• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A.Landasan Teori

2. Reksa Dana

a. Pengertian Reksa Dana

Reksa Dana (Mutual Fund) adalah suau kumpulan dana yang diperoleh masyarakat atau pihak investor untuk kemudian dikelola oleh Manajer Investasi dan kemudian diinvestasikan pada berbagai jenis portofolio investasi efek atau produk keuangan lainnya (Rahardjo, 2004).

Menurut Tandelilin (2001), Reksa Dana merupakan suatu jenis instrumen investasi yang juga disediakan di pasar modal Indonesia di samping saham, obligasi, dan sebagainya. Reksa Dana berasal dari kata “Reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata ”Dana” yang berarti uang sehingga Reksa Dana pada umumnya dapat diartikan sebagai sekumpulan uang/dana yang dipelihara oleh pihak tertentu untuk menghasilkan keuntungan.

b. Karakteristik Reksa Dana

Menurut Manurung (2008) ada beberapa karakteristik dalam suatu Reksa Dana, yaitu:

1) Reksa Dana merupakan kumpulan dana dan pemilik (investor) Dana yang terkumpul dalam suatu Reksa Dana berasal dari beberapa investor yang dikumpulkan dan diserahkan kepada Manajer Investasi untuk dikelola. Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari beberapa investor.

2) Reksa Dana diinvestasikan pada efek yang dikenal dengan instrumen investasi

Dana yang berasal dari para investor tersebut kemudian akan diinvestasikan ke dalam instrumen investasi seperti saham dan obligasi. Dana tersebut akan dikelola oleh Manajer Investasi yang bertugas untuk mengalokasikan dana untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan.

3) Reksa Dana dikelola oleh Manajer Investasi

Manajer Investasi merupakan pihak yang bertanggung jawab mengenai dana yang diinvestasikan oleh para investor. Manajer Investasi harus memiliki ijin resmi dari BAPEPAM-LK untuk mengelola dana dari para investor. Kinerja dari suatu Reksa Dana dapat menjadi acuan baik buruknya suatu Manajer Investasi.

4) Reksa Dana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang

Pada umumnya Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari investor yang dialokasikan oleh Manajer Investasi ke dalam instrumen pasar modal. Instrumen tersebut dapat berupa saham dan obligasi. Karakteristik dari instrumen pasar modal adalah memiliki jangka waktu yang cukup lama, biasanya antara 1-5 tahun. Dari karakteristik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Reksa Dana merupakan instrumen investasi yang berjangka menengah dan panjang.

5) Reksa Dana merupakan produk investasi yang berisiko

Instrumen investasi merupakan instrumen yang berisiko, begitu juga dengan Reksa Dana. Hal tersebut dapat dilihat dari pengalokasian dana ke pasar saham maupun obligasi yang memiliki fluktuasi harga tinggi. Dengan adanya fluktuasi harga tersebut membuat produk ini memiliki potensi risiko yang tinggi.

c. Jenis Reksa Dana

Menurut Jogiyanto (2010), terdapat beberapa jenis Reksa Dana di Indonesia, yaitu:

1) Reksa Dana Saham

Menurut Bapepam IV. C.3, Reksa Dana Saham merupakan Reksa Dana yang portofolionya minimum 80% asetnya

diinvestasikan pada bursa saham. Reksa Dana jenis ini memiliki return yang paling tinggi sekaligus risiko yang tinggi karena saham merupakan instrumen investasi yang memiliki nilai paling fluktuatif dibandingkan instrumen yang lain. Reksa Dana saham merupakan Reksa Dana untuk jangka panjang. Keuntungan memilih Reksa Dana Saham dibandingkan langsung membeli saham ke bursa efek adalah investor tidak perlu bingung untuk memilih dan mengawasi investasi yang dimilikinya karena sudah dikelola oleh pihak Manajer Investasi.

2) Reksa Dana Pendapatan Tetap

Reksa Dana Pendapatan Tetap merupakan Reksa Dana yang berinvestasi sedikitnya 80% dari portofolio yang dikelola berupa utang. Portofolio tersebut mencakup bunga, deposito, obligasi, dan juga SBI. Reksa Dana jenis ini termasuk jenis Reksa Dana yang memiliki tingkat return menengah begitu juga dengan risikonya dengan jangka waktu antara 1 sampai 3 tahun. Reksa Dana pendapatan tetap memberikan keuntungan berupa dividen yang dibayarkan secara teratur (per bulan ataupun tahun). Investasi jenis ini cocok bagi para pemodal yang tidak mau mengambil risiko tinggi namun dengan pengembalian return yang cukup tinggi.

