• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relevansi Penokohan dan Nilai Pendidikan Budi Pekerti sebagai Materi Ajar Apresiasi Sastra Jawa di SMA

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jika demikian kurikulum merupakan satu kesatuan fungsi antara rencana, tujuan, isi, bahan, dan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Sehubungan dengan undang-undang tersebut maka kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman dan merumuskan apa yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggaraa pendidikan yang

commit to user

berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.

Pembelajaran bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat memahami dan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan Jawa. Pembelajaran yang demikian tersebut disusun pula dengan cara disesuaikan kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi Abad 21. Pada abad ini kreativitas dan komunikasi amatlah penting. Atas dasar itu, maka rumusan kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan dipergunakan dalam kurikulum ini. hal tersebut tercantum dalam silabus.

Pengembangan kurikulum yang diterapkan pada Kurikulum 2013 mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Silabus merupakan penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Konsep tersebut memberikan peluang sekolah merumuskan dan menyusup silabusnya. Tetapi tidak berarti Kurikulum 2013 menekankan hanya pada pencapaian tujuan pendidikan saja. Penekanan tersebut berlaku pada standar kompetensi, pemerintah memberikan peraturan untuk menyusun materi pembelajaran sedangkan guru menentukan silabus yang sesuai dengan tujuan dan karakter sekolah. Dengan demikian, guru dan sekolah diberi kebebasan untuk menjabarkan materi dan mengembangkan indikator-indikator sehingga materi pembelajaran yang diajarkan selaras dengan karakteristik siswa dan potensi daerah setempat dengan tetap mempertimbangkan peraturan pemerintah. Dari sini maka guru dituntut untuk memahami kurikulum dan mampu menyajikan bahan pembelajaran yang menarik minat peserta didik.

Kurikulum 2013 untuk bahasa Jawa di SMA mencantumkan apresiasi novel Jawa berupa petikan teks novel Jawa sebagai materi pembelajaran kelas XI

commit to user

semester ganjil apresiasi sastra Jawa siswa dituntut untuk dapat menganalisis unsur pembangun novel dan nilai-nilai pitutur luhur. Penjelasannya, siswa tidak hanya mampu membaca petikan novel Jawa tetapi lebih mendalam siswa mampu memahami nilai-nilai budi pekerti yang terdapat di dalamnya. Pada bagian materi ajar guru diberi kebebasan untuk menentukan bahan ajar yang berkualitas, sesuai dengan kebutuhan siswa dan mampu menjadi sarana penanaman nilai pendidikan budi pekerti. Hal ini selaras dengan harus adannya pembentukan sikap siswa dalam proses pembelajaran. Nilai pendidikan budi pekerti dalam novel Ngulandara dapat menjadi contoh oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat pada kutipan silabus Kurikulum 2013 berikut.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk SMA kelas XI semester ganjil berkenaan dengan apresiasi karya sastra Jawa yaitu novel. Dalam silabus disebutkan pembelajaran novel Jawa berupa petikan teks novel Jawa. Maka novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dapat menjadi materi novel karena sudah terbagi atas beberapa bab, dengan penceritaan yang menarik akan mampu menarik peserta didik untuk mempelajarinya.

Kelas XI semester ganjil Kompetensi Inti 3 yaitu Kompetensi Dasar pengetahuan memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi Dasar yaitu menganalisis unsur-unsur pembangun, menyimpulkan nilai-nilai yang terkandung di dalam dan mengevaluasi relevansi pitutur luhur dengan kondisi masyarakat saat ini petikan teks novel secara lisan atau tulisan.

commit to user

a. Kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur pembangun, menyimpulkan nilai-nilai yang terkandung di dalam dan mengevaluasi relevansi pitutur luhur dengan kondisi masyarakat saat ini petikan teks novel secara lisan atau tulisan.

Novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dapat dijadikan sebagai novel yang dapat dianalisis siswa. Novel ini dapat disampaikan dengan media cetak berupa petikan teks novel Ngulandara. Unsur-unsur yang dimiliki novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dapat dipahami siswa dan sesuai dengan kebutuhan siswa SMA, sebagai contoh pada bab 1 novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja yang berjudul oto mogok. Bab ini memiliki unsur-unsur yang lengkap dan mengandung nilai pendidikan budi pekerti yang layak untuk dikaji. Siswa diajak untuk menganalisis unsur-unsur dan menyimpulkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang terdapat novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dan dalam menganalisis nilai budi pekerti dapat dilihat salah satunya dari penokohan.

Analisis unsur-unsur pembangun dan nilai-nilai pendidikan dapat dideskripsikan dalam kajian berikut ini: 1) tema, 2) alur, 3) latar, 4) sudut pandang, 5) amanat 6) penokohan dan 7) nilai pendidikan budi pekerti dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ahmad Nugraha (dosen sastra nusantara UGM dan pakar sastra) yang menyebutkan bahwa novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja sangat kaya dengan nilai budi pekerti dan untuk anak SMA novel ini dalam pembelajarannya harus didampingi oleh guru. Nugraheni Eko Wardani (dosen FKIP UNS dan pakar sastra) memiliki pendapat yang hampir sama bahwa novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja memang membutuhkan bimbingan guru karena ada beberapa kata yang sekarang tidak familiar di kalangan pembaca.

b. Kompetensi dasar menginterpretasi isi dan menceritakan kembali petikan novel yang dibacanya.

Novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dapat dijadikan sebuah contoh novel yang akan diinterpretasi oleh siswa. Untuk dapat menceritakan

commit to user

kembali petikan novel yang dibaca maka perlu memahami struktur dan nilai pendidikan terlebih dahulu. Dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja memiliki nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang tercermin dari penokohan di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngatiyem (Guru bahasa Jawa SMA Negeri 1 Karanganyar) yang menyatakan bahwa novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja merupakan novel yang memiliki nilai pendidikan yang baik untuk membentuk karakter siswa dan lagi dalam satu bab dapat dijelaskan hal apa saja yang mampu dijadikan pembelajaran untuk siswa baik dari segi struktur novel ataupun nilai yang dapat digunakan sebagai pemicu pendidikan karakter siswa. Selaras dengan pendapat tersebut Vitalia Magistra (Guru bahasa Jawa SMA Batik 2 Surakarta) yang menyebutkan dalam menyajikan materi ajar berupa petikan novel dapat mengambil novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja sebagai alternatif karena sudah terdiri dari beberapa bab yang masing-masing bab memiliki struktur dan nilai-nilai pendidikan yang baik sehingga siswapun akan tertarik mempelajari. Walaupun bahasa yang digunakan adalah bahasa krama namun hal ini tidak akan menjadi terkendala karena guru akan membimbing siswa dalam belajar.

Berdasarkan kedua kompetensi dasar mengenai memahami dan menginterpretasi petikan teks novel Jawa memerlukan proses pemahaman untuk menyerap gagasan, pengalaman dan pesan yang ditulis pengarang. Penggunaan materi ajar novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dalam pembelajaran apresiasi sastra Jawa merupakan pemilihan materi ajar yang dapat digunakan untuk memahami isi novel.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dapat dijadikan materi ajar bahasa Jawa di SMA. Hal tersebut dikarenakan novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja mengandung nilai-nilai pendidikan budi pekerti dan unsur pembangun yang dapat dipahami. Dengan demikian Kompetensi Inti mata pelajaran bahasa Jawa yang meliputi kompetensi dasar seperti telah diuraikan diatas, guru dapat

commit to user

Novel ini memiliki keunikan karena bahasanya yang menggunakan bahasa krama namun untuk anak SMA bahasa yang digunakan dalam novel ini tidak terlalu sulit mengingat tingkat pembelajaran sastra semakin tinggi jenjang pendidikan tentunya kesulitannya akan disesuaikan (Nugraha: 4)

merelevankan antara materi yang akan diajarkan kepada peserta didiknya terhadap Kompetensi dasar yang diinginkan dalam Kompetensi Inti.

Kelayakan novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja sebagai materi pembelajaran diperkuat dengan wawancara yang dilakukan pada siswa sebagai subjek pembelajaran, guru sebagai pembimbing pengajaran serta para pakar sastra dan pakar linguistik yang telah membaca novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja. Peserta didik dapat memahami unsur pembangun dan nilai-nilai pendidikan budi pekerti serta menginterpretasi novel dengan menggunakan novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja melalui penokohan di dalamnya. Novel tersebut layak dijadikan materi pembelajaran mengingat materi yang dipilih hendaknya valid untuk mencapai tujuan pengajaran sastra, materi tersebut harus bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik, serta berada dalam batas keterbacaan dan intelektual peserta didik. Hal itu sesuai dengan pendapat Semi (1993: 13) bahwa ciri materi ajar yang baik salah satunya adalah bahan atau materi berada dalam batas keterbacaan dan intelektual pesera didik, artinya bahan tersebut dapat dipahami, ditanggapi dan diproses peserta didik sehingga mereka merasa pengajaran sastra merupakan pengajaran yang menarik, bukan pengajaran yang berat. Secara terperinci materi pembelajaran terdiri dari keterampilan sikap religius dan sosoal, pengetahuan dan keterampilan. Novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja mudah dipahami oleh siswa walaupun menggunakan bahasa krama. Seperti yang dikatakan oleh Ahmad Nugraha,

Novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja layak dijadikan materi pembelajaran karena di dalamnya mengandung unsur pembangun diantarannya adalah penokohan yang mana dalam penokohan tersebut dianalisis berdasarkan jenis tokoh, keterlibatannya dalam cerita serta penggambaran tokoh. Hal itu

commit to user

Penokohan dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dapat dijadikan refleksi peserta didik bagaimana cara memahami karakter orang lain dan juga dalam hal ini pengarannya menggambarkan penokohan dengan lengkap baik car berpakaian, atau tingkah laku semuanya di gambarkan dengan baik. (Wardani: 3)

Selain bahasanya yang indah dalam menggambarkan tokoh, keadaan latar, dan pesan di dalamnya, nilai-nilai yang ada di dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja sangat baik untuk menumbuh kembangkan karakter siswa. (Magistra: 6)

akan merangsang imajinasi peserta didik dalam mewujudkan tokoh tersebut, seuai dengan ciri materi ajar bahwa materi ajar haruslah dapat mengembangkan insting estetis dan daya imajinasi siswa. Uraian tersebut selaras dengan pendapat Winkel (1996: 297) bahwa materi ajar yang baik haruslah dapat memotivasi siswa untuk dapat berpikir sendiri maupun melakukan berbagai kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugraheni Eko Wardani,

Dasar pemilihan bahan ajar yang baik menurut Semi bahan ajar harus bermakna dan bermanfaat jika ditinjau dari segi kebutuhan peserta didik yang meliputi kebutuhan pengembangan insting estetis dan etis, imajinasi dan daya kritis (Semi, 1993: 13). Keunggulan novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja daripada novel-novel jawa saat ini adalah keindahan bahasanya dan juga nilai-nilai yang sangat relevan dan diperlukan peserta didik untuk menyikapi kondisi sosial saat ini. hal ini sesuai dengan pernyataan Vitalia Magistra,

Materi pembelajaran yang baik dan tepat perlu mendapat dukungan dari tenaga pendidik. Bagaimanapun juga dua hal itu tidak bisa dipisahkan. Sebaik apapun atau setepat apapun materi yang ingin disampaikan tetapi apabila tenaga pendidiknya tidak ada minat di dalamnya tentu akan mengalami pengabaian tujuan yang harusnya dapat dicapai. Guru memiliki pekerjaan yang tidak hanya sebagai fasilitator saja melainkkan juga sebagai motivator dan evaluator siswa dalam belajar. Jika guru memiliki minat sastra yang tinggi maka kemungkinan besar pembelajaran sastra novel tidak akan diabaikan atau

commit to user

Selama ini pembelajaran novel cenderung monoton tidak ada pembaruan materi yang digunakan pun hanya itu-itu saja. Perlu adannya inovasi menegani materi novel agar siswa lebih tertarik dan mau mempelajarinya.(Ngatiyem: 5)

Pembelajaran novel memang sulit untuk menemukan materi novel yang cocok dengan kebutuhan peserta didik, banyak novel saat ini yang menyimpang dari kriteria materi yang baik. Novel saat ini terkadang memuat hal yang tidak pantas seperti perselingkuhan atau kehidupan rumah tangga yang berantakan. Hal tersebut harus dihindari oleh guru, pemilihan materi harus dapat dikemas denga sopan dan baik. (Magistra: 7)

diajarkan sembarangan. Ditambah dengan dukungan sistem yang jelas, akan memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran sastra di SMA. Hal ini didasarkan pada pendapat Sani dan Kurniasih (2014: 25-26) bahwa materi pembelajaran yang baik harus sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa tentunya. Pendapat tersebut diperjelas dengan pemaparan Ngatiyem bahwa,

Kondisi materi pembelajaran juga berpengaruh terhadap pencapaian Kompetensi dasar apresiasi sastra Jawa. Kondisi tersebut dipertegas dengan pendapat Vitalia bahwa,

Kondisi demikian dapat terjadi pada bahasa novel. Bahasa memang tergantung seberapa banyak kosa kata yang dikuasai oleh siswa. Apalagi yang bersangkutan menggunakan bahasa krama. Tetapi jika guru bisa mengarahkan keinginan belajar siswa maka tidak akan terjadi yang namanya malas melainkan keinginan yang tinggi untuk mempelajari hal baru. Pendapat tersebut diperjelas dengan pemaparan Ngatiyem bahwa,

Novel Ngulandara dilihat dari segi keterbacaan, dinilai siswa mudah karena bahasa yang digunakan walaupun menggunakan bahasa Jawa ragam krama. Karena merupakan percakapan sehari-hari sehingga siswa tidak terlalu sulit untuk memahami seperti pendapat Firda Nurul Fauziyah,

Kata-kata yang sulit atau sudah tidak relevan saat ini dapat dibimbing oleh guru untuk memahaminya, karena memang bahasa zaman novel itu dibuat berbeda dengan saat ini. (Ngatiyem: 6)

commit to user

Cerita yang dikisahkan dalam novel ini pun menarik dan mampu memberi motivasi siswa untuk belajar dan memahami lebih dalam mengenai novel Ngulandara. Novel tersebut menceritakan mengenai seseorang yang mengembara mencari jati diri dalam perjalanannya mengalami kesulitan dan kesusahan namun akhirnya menemukan kebahagiaan. Seperti yang dikatakan Alfiani,

Penelitian mengenai unsur penokohan dan nilai pendidikan budi pekerti dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja serta relevansinya sebagai materi ajar dapat membantu siswa dalam mengidentifikasi unsur pembangun novel seperti tema, alur, latar, sudut pandang, amanat dan penokohan. Penelitian ini akan memberikan informasi pada siswa tentang analisis penokohan dan nilai pendidikan budi pekerti pada lirik lagu dan relevansinya sebagai materi ajar merupakan hal yang penting untuk diteliti. Penelitian ini digagas untuk mengetahui dari hasil analisis tentang variasi pembelajaran yang nantinya dapat membantu guru sebagai cara membangkitkan motivasi, keingintahuan, dan minat dari peserta didik. Hal tersebut terkait dengan novel Jawa yang tidak familiar dikalangan peserta didik. Tinggal bagaimana guru dapat mengarahkannya ke jalur yang positif. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari sikap religius, pengetahuan dan keterampilan.Dengan demikian, dapat diartikan bahwa novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja dapat digunakan sebagai materi pembelajaran bahasa Jawa.

Kata-katanya lumayan dapat dipahami, ada yang sulit tapi guru memberi penjelasan arti dan maknanya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam memahami maksud ceritanya. (Fauziyah: 4)

Ceritanya bagus ingin sekali membaca inginnya membaca selanjutnya, penasaran ceritanya bagaimana. Tokoh Rapingun ini kasihan sekali ia harus menderita karena mengembara, namun akhirnya ia bahagia dengen menikahi Raden Ajeng Tien.

commit to user

B. Pembahasan

Penelitian ini berjudul Analisis Penokohan dan Nilai Pendidikan Budi Pekerti dalam Novel Ngulandara Karya Margana Djajaatmadja serta Relevansinya sebagai Materi Ajar Apresiasi Sastra Jawa di SMA dengan rumusan masalah yang pertama berkaitan dengan unsur penokohan dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja. Temuan yang didapatkan akan dianalisis dengan teori Abrams yakni A Glossary of Literary Terms, Semi mengenai Penokohan Karya Fiksi dan Sayuti yakni Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Rumusan masalah yang kedua mengenai nilai pendidikan budi pekerti yang terdapat dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja yang selanjutnya dianalisis menggunakan teori Suparno dkk. yakni Nilai Pendidikan Budi Pekerti untuk SMU/SMK. Setelah memaparkan temuan tentang penokohan dan nilai pendidikan budi pekerti, pembahasan selanjutnya akan berkenaan dengan relevansinya sebagai materi ajar apresiasi sastra Jawa di SMA

1. Unsur Intrinsik Novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja. a. Tema

Pengertian tema untuk penelitian ini merujuk pada pendapat Waluyo (2011: 8) yang menyatakan bahwa tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Tema merupakan gagasan dasar bagi terciptanya sebuah karya sastra, sebagai sebuah gagasan dasar tema merupakan sesuatu yang netral, tidak memihak. Selanjutnya melengkapi pendapat di atas Fananie (2000: 84) menyatakan tema dapat berupa apa saja, persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, masalah tradisi atau apa saja yang erat kaitannya dalam kehidupan yang disesuaikan dengan zamannya. Novel Ngulandara terdiri atas empat belas bagian, setiap bab memiliki tema tersendiri. Berikut merupakan tema temuan peneliti yang berkaitan dengan persoalan etika, moral, tradisi, sosial budaya pada zaman novel tersebut dibuat.

