumnya saya ada sistem hafalaman, jadi ada hafalan surat surat pendek untuk menanamkan bahwa jika kita cinta dengan alquran, dan menanamkannya dalam kehidupan sehari hari, maka akhlak atau karakternya akan bagus. Kemudian misalnya ada perempuan yang haid dan berbohong, kemudian sebenarnya sudah selesai tapi lupa mandi besar dan tidak mau shalat , kemudian saya minta buktinya (mohon maaf) menggunakan tissue dan jika tidak ada bekasnya, saya belikan shampo, saya suruh mandi dan shalat. Dengan itu maka siswa akan terbiasa dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Saya mulai menerapkan semester ini dan hasilnya lumayan, anak menjadi tidak menunda nunda.

4. Siapa saja yang berperan dalam gerakan PPK?

Semua guru berperan, karena kalau di K13 tidak hanya guru PKN dan agama, tapi semua harus menyisipkan materi karakter, dan kalau disini ada sapa pagi, anak sudah diperiksa kerapiannya dulu, mulai dari lengannya yang harus dikancingkan, bajunya dimasukkan, jaket dibuka dari luar, sehingga masuk jaketnya sudah harus dibuka, kemudian sepatu, kerudung juga harus kerudung bordiran SMA.

5. Apakah ada sanksi?

Ada, istilahnya poin, setiap siswa memiliki buku poin, jika melakukan pelanggaran poinnya akan bertambah dan menulis di piketan. Misalnya terlambat ada hukuman misalnya membersihkan ruangan. Misalnya terlambatnya hari rabu dan kamis, karena ada tadarus pagi, maka terlambat harus berdoa tadarus pagi sendiri terlebih dahulu.

6. Menurut ibu di kelas, bagaimana cara memberi contoh yang baik bagi siswa?

Kalau dari sistem berpakaian, caranya berpakaian sesuai dengan ketentuannya, kalau misalnya harus rapi, lengannya harus dikancing ya kita dikancing dulu baru bilang ke anaknya. Kalau dari segi ketepatan waktu masuk kelas, misalnya saya masuk jam 7 maka saya harus hadir di kelas jam 7, kalau misalnya molor buat kesepakatan dengan anak, misalnya di awal semester ada kontrak belajar, di kontrak belajar kita sepakati dulu, kita boleh terlambat misalnya maksimal 10 menit dari jam masuk, setelah 10 menit tidak boleh masuk. Kalau anak melanggar diberi sanksi apa, kalau saya melanggar diberi sanksi apa. Kan anak sudah SMA jadi bisa diajak komunikasi, agar kita sama sama saling menjaga.

7. Berkaitan dengan pelajaran agama, apakah ada cara memberikan contoh yang baik guna meningkatkan karakter?

Kalau waktunya shalat, usahakan shalat tepat waktu, kalau kita menyuruh anak untuk shalat, saya tidak sekedar menyuruh tapi ikut shalat dengan mereka, kemudian di awal dan akhir pelajaran ada da bersama. Memang kita tidak bisa menjamin, kalau di pelajaran saya masih bisa saya pantau apakah shalat tepat waktu atau tidak, kalau di pelajaran lain saya kurang tahu, tapi sepengamatan saya selama ini meskipun ada beberapa anak yang tidak shalat tepat waktu karena tempatnya yang tidak mencukupi, mereka tetap shalat, paling hanya 1-2 anak yang kesadarannya masih kurang. Kemudian kalau di pelajaran agama, siswi harus mengenakan kerudung, kalau ada yang tidak pakai kerudung saya suruh pakai mukena di masjid, kemudian karena siswi malu, maka keesokan harinya siswi akan memakai kerudung dari rumah, kerudungnya pun harus kerudung yang berlabel smk.

8. Menurut fungsi, pendidikan karakter ada 3 fungsi, mengembangkan, memperbaiki, menyaring. Bagaimana ketiga proses tersebut dilaksanakan di kelas?

Yang sudah baik ya dikembangkan lagi, kalau yang misalnya di dalam kelas sering menjaili temannya, mungkin 1-2 kali didiamkan, namun yang ketiga kali bisa ditegur atau diberi hukuman, misalnya kita suruh keluar dan bisa kembali lagi kalau permasalahannya sudah selesai. Misalnya waktu itu ada anak yang sedang presentasi, yang lain diskusi, tapi ada anak yang bertengkar dengan temannya, saya suruh keluar untuk menyelesaikan masalah, baru boleh masuk setelah masalahnya sudah selesai. Jadi untuk mengajarkan anak untuk menghargai juga, jadi tidak membuat diskusi dalam diskusi. Kalau yang menyaring misalnya berkata kata kotor, kebanyakan anak begitu, khususnya untuk panggilan yang terkesan tidak sopan, kalau tidak kita tegur akan terus mengulang lagi, maka kita harus selalu menegur. Atau modelnya dia kan selalu berkata kasar, kita coba memanggil dia dengan kata kasar yang dia sebutkan dan melihat responnya,

ternyata dia tidak suka, maka kita kembalikan ke anaknya, kalau dia tidak suka, kenapa kamu melakukan itu ke temanmu. Paling tidak ketika di dalam ruangan kelas, dia tidak mengatakan kata kata kotor, tapi kalau di luar kelas karena sudah menjadi kebiasaan ya susah untuk menghilangkan kebiasaan itu.

