• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asumsi Dasar

Perencanaan bisnis merupakan dokumen tertulis meliputi semua aspek untuk mendirikan sebuah bisnis. Aspek tersebut yaitu aspek produksi, pemasaran, dan aspek finansial. Semua aspek tersebut membutuhkan asumsi-asumsi dalam membuat perhitungan. Pada aspek produksi menggunakan asumsi kapasitas produksi harian. Satu hari produksi menghasilkan 500 liter minyak goreng kelapa dari bahan baku 2 000 butir kelapa. Satu butir kelapa dengan 0.385 kg daging buah kelapa (Agus 2003). Proses pengolahan minyak goreng kelapa menggunakan bahan tambahan bentonit untuk memurnikan hasil olahan minyak goreng kelapa (Fadli 2013).

Aspek pemasaran menggunakan harga minyak goreng kelapa di bawah harga pasar yaitu Rp25 000 per liter. Pada aspek finansial penggunaan discount rate sebesar 12 persen (Bank Rakyat Indonesia). Pemilihan BRI dikarenakan BRI banyak menyediakan pinjaman modal bagi usaha kecil dan menengah (UMKM). Usaha ini akan melakukan pinjaman investasi dan pinjaman modal kerja yaitu biaya tetap selama dua bulan dan biaya investasi kepada pihak luar untuk membantu pendirian bisnis ini.

Aspek legal dalam usaha minyak goreng kelapa diasumsikan didirikan dalam unit usaha dari koperasi. Unit usaha ini akan membeli bahan baku dalam bentuk butir kelapa dan hanya menggunakan daging buah kelapa saja, sedangkan limbah yaitu tempurung, sabut, dan blondo akan dijual kembali ke unit usaha pengolahan produk kelapa lainnya di dalam koperasi yang sama. Pemilihan koperasi didasarkan pada usaha bersama yang akan dibangun oleh wirakoperasi dan petani kelapa.

34

Strategi Pemasaran

Strategi Pemasaran 1. Segmentation

Segmen pasar minyak goreng kelapa akan masuk dalam ceruk pasar. Ceruk pasar akan mengelompokan pelanggan ke dalam kelompok yang lebih kecil karena memiliki bauran manfaat yang berbeda. Ceruk pasar yang dikelompokan pada rencana pemasaran berkaitan dengan spesialis produk pada manfaat minyak goreng kelapa. Jika dilihat dari aspek pemilihan minyak goreng kelapa untuk dikonsumsi maka berada pada masyarakat yang peduli terhadap kesehatan karena minyak goreng kelapa memiliki khasiat dan manfaat yang tinggi dalam kesehatan. Selain masyarakat yang peduli kesehatan terdapat juga ceruk pasar pada rumah sakit atau lembaga lain yang memerlukan minyak goreng yang sehat. Rumah sakit memerlukan minyak goreng yang sehat untuk memasak makanan bagi para pasien yang dirawat setiap harinya.

2. Targeting

Pasar yang menjadi target dipilih dari ceruk yang telah di tentukan. Terdapat dua target ceruk atau multiceruk, yaitu masyarakat yang peduli kesehatan dan instansi kesehatan seperti rumah sakit. Pemilihan multiceruk bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan peluangnya dalam bertahan hidup. Target pertama yaitu masyarakat yang peduli kesehatan khususnya masyarakat yang memiliki penyakit atau memiliki risiko pada penyakit HIV, hepatitis C, diabetes, kanker, infeksi, dan obesitas di Jabodetabek. Lalu, instansi kesehatan seperti rumah sakit yang menjadi target dalam rencana bisnis ini adalah rumah sakit perawatan, dukungan, dan pengobatan (PDP) yaitu rumah sakit yang menangani kasus penyakit HIV. Target pemasaran minyak goreng kelapa kepada rumah sakit PDP di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jumlah rumah sakit PDP didua provinsi tersebut sebanyak 134 rumah sakit (Ditjen PP & PL Kemenkes RI 2014).

3. Positioning

Usaha pengolahan minyak goreng kelapa ini manawarkan produk minyak goreng yang berspesialisasi dalam fitur produk. Fitur yang ditonjolkan dalam minyak goreng ini adalah kandungan asam laurat yang bermanfaat bagi kesehatan yang tidak dimiliki oleh minyak goreng lain. Selain itu, minyak goreng kelapa memiliki kualitas yang baik, bersertifikasi SNI, BPOM, dan Halal MUI. Penampilan kemasan dan kualitas akan sangat diperhatikan produk minyak goreng kelapa ini. Warna yang bening dan bau juga akan menjadi ciri khas minyak goreng kelapa.

35 Bauran pemasaran

1. Product (Produk)

Produk yang dihasilkan dari rencana bisnis ini adalah final product atau produk akhir berupa minyak goreng kelapa layak konsumsi. Produk minyak goreng kelapa juga akan menonjolkan kandungan asam laurat yang tidak dimiliki minyak goreng lain sebagai spesialisasi fitur produk. Minyak goreng kelapa ini akan memiliki merek produk bernama “Maya”. Pemilihan nama Maya dikarenakan nama merek tersebut sangat mudah diingat sehingga membantu dalam memasarkan produk ini. Minyak goreng kelapa ini, dihasilkan berasal dari daging buah segar kelapa yang dijadikan santan dan melewati beberapa tahapan hingga pemurnian. Minyak goreng kelapa layak konsumsi sesuai Standar Nasional Indonesia terhadap minyak goreng. Minyak goreng kelapa berwarna lebih bening dari minyak goreng kelapa sawit dan memiliki bau yang akan menjadi ciri khas minyak goreng kelapa.

Pengolahan minyak goreng kelapa memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) karena melalui pengolahan berdasarkan tata cara dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Agus 2003). Kemasan produk minyak goreng

Gambar 2 Minyak Goreng Kelapa Sumber : http://www.rumahmesin.com Gambar 7 Minyak goreng kelapa

36

kelapa dijual dalam dua kemasan yaitu kemasan botol 1 liter dan jurigan 20 liter. Kemasan minyak goreng kelapa akan memuat merek, berat bersih, informasi nilai gizi, informasi manfaat, dan informasi izin dari SNI, BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan), dan Halal MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Produk minyak goreng kelapa dihasilkan dengan merumuskan standar input dan output. Perumusan standar input dan output digunakan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Standar mutu input merupakan spesifikasi bahan baku yang digunakan untuk produksi. Sedangkan, standar output adalah spesifikasi produk yang dijual kepada pembeli. Mutu output dapat disesuaikan dengan standar peraturan minyak goreng yang telah ditentukan atau dapat pula ditentukan oleh pembeli. a. Standar Input

Input yang digunakan adalah buah kelapa masak yang didapatkan dari para petani mitra. Kelapa masak yang didapatkan langsung dari pohon kelapa. Kondisi kelapa harus dalam kondisi baik, tidak rusak, berjamur, atau cacat. Kelapa masak tersebut akan diambil dagingnya sebagai bahan baku pengolahan minyak goreng kelapa, sedangkan sabut dan tempurungnya akan dijual kembali. Bahan baku yang akan diterima hanya kelapa seberat 1 kg dan lebih. Hal ini sangat diperhatikan karena menyangkut dengan berat daging kelapa yang dibutuhkan untuk diolah menjadi minyak goreng kelapa. b. Standar Output

Output yang dihasilkan berupa minyak goreng kelapa layak konsumsi dengan kandungan asam laurat dan memenuhi standar SNI, BPOM, dan Halal MUI. Warna minyak goreng kelapa berwarna bening dan memiliki bau khas minyak goreng kelapa. Kemasan produk juga tidak rusak dan tersegel dengan baik. Kemasan minyak goreng kelapa terdiri dari dua kemasan yaitu kemasan botol 1 liter dan kemasan jurigan 20 liter. Kemasan akan sangat diperhatikan agar dapat menarik minat konsumen.