3) Reksa Dana Pasar Uang

Reksa Dana Pasar Uang merupakan jenis Reksa Dana yang menyertakan 100% dana dalam pasar uang seperti deposito, obligasi, maupun SBI yang memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa Dana ini memberikan tingkat risiko paling rendah diikuti dengan return yang rendah pula. Investasi jenis ini cocok bagi para investor dengan dana yang terbatas dan mengharapkan return yang teratur. Reksa Dana pendapatan tetap memiliki jangka waktu investasi kurang dari satu tahun. 4) Reksa Dana Terproteksi

Reksa Dana Terproteksi merupakan Reksa Dana yang nilai pokok investasinya terproteksi jika dicairkan pada akhir periode. Investor yang akan melakukan pencairan sebelum periode perjanjian akan mengalami kerugian karena Reksa Dana ini tidak membuat nilai pokok awal investasi sama dengan akhir periodenya. Hal itu bertujuan untuk menanggulangi para investor yang ingin mengambil dana sebelum periode yang telah ditetapkan sebelumnya. Investasi jenis ini umumnya berlangsung selama 3-5 tahun.

5) Reksa Dana Campuran

Reksa Dana jenis ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari beberapa jenis Reksa Dana dengan proporsi yang fleksibel.

Investasi ini terdiri dari efek utang maupun ekuitas berupa saham, obligasi, deposito, dan instrumen lain.

d. Keuntungan Reksa Dana

Secara singkat, Reksa Dana memberikan banyak manfaat dan kemudahan kepada investor (Rahardjo, 2004) antara lain :

1) Reksa Dana dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi yang sudah berpengalaman

Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer investasi yang memang mengkhususkan keahlianya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat individu pemodal pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.

2) Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi relatif kecil Karena Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola oleh secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi.

3) Portofolio investasi Reksa Dana sudah terdiversifikasi

Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi risiko karena dana Reksa Dana

diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar.

4) Informasi pengelolaan investasi sangat transparan

Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan biayanya secara continue sehingga pemegang unit penyertaan dapat memantau keuntungan, biaya, dan risiko setiap saat

5) Tingginya tingkat likuiditas Reksa Dana

Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Dengan demikian, pemodal dapat mencairkan kembali unit penyertaanya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya.

e. Risiko Reksa Dana

Untuk melakukan investasi, investor harus mengenal jenis risiko yang berpotensi timbul ketika berinvestasi di Reksa Dana. Hal ini dilakukan agar investor berhati-hati dalam memilih jenis Reksa Dana yang ditawarkan Manajer Investasi.

Hal-hal yang perlu diketahui para investor tentang beberapa risiko investasi yang dimiliki oleh Reksa Dana (Cahyono, 2000) antara lain :

1) Risiko berkurangnya nilai Unit Penyertaan (UP)

Tidak ada jaminan bahwa dalam mengelola dana, Manajer Investasi akan terus memberikan hasil. Nilai unit penyertaan Reksa Dana bisa naik atau turun sejalan dengan kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan efek hutang yang menjadi sarana investasi Reksa Dana tersebut. Misalnya, kenaikan suku bunga bisa menurunkan harga obligasi. Melemahnya kinerja emiten ekuitas bisa membuat harga saham turun. Penurunan nilai aktiva bersih unit penyertaan Reksa Dana juga bisa terjadi karena adanya biaya-biaya yang dikenakan atas Reksa Dana tersebut. Misalnya, karena dari kegiatan investasi sebuah Reksa Dana memperoleh hasil 0% tetapi karena Reksa Dana tersebut menanggung beban misalnya management fee atau custodian fee maka beban tersebut dikurangkan dari aktiva yang ada. 2) Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik

Bagi Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka, perkembangan politik di luar negeri dapat memengaruhi perekonomian dan politik nasional. Perubahan di dalam perekonomian dan politik suatu negara ini pada gilirannya juga dapat memengaruhi pandangan umum terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia. Akhirnya pandangan umum tersebut bisa membuat investor melikuidasi portofolio efeknya sehingga harga efek tersebut akan turun.

3) Risiko likuiditas Reksa Dana terbuka

Manajer Investasi wajib membeli kembali unit penyertaan dari investor. Untuk memenuhi kewajiban ini, Manajer Investasi bisa menjual sebagian portofolio investasinya. Jika Manajer Investasi tidak memiliki uang yang cukup besar untuk membeli kembali unit penyertaan dari investor dan pada saat yang sama, Manajer Investasi juga kesulitan menjual portofolio investasinya.

4) Risiko Wanprestasi

Risiko ini muncul jika ada pihak terkait seperti emiten, Bank Kustodian, Pialang, atau agen penjual, gagal memenuhi kewajibannya. Kegagalan pihak terkait dalam melunasi kewajibannya ini dapat memengaruhi nilai aktiva bersih Reksa Dana.

5) Risiko berkaitan dengan peraturan

Dalam berinvestasi, Reksa Dana mempunyai batasan-batasan tertentu, misalnya tidak boleh membeli efek di luar negeri dan membeli efek yang diterbitkan oleh perusahaan melebihi 10% dari nilai aktiva bersih Reksa Dana pada saat pembelian. Di satu sisi batasan investasi ini dimaksudkan untuk melindungi investor, tetapi di sisi lain bisa menjadi bumerang. Karena tidak bisa berinvestasi di luar negeri maka ketika pasar modal Indonesia merosot tajam, pengelola tidak bisa

memindahkan dananya ke pasar modal luar negeri yang bergairah. Begitu juga dengan adanya batasan untuk tidak membeli efek tertentu melebihi 10% dari NAB Reksa Dana saat pembelian, maka sebuah Reksa Dana tidak bisa membeli saham tersebut dari jumlah itu betapapun potensialnya saham tersebut.

f. IHSG

Menurut Robert Aang (1997), pengertian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi ataupun dari media, institusi keuangan, dan lain sebagainya. IHSG menggunakan seluruh saham yang tercatat di bursa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Halim, 2005)

Keterangan :

= Indeks harga saham gabungan pada hari ke-t

= Nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar

= Nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10 Agustus 1982.

IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan dengan kejadian-kejadian seperti: penawaran saham perdana (initial public offering-IPO), right issues, company listing, delisting, dan konversi.

Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya kejadian-kejadian tersebut adalah: (Halim, 2005)

Keterangan :

NDB = Nilai dasar baru NDL = Nilai dasar lama NPL = Nilai pasar lama NPT = Nilai pasar tambahan

IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia yang tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesa juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark).

g. BI Rate

Berdasarkan situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

h. Metode Pengukuran Kinerja Reksa Dana 1) Metode Sharpe

Metode Sharpe mengukur return suatu portofolio terhadap standar deviasi atau total risikonya (Jones, 2000), kemudian dibandingkan dengan perhitungan kinerja Reksa Dana dengan kinerja pasar sesuai dengan metode sharpe tersebut. Hasilnya adalah semakin tinggi nilai pengukuran sharpe

reksa dana dari pengukuran sharpe pasar, maka menghasilkan kinerja Reksa Dana yang semakin baik. Secara matematis indeks sharpe dirumuskan sebagai berikut: (Halim, 2005)

Keterangan :

= Indeks harga sharpe portofolio i

= Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i = Rata-rata atas bunga investasi bebas risiko

= Standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio i

= Premi risiko portofolio i 2) Metode Treynor

Tandelilin (2001) dalam bukunya menerangkan bahwa Indeks Treynor dikembangkan oleh Jack Treynor, dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Cara mengukur indeks Treynor sama dengan cara menghitung indeks Sharpe, hanya saja risiko yang digunakan adalah beta portofolio. Hal ini dikarenakan patok duga yang digunakan dalam indeks Treynor adalah persamaan garis sekuritas (security market line). Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik

sehingga risiko yang digunakan adalah beta. Indeks Treynor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : (Jogiyanto, 2013)

Keterangan :

= Nilai treynor ratio reksa dana

= Rata- rata return Reksa Dana sub- periode t (Mingguan) = Rata-rata return investasi bebas risiko periode t

= Beta persamaan garis regresi linear berganda 3) Metode Jensen

Manurung (2008) menjelaskan bahwa Indeks Jensen sangat memperhatikan CAPM dalam mengukur kinerja portofolio dan biasa disebut Jensen Alpha. Jensen Alpha merupakan sebuah ukuran absolut yang mengestimasi tingkat pengembalian konstan selama periode investasi dimana memeroleh tingkat pengembalian di atas/di bawah dari buy-hold strategy dengan risiko sistematik yang sama. Adapun formula dari Jensen Alpha adalah sebagai berikut : (Jogiyanto, 2013)

Keterangan :

= Nilai perpotongan Jensen

= Rata-rata keuntungan investasi bebas risiko = Rata-rata Keuntungan Pasar (IHSG)

= Beta portofolio i (risiko pasar atau risiko sistematis) Semakin besar nilai alpha yang positif maka semakin baik pula kinerja suatu Reksa Dana saham karena memberikan actual return yang lebih tinggi daripada return yang diharapkan.

4) Metode M-Square (M²)

Hartono (2013) menjelaskan bahwa metode M-square merupakan perluasan dari metode Sharpe Ratio. Metode ini diusulkan oleh John G. Graham dan Campbell R. Havey pada tahun 1994. Karena kinerja portofolio akan dibandingkan secara langsung dengan kinerja pasar maka return portofolio disesuikan tingkat risikonya menjadi sama dengan tingkat risiko pasar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

( ) Keterangan :

= M-Square

= Return rata-rata Reksa Dana

= Return rata-rata investasi bebas risiko = Standar deviasi Reksa Dana

= Return rata-rata Pasar

Jika M-square Reksa Dana positif, maka Kinerja Reksa Dana baik dan memiliki return di atas return pasar (outperform).

5) Information Ratio/ Apprasial Ratio

Hartono (2013) menerangkan bahwa pengukuran ini merupakan rasio antara alpha dan risiko unik portofolio atau risiko non-sistematik portofolio yang disebut tracking error dari industri. Nilai rasio ini mengukur return tidak normal per unit risiko yang dapat didiversifikasi dengan memegang portofolio pasar. Rumus yang digunakan untuk IR/Information Ratio adalah sebagai berikut:

Keterangan :

IR = Information Ratio = Nilai jensen alpha = Risiko untuk portofolio

Jika Information Ratio Reksa Dana positif maka Kinerja Reksa Dana baik dan memiliki return diatas return pasar (outperform).