Berdasarkan teori di atas dan temuan peneliti tema novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja adalah perjuangan hidup dan pencarian jati diri. Tema tersebut didukung dengan penemuan sub tema pada setiap sub

commit to user

judulnya yaitu, tolong menolong, menolong tanpa pamrih, saling menghargai keberagaman, pengabdian tulus tanpa pamrih, ketekunan, tata krama, tanggung jawab, pengabdian, rela berkorban, balas budi, perhatian atasan terhadap bawahannya, kesedihan, sesuatu akan indah pada saatnya, dan kebahagiaan.

Hal yang dilakukan Raden Mas Sutanta tersebut seperti tersirat dalam tembang macapat pocung karya Pakubuwana IV dalam serat Wulang Reh yang berbunyi, ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekesing dur angkara yang bermakna bahwa orang mencari ilmu atau jati diri dengan sarana berusaha mempertahankan jati diri agar terhindar dari bahaya.

b. Alur

Merujuk pada pendapat Stanton alur adalah jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang. Pengertian alur diartikan sebagai cerita yang berisi urutan kejadian, tetpi setiap kejadian itu dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa satu menyebabkan peristiwa yang lainnya (2012: 144).

Novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja memiliki alur utama karena dalam penceritaannya digambarkan secara runtut tidak menggunakan alur ganda atau alur sampingan yang menceritakan kisah lain dalam cerita, denan tahapan alur meliputi tahap Rangkaian kejadian yang menjalin alur meliputi: (1) eksposition; (2) inciting moment; (3) ricing action; (4) compication; (5) climax; (6) falling action; dan (7) denouement (Waluyo dan Wardani, 2009: 10).

Tahap eksposition pada novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja ini adalah tahap pengarang memaparkan, memperkenalkan latar cerita, tokoh, waktu, dan beberapa sumber konflik yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Awal mula diceritakan Den Bei Asisiten Wedana, istri dan anaknya saat perjalanan pulang menuju Ngadireja mobilnya mengalami kerusakan di tengah hutan daerah setelah dusun Kledung terletak di lembah

commit to user

gunung Sumbing dan Sundara yang termasuk dalam dua wilayah yaitu Parakan (Temanggung) dan Kreteg (Wanasaba).

Tahap inciting moment pengarang mulai memunculkan problem-problem yang ditampilkan kemudian ditingkatkan dan dikembangkan. Diceritakan Rapingun yang telah menolong Den Bei memperbaiki mobilnya yang rusak tidak mau diberi imbalan. Den Bei merasa berhutang budi pada Rapingun ia ingin membalasnya suatu saat nanti, ia menghafal nomor mobil yang dikendarai Rapingun dengan harapan jika bertemu lagi ia ingin memberikan hak Rapingun.

Tahap ricing action diceritakan permasalahan yang semakin kompleks yaitu saat Rapingun mengantar putri Den Bei satu-satunya Raden Ajeng Supartienah yang pergi ke Magelang di jalan dihadang oleh Hardjana. Rapingun terluka tangannya karena terkena pukulan Hardjana dan harus dirawat di rumah sakit. Rapingun merasa bingung karena ia telah merasa keluarga Den Bei begitu baik padanya, dalam dirinya ia merasa bersalah karena ia tidak akan dapat menetap di satu tempat. Ia harus tetap mengembara.

Tahap complication merupakan tahap sebelum klimaks sehingga pemicu konflik lebih ditingkatkan lagi. Diceritakan saat dirumah sakit Raden Ajeng Tien memberikan surat yang ia temukan diantara barang-barang milik Rapingun. Surat itu tak lain adalah surat dari Ibu Rapingun atau R.M Sutanta dalam surat itu tersirat kerinduan mendalam Ibunya, tetapi Rapingun masih ingin mengembara. Sebenarnya Raden Ajeng Tien telah curiga bila Rapingun adalah Raden Mas Sutanta. Ia tetap menyembunyikan jati dirinya dari Raden Ajeng Tien. Hal ini membuatnya bingung mengenai apa yang harus ia lakukan, karena ia juga tidak tega meninggalkan keluarga Den Bei yang sangat baik padanya, namun disisi lain mungkin Ibu dan Bapaknya akan mati dalam kesengsaraan karena menahan rindu padanya, ia