2. Price (Harga)

Harga yang ditentukan di bawah dari harga jual minyak goreng kelapa lain yaitu Rp25 000 per liter. Penetapan harga ini menggunakan metode cost plus pricing dengan mark up sebesar 40 persen (Kasmir 2006). Harga yang lebih murah dengan pasar bertujuan agar penjualan minyak goreng kelapa dapat berkembang dan bersaing dengan minyak goreng kelapa lainnya.

Harga pokok = Biaya variabel + Total penjualanBiayatetap = Rp

Harga dengan mark up = (1 – laba yang diinginkan)Harga pokok

=Rp (1 – 0. ) = Rp

37 3. Place (Tempat)

Penjualan minyak goreng kelapa akan dipusatkan pada koperasi-koperasi di Jabodetabek. Jumlah koperasi yang menyebar akan sangat efektif bila penjualan berkerjasama dengan koperasi-koperasi (Agus 2003). Jaringan koperasi yang luas akan membantu dalam penjualan dan promosi yang efektif. Sesuai target pula, tempat penjualan akan berkerja sama dengan toko-toko obat dan retail besar seperti Lotte, Giant, Hypermart, Hero, Superindo, dan lain-lain. Serta melakukan kemitraan penjualan kepada rumah sakit PDP (perawatan, dukungan, dan pengobatan) di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

4. Promotion (Promosi)

Promosi yang dilakukan dengan menggunakan media internet dan langsung. Melalui media internet, bisnis ini akan membuat website penjualan dan membuat account di berbagai situs penjualan di internet. Promosi secara langsung dengan mengikuti pameran atau expo yang dapat memperkenalkan produk ke masyarakat. Selain itu, mengikuti kerja sama antar pengusaha dengan dinas-dinas terkait. Promosi lain dengan menggalakan hidup sehat salah satunya menggunakan minyak goreng kelapa sebagai minyak goreng yang sehat untuk dikonsumsi.

Rencana Teknis dan Teknologi

Rencana Jumlah Produksi

Minyak goreng kelapa berasal dari daging buah segar yang diolah dan dimurnikan. Pengolahan berawal dari daging buah kelapa segar yang diparut, lalu parutan diperas dan disaring, hasil saringan akan dipanaskan agar menghasilkan minyak goreng kelapa, kemudian minyak dikemas dalam kemasan. Minyak goreng kelapa yang dihasilkan akan memenuhi standar layak konsumsi dengan kualitas baik. Rencana jumlah produksi ini adalah 500 liter per hari. Penentuan jumah produksi per hari didasarkan pada kebutuhan impor yang tinggi yaitu 7.3 juta kg pada tahun 2007 dan berdasarkan kapasitas mesin.

Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam produksi minyak goreng kelapa dengan menggunakan mesin pencungkil kelapa, mesin parut kelapa, mesin pres kelapa, mesin minyak goreng, mesin penyaring minyak, dan mesin pengemasan.

1. Mesin Pencungkil Kelapa

Kelapa segar yang telah disortir kemudian diambil daging segar yang berwarna putih. Pengambilan daging kelapa segar dengan bantuan mesin pencungkil. Mesin ini akan mempermudah dan mempercepat daging kelapa segar terpisah dengan tempurungnya.

