• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.3 Remaja dan Orang Tua

2.2.2 Remaja dan Orang tua

Keluarga merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorang tuaan dan pemeliharaan anak (Latiana, 2010:2). Menurut Pujosuwarno (1994:11)

“keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara

orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seseorang laki-laki atau seorang perempuan sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri

atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga”. Sehingga keluarga

merupakan hal yang tidak asing untuk semua orang, kerana hakikat manusia adalah untuk berkeluarga. Keluarga umumnya terjadi interaksi antara anak dan orang tua. Anak dan orang tua merupakan unsur utama dalam keluarga secara umum. Definisi keluarga di atas terdapat aspek keluarga yang berkenaan antara orang tua dan anak.

Keluarga bukan hanya sebatas hubungan atau hasil dari perkawinan antara laki-laki dan perempuan namun lebih dari itu. Jika keluarga tersebut mempunya buah hati orang tua mempunyai peranan yang lebih. Keluarga dituntut menjadi lingkungan yang baik bagi anak. Menurut Sunaryo dan Agung (2002:193)

“keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak

-anak dan remaja. Pendidikan lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu

pendidikan”. Jika pendidikan keluarga itu tidak berjalan dengan baik maka bisa

kenakalan remaja antara lain, anak yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua, lemahnya keadaan ekonomi orang tua, kehidupan keluarga yang tidak harmonis menurut Willis (2010:99).

Beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa anak sangat membutuhkann kasih sayang orang tua baik materiil dan non materiil. Hubungan antara anak dan orang tua yang berkualitas tentunya ditandai dengan timbulnya kedekatan emosi yang aman (secure attachment). Menurut Santrock (2002:196)

mengartikan “Attachment atau keterikatan mengacu kepada suatu relasi antara dua

orang yang memiliki perasaan yang kuat satu sama lain dan malakukan banyak

hal bersama untuk melanjutkan relasi itu”. Menurut Santrock (2002:41) “Attachment dengan orang tua pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja, sebagaimana tercermin dalam ciri-ciri: harga diri, penyesuaian emosional, dan kesejahteraan secara fisik. Attachment dengan orang tua dapat menjadi fungsi adaktif yang menyediakan landasan yang kokoh di mana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas dalam suatu cara yang secara psikologis

sehat”.

Menurut Salzman dalam Syamsu (2011:184) mengemukkan bahwa “Remaja

merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (indipenden), minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral”. Dari pengertian di atas menggambarkan hubungan orang tua dan anak pada masa remaja ini terdapat proses menjadi pribadi yang mandiri dari yang dahulunya pada tingkat anak-anak

masih memiliki tingkat ketergantuann yang tinggi pada orang tua. Sehinga hubungan yang baik antara remaja dan orang tua dapat membentengi remaja untuk dalam dunia sosial yang diharapkan dan mempunyai psikologis yang sehat dengan demikian anak dapat berkembang secara optimal.

2.4 Gaya Kelekatan Remaja dan Orang Tua

Menurut Santrok (2002:41) “Attachment dengan orang tua pada masa

remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja, sebagaimana tercermin dalam ciri-ciri: harga diri, penyesuaian emosional, dan kesejahteraan secara fisik. Attachment dengan orang tua dapat menjadi fungsi adaktif yang menyediakan landasan yang kokoh di mana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas

dalam suatu cara yang secara psikologis sehat”. Bowlby pada Baron (2005:11)

menuturkan “saat berlangsungnya interaksi tersebut (kelekatan ibu dan bayi), anak

akan membentuk kognisi yang berpusat pada dua sikap yang sangat penting (istilah Bowlby terhadap sikap-sikap ini adalah model kerja atau working model)”.

Salah satu sikap dasar, evaluasi terhadap diri sendiri, disebut self esteem Dengan working model tersebut dapat diketahui beberapa gaya kelekatan. Dan yang kedua adalah aspek social self yang terdiri dari belief dan harapan mengenai orang lain atau yang disebut dengan kepercayaan interpersonal (interpersonal trust).

