• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU

F. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis antara lain adalah sebagai berikut :

1. Jumlah lulusan meningkat dan diharapkan lulus tepat waktu serta indeks prestasi lebih baik.

2. Meningkatkan kompetensi mahasiswa, setiap penerimaan mahasiswa baru diadakan latihan kepemimpinan mahasiswa untuk kegiatan perkenalan dengan mahasiswa baru.

3. Melakukan inovasi database mahasiswa, kartu rencana mahasiswa, kartu hasil studi, jadwal kuliah, jadwal ujian mid semester dan jadwal ujian semester telah terprogram.

4. Memperbaiki ruang kuliah mahasiswa dan dosen serta departemen, dan ruang baca.

5. Mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa harus sesuai dengan kurikulum dan harus ada rumpun ilmunya.

6. Membantu proses kenaikan pangkat dan jabatan dosen.

7. Melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat yang harus dirapatkan oleh departemen.

8. Memberi dorongan kepada dosen muda untuk melanjutkan program studi S2, dan S3 baik di dalam maupun di luar negeri.

9. Meningkatkan jumlah mahasiswa yang diterima.

10. Meningkatakan kegiatan seminar, lokakarya, kuliah umum yang diadakan pimpinan fakultas.

31

11. Mememberi bimbingan kepada mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan magang/praktek kerja lapangan agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

12. Dengan adanya kerjasama pihak fakultas dengan instansi luar maka beasiswa yang diterima mahasiswa dapat bertambah.

EKONOMI DAN BISNIS USU

A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi 1. Pengertian Sistem

Sistem dibuat guna memberikan informasi yang bermanfaat bagi yang memerlukannya. Dengan adanya sistem maka penyelenggaraan operasional perusahaan/instansi diharapkan terjalin rapi dan koordinasi dengan baik sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Sistem adalah “sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (Interrealated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).” Hall (2001: 5)

Sedangkan menurut Mulyadi( 2003 : 5) Sistem adalah “ suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan” .

Dari defenisi tersebut dapat dirinci lebih lanjut penertian umum mengenai sistem sebagai berikut :

1. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur. Unsur-unsur terdiri dari sub sistem yang lebih kecil yang terdiri pula dari sekelompok unsur yang membentuk sub sistem tersebut

33

2. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu dari sistem yang bersangkutan. Unsur-unsur berhubungan erat satu dengan yang lainnya.

Sifat dan kerjasama antar unsur sistem mempunyai bentuk tertentu.

3. Unsur sistem tersebut bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem. Setiap sistem mempunyai tujuan tertentu dan setiap unsur sistem harus mampu bekerjasama demi tercapainya tujuan tersebut.

4. Suatu sistem marupakan bagian dari system yang lebih besar.

Hal diatas menjelaskan bahwa sistem itu sendiri bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tidak teratur, tetapi terdiri dari unsur-unsur yang saling mengisi satu sama lainnya. Dan sistem itu sendiri juga mencakup kegiatan sebagai berikut:

1. Masukan atau Input.

2. Pengolahan atau Processing.

3. Hasil dari pengolahan atau Output.

2. Pengertian Informasi

Informasi berasal dari data. Sebelum menjelaskan arti dari informasi, kita harus mengetahui arti dari data terlebih dahulu. Data adalah fakta tentang peristiwa atau kenyataan lain yang mendukung suatu pengetahuan untuk dijadikan dasar guna penyusunan keterangan, pembuatan kesimpulan atau penetapan keputusan. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang sesuai dengan keinginan si penerima.

Defenisi informasi menurut MC Leod (2001, p12) “ Informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang sudah lebih memiliki arti tertentu bagi kebutuhan penggunanya”.

Dalam mentransformasi data menjadi informasi dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan atau Capturing adalah mengumpulkan data melakukan pemeriksaan keterangan yang ada, apakah itu data atau fakta.

2. Memilah atau verfying adalah memilah data atau fakta yang dikumpulkan tersebut benar atau hanya direka-reka saja.

3. Pengelompokkan atau Pengelompokkan atau Classifying adalah mengelompokkan data yang telah ada sesuai dengan yang dibutuhkan..

4. Penyeleksian atau Sorting adalah menempatkan unsur data ke dalam urutan data yang disesuaikan dengan kebutuhan si pemakai.

5. Meringkas atau Summarizing adalah meringkas data yang telah dikelompokkan menjadi laporan data menjadi bentuk matematis atau angka.

6. Perhitungan atau Calculating adakah memberikan nilai kepada data-data yang ada.

7. Penyimpanan atau Storing adalah menempatkan data pada alat-alat penyimpanan yang dapat dilihat kembali pada saat diperlukan.