38

Sumber : http://www.rumahmesin.com Gambar 9 Mesin pencungkil kelapa Spesifikasi mesin:

a. Dimensi : 500 x 500 x 1000 mm b. Kapasitas : 100 butir perjam c. Penggerak : ½ Hp 220 V d. Jenis : 1 mata cungkil

e. Fungsi : mencungkil batok kelapa f. Tenaga kerja : 1-2 orang

2. Mesin Parut Kelapa

Sumber: http://www.rumahmesin.com Gambar 10 Mesin parut kelapa

39 Daging kelapa segar yang diparut menggunakan mesin parut kelapa. Penggunaan mesin pemarut kelapa agar parutan daging kelapa menjadi lebih halus. Parutan yang halus akan mempermudah proses selanjutnya. Adapun spesifikasi mesin:

a. Dimensi : 500 x 400 x 9000 mm b. Kapasitas : 300 butir per jam c. Penggerak : 1 Hp 220 V d. Fungsi : memarut kelapa 3. Mesin Pres Kelapa

Setelah daging kelapa diparut halus, parutan tersebut akan diubah menjadi santan dengan menggunakan mesin pres kelapa. Proses ini akan menentukan banyaknya minyak kelapa yang dihasilkan. Semakin banyaknya santan yang dihasilkan maka semakin banyak pula minyak goreng kelapa yang dihasilkan.

Sumber: http://www.rumahmesin.com Gambar 11 Mesin press kelapa Spesifikasi mesin:

a. Dimensi : 1 000 x 400 x1 200 mm b. Penggerak : 5.5 Hp

c. Kapasitas : 60 kg per jam d. Fungsi : memeras santan 4. Mesin Minyak Goreng

Santan yang dihasilkan pada proses sebelumnya akan dimasukkan kedalam mesin minyak goreng. Mesin ini berupa tangki besar untuk menampung santan. Santan kelapa dipanaskan akan menghasilkan minyak goreng. Sekitar 60-66 persen dari santan akan berubah menjadi minyak goreng kelapa.

40

Sumber: http://www.rumahmesin.com Gambar 12 Mesin minyak goreng Spesifikasi mesin:

a. Dimensi : 600 x 600 x 1500 mm b. Kapasitas : 100 liter per batch c. Penggerak : ½ Hp 220

d. Fungsi : memurnikan minyak goreng 5. Mesin Penyaring Minyak

Sumber: http://www.rumahmesin.com Gambar 13 Mesin penyaring minyak goreng

Mesin ini akan menyaring minyak goreng kelapa yang dihasilkan pada proses sebelumnya. Hasil akhir dari proses ini adalah minyak goreng kelapa yang layak konsumsi. Spesifikasi mesin:

a. Dimensi : 500 x 400 x 900 mm b. Kapasitas : 50 liter per proses

41 6. Mesin Pengemas Botol

Mesin pengemas botol digunakan setelah minyak goreng kelapa selesai hingga tahap terakhir. Pengemasan dengan botol berukuran 1 liter akan dibantu dengan mesin bertipe DK-/50Z. Mesin ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

a. Power : 370 watt b. Diameter : 20-40 mm c. Lebar seal : 10-35 mm

d. Kapasitas : 1200 botol per jam e. Ukuran mesin : 56x20x92 cm f. Berat mesin : 65 kg

Sumber : http://www.mesinpengemas.com Gambar 14 Mesin pengemas botol Bahan Baku

Bahan baku dari pengolahan minyak goreng kelapa adalah daging kelapa segar. Daging kelapa segar dipilih karena lebih praktis dan efisien dibandingkan kopra. Alasan lainnya pemilihan daging segar kelapa adalah:

1. Proses pembuatan minyak mentah dari daging segar lebih cepat hanya memerlukan waktu satu hari sedangkan bila dibandingkan dengan kopra yang memerlukan waktu minimal 3 hari.

2. Hasil produksi minyak mentah dari daging kelapa segar lebih baik karena jika menggunakan metode kopra maka hasil minyak mentah akan kental, coklat dan berbau.

3. Bau yang dihasilkan dari proses kelapa segar tidak menyengat jika dibandingkan dengan hasil press kopra, sehingga untuk minyak pres kopra harus dilakukan proses deodorisasi.

42

4. Biaya investasi alat dari bahan kelapa segar dapat ditekan lebih terjangkau dibandingkan dengan dari bahan kopra.

5. Pabrik pengolahan minyak goreng kelapa dari kopra lebih cocok dilakukan oleh pabrik. Sementara untuk skala UKM, sangat cocok dari bahan kelapa segar. Hasilnya pun dari bahan kelapa segar bisa jauh lebih baik daripada kopra2.