Indikator kelekatan ini mengunakan self esteem (harga diri) dan interpersonal trust (kepercayaan interpersonal). Self esteem menurut Baron

(2004:173) adalah “evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu; sikap seseorang

Teori Holisme dan Humanisme dari Abraham Maslow salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan akan harga diri. Harga diri dibagi menjadi dua jenis (Alwisol, 2012:206) yaitu

...(1) Menghargai diri sendiri (self respect): kebutuhan kekuatan, penguasaan kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Orang membutuhkann pengetahuan tentang dirinya sendiri, bahwa dirinya berharga, mampu mengusai tugas dan tantangan hidup. (2) Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other): kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkann pengetahuan bahwa dirinya dikenal baik dan dinilai baik oleh orang lain.

Menurut Feist (2011:335) “Maslow mengidentifikasi dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan (reputasi dan harga diri). Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki oleh seseorang dilihat dari sudut pandang orang lain. Sementara harga diri adalah perasaan pribadi seseorang

bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri”. Harga diri yang

terpenuhi dari dua aspek tersebut dapat dikatagorikan seseorang memiliki harga diri yang baik pula, walau sejatinya harga diri yang utama adalah dari dirnya sendiri. Mendapatkan penghargaan dari orang lain hanyalah hadiah dari seseorang menghargai dirinya sendiri, sehingga dapat harmonis dengan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa self esteem terdiri dari dua jenis yaitu Menghargai diri sendiri dan mendapat penghargaan dari orang lain. Aspek menghargai diri sendiri terdiri atas kebutuhan kekuatan, penguasaan kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Mendapat penghargaan dari orang lain adalah kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kehormatan, diterima dan apresiasi. Karena pengertian dari dominasi sendiri

adalah menjadi orang penting di lingkungan. Indikator yang selanjutnya adalah Interpersonal trust.

Intrpersonal trust menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu

interpersonal‟ dan „trust‟. Interpersonal menurut arti adalah connected with relationships between people (hubungan yang terhubung dengan orang lian dan orang-orang) dan „trust‟ adalah the belife that sb/tsh is good, sincere, honest, etc. and will not try to harm or trick you (percaya bahwa seseorang tersebut baik, tulus, jujur dll, dan tidak akan mencoba melukai atau menipu mu) (Oxford 8th edition, 2010). Interpersonal trust menurut Baron (2005:12) adalah suatu dimensi yang mendasari gaya kelekatan yang melibatkan keyakinan bahwa orang lain dapat dipercaya, dapat diharapkan, dan dapat diandalkan atau lawannya, yaitu bahwa orang lain tidak dapat dipercaya, tidak dapat diharapkan, dan tidak dapat daiandalkan. Menurut Geller (tanpa tahun: 36) ada enam kunci dari interpersonal trust yaitu:

a. Communication -- exchange of information or opinion by speech, writing, or signal.

b. Caring -- showing concern or interest about what happens. c. Candor -- straightforwardness and frankness of expression,

freedom for prejudice.

d. Consistency -- agreement among successive acts, ideas, or events.

e. Commitment -- being bound emotionally or intellectually to a course of action.

f. Consensus -- agreement in opinion testimony, or belief

g. Character -- the combined moral or ethical structure of a person or group, integrity, fortitude.

Kesimpulan dari enam kata kunci untuk interpersonal trust sebagai berikut

komunikasi, perhatian, keterusterangan, konsistensi, komitmen, konsensus, karakter. Penelitian ini adalah hubungan remaja dan orang tua sehingga self

esteem yang diukur adalah self esteem remaja dan interpersonal trust remaja terhadap orang tua.

Dengan mengukur keduanya akan didapatkan empat gaya kelekatan yaitu sebagai berikut:

a. Gaya kelekatan aman. Model Bartholomew adalah suatu gaya yang memiliki karakteristik self esteem yang tinggi dan kepercayaan interpersonal yang tinggi; biasanya digambarkan sebagai kelekatan yang paling berhasil. Pelekatan aman juga sering disebut dengan secure attachment. “Remaja dengan hubungan yang aman dengan orang tua mempunyai harga diri yang lebih tinggi dan kesejahteraan emosi yang

lebih baik” menurut Armsden dan Greenberg (Santrok, 2003:194).

