• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS

4.3 Rencana keperawatan

Rencana keperawatan yang di berikan pada Tn. A merupakan rencana yang sesuai dengan diagnosa keperawatannya. Untuk mengatasi gangguan pola eliminasi antara lain: pantau kebiasaan klien berkemih, hindari faktor pencetus inkontinesia uriene,seperti cemas, kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterilisasi dan berikan penjelasan tentang pemasangan kateter.dan untuk mengatasi masalah nyeri akut diberikan rencana keperawatan yang pertama di lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, yang kedua observasi reaksi

41

nonverbal dari ketidaknyamanan, yang ketiga ajarkan tentang tehnik non farmakologi dan yang keempat kolaborasi dalam pemberian obat. Rencana keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktivitas antara lain: berikan lingkungan yang nyaman, kemudian batasi pergerakan pasien. Dan rencana keperawatan untuk mengatasi gangguan pola tidur antara lain : Kaji pola tidur klien, identifikasi penyebab gangguan tidur, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, ciptakan lingkungan yang nyaman. Rencana keperawataan untuk mengatasi devisit pengetahuan antara lain: kaji pengetahuan pasien, lakukan edukasi tentang ISK, sediakan informasi bagi keluarga tentang kondisi, dengan carat yang tepat.

4.4 Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. Pemberian tindakan dilakukan selama tiga hari dan memberikan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan masalah keperawatan klien.

Untuk mengatasi masalah gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih.implementasi yang pertama memantaukan kebiasaan klien berkemih Hasil: klien mengatakan sudah nyaman saat dipasangkan kateter, implementasi kedua Menghindari faktor pencetus inkontinesia urine, seperti cemas Hasil : klien mengatakan tidak cemas lagi karena dipasang kateter. Adapun implementasi mengatasi nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. Implementasi yang pertama melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Dengan hasil Tn. A klien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah(suprapubik) P: nyeri terasa saat BAK Q: rasa nyeri seperti ditusuk- -tusuk R: nyeri terasa di perut dibagian bawah S: skala nyeri 5 (sedang) T: nyeri hilang timbul dan klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah P: nyeri terasa saat BAK Q: rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk R: terasa

42

dibagian bawah perut (suprapubik) S: skala nyeri 3 (sedang) T: nyeri hilang timbul dan pada hari kedua dan ketiga implementasi pada Tn. A nyeri berkurang.

Implementasi kedua mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan dengan hasil Tn. A klien tampak meringis tetapi pada hari kedua dan ketiga pada Tn. A klien sudah tidak meringis karena nyerinya berkurang. Implementasi ketiga mengajarkan tehnik non farmakologi dengan hasil pada Tn. A yaitu mengajarkan tehknik relaksasi napas dalam. Implementasi keempat berkolaborasi dalam pemberian obat dengan hasil dari hari pertama hingga hari ketiga penulis memberikan obat sesuai dengan anjuran dokter. Implementasi yang diberikan untuk mengatasi intoleransi aktivitas berhubungan dangan kelemahan.

Implementasi pertama mengkaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas yang normal dengan hasil pada Tn. A bisa melakuakn aktivitas mandiri dengan berpindah tempat. Implementasi kedua memberikan lingkungan yang nyaman dengan hasil yang didapatkan pada Tn. A klien mengatakan sudah nyaman dengan lingkungannya. Dan implementasi yang diberikan untuk mengatasi gangguan pola tidur berhubungan kurangnya kontrol tidur. Implementasi pertama mengkaji pola tidur klien dengan hasil pada Tn. A klien mengatakan sering terbangun dan klien mengatakan susah tidur dan pada hari kedua dan ketiga klien sudah bisa tidur dengan tenang. Implementasi kedua mengidentifikasi penyebab gangguan tidur dengan hasil pada Tn. A dan disebabkan oleh nyeri perut bagian bawah (suprapubik). Implementasi ketiga menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat dengan hasil klien memahaminya. Implementasi keempat menciptakan lingkungan yang nyaman dengan hasil lingkungan disekitar klien cukup tenang.

Implementasi yang diberikan untuk mengatasi devisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi. Implementasi yang pertama mengkaji pengetahuan klien dengan hasil yang klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya, implemnetasi kedua melakukan edukasi tetang ISK dengan hasil klien mengatakan mengerti dengan ISK, implementasi ketiga mengajarkan cara mengatasi ISK dengan hasil yang didapatkan pada Tn. A klien mengatakan mengerti cara mengatasi ISK dengan sederhana.

43 4.5 Evaluasi

Dari tindakan yang dilakukan hasil yang didapatkan pada Tn. A melalui observasi dengan tiga kali pertemuan:

4.5.1 gangguan pola eliminsi urine berhubungan dengan penurunan kapastis kandung kemih, klien mengatakan saat ini bisa mengontrol kencingnya dengan baik dan normal

4.5.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, masalah teratasi ditandai dengan klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang dengan skala 3 (ringan), klien terlihat rileks saat nyerinya berkurang.

4.5.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, masalah teratasi ditandai dengan klien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandri seperti berpindah tempat tanpa dibantu keluarganya, klien terlihat beraktivitas dan berpindah tempat tanpa dibantu oleh keluarganya.

4.5.4 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, masalah teratasi ditandai dengan klien mengatakan sudah bisa beristirahat dengan nyaman tanpa keluhan sebelumnya, klien terlihat tidur dengan nyenyak dan nyaman tanpa mengeluh nyeri.

