• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Kawasan Perbatasan

2.4.3. Rencana Pengembangan Tata Kota

Rencana pengembangan tata kota di Kabupaten Jepara meliputi kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Jepara.

a. Kecamatan Kedung

Rencana struktur ruang kota yang terpilih yaitu dengan mengembangkan tiga pusat utama pelayanan kota, yaitu Desa Menganti, Bugel dan Sowan Lor. Pusat pelayanan kota terdiri dari pusat pelayanan umum yang diletakkan di Desa Menganti merupakan pusat pelayanan bagi bagian utara wilayah kota. Sementara pusat utama kedua di Desa Bugel merupakan kawasan perkantoran dan pelayanan umum yang berskala lokal kota Kedung maupun regional kecamatan. Pusat kegiatan ketiga di Desa Sowan Lor yang diarahkan sebagai tempat pengembangan pusat jasa dan pelayanan umum.

Keterhubungan antar kegiatan kota dikembangkan dengan rencana jaringan jalan yang dikembangkan untuk mengurangi intensitas lalu lintas pada jalur utama kota, sekaligus untuk mengarahkan pembangunan kota. Jaringan jalan penghubung di desa-desa yang dikenal dengan jalan poros desa yang mempunyai fungsi ekonomi tinggi akan lebih ditekankan. Jalan tersebut terletak di desa Sowan Lor-Dongos menuju ke Tahunan. Selain itu juga dilakukan peningkatan jaringan jalan local sekunder dan jalan lingkungan.

Rencana pengembangan Kecamatan Kedung terdiri dari tiga BWK yang masing-masing memiliki fungsi berbeda-beda. BWK I merupakan bagian wilayah kota yang teralokasi di sebelah utara yaitu Desa Menganti yang diarahkan sebagai tempat pengembangan pelayanan umum terutama pendidikan. Selain itu kegiatan lain berupa pengembangan industri kecil sebagai perajin mebel ukir. BWK II merupakan pusat kota untuk Kecamatan Kedung yang meliputi Desa Bugel,

Jondang dan Wanusobo. Desa Bugel sebagai pusat BWK II dan juga pusat Ibukota Kecamatan Kedung. BWK II diarahkan sebagai tempat pengembangan pelayanan perkantoran. BWK III meliputi wilayah Desa Sowan Lor dan Desa Dongos diarahkan sebagai tempat pengembangan fungsi kegiatan utama yang berupa kegiatan pusat jasa lokal/kota (perbankan dan perdagangan lokal/perdagangan eceran yang memiliki skala pelayanan lokal), permukiman dan ruang terbuka hijau.

b. