• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relevansi Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan Konsep Pedidikan Islam

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

E. Relevansi Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan Konsep Pedidikan Islam

Dalam prinsip pendidikan, Ki Hajar Dewantara sangat mengutamakan kemerdekaan lahir dan batin. Yang dimaksud dengan kemerdekaan lahir dan batin adalah kemampuan untuk mengatur kehidupan sedemikian rupa, sehingga dalam keadaan apa pun kita dapat mentaati secara suka rela dan iklas, secara jujur dan konsekuen. Apa yang kita yakini benar dan dapat memelihara kedaulatan pribadi dan rasa harga diri, kedamaian dan ketentraman jiwa, kegembiraan dan gairahan hidup kita, rasa solidaritas dan rasa takut bertanggung jawab atas nasib sesama rakyat. Sedangkan pada prinsip pendidikan Islam juga ditegakkan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu pengeahuan dan akhlak. Pandangan Islam terhadap masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan Islam.

Sedangkan dalam sistem pendidikan, menurut Ki Hajar Dewantara adalah hendaklah didasarkan kepada hidup kemanusiaan, yaitu keluhuran budi dan bersendi kepada segala sifat peradaban bangsa. Adapun sistem pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara itu terdapat tiga system pendidikan, yaitu: 1) Sistem Among berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cita dengan memberi kebebasan kepada anak asuhan itu untuk bergerak menurut kemauannya, berkembang menurut bakat kemampuannya. 2) Teori Tri Pusat Pendidikan yaitu Tempat pergaulan yang merupakan pusat (sentra) pendidikan adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan pendidikan di dalam perkumpulan pemuda. Ketiga pusat pendidikan tersebut merupakan hubungan keseluruhan dalam pendidikan, harus bersifat saling melengkapi agar pendidikan itu bisa selaras jalannya, keluarga harus memperhatikan anaknya dalam bersekoalah dan dalam gerakannya di organisasi pemuda. 3) Kebudayaan Nasional yaitu bahwa kebudayaan Indonesia ialah segala puncak dan sari kebudayaan bernilai diseluruh

kepulauan Indonesia. Sedangkan pada sistem pendidikan Islam adalah mempunyai sistem yang dapat dijadikan dasar dalam pengambangan pendidikan secara operasional. Dalam sistem pendidikan Islam juga terdapat seperangkat unsur yang terdapat dalam pendidikan yang berorientasi pada ajaran Islam yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan dalam mencapai tujuan yaitu membentuk kepribadian yang utama.

Dalam metodologi pendidikan metode Ki Hajar Dewantara membedakan cara penggunaanya. metode yang digunakan Ki Hajar Dewantara tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan pada masa sekarang yaitu antara lain: Metode latihan, Metode bermain peran, Metode demonstrasi, Metode pemberian tugas. Metode tersebut digunakan Ki Hajar Dewantara untuk mencapai tujuan pendidikan yang ia rumuskan, dimana diantara satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Sedangkan metodologi pendidikan Islam adalah jalan yang dapat ditempuh untuk memudahkan pendidikan dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Al-qur’an dan Hadits. Oleh karena itu kegunaan metode dalam penddikan tidak terfokus kepada satu bentuk metode, akan tetapi dapat memilih atau menkombinasikan diantara metode-metode yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga dapat memudahkan si pendidik dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metodologi pendidikan Islam itu merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas tentang jalan atau cara yang dapat ditempuh oleh setiap pendidik dala melakukan kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan pendidikan seefektif dan seefesien mungkin.

Dalam tujuan pendidikan, yang dianjurkan Ki Hajar Dewantara dengan berdirinya Taman siswa yang dikutip oleh Muhammad Tauchid dalam buku perjuangan dan ajaran hidup Ki Hajar Dewantara ialah untuk menggerakkan jiwa anak sebagai bangsa juga bermaksud membimbing anak untuk menjadi manusia yang bisa hidup dengan kecakapan dan kepandaiannya, berbuat sesuatu yang berguna tidak saja untuk dirinya tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara maksud dari pendidikan itu ialah sempurnanya

hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala keperluan hidup lahir dan batin dari kodrat alam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi jumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurnah setelah ia menghabiskan sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. inti dari tujuan pendidikan Islam tersebut terfokus pada, terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang diwajibkan menyebah kepadaNya. Mulai dari kesadaran ini pada hakikatnya ia akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang ia miliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya.