8. Pengambilan kembali atau Retriving adalah pengambilan keterangan kembali dari arsip bila informasi tersebut masih layak guna untuk dipakai sebagai informasi.

35

9. Memperbanyak atau Reproducing adalah menciptakan kembali atau memperbanyak informasi yang ada dengan fotocopy atau magnetic disk agar data asli tidak rusak.

10. Mengkomunikasikan atau Communicating adalah menyebarkan informasi yang tersimpan kepada si pemakai informasi tersebut.

Informasi sangat berguna bagi pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan, maka dari informasi yang berguna harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Akurat, Informasi harus terbebas dari adanya kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan para penggunanya.

2. Relevan, Informasi yang relevan harus memberikan arti dan mempunyai manfaat dengan bisa meningkatkan nilai dari suatu kepastian atau mengurangi ketidakpastian.

3. Tepat Waktu ( Timely ), Informasi yang disajikan tepat pada saat dibutuhkan dan informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat karena dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan . 4. Lengkap ( Complete ), Informasi yang disajikan harus lengkap, termasuk

didalamnya semua data yang relevan.

Dalam hal ini sistem informasi dapat didefinisikan sebagai sebagai kumpulan eleman-elemen/ sumberdaya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu, dan bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi.

Menurut Hussein dan Wibowo (2000, h 5) “sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi”.

Unsur-unsur sistem informasi adalah sebagai berikut :

1. Peralatan antara lain adalah perlatan komputer dan komunikasi maupun peralatan kantor lainnya ( hardware )

2. Prosedur, tata kerja ketentuan-ketentuan peraturan, termasuk sistem operasi ( operating system/ system software ) dan aplikasi komputerisasi program- program komputer ( application software )

3. Tenaga Kerja, pelaksana operasional ( operator ), pimpinan pada bidang tugasnya masing-masing staf yang merupakan pengguna sistem ( Knowledge Based Professional Staff ), termasuk teknisi komputer dan analisis informal.

Akuntansi dan sistem informasi sangat berkaitan erat.

3. Pengertian Akuntansi

Dalam suatu perusahaan Akuntansi memegang peranan penting.

Perusahaan-perusahaan yang telah menikmati kemakmuran memiliki kemampuan mengembangkan jasa yang unik dan berevolusi, dengan perubahan sosial dan kondisi akuntansi mempunyai peranan penting dalam perusahaan, terutama dalam membantu mengambil keputusan didalam perusahaan, selain itu akintansi menghasilkan informasi yang digunakan manajer untuk opersai perusahaan serta memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sistem akuntansi mencatat data ekonomi mengenai kegiatan perusahaan dan hal-hal yang

37

terjadi pada perusahaan, yang hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan kebutuhan informasi mereka.

Dari Uraian diatas dapat diketahui beberapa definisi, “Akuntansi dapat didefenisikan sebagai system akuntansi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”

(James M. Reeve et al, 2009: 9)

Pengertian Akuntansi, menurut Harahap, (2001 ; 4) “Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran, dengan cara-cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan alat untuk menghasilkan informasi yang secara akurat, relevan, serta dapat dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pada umumnya dibagi dalam tiga bagian, bagian-bagian tersebut meliputi : (1) Informasi untuk pengambilan keputusan, (2) pengguna informasi, dan (3) informasi yang bermanfaat. Akuntansi yang biasa dilakukan oleh bagian akuntansi adalah untuk menghasilkan laporan keuangan serta laporan lainnya yang akan membantu berbagai pihak dalam pengambilan keputusan.

Akuntansi dan sistem informasi sangat berkaitan erat. Menurut Azhar Susanto (2013: 72), “Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan atau group dari sub sistem / bagian / komponen apapun baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk

mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan”.

Dari uraian diatas maka pengertian Sistem Informasi Akuntansi merupakan formulir, catatan, peralatan termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksanaannya dan laporan yang terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen.

B. Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Asas Pemungutan dan Pengelompokan Pajak.

1. Pengertian Pajak

Secara umum pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan tanpa mendapat kontraprestasi secara langsung, dan apabila ada dari masyarakat yang tidak melunasinya maka akan dikenakan sanksi oleh negara.

Selain hal tersbut diatas, terdapat beragam defenisi pajak dikalangan para sarjana ahli dibidang perpajakan. Beberapa diantara adalah sebagai berikut :

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Dalam Mardiasmo (2003: 21) mendefenisikan pajak sebagai berikut : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasrkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjakkan dan yang dugunakan untuk pengeluaran umum.”