Daging kelapa ini diperoleh dari kelapa segar yang dipasok oleh petani kelapa yang bermitra. Petani-petani kelapa ini akan memasok bahan baku secara tetap dan berkelanjutan melalui Gapoktan (Gabungan Kelompok tani). Bahan baku yang dipasok setiap hari berjumlah 2 000 butir kelapa untuk menghasilkan 500 liter minyak goreng kelapa per hari. Setiap bulannya bahan baku akan memerlukan 44 000 butir atau 16 940 kg daging kelapa. Satu liter minyak goreng dibutuhkan 4 butir kelapa dengan 0.385 kg daging kelapa per butir (Agus 2003). Untuk mendapatkan bahan baku kelapa, Kabupaten Bogor sudah sangat mencukupi karena produksi kelapa setiap tahunnya mencapai 16 208.40 ton (BPS Kabupaten Bogor 2013). Setiap butir kelapa yang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku akan mendapatkan harga Rp3 000 per butir kelapa. Harga ini diatas harga rata-rata penjualan yang biasa didapatkan oleh petani yaitu Rp2 000- Rp2 500 per butir.

Manajemen Pengumpulan Bahan Baku

Usaha pengolahan minyak goreng kelapa menggunakan pendekatan wirakoperasi. Pendekatan ini membuat para petani dan koperasi harus selalu bekerjasama. Para petani akan menjual bahan baku kepada koperasi. Koperasi sebagai badan usaha akan mengolah bahan baku menjadi minyak goreng kelapa yang layak konsumsi. Ketersediaan bahan baku akan menjadi salah satu yang paling penting dalam usaha ini sehingga diperlukan manajemen yang baik untuk mengatur jalannya pengumpulan bahan baku.

Bahan baku yang diperlukan setiap harinya adalah 2 000 butir. Bahan baku akan dikumpulkan oleh Gapoktan dan akan dijual secara bersamaan ke koperasi. Pengumpulan bahan baku harus melalui Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang telah dibentuk sebelumnya. Gapoktan setiap harinya akan mengkoordinasi para petani anggota untuk mengumpulkan bahan baku yang diperlukan setiap harinya. Gapoktan akan memerlukan wirakoperasi untuk menyalurkan informasi mengenai kelapa atau informasi lainnya yang dibutuhkan petani. Wirakoperasi juga diperlukan untuk pengembangan usaha pengolahan minyak goreng kelapa yang dibuat oleh koperasi.

2http://produkkelapa.wordpress.com/Enamalasankelapasegarcocokuntukminyakgoren

43

Keterangan :

Aliran bahan baku (buah kelapa) Aliran informasi

Aliran uang Perencanaan Lokasi dan Tata Letak

Perencanaan Lokasi dan Tata letak

Bangunan usaha berdiri di atas lahan seluas 375 m2. Bangunan terdiri dari ruang kantor administrasi, ruang produksi, ruang gudang penyimpanan, toilet, dan mushala. Perencanaan tata letak sangat diperlukan karena memiliki berbagai tujuan yaitu: 1) meningkatkan produktivitas pemakaian tenaga kerja, 2) memberikan kemudahan, keselamatan, dan kenyamanan, 3) menjaga kepraktisan, 4) menurunkan penanaman modal dalam peralatan, 5) memelihara perputaran, dan 6) menghemat pemakaian ruang bangunan (Apple 1990)

Pembangunan direncanakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, lokasi ini dinilai strategis karena berdekatan dengan lokasi ketersediaan bahan baku kelapa segar. Lokasi juga tepat karena infrastuktur seperti jalan dan listrik telah memadai. Perancangan tata letak dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 15 Alir manajemen pengumpulan bahan baku Petani Petani Petani Petani Petani GAPOKTAN KOPERASI Wirakoperasi

44

Proses Produksi

Pengolahan minyak goreng berbahan baku kelapa segar melalui berbagai tahapan sebagai berikut:

1. Kelapa dipecah lalu diambil daging putihnya dengan bantuan mesin penyungkil kelapa.

2. Daging yang telah dipisahkan dari tempurung, lalu diparut dengan mesin pemarut daging kelapa. Parutan daging kelapa akan menjadi halus dan mempermudah proses selanjutnya.

