• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Remaja

1. Pengertian Remaja

Santrock (2003) mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Menurut Konopka (dalam Yusuf, 2010) masa remaja meliputi : (1)

remaja awal: 12-15 tahun; (2) remaja madya: 15-18 tahun; (3) remaja akhir: 19-22 tahun.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Masa remaja ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Masa remaja, dengan jelas menunjukkan sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Darajat (1990: 23) mengemukakan remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan matangnya organ – organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf. 2010 : 184). Masa remaja adalah masa

peralihan dari anak – anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999 : 206).

WHO (dalam Sarwono, 2005) memberikan definisi tentang remaja sebagai individu yang memiliki 3 kriteria, yaitu kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut diterangkan sebagai berikut. Kriteria biologis remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Sedangkan dalam kriteria psikologis remaja merupakan suatu masa perkembangan psikologis individu dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam kriteria sosial ekonomi, remaja merupakan suatu masa terjadinya peralihan individu dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh menuju keadaan yang relatif lebih mandiri.

Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja ialah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan, baik itu pematangan fisik, psikologis, sosial, serta ekonomi.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (dalam Yusuf, 2010) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus.

Selanjutnya Havighurst (dalam Yusuf, 2010) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai berikut:

A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty with later task.

Havighurst (dalam Yusuf, 2010) secara rinci menjelaskan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. f. Memilih dan mempersiapkan karier/ pekerjaan. g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.

i. Mencapai tingkah laku ang bertanggung jawab secara sosial.

j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/ pembimbing dalam bertingkah laku.

Willis (2005: 8 – 15) mengungkapkan Tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut :

b. Belajar memiliki peran sosial sesuai dengan jenis kelamin masing – masing.

c. Menerima kenyataan jasmaniah serta dapat menggunakannya secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut.

d. Mencapai kebebasan dari kebergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.

e. Mencapai kebebasan ekonomi.

f. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kesanggupannya.

g. Memperoleh informasi tentang perkawinan dan mempersiapkannya. h. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep – konsep tentang

kehidupan bermasyarakat.

i. Memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat.

Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan remaja ialah mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran gender dalam kehidupan sosial, menerima keadaan dan menggunakan fsik secara baik, mencapai kematangan emosional yang didapat dari orang tua dan orang dewasa lainnya, mencapai kematangan kemandirian ekonomi, memilih dan mempersiapkan pekerjaan, mendapatkan informasi mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi masyarakat, mencapai tingkah aku yang bertanggung jawab

secara sosial, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/ pembimbing dalam bertingkah laku.

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Zulkifli (2003: 65-67), ciri-ciri remaja antara lain sebagai berikut: a. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.

b. Perkembangan seksual

Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya.

c. Cara berfikir

Remaja cenderung berpikir kausatif. Cara berpikir kausatif yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Saat remaja dilarang untuk melakukan suatu hal, maka remaja tersebut akan mempertanyakan mengapa ia tidak boleh melakukan hal tersebut. d. Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia dapat merasa sangat sedih, di lain waktu ia dapat merasa sangat marah.

e. Mulai tertarik pada lawan jenis

Dalam kehidupan sosial remaja, mereka lebih tertarik pada lawan jenisnya. Mereka mulai membina hubungan dengan lawan jenis dan mulai pacaran.

f. Menarik perhatian lingkungan

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peran, misalnya melalui kegiatan remaja di lingkungan tempat tinggalnya. Remaja juga cenderung terikat dengan kelompok remaja. Dalam kehidupan sosialnya, remaja tertarik pada kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang remaja lebih mengutamakan kelompoknya daripada orang tuanya.

4. Kekerasan dalam Berpacaran di Kalangan Remaja

Siswa SMA sebagai seorang remaja, Namun pada umumnya perilaku dating violence dapat menpengaruhi siswa, bahkan bisa membuat keadaan siswa jadi lain. Keadaan ini dapat menimbulkan kecemasan, kemarahan terhadap lawan jenis oleh siswa. Kecemasan, kemarahan ini akan semakin bertambah dengan adanya tuntutan orang tua maupun pihak lain bahwa belum saatnya untuk berpacaran. Namun sering tuntutan ini tidak disertai dengan dukungan positif, terutama dari orang tua.

Selain itu siswa belum mengetahui pacaran yang baik. Hal ini menyebabkan ketidaksiapan siswa dalam berpacaran ataupun berteman

dengan lawan jenis. Keadaan seperti ini, dapat menyebabkan siswa cenderung melakukan kekerasan.

Hal lain yang juga terlihat pada diri siswa SMA, sebagai remaja, adalah kuatnya pengaruh teman sebaya. Salah satu penyebabnya karena kebutuhan akan rasa aman dan rasa diterima oleh teman sebaya. Oleh karena itu perilaku teman sebaya dapat berpengaruh pada siswa, salah satunya adalah perilaku dating violence.

Dokumen terkait