• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Relasi Dalam Pengambilan Keputusan Di Dalam Keluarga Dari hasil analisis observasi dan wawancara yang dilakukan maka dapat

Aktivitas I Suami Dan Istri Dalam Keluarga

4.3.3 Pola Relasi Dalam Pengambilan Keputusan Di Dalam Keluarga Dari hasil analisis observasi dan wawancara yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa pola relasi suami-istri kedelapan informan dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga, yaitu sebagai berikut:

Matrik 4.6

Pola Relasi Dalam Pengambilan Keputusan

Keterangan Pola Relasi

Informan 1 - Senior junior partner, dimana istri yang menjadi senior,

Hal dikarenakan istri lebih dominan dan sering dalam mengambil keputusan, meskipun terkadang melalui diskusi namun yang mengambil keputusan akhir adalah istri.

Informan 2 - Equal partner

Dalam memutuskan sesuatu di keluarga diambil secara bersama-sama, biasanya dibicakan terlebih dahulu, dan keputusan akhir ada ditangan suami atau istri tergantung situasi dan masalah yang akan diputuskan. Informan 3 - Senior junior partner

Dalam mengambil keputusan istri memang ikut terlibat, namun keputusan menyangkut pembentukan keluarga masih dominan diputuskan oleh suami.

Informan 4 - Equal partner

Dalam mengambil keputusan dalam keluarga diambil secara bersama-sama dan suami-istri memiliki kesempatan untuk memutuskan tergantung masalah dan kondisi yang ada.

Informan 5 - Equal partner

Dalam mengambil keputusan di dalam keluarga, suami dan istri memiliki kesempatan yang sama, tidak memandang apakah pengambilan keputusan tersebut menyangkut urusan domestik maupun publik.

68

Dalam berbagai hal istri memang lebih sering mengambil keputusan, namun dalam keluarga posisi suami sebagai pemimpin keluarga masih dianggap sebagai senior.

Informan 7 - Senior junior partner

Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan bersama-sama dan saling berbagi namun tetap peran suami dalam keluarga sebagai kepala keluarga dan dianggap sebagai senior.

Informan 8 - Equal partner

Pengambilan keputusan dilakukan secara seimbang dan saling memberikan kesempatan satu sama lain.

Dari matriks 4.5, diatas dapat dikatakan bahwasanya dengan peran istri yang cukup besar dalam pengambilan keputusan dalam keluarga menyebabkan pola relasi antara suami dan istri dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga adalah Equal partner dan Senior Junior partner. Kedua pola relasi suami-istri ini terbentuk dan terjadi dikarenakan istri memiliki sumbangan sumber daya ekonomi dalam keluarga.

Equal partner terjadi dalam keluarga yang menganggap bahwa suami dan istri memiliki peran yang sama (kekuasaan yang seimbang) dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga. Suami tidak bisa menggunakan hal superioritasnya untuk memaksakan kehendak pribadi dan satu sama lainnya tidak saling tergantung. Pasangan suami-istri saling mengisi perannya, seperti suami dapat menjalankan peran istri dan istri dapat menjalankan peran suami sebagai pencari nafkah. Sehingga kekuasaan suami dalam membuat keputusan di bidang pengeluaran kebutuhan pokok, bidang pembentukan keluarga dan bidang kegiatan sosial adalah sama.

69

Senior Junior Partner terjadi dalam keluarga dimana dalam pengambilan keputusan untuk hal-hal tertentu peran suami masih dianggap lebih utama, meskipun peran istri dalam pengambilan keputusan lainnya dalam keluarga sudah terlibat penuh.