4.5.5 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi, masalah teratasi ditandai dengan klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang dialaminya saat ini, klien terlihat mengerti tentang ISK setelah dilakukan edukasi tentng ISK.

Berdasarkan pada uraian di atas didapatkan bahwa dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprenhensif pada klien akan membantu menyelesaikan masalah keperawata yang ada .

44 BAB 5 PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan saran dalam peningkatan asuhan keperawatan khususnya pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan studi kasus penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1) Penulis telah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A di Ruang Perawatan Dahlia B di RSUD Tarakan. Penulis melalui setiap tahapan-tahapan dari proses keperawatan yang mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan, pelaksanaan keperawatan serta evaluasi dapat dilakukan dengan lancar dan baik.

2) Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus pada pengkajian yaitu riwayat kesehatan keluarga, istirahat tidur, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik. Diagnosa yang dirumuskan oleh penulis pada Tn. A dengan Infeksi Saluran Kemih tidak semuanya sama yang didapatkan pada teori. Rencana keperawatan disusun oleh penulis berdasarkan diagnosa yang ditegakkan dan disusun sesuai dengan teori yang ada hubungan dengan masalah. Tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah disusun dan dilakukan bersama-sama klien dan keluarga. Pada tahap evaluasi dari setiap tindakan yang diberikan, penulis menemukan empat diagnosa yang ditemukan. Dan Empat diagnosa teratasi sesuai dengan kriteria hasil.

3) Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan Infeksi Saluran Kemih adalah bahwa klien dan keluarga bersikap kooperatif, diberikan kebebasan oleh pihak rumah sakit dalam setiap melakukan tindakan keperawatan, tercukupinya refrensi, tersedia nya fasilitas dari institusi yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan klien.

Sementara faktor penghambat penulis adalah keterbatasan waktu yaitu tidak

45

bersama klien dalam 24 jam dan kurangnya kemampuan, keterampilan , dan pengetahuan untuk melaksanakan beberapa asuhan keperawatan pada klien.

4) Pemecahan masalah yang dilakukan penulis pada Tn. A. di Ruang Perawatan Dahlia B RSUD Tarakan yaitu dengan pelaksanaan intervensi yang telah direncanakan berupa tindakan promotif, preventif, kuratif meliputi tindakan kolaboratif dengan tim kesehatan mengenai pemeriksaan penunjang.

5.2.Saran

Dalam waktu tiga hari penulis telah melakukan tahapan proses keperawatan, selanjutnya penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dijadikan pertimbangan atau pedoman dalam melakukan proses keperawatan yaitu : 1) Bagi keluarga pasien

Sebaiknya keluarga Tn. A lebih memperhatikan kesehatannya karena meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan di rumah sakit tetapi hal tersebut belum tentu menghilangkan faktor kemungkinan tidak terjadinya lagi Infeksi saluran kemih, jadi sangat diharapkan kepada keluarga Tn. A untuk memberikan dukungan penuh dengan mencegah perilaku yang dapat menyebabkan penyakit penderita menjadi kambuh.

2) Bagi mahasiswa

Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki agar pada saat melakukan proses keperawatan seperti pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, implementasi dan evaluasi dapat berjalan dengan lancar serta efisien.

3) Bagi institusi

Diharapkan institusi lebih memperhatikan waktu pada proses pengkajian sampai perencanaan di ujian akhir program agar peserta pada saat ujian dapat melakukan proses itu dengan baik serta institusi juga dapat menyediakan sumber referensi terbaru yang cukup untuk mendukung mahasiswa dalam menyusun laporan tugas akhir.

4) Bagi rumah sakit

Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien diharapkan kerja sama dengan sesama tim kesehatan makin ditingkatkan serta alangkah baiknya juga jika tenaga kesehatan yang

46

ada memberikan pengetahuan tentang penyakit yang dialami oleh penderita, sehingga dapat memotivasi klien dan keluarga dalam mempertahankan kesehatannya baik saat berada di Rumah Sakit maupun di rumah.

47

DAFTAR PUSTAKA

Aru. W Sudoyo.(2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing. Jakarta

Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.(Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makasar). Diakses tanggal 14 Mei 2016.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medkal Bedah Sistem Perencanaan.

Yogyakarta: Gosyen publisher.

IDAI, (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2 cetakan peratama Jakarta. Badan Penerbit IDAI.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Eliminasi Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: Pearson Education. Liza Fitri Lina, Ferasinta, Oktavidiati, E.

Mufidaturrohmah. (2017). Dasar-dasar Keperawatan Buku Referensi Ilmu Dasar Keperawatan. Yogyakarta: PENERBIT GAVA MEDIA.

Musdalipah. (2018). Identifikasi Drug Related

Problem ( DRP ) Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih. 11(1), Manurung, N. (2018). Keperawatan medical bedah konsep, mind mapping dan

NANDA NIC NOC. Jakarta: TIM.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja.

Purnomo, B. B. (2011). Dasar- dasar Urologi. Jakarta: CV sagung seto.

Soegijanto S. 2010. Patogen Infeksi Virus Dengue Recent Update. Applied Management of Dengue Viral Infection in chidren. 6 November 2010.

Wartonah, Tarwoto.2010. kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.

Jakarta:Salemba Medikal.

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.

Jakarta:Sagung seto.

Dokumen terkait