Keterikatan yang kuat ini ditandai dengan remaja lebih menunjukkan kepuasan terhadap bantuan yang diterima dari orang tua.

b. Gaya kelekatan takut mengindar. Model Bertholomew, adalah suatu gaya yang memiliki karakteristik self esteem yang rendah dan kepercayaan interpersonal yang rendah. Gaya ini adalah gaya keekatan yang paling tidak aman dan paling tidak adaptif. “Dengan meminimalkan kedekatan interpersonal dan menghindari hubungan akrab, mereka berharap dapat melindungi diri mereka dari rasa sakit karena ditolak” (Baron, 2005:14). Menurut Levi dkk dalam Baron (2005:14) individu yang takut menghindar menggambarkan orang tua mereka secara negatif.

c. Gaya kelekatan terpreokupasi. Model Bartholomew, adalah suatu gaya yang memiliki karakteristik self esteem yang rendah dan kepercayaan interpersonal yang tinggi. Biasanya dijelaskan sebagai gaya yang mengandung pertentangan dan tidak aman di mana individu benar-benar

mengharap sebuah hubungan dekat tapi merasa tidak layak untuk pasangan dan juga rentan akan penolakan. Pada jenis insecurely attached remaja lebih memperlihatkan rasa takut kepada orang tuanya, namun remaja tersebut mempunyai perasaan berpisah dengan orang tuanya dan tidak melakukan perlawanan (diam) . Pada perlekatan ini remaja masih bisa interaksi fisik namun tidak ada interaksi emosional. Menurut Fisher dalam Santrok (2003:195) ” remaja dengan perlekatan cemas ini menampilkan

kecemburuan, konflik, dan ketergantuangn, bersamaan dengan kepuasan yang kurang, dalam hubungan mereka dengan sahabat karibnya dibandingkan dengan teman-teman yang terikat aman”.

d. Gaya kelekatan menolak. Di dalam model Bartholomew, adalah suatu gaya yang memiliki karakteristik self esteem yang tinggi dan kepercayaan interpersonal yang rendah. Gaya ini biasanya digambarkan sebagai gaya yang

berisi konflik dan agak tidak aman di mana individu merasa dia “layak memperoleh” hubungan akrab namun tidak mempercayai calon pasangan

yang potensial. Akibatnya adalah kecenderungan untuk menolak dengan orang lain pada suatu titik di dalam hubungan guna menghindari supaya tidak menjadi seseorang yang ditolak. Hubungan remaja dengan orang tuanya lebih

kepada sering melakukan perlawanan karena ketidak senangannya kepada orang tua. Pada pelekatan ini anak tidak dapat merasakan interaksi fisik maupun emosional.

Empat gaya di atas remaja yang sehat akan membangun kelekatan yang aman dengan orang tua mereka karena gaya kelekatan yang aman membawa remaja pada individu yang mampu dengan individu yang lain. Dan memiliki tingkat kecemasan sosial yang rendah. Menurut Santrock (2003:194) “keterikatan

pada orang tua selama masa remaja dapat mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi yang sehat secara psikologis”. Sehingga keterikataan yang aman antara remaja dan orang tua

dapat menjadi tameng yang baik dalam pengaruh negatif lingkungan remaja dan menjadikan remaja tumbuh secara optimal dengan tugas perkembangannya.

Gaya kelekatan remaja dan orang tua merupakan gaya interaksi fisik dan emosional yang terjadi antara remaja dan orang tua. Gaya kelekatan remaja dan orang tua tersebut mencakup atas empat gaya yaitu: aman, takut mengindar, terpreokupasi dan menolak. Keempat gaya tersebut dapat diukur dengan harga diri remaja (siswa) dan kepercayaan remaja kepada orang tua mereka. Kelekatan yang aman merupakan gaya kelekatan yang paling baik dari gaya kelekatan yang lain karena terdiri dari harga diri yang tinggi dan kepercayaan kepada orang lain yang tinggi.

2.5 Kelekatan Remaja dan Orang Tua Ditinjau dari Perbedaan

Dokumen terkait