Dari praktiknya relasi yang terjadi antara suami dan istri dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga secara tidak disadari menghasilkan sebuah kekuasaan. Kekuasaan dalam hal ini hanya berupa sebuah strategi, yang di dalamnya terdapat sistem, aturan, susunan, dan regulasi yang dijalanankan masing-masing baik suami maupun istri. Kekuasaan dalam hal ini bukan berusaha untuk mendominasi satu sama lain tetapi lebih menjaga keseimbangan relasi dalam keluarga. Dalam relasi yang terjadi, suami atau istri tidak berusaha untuk bersikap keras dalam keluarga, namun dengan kesempatan yang ada dalam keluarga memberikan peluang yang sama untuk suami dan istri dalam pengambilan keputusan, hal ini tidak memberikan dampak yang mendiskriminasikan suami atau istri dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foucault bahwa kekuasaan pada masyarakat modren ini bukan soal legalitas tindakan dan penghukuman dalam mengontrol yang lain, tetapi mengenai normalisasi kelakuan yang dihubungkan dengan jaringan serta memberi struktur kegiatan-kegiatan.

Suatu kondisi dimana istri memiliki pengaruh yang besar dalam memutuskan sesuatu dan suami hanya sebagai pihak yang hanya setuju dikarenakan adanya kesepakatan yang sebelumnya telah dilakukan, begitu juga dalam kondisi tertentu peran yang melekat pada suami sebagai kepala keluarga memberikan suatu kesempatan untuk menjadikannya sebagai pihak yang

70

berwenang dan mempengaruhi keputusan istri. Pengaruh istri dapat dilihat dalam pengambilan keputusan di bidang produksi berupa keputusan istri untuk bekerja, penentuan jam kerja yang tidak dipengaruhi oleh suami, dengan kata lain menjadi keputusan istri sendiri. Keputusan ini berkaitan dengan pekerjaan yang sudah dijalani sebelum menikah dan sudah menjadi kesepatan dan komitmen berdua (suami dan istri) sebelum memutuskan untuk menikah.

Kondisi yang berbeda terjadi dalam relasi pengambilan keputusan di bidang pengeluaran kebutuhan pokok yang dilakukan secara bersama-sama dimana keputusan tersebut diskusikan terlebih dahulu, sehingga hasil akhir salah satu pihak suami atau pun istri dapat memutuskan. Berdasarkan hasil analisis dalam keputusan di bidang ini, dapat dilihat peran istri dominan berkaitan dengan keputusan dalam pembelian kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah anak-anak. Biasanya untuk pengambilan keputusan tersebut suami menyerahkan sepenuhnya kepada istri, dan menyebabkan peran istri dalan pengambilan keputusan dalam hal ini penuh. Kondisi dimana istri menjadi pengambil keputusan penuh dalam hal ini tidak terlepas dari wacana di masyarakat yang menjadikan sebuah kepantasan bahwa seorang istri adalah bendahara keluarga yang mengurus pengeluaran dan kebutuhan keluarga yang menyebabkan keputusan dalam keluarga terkait hal ini secara otomatis menjadi bagian perempuan tanpa ada paksaan atau kesepakatan sebelumnya antara suami-istri tetapi lebih kepada apa yang menjadi kebiasaan dan hal ini berulang terus-menerus di dalam keluarga. Tanpa disadari terjadi relasi kekuasaan antara suami dan istri di dalamnya mengingat sesuai dengan pemikiran Foucault yang menyebutkan bahwa kekuasaan adalah hubungan kekuatan dan senantiasa ada di

71

dalam masyarakat, baik yang masih sederhana maupun yang sudah besar atau rumit susunannya. Hal ini bukan karena kekuasaan itu memiliki kemampuan mengkonsolidasikan segala sesuatu di bawah kondisi ketidaknampakannya, melainkan karena kekuasaan selalu diproduksi dalam setiap momen dan setiap relasi.