3. Parutan daging kelapa yang halus lalu di pres menggunakan mesin dan menghasilkan santan. Pengepresan akan dilakukan beberapa kali pada parutan daging buah kelapa untuk memastikan santan yang terkandung didalamnya tidak tersisa.

Keterangan :

1 = Ruang kantor administrasi 4 = Sortir bahan baku

2 = Mushala 5 = Gudang bahan baku

3 = Toilet 6 =Gudang minyak goreng

dan pengemasan = Mesin Penyungkil = Mesin minyak goreng

= Mesin Parut = Mesin Penyaring = Mesin Pres 4 2 1 3 3 5 6

45 4. Santan yang telah diperoleh dari proses sebelumnya akan dimasukkan ke tangki besar dalam mesin minyak goreng. Sebesar 60-66 persen santan akan diubah menjadi minyak goreng kasar.

5. Minyak goreng kasar akan dimasukkan ke dalam mesin penyaring minyak goreng yang dicampur dengan bentonit sebagai bahan pemurni minyak. Setelah minyak goreng kasar disaring akan menghasilkan minyak goreng kelapa layak konsumsi dan siap untuk dikemas.

Gambar 17 Alir produksi Bentonit Santan Parutan di pres dimasak saring & murnikan

Minyak goreng kelapa

Sabut Daging kelapa Tempurung

Kelapa

dipecah

diparut

Blondo

Minyak kelapa kasar

46

Tenaga Teknis Produksi

Tenaga kerja produksi atau pengolahan minyak goreng berbahan dasar kelapa terdiri dari kepala bagian produksi dan tenaga kerja produksi. Kepala bagian produksi bertanggungj awab kepada serangkaian pengolahan daging kelapa menjadi minyak goreng kelapa layak konsumsi. Tenaga kerja produksi bertugas dari menyortir bahan baku, memecah kelapa, memarut, memeras parutan, memasak santan, menyaring, dan pengemasan minyak goreng kelapa.

Tabel 6 Rincian kebutuhan tenaga kerja berdasarkan deskripsi kerja

Jenis pekerjaan Jumlah

Kepala bagian produksi 1 orang

Tenaga kerja produksi 20 orang

Kebutuhan bagian produksi diperlukan sebanyak 1 orang sebagai kepala bagian produksi dan 20 orang sebagai tenaga kerja produksi. Kepala bagian produksi selain bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur pembagian tugas bagi para tenaga kerja produksi.

Perumusan Standard Operating Procedure (SOP)

Perumusan standar operasional digunakan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Penyusunan standar operasional berdasarkan penelitian (Agus 2003) mengenai evaluasi kelayakan investasi pendirian pabrik minyak kelapa di Kabupaten Bengkalis. Standar operasional tersebut yaitu:

1. Kelapa dipecah dan diambil daging buah kelapa putih, lalu dijadikan parutan buah kelapa.

2. Mesin parutan akan menghaluskan daging kelapa putih tersebut. 3. Parutan kelapa dimasukan mesin pres untuk menghasilkan santan.

4. Santan dimasukkan ke dalam tangki, kemudian direbus untuk menghasilkan minyak kasar.

5. Minyak kasar kemudian disaring dan dilakukan proses pemurnian dengan bentonit, sehingga didapat hasil akhir berupa minyak kelapa.

