• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

B. Sistem Pendidikan Islam

Secara umum sistem dimaknai sebagai suatu kesatuan unsure-unsur yang paling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran. Istilah system itu sendiri merupakan kata yang berasal dari Yunani systema, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.15 Pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian utama. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan pada diri anak. Proses pendidikan ini dikemas dalam suatu system yang paling berkaitan antara satu unsure dengan unsure lainnya. Pendidikan dalam Islam mempunyai system yang dapat dijadikan dasar dalam pengambangan pendidikan secara operasional.

Unsure-unsur yang saling terkait dalam system pendidikan terdiri dari atas komponen-komponen: tujuan, anak didik, pendidik, lingkungan dan alat pendidikan.

1. Pengertian Sistem Pendidikan Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa system bearti perangkat unsure yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandanga, teori, asas, dan sebagainya. System juga diartikan dengan metode.16

Kalau dikaitkan dengan pengertian dan tujuan pendidikan Islam, maka dapat dipahami bahwa system pendidikan Islam adalah seperangkat unsure yang terdapat dalam pendidikan yang berorientasi pada ajaran Islam yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan dalam mencapai tujuan yaitu membentu kepribadian yang utama.17

15

Zurinal dan Wahyu Sayuti, Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2006, hal 57.

16

DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesi, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, hal 950. 17

Armey Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, hal 70.

2. Teori Pengembangan Pendidikan Islam

System pendidikan Islam yang ada sekarang ini merupakan pengembangan dari system pendidikan terdahulu. Jika ditinjau secara historis, system pendidikan Islam yang pertama kali terdiri dari dua komponen yaitu tujuan dan alat pendidikan. Kemudian mengalami perkembangan sehingga komponen system pendidikan itu terdiri dari atas tujuan, pendidik, anak didik, sarana dan lingkungan.

a) Tujuan

Secara terminologis tujuan dapat diatikan sebagai perbuatan yang diarahkan kepada suatu sasaran khusus. Tujuan dalam proses pendidikan Islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak ingin dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.18

Untuk menjabarkan tujuan pendidikan Islam tidak dapa dilakukan tanpa melihat komponen-komponen dasar yang ada pada manusia. Sifat dasar yang ada pada manusia adalah tubuh, ruh, dan akal. Tujuan umum pendidikan Islam harus dibangun berdasarkan ketiga komponen ini yang masing-masing harus dipelihara sebaik-baiknya. Tujuan ini terdiri dari atas:

1) Tujuan pendidikan jasmani. Tujuan ini berkaitan dengan keadaan fisik manusia.

2) Tujuan pendidikan ruhani. Tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian yaitu manusia dapat berhubungan dengan Allah secara terus menerus.

3) Tujuan pendidikan akal. Tujuan ini menekankan kepada perkembangan intelegensi manusia, diharapkan agar para pelajar dapat berpikir secara kreatif, inovatis, dan spekulatif berdasarkan ajaran Islam.

18

Secara esensial, tujuan pendidikan Islam adalah sama yaitu membentuk kepribadian muslim yang taat kepada Allah SWT. Para ahli berbeda dalam memformulasikan tujuan pendidikan Islam namun kesemuanya mengacu kepada satu tujuan yaitu membentuk pribadi muslim yang selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah membentuk akhlak yang baik mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sedangkan Athiyah Al-Abrasyi menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membidik budi pekerti. Demikian juga Muhammad Yunus berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah menyiapkan anak didik mampu mengamalkan ibadah baik duniawi dan ukhrawi. b) Pendidik

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggngjawab memberi bimbingan atau bantuan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaanya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di muka bumi, sebagai makhluk bumi, sebagai makhluk social dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.19 Pendidik mempunyai tugas yang sangat penting dalam proses pendidikan diantaranya adalah:

1) Membimbing, mencari pengenalan terhadap kebuuhan dan kesanggupan pelajar.

2) Menciptakan situasi pendidikan yaitu kondusif, dimana seluruh tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan seluruh tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik sehingga mencapai hasil yang memuaskan.

3) Memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan yang diperlukan untuk diamalkan dan diyakininya. Al-Ghazali menasehati para pendidik agar memeliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Mempunyai rasa kasih sayang kepada anak didik. b. Tidak mengharapkan balas jasa.

19

c. Mencegah anak didik dari akhlak yang tidak baik.

d. Supaya memperhatikan tingkat akal pikiran anak didik dan berbicara kepada mereka sesua dengan tingkat akal pikirannya. e. Jangan memperlihatkan adanya kontradiksi antara perkataan

dan perbuatan.

f. Berikan nasihat kepada anaka didik dalams etiap kesempatan. g. Jangan menimbulkan rasa benci kepada murid mengenai caba

suatu cabang ilmu.

Teori-teori pendidikan Islam di atas, menunjukkan bahwa pendidik tidaklah mudah sebab pedidik memegang perana yang sangat penting dalam proses pendidikan. Pertanggungjawaban hasil pendidikan terletak dalam tangan pendidik. Oleh sebab itu tanggung jawab pendidik berat tapi mulia.

c) Anak didik

Al-Ghazali menjelaskan tugas dan kewajiban anak didik pada bagian khusus dari kitabnya “ihya ulumuddin” dan “minhaj al-amal

yaitu:

1) Mendahulukan kesucian dari kerendahan akhlak dan sifat-sifat tercela.

2) Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan. 3) Jangan menyombongkan ilmnya dan menentang gurunya.