Selanjutnya relasi yang berbeda terbentuk dalam pengambilan keputusan di bidang pembentukan keluarga, dikarenakan ada beberapa bagian yang dipengaruhi oleh istri, dan beberapa bagian lainnya dipengaruhi oleh suami. Misalnya, istri berpengaruh besar dalam menentukan pembagian kerja, mendidik anak-anak dan izin keikutsertaan anak-anak dalam berbagai kegiatan di luar rumah meskipun terlebih dahulu dilakukan diskusi bersama suami namun keputusan akhir ditentukan istri hal ini terjadi bukan karena istri memaksa bahwa keputusan untuk pembagian kerja istri yang menentukan, tetapi karena kondisi di awal pernikahan pekerjaan ini dilakukan istri dan terus dilakukan secara berulang yang secara otomatis membuat istri terlibat penuh dalam hal tersebut, demikian juga hal serupa terjadi dalam mendidik anak dan keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan di luar ini dikarenakan istri lebih mengetahui keperluan anak-anak, kedekatan yang dimiliki istri dengan anak-anak menyebabkan istri lebih mengetahui sikap anak-anak dan aturan yang harus diterapkan kepada mereka.

Dengan demikian istri lebih berhak memutuskan berkaitan dengan urusan pembagian kerja dan anak-anak dan di sisi lain suami setuju dengan keputusan yang dilakukan oleh istri, hanya saja ini terjadi karena keadaan yang berlangsung secara terus menerus. Sehingga ketika ditanyakan siapa yang mengambil keputusan dalam hal mendidik anak maka jawaban yang diperoleh adalah istri.

72

Masih dalam pengambilan keputusan di bidang pembentukan keluarga tetapi dalam pembelian barang mewah seperti mobil, tanah, dan investasi. Relasi yang terjalin berbeda, dimana keputusan suami berpengaruh besar terhadap pembelian suatu mobil atau tanah dibeli meskipun peran istri dalam hal ini juga cukup besar mengingat keuangan keluarga dipegang oleh istri. Dalam kondisi seperti ini bukan karena suami melakukan paksaan atau kekerasan terhadap suami, tetapi istri menganggap suami lebih pantas memutuskan hal tersebut, keadaan ini berlangsung secara terus menerus sehingga keputusan untuk hal-hal yang sifatnya besar dalam keluarga menjadi bagian dari suami. Perlu diketahui bahwa ini terjadi tidak terlepas dari nilai patriakhat dalam keluarga yang lebih mengutamakan laki-laki belum sepenuhnya berubah dan istri mengangap ini bukan menjadi masalah selama dalam memutuskan peran istri masih dilibatkan untuk mengutarakan pendapat dan mempengaruhi keputusan yang akan diambil.

Kekuasaan suami yang terjadi dalam keluarga saat ini tidak berbentuk kekerasan baik fisik maupun non fisik, tetapi lebih kepada norma atau nilai budaya yang ada dimasyarakat yang sulit untuk dihilangkan meskipun saat ini sudah mulai mengalami perubahan secara perlahan. Sesuai dengan pernyataan Foucault seseorang bisa membangun kekuasaan dengan menjadikan orang lain sebagai subyek dan mengaturnya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sama dalam hal ini dengan anggapan suami sebagai pemimpin keluarga menyebabkan pendapat suami untuk pengambilan keputusan yang sifatnya pembentukan keluarga masih menjadi pertimbangan yang diutamakan.

Untuk pengambilan keputusan di bidang kegiatan sosial, relasi dalam keluarga umumnya setara antara suami dan istri, mengingat hal ini adalah

73

keikutsertaan suami dan istri dalam berbagai kegiatan yang mewakili nama keluarga, misalnya dalam perkumpulan marga mengingat suami dan istri bersama-sama mengikuti, bersama-sama halnya dengan kegiatan sosial lainnya yang lebih dipengaruhi keinginan pribadi.

Pola relasi suami-istri dalam proses pengambilan keputusan di dalam keluarga dapat disimpulkan bahwa terjalin relasi kekuasaan yang beragam dan tersebar dalam setiap interaksi yang dilakukan suami-istri. Dimana relasi kekuasaan itu terjadi tanpa disadari satu sama lain. Suami maupun istri menjadi subyek dan objek dalam hubungan yang mereka jalani karena dengan peran yang dimiliki suami dapat menjadikannya subyek yang berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil, sama halnya dengan istri peran yang dimilikinya dapat menjadikannya subyek yang berpengaruh dalam keputusan yang akan diambil dan mempengaruhi pasangannya untuk menerima apa yang menjadi keputusannya tergantung kepada kondisi dan bentuk keputusan yang akan diambil di dalam keluarga.