Prof. Dr. P. J. A. Andriani, Dalam Waluyo (2002: 2) mendefenisikan pajak sebagai berikut : “Pajak merupakan iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan )

39

yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsungdapat dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemeritahan.”

Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki sifat- sifat sebagia berikut :

1. Pajak merupakan iuran kepada negara yang dapat dipaksakan.

2. Pajak diatur dalam peraturan-peraturan yang telah disahkan oleh pemeritah.

3. Wajib pajak tidak mendapatkan kontraprestasi secara langsung.

4. Apabila tidak dipatuhi maka akan dikenakan Sanksi sebagimana yang telah ditetapkan dalam undang-undang.

5. Pajak digunakan pemerintah untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat secara umum,misalnya : pembangunan sarana dan prasarana umum.

2. Fungsi Pajak

Adapun fungsi pajak adalah sebagai berikut : a. Revenue (Penerimaan)

Fungsi penerimaan atau sering dengan istilah Fungsi Budgetair (anggaran) adalah fungsi utama dari pemungutan pajak. Seperti diketahui bahwa pajak menyumbang hampir lebih dari 70% total pendapatan Negara. Hal ini menunjukkan partisipasi dominan pajak sebagai penyokong pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi belanja rutin pemerintah, belanja

pembangunan, belanja untuk keperluan legislasi dan yudikasi, serta pembiayaan lainnya.

b. Redistibution (Pemerataan)

Pajak yang dipungut oleh Negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas publik diseluruh wilayah Negara.

Hasil pajak yang dipungut tersebut benar – benar ditunjukkan untuk kemakmuran rakyat, sekaligus menghapus kesenjangan sosial yang tidak dapat dipungkiri terjadi di Indonesia.

c. Repricing (Pengaturan Harga)

Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau mencapai tujuan tertentu di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.

Contohnya adalah pemberlakuan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang bertujuan membatasi konsumsi masyarakat atas barang mewah.

d. Representation (Legalitas Pemerintahan)

Slogan revolusioner di Inggris yang menyerukan “No taxation without representation” dan di Amerika Serikat berbunyi “ Tax without representation is robbery” mengimplikasikan bahwa pemerintah membebani pajak atas warga Negara, dan warga Negara meminta akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan (pengenaan pajak tidak diputuskan secara sepihak oleh penguasa tetapi merupakan kesepaktan bersama dengan rakyat melalui perwakilannya di parlemen).

3. Asas Pemungutan Pajak

Ada tiga asas yang digunakan pemerintah untuk menunggu pajak Yaitu :

41

a) Asas Domisili, yaitu pajak dibebankan kepada pihak yang tinggal dan berada di suatu Negara tanpa memperhatikan sumber atau asal objek pajak yang diperoleh atau wajib diterima Wajib Pajak.

b) Asas sumber, yaitu bahwa pembebanan pajak oleh Negara hanya terhadap objek pajak yang bersumber atau berasal dari wilayah teritorialnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c) Asas Kebangsaan, yaitu bahwa status kewarganegaraan seseorang menentukan pembebanan pajak terhadapnya. Perlakuan perpajakan antara Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing itu berbeda.

5. Pengelompokan Pajak

Menurut Waluyo (2008:12) pajak dapat dielompokkan ke dalam tiga kelompok adalah sebagai berikut:

1. Menurut golongan

a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh pajak penghasilan.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Sebagai contoh pajak pertambahan nilai.

2. Menurut sifat

a. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memerhatikan keadaan dari wajib pajak. Sebagai contoh pajak penghasilan.

b. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memerhatikan keadaan diri wajib pajak. Sebagai contoh pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.

3. Menurut pemungutan dan pengelolaan

a. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Sebagai contoh pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai.

b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Sebagai contoh pajak reklame, pajak hiburan.

C. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2008:16) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 bagian adalah sebagai berikut:

1. Official Assessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

2. Self Assessment System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3. Withholding System

43

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

D. Pajak Penghasilan, Subjek, Objek, dan Tarif Pajak Penghasilan pasal 21 1. Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21.

Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Waluyo (2008:191).

2. Subjek Pajak Penghasilan 21

Yang menjadi subjek Pajak Penghasilan 21 adalah wajib pajak Orang Probadi yang menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

3. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

Yang menjadi Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur, yang berupa gaji, uang pension bulanan, upah, honorarium, premi bulanan,uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak,dan penghasilanteratur lainnya dengan nama apapun.

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur,yang berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, bonus, premi tahunan, dan penghasilan lainnya yang sifatnya tidak tetap.

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, termasuk uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan yang merupakan calon pegawai

d. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, Tabuungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, pesangon dan pembayaran lain sejenis.

4. Tarif Pajak penghasilan Pasal 21

Tarif PPh bagi Wajib Pajak yang memiliki NPWP Tarif PPh 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada Wajib Pajak (WP) yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):

Tabel 1.2

Tarif Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Per Tahun) Tarif Pajak

s.d Rp. 50.000.000,00 5 %

45

Rp. 50.000.000,00 s.d Rp. 250.000.000,00 15 % Rp. 250.000.000,00 s.d Rp. 500.000.000,00 25 %

Di atas Rp. 500.000.000,00 30 %

TARIF PPH 21 BAGI WAJIB PAJAK YANG TIDAK MEMILIKI NPWP

Berikut ini adalah tarif PPh 21 bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP:

 Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP, dikenakan

pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP.

 Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.

 Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.

 Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima

penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20%

(dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP.

E. Dasar Hukum PPh Pasal 21

Adapun dasar hukum yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang No 7 tahun 1983 diubah Undang-Undang No 7 tahun 1991 diubah Undang-Undang No 10 tahun 1994 dan telah diubah dengan Undang No 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dalam Undang-Undang No 36 tahun 2008, tentang pajak penghasilan.

b. Petunjuk pelaksanaan

a. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-545/PJ/2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Jenderal Pajak No.15/PJ/2006 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.

F. Mekanisme Penyetoran

Penyetoran atau pelimpahan pajak dilakukan dibawah tanggal 20 oleh

47

petugas pajak pada lembaga yang bersangkutan. Tempat pelaporan di Kantor Pelayanan Pajak.

Formulir yang di laporkan : 1. SPT Masa PPh Pasal 21

2. Daftar bukti pemotongan PPh Pasal 21 3. Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke - 3 G. Hasil Evaluasi

1. Penentuan Pajak Penghasilan

Berikut ini yang ditemukan penulis pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang berkaitan dengan sistem administrasi pajak penghasilan Pasal 21 menurut UU No 36 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

a. Pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1) Pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 terhadap gaji PNS.

2) Pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 terhadap gaji/honor dosen.

b. Untuk PNS, pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 dilakukan secara langsung oleh pihak Biro Rektor. Bendaharawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara hanya menerima pembayaran gaji karyawan termasuk dosen dalam bentuk yang telah dipotong PPh Pasal 21.

a. Tarif PPh Pasal 21 yang dipotongkan terhadap honor yang diterima para dosen adalah sebagai berikut :

1) Golongan III dikenakan tarif pajak penghasilan pasal 21 sebesar 5%.

2) Golongan IV dikenakan tarif pajak penghasilan Pasal 21 sebesar 15 %.

b. Dokumen yang digunakan dalam pemotongan PPh pasal 21 adalah daftar gaji yang berisi rincian pendapatan karyawan yang meliputi gaji pokok, tunjangan tunjangan yang diperoleh, dan iuran yang dipungut.

c. Perhitungan pajak penghasilan telah disesuaikan dengan UU Perpajakan No 36 tahun 2008 yang telah mengalami perubahan pada besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013.

48 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU telah menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh berbagai pihak baik internal maupun eksternal.

2. Sistem administrasi PPh Pasal 21 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan UU No 36 tahun 2008.

3. Penerapan PPh Pasal 21 telah dilakukan oleh Bendaharawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah dilaksanakan dengan tepat waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan No 36 tahun 2008 tentang PPh.

4. Pelaksanaan PPh Pasal 21 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis telah sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-545/PJ/2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

B. SARAN

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat penulis berikan untuk kebaikan dan kemajuan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Sistem administrasi PPh pasal 21 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara lebih ditingkatkan lagi guna mempermudah wajib pajak khusus pegawai dalam hal membayar pajak.

2. Dalam hal pemungutan pajak PPh pasal 21 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Bendaharawan belum menerbitkan bukti pemotongan gaji karyawan.

3. Sebaiknya Bendaharawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara mengikuti pelatihan-pelatihan atau diklat secara berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak mengenai kewajiban perpajakan ataupun perubahan perundang-undangan perpajakan.

50

DAFTAR PUSTAKA

Jogianto, HM. 2005. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta : Andi Mulyadi. 2003. Sistem Akuntansi. Yogyakarta : STE YKPN

Mardiasmo. Perpajakan, Edisi Revisi 2009, Yogyakarta : Andi

Purwono, Heri. 2010. Dasar – Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta : Penerbit Erlangga

Dokumen terkait