9. Bagaimana hubungan ibu dengan peserta didik?

Dekat tapi tidak terlalu dekat, jauh juga tidak terlalu jauh, dalam artian saya bisa memposisikan diri seperti mereka, tapi saya juga memposisikan diri yang kadang lebih tegas, karena kalau kita terlalu dekat dengan anak, mereka tidak mau mengikuti aturan kita, tapi kalau kita terlalu mengekang ke anak, mereka juga semakin membantah, jadi ya ada waktunya kita bisa sharing gabung dengan mereka, ada waktunya dimana kita harus tegas dari mereka. Jadi misalnya saat bertemu di luar, tidak jam pelajaran begitu ya saling sapa, saling bercanda, tapi nanti ketika di dalam kelas saya sudah mulai menjelaskan ya sudah anak-anak harus mendegarkan kecuali kalau ada yang rame, perlu digertak, ya kita gertak aja, jadi biar anaknya bisa memilah dimana posisinya dia. Tidak terlalu dekat tidak terlalu jauh. 10. Bagaimana bentuk catatan kehadiran siswa di sekolah?

Di kelas ada buku presensi, wali kelas juga punya, di piketan setiap hari pasti ada yang keliling di kelas, siapa saja yang tidak berangkat dicatat. Di kelas ada, di loby ada, wali kelas juga punya catatannya.

11. Berapa % peserta didik yang tidak hadir tepat waktu?

Tergantung kelasnya, kalau kelas BPD kelas 11 sudah tertib, paling hanya 1-2 orang saja yang tidak hadir tepat waktu, tapi yang agak susah itu kelas 10, jadi kalau untuk kelas 10 itu misalnya 1 kelas 35, kemudian 5 orang itu laki-laki, nah kelima laki-laki itu datangnya terlambat. Tapi untuk kelas 11 sudah tertib, karena sudah terbiasa sejak kelas 10 kalau terlambat nanti alfa dan sebagainya, sudah mempunyai tanggung jawab. Alhamdulilah

perkembangannya baik, karena disini pak satpam juga ikut mengawasi, kalau sudah selesai jam istirahat masih ada yang bermain di luar diingatkan untuk masuk kelas, jadi ya saling bekerja sama.

12. Apakah siswa rumahnya dekat dengan sekolah atau masih ada yang dari jauh?

Kebanyakan kalau sekolah dari sini malah dari bantul, ada yang dari godean, melati, tapi kalau di kota malah sedikit.

13. Bagaimana cara guru memberikan jeda waktu istirahat di sela pelajaran?

Saya kebetulan mengajar tidak ada yang diletakkan di jam 1, 2, 3, saya selalu mengajar di jam ke 4-10. Di jam 5, 6, 7 kan nanti 5,6 pelajaran, kemudian jeda istirahat baru jam ke 7, nah saya biasanya di jam ke 6 kan sudah mepet waktunya dhuhur, jadi saya beri kesempatan ke anak mungkin 10 menit sebelum adzan mereka sudah bersiap-siap untuk wudhu, jadi ketika adzan mereka sudah di mushola, atau kalau yang di jam agak pagi misanya 4,5,6, di jam ke 4 saya beri waktu untuk shalat dhuha terlebih dahulu, jadi di awal mereka sudah saya kondisikan untuk shalat terlebih dahulu, jadi sebelum mereka fokus ke pelajaran, mereka refresh dulu karena di jam 1-3 sudah pelajaran, suntuk, nah di jam ke 4 refreshing, keluar kelas, ke mushola, nanti istirahat disana sebentar, sharing baru masuk kelas. Jadi saya mempersiapkannya kalau tidak di awal ya di akhir pelajaran. Kalau sore di jam 8-10 pasti ada jeda shalat azar, jadi di jam ke 10 full digunakan untuk shalat. Jadi sebelum shalat bila masih ada waktu ya hafalan dulu, atau sharing di luar pelajaran misalnya mereka punya keluhan apa seperti itu nanti dibahas sama-sama. Apalagi kalau sudah jam ke 10 sekitar jam 3, setengah 4 mereka sudah lelah dan ngatuk, lebih enak kalau digunakan untuk seperti itu, kalau untuk diberikan materi pasti tidak akan masuk. 14. Apakah siswa memanfaatkan waktu istirahat dengan baik atau tidak?

Siswa pasti memanfaatkan waktu istirahat untuk jajan, jadi siswa istirahat 15 menit itu untuk turun tangga sudah butuh waktu 5 menit sendiri, nanti antri di kantin 5 menit, itupun nanti masuk ke kelas masih membawa makanan dan minuman, makanya kita beri jeda waktu ketika kita mau masuk itu nanti maksimal berapa menit setelah kalian istirahat baru masuk, nah karena saya berikan waktu untuk itu karena mereka masih antri, dan sebagainya, jadi saya berikan waktu untuk meminimalisir agar mereka masuknya tidak terlambat. Karena kalau diberi waktu tepat 15 menit mereka yang terlambat banyak, tapi kalau diberi waktu misalnya maksimal 10 menit, mereka biasanya sebelum 10 menit sudah diposisikan botol minuman sudah dikembalikan, karena kalau disini harus pakai botol jadi meminimalisir sampah plastik. Misalnya beli es terus dikasih di plastik itu tidak boleh jadi mereka membawa botol sendiri atau pinjam di kantin. 15. Saat praktik shalat apakah semua siswa sudah menggunakan alat

praktik yang semestinya?

Sudah, namun ada beberapa siswi yang tidak membawa mukena sendiri dari rumah, jadi mereka masih meminjam mukena sekolah, kesadaran untuk membawa mukena sendiri dari rumah masih kurang.

16. Apakah ada sanksi untuk yang tidak membawa mukena?

Tidak ada, yang penting mereka masih mau shalat, karena disini alhamdulilah alat yang tersedia mencukupi meskipun untuk shalat luhur itu bergantian, tapi nanti kita amati, apabila setiap hari membawa mukena, nanti ada nilai + nya tersendiri, tidak ada sanksi untuk yang tidak membawa tapi ada nilai + untuk yang membawa.

17. Apakah nilai +nya berbentuk pujian atau dalam bentuk lain?

Bisa berupa pujian, tapi ada juga yang melalui rapot kan ada sikap positif, sifat negatif, nah di rapot bisa kita masukkan ke sifat positif. Kan kalau anak

terlalu dipuji juga tidak bagus untuk mereka, jadi ya kita kalau memuji yang sewajarnya saja.

18. Bagaimana cara ibu memberikan kesempatan anak untuk berkreasi di dalam kelas?

Caranya misalnya saat membuat presentasi itu kan saya suruh membuat power point terlebih dahulu, nah kreasinya disitu, kemudian kalau ada pelajaran tentang akhlak misalnya kejujuran, atau muamalah seperti itu mereka saya minta untuk praktik, kemudian dividio atau mungkin nanti membuat drama di kelas, simulasi di kelas, kemudian kalau muamalah itu saya minta anak untuk wawancara misalnya tentang perbankan saya minta wawancara salah satu pegawai bank, atau kalau jual beli ya saya minta mereka untuk ke pasar tradisional melakukan jual beli, tawar menawar dengan pedagang di pasar tradisional. Ya intinya masuk ke dalam tugas-tugas mereka.

19. Bagaimana kreasi mereka? Apakah cenderung sama atau berbeda? Berbeda beda karena saya setiap memberikan tugas temanya saya bedakan, misalnya temanya kejujuran kan ada kejujuran dalam niat, kejujuran dalam perbuatan, kejujuran dalam perkataan, nah itu saya sudah plotkan kamu yang kejujuran dalam ini kamu kejujuran dalam ini mereka berkreasi sendiri.

20. Menurut ibu apakah peserta didik berani mengambil resiko dalam mencoba hal baru?

Mungkin saat kita materinya tentang malaikat, kemudian mereka ada yang meminta “bu apakah ada video yang membuktikan?” seperti itu. Kalau minta metode yang lain mereka biasanya manut-manut aja. Tapi kadang-kadang hanya bilang “bu kayaknya enak metode yang kemarin”, kalau minta inisiatif sendiri belum.

21. Menurut ibu apakah peserta didik ada yang menemukan kesulitan dalam belajar?

Ada, misalnya dia seperti mendengarkan/memperhatikan tetapi dia tidak ada yang masuk sebenarnya, jadi kalau untuk caranya dia sendiri saya rasa dia sendiri juga merasa kesulitan, kemudian dia terus tanya “bu saya tu sudah belajar tapi kok saya masih susah” ya saya sebagai guru hanya mengarahkan kamu sebaiknya seperti ini, seperti ini. Kalau untuk memperbaiki diri sendiri ya dia masih memerlukan bantuan orang lain. 22. Apakah peserta didik aktif bertanya?

Ada yang aktif bertanya ada yang tidak, kalau anak akuntansi bisa sampai 50-70% yang bertanya misalnya baru sharing mereka mengembangkan sendiri dan bertanya ya kira-kira ada 70%. Kalau BDP mungkin 45-50%. Kalau materinya menurut mereka menarik mereka akan banyak bertanya, tapi kalau materinya kurang menarik mereka hanya diam saja

23. Materi yang menarik itu seperti apa?

Misalnya tentang pergaulan bebas, kalau yang muamalah itu jual beli, kemudian perbankan, yang mereka tidak terlalu tertarik itu sejarah, misalnya sejarah dakwah nabi atau sejarah perkembangan islam.

24. Jadi siswa lebih tertarik dengan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari?

Iya, kalau berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka lebih suka. 25. Bagaimana cara ibu memancing siswa untuk bertanya?

Misalnya ketika saya menjelaskan, saya menggunakan power point, disitu saya hanya menyampaikan poin poinnya saja nah nanti ketika saya menyampaikan poin poinnya saya mengajak anak anak siapa yang mau bertanya, sudah jelas atau belum, nanti kalau mereka bilang sudah jelas,

nanti saya buat pertanyaan untuk mereka, kalau mereka tidak bisa menjawab nanti akhirnya mereka bertanya.

26. Apakah yang bertanya dapat poin? Dapat untuk nilai keaktifan di kelas.

27. Apakah ibu pernah mengikuti pelatihan yang mengarah kekarakter siswa?

Kalau akhir semester pembuatan RPP dan sejenisnya biasanya ada narasumber yang masuk ke dalamnya, tapi tidak khusus untuk ke karakter, lebih ke proses pembelajaran.

28. Apakah ada saran untuk gerakan PPK?

Karena UN sudah mau dihapuskan, menurut saya dampaknya ketika UN dihapuskan anak-anak akan merasa “saya tidak belajar dengan sungguh-sungguh saja saya akan lulus, jadi saya tidak memperhatikan guru dalam kelas, saya tidak mengerjakan tugas juga saya pasti akan lulus” nah disitu nanti dampaknya akan ke karakternya. Dia nanti tidak mau memperhatikan pelajaran, dia sudah semaunya sediri, karena sekarang sudah mulai tampak, misalnya dikasih tau “ini nilai UN tidak menentukan kelulusan kalian” kemudian akhirnya anak tidak terlalu menghiraukan pekerjaan sekolahya, tidak semangat belajar, tidak terlalu menghormati gurunya. Misalkan nanti UN dihapus saya harap pemeritah punya cara sediri bagaimana caranya anak tetap semagat belajar, tetap semangat datang ke sekolah, menghormati gurunya walaupun tidak dengan UN, tapi dengan penilaian yang lain disitu anak itu punya antusias, punya semangat untuk sekolah.

B. Guru BK

1. Siapa saja yang berperan dalam gerakan PPK?

Seluruh civitas di sekolah, tidak hanya guru tapi juga karyawan seharusnya mempunyai kepedulian terhadap itu, jadi contohnya di bagian kepegawaian

(karyawan) itu contohnya ada beberapa hal yang harus bersinggungan dengan siswa. Merekapun punya kesempatan yang sama untuk menanamkan nilai nilai pada masalah kedisiplinan, seperti bisa tepat waktu untuk mengumpulkan persyaratan-persyaratan misalnya mengurus beasiswa dan segala pembayaran. Kalau guru jelas melalui mata pelajaran supaya bisa menyisipkan, atau di luar KBM di kelas juga bisa menanamkan nilai-nilai itu.

2. Bagaimana cara guru BK memberikan contoh karakter yang baik kepada siswa?

Salah satu tugas perkembangan dari anak (konteks SMA) anak SMK sudah harus bertanggungjawab, salah satunya bertanggungjawab terhadap Tuhan YME , masing-masing punya kewajiban untuk menunaikan ibadah, nah kita yang tampak saja bagi muslim kan ada kewajiban untuk shalat, ini perlu keseriusan dalam hal itu dan kita memberikan contoh lewat aktif dalam menjalankan ibadah. Harapannya anak-anak yang melihat, salah satunya anak bisa menjadikan itu teladan dan membentuk karakter untuk bertanggungjawab melalui kewajiban yang dimiliki. Selain memberi contoh juga menyuruh (selalu mengingatkan) juga kalau mereka punya kewajiban.

Dokumen terkait