4) Mengetahui kedudukan ilmu penhetahuan, seorang pelajar harus mendahulukan ilmu pengetahuan yang pokok dan mulia kemudian ilmu pengetahuan yang penting, lalu ilmu pengetahuan yang sebagai pelengkap.20

Sejarah telah mencatat bahwa orang-orang yang berhasil dalam pendidikan pada umumnya adalah mereka yang mengikuti pelajaran dengan tekun, mengulang pelajaran yang diberikan, dan mentaati dalam

20

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk dari Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) h. 71

peraturan yang diberlakukan di lembaga pendidikan dimana mereka belajar

d) Sarana

Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang sengaja diadakan untuk mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Sarana pendidikan dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Sarana Fisik Pendidikan, dibagi menjadi: a. Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Lembaga pendidikan ini dapat berbentuk forma, informal, dan non-formal.21

b. Media Pendidikan

Media ini berarti alat-alat atau benda-benda yang dapat membantu kelancaran proses pendidikan yang pada masa klasik sudah memadai sesuai dengan zamannya lalu mulai meningkat pada masa pertengahan dan pada masa modern. Alat-alat tersebut juga semakin canggih dan mutakhir yang dapat kita saksikan sekarang ini.22

2) Sarana Non-Fisik Pendidikan

Yaitu alat pendidikan yang tidak berupa bangunan tetapi berupa materi atau pokok-pokok pikiran yang membantu kelancaran proses pendidikan. Sarana pendidikan non-fisik terdiri dari: a. Kurikulum

Merupakan bahan-bahan pelajaran apa saja yang harus disajkan dalam proses pendidikan dalam suatu system

21

Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung; Al-Ma’arif, 1989),

h. 57 22

Armey Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 79

institusional pendidikan. Dalam ilmu pendidikan Islam kurikulum merupakan komponen yang amat penting karena kurikulum itu sendiri merupakan bahan-bahan ilmu pengethuan yang diproses di dalam system kependidikan Islam. Di samping itu kurikulum dapat berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan itu.23

b. Metode

Metode dapat diartikan sebagai cara mengajar untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode dapat memperlancar proses pendidikan sehingga tujan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Pengembangan metode dalam system pendidikan Islam dapat dilihat dari historisnya: metode ceramah, metode hafalan, metode membaca, metode tanya-jawab, metode diskusi, dan lain-lain.24

c. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu cara memberikan penilain terhadap hasil belajar murid. Evaluasi dapat berbentuk tes dan non-tes. Teknik tes yang diutamakan adalah penilaian hasil belajar, berupa tulisan seperti tes essay, tes objektif dan sebagainya. Sedangkan bentuk teknik non-tes yang ditemukan adalah tingkah laku yang terdiri dari atas penilaian terhadap penilaian, ucapan, pengendalian diri, nalar, dan pengalaman.

d. Managemen

Pengelolaan yang baik dan terarah sangat diperlukan dalam mengelolah lembaga pendidikan agar tujaun yang diharapkan dapat tercapai. Pengembangan system pendidikan Islam membutuhkan manajemen yang baik. Prencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penempatan pegawai, dan pengawasan yang baik akan memperkuat pendidikan Islam

23

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994, ) h 183 24

Armey Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,( Jakarta: Ciputat Press, 2002, )h. 82

sehingga out-put yang dihasilkan akan berkualitas dan dapat menjawab tantangan zaman.

e. Landasan Dasar

Pendidikan Islam membutuhkan Undang-undang sebagai acuan untuk mencapai tujuan. Secara umum, UU pendidikan Islam mengacu kepada Al-quran dan Hadits, secara konstitusional juga mengikuti Undang-undang pendidikan yang terdapat di Negara seperti UUSPN.

f. Mutu Pelajaran

Mutu pelajaran harus ditingkatkan dan diusahakan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Peningkatan mutu pelajaran tidak terlepas dari peningkatan kualitas pengajar. Kualitas tenaga pengajar ini dapat diusahakan melalui bimbingan, penataran, pelatihan dan sebagainya.

g. Keuangan

Pendidikan Islam sekarang telah berbentuk lembaga-lembaga formal. System ini menyebabkan perlunya pengelolaan keuangan yang membantu kelancaran proses pendidikan. Masalah keuangan dikelola dibagian administrasi lembaga pendidikan yang biasanya dipegang oleh bendahara.

e) Lingkungan Pendidikan

Lingkungan diartikan dengan segala sesuatu yang berada di luar individu anak didik yang memberi pengaruh terhadap perkembangan dan pendidikannya. System pendidikan Islam dikenal tiga lingkungan pendidikan, yaitu:

1. Lingkungan keluarga, lingkungan ini merupakan lingkungan pertama yang dialami anak didik. Di lingkungan keluarga pemeliharaan dan pembiasaan sangat mengundang peranan penting. Dalam hal ini Al-Ghazali mengatakan bahwa anak adalah anamat Tuhan kepada orang tua, hatinya suci dan bersih dari

segala goresan dan bentuk, ia masih menerima segala apa yang digoreskan dan dibentuk kepadanya.

2. Lingkungan sekolah, lingkungan sekolah memegang peran penting untuk memenuhi kebuthan dan merupakan kelanjutan dari pendidikan yang diterima dalam di lingkunga keluarga. Pendidikan di sekolah diarahkan untuk melatih pengembangan daya intelektual anak didik dengan memberikan materi yang sesuai tingkat usia dan kematangan.

3. Lingkungan masyarakat, perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat yang menghargai ajaran silam akan menjadikan anak cinta dan rajin untuk mengamalkan ajaran Islam, demikian sebaliknya. Lingkungan masyarakat sangat membantu usaha-usaha pendidikan dalam bidang pembiasaan, pemberian ilmu-ilmu pengetahuan, dan kesusilaan juga dalam pembentukkan wawasan keagamaan.

Dokumen terkait