Standar Mutu Minyak Goreng Kelapa

Minyak goreng kelapa dibuat dengan pengolahan dan proses yang baik. Namun, teknik pembuatan produk yang baik tidak menjamin minyak goreng kelapa diterima oleh masyarakat. Pengakuan dari lembaga resmi standar mutu sangat diperlukan untuk mendukung produk yang akan dijual di masyarakat Lembaga tersebut adalah BSN (Badan Standardsasi Nasional). BSN telah merumuskan standardisasi minyak goreng kelapa dalam SNI 01-3741-2002.

Pembubuhan tanda SNI dapat memberikan manfaat baik bagi produsen, konsumen, pelaku bisnis, dan pemerintah. Manfaat tersebut yaitu memberikan

47 informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu produk bahwa produk tersebut telah memenuhi SNI, mengatasi kekhawatiran mengenai kualitas suatu produk, meningkatkan penerimaan suatu produk oleh konsumen, dan meningkatkan daya saing suatu produk karena kualitas produk tersebut telah terjamin.

Tabel 7 Kandungan minyak goreng sesuai SNI

No Kriteria uji Satuan Persyaratan

Mutu I Mutu II 1 Keadaan

1.1 Bau Normal Normal

1.2 Rasa Normal Normal

1.3 Warna

Putih, kuning pucat sampai kuning

2 Kadar Air % b/b maks 0.1 maks 0.3

3 Bilangan asam

mg

KOH/gr maks 0.6 maks 2 4

Asam linoleat (C18:3) dalam

komposisi asam lemak minyak % maks 2 maks 2 5 Cemaran logam

5.1 Timbal (pb) mg/kg maks 0.1 maks 0.1

5.2 Timah (Sn) mg/kg

maks

40.0*/250 maks 40.0*/250

5.3 Raksa (Hg) mg/kg maks 0.05 maks 0.05

5.4 Tembaga (Cu) mg/kg maks 0.1 maks 0.1

6 Cemaran Arsen (As) mg/kg maks 0.1 maks 0.1

7 Minyak Pelikan Negatif negatif

* Dalam kemasan kaleng

Rencana Manajemen

Aspek Legal dan Manajemen

Bentuk badan usaha yang dipilih dalam pendirian usaha pengolahan minyak goreng ini adalah koperasi. Koperasi dipilih karena memiliki tujuan untuk menyejahterakan para anggota, yang dalam hal ini adalah para petani kelapa. Koperasi dipilih juga karena tidak rumit dalam pembentukannya. Asas kekeluargaan yang ditonjolkan akan sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan usaha yang akan didirikan. Koperasi juga tidak terlepas dari tatanan perekonomian, oleh sebab itu bentuk badan usaha koperasi sangat cocok untuk dipilih.

48

Usaha pengolahan minyak goreng kelapa memiliki struktur organisasi koperasi. Struktur organisasi koperasi tersebut terdiri dari rapat umum anggota (RUA), pengurus (ketua, sekretaris, bendahara, anggota), dan pengawas. Pengurus koperasi berasal dari anggota koperasi yang terdiri dari para petani kelapa mitra. Jumlah pengurus koperasi terdiri dari 5 orang yaitu 1 orang ketua koperasi, 1 orang sekretaris, 1 orang bendahara, 1 orang pengawas, dan 1 orang anggota. Struktur organisasi koperasi dapat dilihat pada Gambar 15.

Koperasi memiliki unit usaha pengolahan minyak goreng kelapa yang struktur organisasinya terdiri atas manajer usaha, staf administrasi, staf keuangan, kepala bagian produksi, dan tenaga kerja produksi. Manajer usaha harus berasal dari dalam anggota dan memiliki keterampilan yang dalam manajerial usaha dan pengolahan minyak goreng kelapa serta semangat wirakoperasi. Manajer usaha yang berasal dari anggota koperasi memiliki wewenang dalam mengatur usaha, namun tetap mempertimbangkan arahan dari pengurus dan pengawas koperasi. Pekerja usaha minyak goreng kelapa bukan berasal dari anggota koperasi

Dokumen terkait