43

BAB IV

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

A.Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

Prinsip berarti asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya. Dagobert D. Runes mengartiakannya sebagai kebenaran yang bersifat universal yang menjadi dari sifat sesuatu.1

Apabila penulis kaitkan dengan pendidikan, prinsip pendidikan dapat diartikan dengan kebenaran yang universal sifatnya, yang dijadikan dasar dalam merumuskan perangkat pendidikan.

Dasar pendidikan Islam seperti yang dikemukakan oleh Ahmad D. Marimba, adalah Al-quran dan hadits-hadits Nabi Saw yang merupakan sumber pokok ajaran Islam. 2

Al-Syaibani memperluas lagi dasar tersebut mencakup ijtihad, pendapat, peninggalan, keputusan-keputusan dan amalan-amalan para ulama yang terdahulu (al-shalaf al-shahih) dikalangan umat Islam.3 Ini berari semua perangkat pendidikan Islam haruslah ditegakkan di atas ajaran Islam, baik filsafat pendidikan Islam, teori maupun praktek.

Prinsip pendidikan Islam juga ditegakkan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia,

1

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 28 2

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al- Ma’arif,

1992), h. 36 3

Omar Muhammad Al-Taoumy Al-Syaibuny, Filsafat Pendidikan Islam (terj. Hassan Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 56

masyarakat, ilmu pengeahuan dan akhlak. Pandangan Islam terhadap masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan Islam.4

Berikut ini akan penulis jelaskan beberapa prinsip-prinsip pendidikan Islam, yaitu;

1. Prinsip Pendidikan Islam Merupakan Implikasi dari Karakter (Ciri-Ciri) Manusia Menurut Islam

Ajaran Islam mengemukakan empat macam cirri-ciri manusia yang membedakannya dengan makhluk yang lainnya:

a) Fitrah

b) Kesatuan roh dan jasad (wandah al- ruh wa al jism)

c) Kebebasan berkehendak (hurriyah al-iradah)

1) Agama yang diturunkan melalui rasulnya adalah agama fitrah, firman Allah Swt:

     

 

Artinya :

“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetapkanlah alas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut itu..” (Q.S Al- Rum: 30)

Fitrah itu sesuai dengan watak manusia yang terikat perjanjian

(mitsag), bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan yang disembah. Sebagaimana Allah Swt berfirman















 

4

Omar Muhammad Al-Taoumy Al-Syaibuny, Filsafat Pendidikan Islam (terj. Hassan Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 57

Artinya:

“Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka (roh) menjawab: “ Betul ( Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi” (Q.S Al-A’raf: 7)

Dengan demikian fitrah manusia adalah mempercayai adanya Allah Swt sebagai Tuhan. Fitrah manusia percaya kepada Tuhan berarti manusia mempunyai potensi aktualisai sifat-sifat Tuhan ke dalam diri manusia yang harus dipertanggung jawabkan sebagai amanah Allah dalam bentuk ibadah. Ibadah itu juga merupakan tujuan manusia diciptakan. Allah seterusnya menegaskan:















Artinya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembahku”. (Q.S Al-Zariyat: 56) 2) Ketentuan roh dan jasad

Manusia tersusun dari dua unsur yaitu roh dan jasad. Dari segi jasad sebagaian karakteristik manusia sama dengan binatang, sama-sama memiliki dorongan untuk berkembang dan mempertahankan diri serta keturunan. Namun dari segi roh manusia sama sekali berbeda dengan makhluk lain.5

Allah Swt berfirman:





















Artinya:

Maka apabila aku menyempurnahkan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya roh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan

bersujud”. (Q.S. Al-Hajr: 29)

Dengan roh yang ditiupkan kedalam diri manusia maka manusia hidup dan berkembang. Roh mempunyai dua daya, daya berpikir yang disebut aql dan daya

5

rasa yang disebut qalb. Dengan daya aql manusia memperoleh pengetahuan, memperhatikan dan menyelidiki alam sekitar. Dengan daya qalb manusia berusaha mendekatkan diri (taqarrub) sedekat mungkin dengan Tuhan. Dengan adanya aql manusia siap mengenal Allah, beriman dan beribadat kepadaNya, memperoleh ilmu pengetahuan serta memanfaatkan untuk kesejahteraan hidup. Dengan adanya qalb, manusia dapat membedakan kebaikan dan keburukan.6

3) Manusia memiliki karakter kebebasan berkemauan (huriyah al-iradah)

dalam segala aspek kehidupannya

Kebebasan sebagai karakteristik manusia meliputi berbagai dimensi seperti kebebasan dalam beragama, berbuat, mengeluarkan pendapat, memiliki, berpikir, berekspresi dan sebagainya.7

Sebagaimana Allah Swt menegaskan:

















































Artinya:

“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam), sesungguhnya telah

jelas yang benar dan jalan yang salah” (Q.S. Al-Baqarah: 256)

Walaupun manusia diberi kebebasan akan tetapi kebebasan itu tidak mutlak dimana ia sanggup berbuat semaunya dalam masa dan tempat yang dikehendakinya. Kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang terikat oleh rasa tanggung jawab, tidak menghalangi kebebasan orang lain, nilai-nilai agama dan moral yang dianut masyarakat, undang-undang yang berlaku, kebersamaan dan keadilan serta akal logika.

6

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-quran, ( Bandung: Mizan: 1994), h. 228 7

2. Prinsip Pendidikan Islam Adalah Pendidikan Integral dan Terpadu

Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Penyatuan antara kedua system adalah tuntutan akidah Islam. Allah dalam doktrin ajaran Islam adalah Pencipta alam semesta termasuk manusia. Dia pula yang menurnkan hokum-hukum ntuk mengelola dan melestarikannya. Hokum-hukum mengenai alam fisik dinamakan Sunnah Allah. Sedangkan pedoman hidup dan hokum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan pula dalam ajaran agama yang dinamakan Din Allah, yang mencakup akidah dan syariah. Baik alam fisik dengan aturannya (berupa Din Allah adalah sama-sama tanda Allah dan kebesaran Allah. Jadi sama-asam aya Allah walaupun yang pertama didapatkan dalam alam semesta sedangkan yang kedua didapatkan didalam wahyu. Yang pertama, ayat-ayat al-kaunyah dan yang kedua dinamakan ayat al-tanziliyyah. Studi tenang ayat al-kauniyyah dilakukan dalam ilmu fisika, geologi, geografi, dan sebagainya. Sedangkan studi tentang tata kehidupan manusia berupa pengembangan pengetahuan dari ayat-ayat al-tanziyyah), dilakukan dalam ilu hokum, ilmu politik, sosiologi, psikologi, ilmu ekonomi, antropologi, ekonomi, dan lain sebagainya yang tercakup dalam ilmu-ilmu social dan humanitas.8

Dengan demikian semua acabang yang merupakan ilmu studi kedua jenis ayat-ayat Allah itu sebenarnya adalah ilmu-ilmu Islami, asalakan disadari dan dilakukan dalam rangka pengembangan pemahaman ilmu pengetahuan.

3. Prinsip Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang Seimbang

Pandangan Islam yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan mewujudkan adanya keseimbangan. Ada beberapa prinsip keseimbangan yang mendasari pendidikan Islam, yaitu:

a. Keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi

Islam meletakkan beban kewajiban yang berat di atas pundak pendidikan Islam dalam makna yang sebenarnya. Sebab hasilnya baik

8

ataupun buruk akan dirasakan oleh masyarakat sekarang dan generasi yang akan dating. Bentuk hasil itu akan berkisar dari yang gemilang yakni progress sampai kepada ekstrim lain yaitu Unnihilisasi. Progress atau kemajuan yang ingin dicapai pendidik Islam adalah kehidupan yang indah di dunia dan di akhirat.

Kemajuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam tidaklah diukur dengan penguasaan atau supremasi atas kepentingan segalan duniawi saja akan tetapi sampai dimana kehidupan duniawi memberikan aset untuk kehidupan di akhirat kelak. Berbeda dengan pendidikan di Barat yang bertitik tolak dari filsafat pragmatism yang mengukur kebenaran menurut kepentingan waktu, tempat, situasi dan berhenti pada garis hayat, yang bertitik tolak dari filsafat pendidikannya adalah kegunaan atau utilitas,9 yang diukur dari kepentingan duniawi. Oleh karena itu, fungsi pendidikannya tidaklah sampai untuk menciptakan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di akhirat.

Sesuai dengan karakteristik manusia seperti yang disebutkan sebelumnya, maka pendidikan Islam berusaha mengembangkan semua aspek dan daya yang ada pada manusia secara seimbang. Dengan mengembangkan semua aspek (badan, akal, dan qalb) pendidikn Islam bukan seperti pendidikan Yunani kuno yang menitikberatkan pendidikan fisik dan bukan seperti pendidikan agnotisisme yang mengutamakan aspek kejiwaan dengan mematikan hasrat jasmani. b. Keseimbangan antara jasmani dan rohani

Suatu kenyataan yang tidak bisa diingkari bahwa manusia lahir di dunia dibekali dengan kecenderungan pembawaan sdaya imaginasi dan akal yang berbeda. Perbedaan ini daalam psikologi disebut farq al-fadiyah yang meliputi aspek fisik dan psikis (jasmani dan rohani) Allah Pendidikan Islam memperhatikan perbedaan fisik dan psikis seseorang sebagai salah satu factor yang hars dipertimbangkan dalam menyusun program

9

pendidikan. Prinsip ini didasarkan atas pandangan filosofis bahwa tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah untuk menumbuhkembangkan aspek fisik dan psikis anak. Oleh sebab itu pendidikan islam bertanggungjawab dalam pengembangan setiap individu anak sesuai dengan tabiat masing-masing.

c. Keseimbangan antara individu dan masyarakat

Dari segi lain, pendidikan Islam berusaha pula mengembangkan aspek kemasyarakatan berupa kasih mengasihi, hormat menghormati sesame muslim. Persaan seperti apabila sudah tertanam dalam jiwa seseorang dapat menimbulkan tindakan positif berupa tolong menolong menjauhkan segala sesuatu yang dapat merugikan orang lain.

4. Prinsip pendidikan adalah pendidikan yag universal

Prinsip ini maksudnya adalah pandangan yang menyeluruh pada aspek kehidupan manusia. Pendidikan Islam yang berdasarkan prinsip ini, bertujuan untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membangun segala aspek kepribadian manusia dan segala potensi dan dayanya. Juga mengambangkan segala segi kehidupan dalam masyarakat, seperti social_budaya, ekonomi, politik, dan berusaha turut serta menyelesaikan masalah-masalah masyarakat masa kini danm bersiap menghadapi tuntutan-tuntutan masa depan dan memelihara sejarah dan kebudayaannya.10

Menurut Muhammad Munir Musyi, yang dimaksud dengan prinsip ini adalah pendidikan Islam itu hendaknya meliputi seluruh aspek kepribadian manusia dan hendahknya melihat manusia itu dengan pandangan yang menyeluruh yang terdiri dari aspek jiwa, badan dan akal sehingga nantinya pendidikan Islam itu diarahkan pada pendidikan jasmani dan pendidikan akal.11 Zakiyah Derajat, menggunakan istlah manusia seutuhnya dalam menjelaskan prinsip universal ini. Menurutnya,

10

Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan¸( Jakarta: Bulan Bintang,) hal 57. 11

Muhammad Munir Mursyi, Tarbiyahtul Islamiyah, (Qahirah: Alam Al-Kutub, 1982) hal 58.

pendidikan Islam itu seharuslah menumbuhsuburkan dimensi fisik, akal, agama, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan soail masyarakat secara seimbang, serasi dan terpadu sehingga membawa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.12

5. Prinsip pendidikan Islam adalah pendidikan yang dinamis

Pendidikan Islam dalam prinsip ini tidak statis dalam tujuan materi, kurikulum media, dan metodenya tetapi ia selalu membaharui diri dan berkembang. Ia memberika respon terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan dan perubahan social yang tidak bertantangan dengan ajaran dasar Islam. Begitu juga ia member respon terhadap kepentngan individu dan masyarakat dan syariat Islam memeliharanya, dan ia juga selalu membaharui diri untuk berkembangan.13 Di antara cara-cara pembaharuan dalam pendidikan adalah dengan memperbanyak penelitian dan eksperimen dalam pendidikan, dan bersifat terbuka terhadap perubahan.

Pendidikan Islam berusaha mengadakan perubahan yang diinginkan oleh individu dan masyarakat. Pada hakikatnya pendidikan itu merupakan proses perubahan tingkah laku, oleh karena itu memerlukan kedinamisan.14

B.Sistem Pendidikan Islam

Secara umum sistem dimaknai sebagai suatu kesatuan unsure-unsur yang paling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran. Istilah system itu sendiri merupakan kata yang berasal dari Yunani systema, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.15 Pendidikan

12

Zakiyah Derajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1994, hal 19.

13

Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan¸( Jakarta: Bulan Bintang,) hal 443.

14

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, hal 53. 15

Zurinal dan Wahyu Sayuti, Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2006, hal 57.

merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian utama. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan pada diri anak. Proses pendidikan ini dikemas dalam suatu system yang paling berkaitan antara satu unsure dengan unsure lainnya. Pendidikan dalam Islam mempunyai system yang dapat dijadikan dasar dalam pengambangan pendidikan secara operasional.

Unsure-unsur yang saling terkait dalam system pendidikan terdiri dari atas komponen-komponen: tujuan, anak didik, pendidik, lingkungan dan alat pendidikan.

1. Pengertian Sistem Pendidikan Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa system bearti perangkat unsure yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandanga, teori, asas, dan sebagainya. System juga diartikan dengan metode.16

Kalau dikaitkan dengan pengertian dan tujuan pendidikan Islam, maka dapat dipahami bahwa system pendidikan Islam adalah seperangkat unsure yang terdapat dalam pendidikan yang berorientasi pada ajaran Islam yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan dalam mencapai tujuan yaitu membentu kepribadian yang utama.17

2. Teori Pengembangan Pendidikan Islam

System pendidikan Islam yang ada sekarang ini merupakan pengembangan dari system pendidikan terdahulu. Jika ditinjau secara historis, system pendidikan Islam yang pertama kali terdiri dari dua komponen yaitu tujuan dan alat pendidikan. Kemudian mengalami perkembangan sehingga komponen system pendidikan itu terdiri dari atas tujuan, pendidik, anak didik, sarana dan lingkungan.

a) Tujuan

16

DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesi, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, hal 950. 17

Armey Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, hal 70.

Secara terminologis tujuan dapat diatikan sebagai perbuatan yang diarahkan kepada suatu sasaran khusus. Tujuan dalam proses pendidikan Islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak ingin dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.18

Untuk menjabarkan tujuan pendidikan Islam tidak dapa dilakukan tanpa melihat komponen-komponen dasar yang ada pada manusia. Sifat dasar yang ada pada manusia adalah tubuh, ruh, dan akal. Tujuan umum pendidikan Islam harus dibangun berdasarkan ketiga komponen ini yang masing-masing harus dipelihara sebaik-baiknya. Tujuan ini terdiri dari atas:

1) Tujuan pendidikan jasmani. Tujuan ini berkaitan dengan keadaan fisik manusia.

2) Tujuan pendidikan ruhani. Tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian yaitu manusia dapat berhubungan dengan Allah secara terus menerus.

3) Tujuan pendidikan akal. Tujuan ini menekankan kepada perkembangan intelegensi manusia, diharapkan agar para pelajar dapat berpikir secara kreatif, inovatis, dan spekulatif berdasarkan ajaran Islam.

Secara esensial, tujuan pendidikan Islam adalah sama yaitu membentuk kepribadian muslim yang taat kepada Allah SWT. Para ahli berbeda dalam memformulasikan tujuan pendidikan Islam namun kesemuanya mengacu kepada satu tujuan yaitu membentuk pribadi muslim yang selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah membentuk akhlak yang baik mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sedangkan Athiyah Al-Abrasyi menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membidik budi pekerti. Demikian juga Muhammad Yunus

18

berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah menyiapkan anak didik mampu mengamalkan ibadah baik duniawi dan ukhrawi. b) Pendidik

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggngjawab memberi bimbingan atau bantuan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaanya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di muka bumi, sebagai makhluk bumi, sebagai makhluk social dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.19 Pendidik mempunyai tugas yang sangat penting dalam proses pendidikan diantaranya adalah:

1) Membimbing, mencari pengenalan terhadap kebuuhan dan kesanggupan pelajar.

2) Menciptakan situasi pendidikan yaitu kondusif, dimana seluruh tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan seluruh tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik sehingga mencapai hasil yang memuaskan.

3) Memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan yang diperlukan untuk diamalkan dan diyakininya. Al-Ghazali menasehati para pendidik agar memeliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Mempunyai rasa kasih sayang kepada anak didik. b. Tidak mengharapkan balas jasa.

c. Mencegah anak didik dari akhlak yang tidak baik.

d. Supaya memperhatikan tingkat akal pikiran anak didik dan berbicara kepada mereka sesua dengan tingkat akal pikirannya. e. Jangan memperlihatkan adanya kontradiksi antara perkataan

dan perbuatan.

f. Berikan nasihat kepada anaka didik dalams etiap kesempatan. g. Jangan menimbulkan rasa benci kepada murid mengenai caba

suatu cabang ilmu.

19

Teori-teori pendidikan Islam di atas, menunjukkan bahwa pendidik tidaklah mudah sebab pedidik memegang perana yang sangat penting dalam proses pendidikan. Pertanggungjawaban hasil pendidikan terletak dalam tangan pendidik. Oleh sebab itu tanggung jawab pendidik berat tapi mulia.

c) Anak didik

Al-Ghazali menjelaskan tugas dan kewajiban anak didik pada

Dokumen terkait