74 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Beberapa tahun terakhir kesempatan perempuan untuk terlibat dalam sektor publik meningkat terus setiap tahunnya. Hal ini dipengaruhi dari pergeseran nilai dan norma di masyarakat yang awalnya menempatkan perempuan di sektor domestik dengan peran sebagai istri dan ibu dalam keluarga sedangkan suami berada di sektor publik dengan perannya sebagai pencari nafkah. Selain itu, pendidikan yang dimiliki kaum perempuan membuka peluang untuk terlibat dalam sektor publik dan memiliki pekerjaan yang sama dengan laki-laki.

Dengan terlibatnya perempuan dalam sektor publik yang nantinya akan menikah dan menjadi seorang istri, secara tidak langsung berperan menjadi pencari nafkah yang memberi sumber daya ekonomi bagi keluarga. Norma yang ada di masyarakat yang menganggap suami sebagai pencari nafkah yang menempatkannya sebagai pengambil keputusan mutlak dalam keluarga mengalami perubahan dan melibatkan istri didalamnya mengingat istri ikut juga terlibat dalam sektor publik. Meskipun dalam keluarga tertentu hal tersebut tidak sepenuhnya berubah dan masih menempatkan suami sebagai penentu dalam pengambilan keputusan untuk hal-hal tertentu.

Pengambilan keputusan dalam keluarga saat ini lebih didasarkan kepada diskusi antara suami-istri sehingga tidak menutup kemungkinan untuk istri yang berperan dalam mengambil keputusan. Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan, yaitu:

75

- Pengambilan keputusan dalam keluarga yang dibagi atas; bidang produksi sepenuhnya diputuskan istri, pengambilan keputusan di bidang pengeluaran kebutuhan pokok yang diambil secara bersama dimana istri yang dominan, sama halnya dengan bidang pembentukan keluarga yang diputuskan secara bersama dimana istri yang dominan, dan pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial yang diambil sepenuhnya oleh istri. Keputusan yang diambil dalam keluarga melibatkan pengetahuan dan informasi yang suami-istri masing-masing miliki tergantung pada kondisi dan keputusan apa yang akan diambil.

- Pola relasi yang terjalin dalam pengambilan keputusan adalah adalah senior-junior partner dan equal patner yang kedua pola relasi ini sudah melibatkan istri untuk berperan dalam pengambilan keputusan dalam bahkan memiliki kekuatan yang sama dengan suami.

- Pola relasi suami-istri dalam proses pengambilan keputusan di dalam keluarga didasarkan kepada hubungan yang saling memberi kesempatan satu sama lain (seimbang)untuk mengambil keputusan yang dipengaruhi oleh nilai dan norma yang masih dijadikan pegangan keluarga, kebiasaan yang terus menerus dilakukan dan pengetahuan akan informasi yang berhubungan dengan keputusan yang diambil.

- Dalam pola relasi tersebut terjalin relasi kekuasaan yang beragam dan tersebar dalam setiap interaksi yang dilakukan suami-istri. Dimana relasi kekuasaan itu terjadi tanpa disadari satu sama lain. Suami maupun istri menjadi subyek dan objek dalam hubungan yang mereka jalani karena dengan peran yang dimiliki suami dapat menjadikannya subyek yang

76

berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil, sama halnya dengan istri peran yang dimilikinya dapat menjadikannya subyek yang berpengaruh dalam keputusan yang akan diambil dan mempengaruhi pasangannya untuk menerima apa yang menjadi keputusannya tergantung kepada kondisi dan bentuk keputusan yang akan diambil di dalam keluarga.

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu:

- Nilai dan norma yang dipercaya masing-masing keluarga hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan zaman yang sudah mulai mengalami perubahan.

- Relasi yang terjalin antara suami dan istri yang seimbang hendaknya dipertahakann untuk mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga.

77

Dokumen terkait