• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ACUAN TEORITIK

D. Siswa

2. Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini individu mengalami perubahan, baik perubahan psikis maupun fisik.

Definisi tentang masa remaja memerlukan pertimbangan tentang usia dan pengaruh faktor sosial-sejarah. Dengan batasan tersebut remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional.32

Harold Alberty (1957:86) menyatakan bahwa periode masa remaja itu kiranya dapat di definisikan secara umum sebagai suatu periode dalam

32

John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003) Ed.6, h.26

perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa dewasanya.33

Masa ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, masa ini berasal dari kata Latin “puberscere” dan berarti “bulu kemaluan” yang baru tumbuh disekitar kemaluan. Istilah lain adalah “adolesens” (Latin adolescere = menjadi dewasa).34 Orang Barat menyebut remaja dengan istilah “puber’, sedangkan orang Amerika menyebutnya “adolesensi”. Keduanya merupakan transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan di Negara kita ada yang menggunakan istilah “akil balig”, “pubertas”, dan yang paling banyak menyebutnya “remaja”.35

Remaja dalam Bahasa Arab disebut Muraahaqah yang secara terminology dapat di definisikan sebagai berikut:

“Fase pertumbuhan ketiga yang dialami oleh manusia dalam kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga tua. Ia menjadi fase yang menjadi pembatas antara fase kanak-kanak dengan fase pemuda. Dan, ia mempunyai karakteristik sebagai fase yang memiliki pertumbuhan yang cepat dalam seluruh arah pertumbuhan, baik fisik, kejiwaan, rasio maupun sosial”.36

Sedangkan mayoritas psikolog berpendapat bahwa kata muraahaqah itu berasal dari bahasa Latin, Dr. Musthafa Fahmi berkata,

“Kata muraahaqah diambil dari bahasa Latin yaitu kata adolecere. Dan pengertiannya adalah proses bertahap menuju kematangan fisik, seksual, rasio dan emosi.37

Dari beberapa uraian diatas tentang pengertian remaja penulis menyimpulkan bahwa masa remaja ialah masa peralihan dari anak-anak

33

Abin Syamsuddin Makmun M.A, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.8, h.130

34

Muh Said dan Junimar Affan, Psikologi Dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Jemmars, 1990), Ed.2, h.146

35

Zulkifli.L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.5, h.63-64

36

M. Sayyid Muhammad Az-Za’Balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), Cet.1, h.2

37

M. Sayyid Muhammad Az-Za’Balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa, h. 4

menuju dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan cepat baik fisik, seksual,rasio, emosi dan sosial. Pertumbuhan yang dimaksud ialah mulai berfungsinya organ-organ seksual, terjadi perubahan-perubahan di anggota badan yang menandakan suatu ciri-ciri adanya pertumbuhan, emosinya juga bisa lebih dikendalikan, lingkungan sosial pun sudah mulai lebih meluas dan kebanyakan lebih senang berteman berkelompok.

3. Ciri-Ciri Remaja

Pertumbuhan remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan kematangan dari setiap fungsi organ-organ tubuh, tidak hanya pada fisik saja tetapi pada kejiwaan dan seksual pun mengalami pertumbuhan. Dari kesemua arah pertumbuhan baik fisik, kejiwaan dan sosial ditandai dengan ciri-ciri tertentu, ciri-ciri itu diantaranya sebagai berikut :

a. Fisik dan Perilaku Psikomotorik

1) Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat pesat 2) Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang

3) Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu-bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian tertentu)

4) Mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis (menstruasi pada wanita dan polusi pada pria pertama kali)

b. Bahasa dan Perilaku Kognitif

1) Berkembang penggunaan bahasa sandi

2) Menggemari literatur yang mengandung segi erotik, fantastik dan erotik

3) Pengamatan dan tanggapan bersifat realisme krisis

4) Kecakapan dasar intelektual umumnya menjalani laju pertumbuhan yang terpesat

c. Perilaku sosial, Moralitas dan Religius

1) Kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri

2) Keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer 3) Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya

4) Mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya

5) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.

d. Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian

1) Lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan

2) Reaksi-reaksi dan emosinya masih labil dan belum terkendali

3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.38

E. Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Siswa

Semua anak di sekolah memerlukan seorang sosok guru yang baik, karena guru yang baik dapat menentukan tujuan dan sasaran belajar yang tentunya sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan oleh sekolah ataupun lembaga pendidikan tersebut. Selain dari pada itu, seorang guru mempunyai dampak yang besar yang tidak hanya pada prestasi belajar pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan kegiatan belajar pada umumya.

Bahkan guru-guru yang sangat baik ataupun yang buruk dapat lebih kuat mempengaruhi anak dari pada orang tua, karena guru lebih mempunyai banyak waktu dan kesempatan dalam memberikan rangsangan kepada anak. Seorang guru juga dapat melumpuhkan ataupun memacu terhadap motivasi, minat, keinginan serta semangat anak dalam belajar.

Seperti yang telah dikemukakan di pembahasan yang lalu bahwasannya guru yang kreatif lebih memberikan dorongan ataupun motivasi dalam proses pembelajaran, yakni dalam hal mendorong siswa belajar lebih banyak, mendorong siswa berfikir kreatif, mendorong siswa untuk

38

Abin Syamsuddin Makmun M.A, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, h.132-135

mengevaluasi sendiri kemajuan hasil belajarnya, serta dorongan-dorongan ataupun motivasi-motivasi yang lainnya.

Selain dari pada itu, salah satu fungsi guru itu sendiri adalah sebagai motivator bagi siswa yang senantiasa memberikan, menumbuhkan semangat kepada siswa agar secara terus menerus mempelajari ilmu pengetahuan dan berkeinginan tetap semangat untuk belajar.

Dilihat dari fungsi guru sebagai motivator bagi siswa maka sudah tentu motivasi dalam diri siswa terbangun. Motivasi itu sendiri memiliki pengertian yakni yang menurut MC. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap tujuan.

Motivasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni sebagai berikut:39 1. Motivasi Intrinsik

Yakni motivasi yang timbul dari sikap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. Sebagai missal, seseorang yang gemar membaca tidak memerlukan orang lain yang memotivasinya tetapi ia sendiri butuh, berminat atau berkemauan untuk mencari sumber-sumber bacaan dan rajin membacanya.

2. Motivasi Ekstrinsik

Yakni motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar lingkungannya. Sebagai contoh, seseorang yang berlatih atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah dan meningkatkan nama baik organisasi olah raga yang ia masuki.

Selain dari pada itu ada juga pendapat yang dikemukakan oleh Winkel (1989; 94) bentuk motivasi ekstrinsik itu diantaranya adalah: (1) belajar demi memenuhi kewajiban, (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, (3) belajar demi memperoleh hadiah, (4) belajar demi

39

Sudjana S., Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan SDM, (Bandung: Falah Production, 2000), Cet.3., h. 161-163

meningkatkan gengsi, (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru.40

Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwasannya guru yang kreatif mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Motivasi yang ada pada siswa dengan senirinya dapat menambah semangat belajar dan pada akhirnya siswa dapat menguasai pelajaran yang diterimanya.

40

Martinis Yamin., Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaubg Persada Press, 2004), Cet. 2, hal. 85-86

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait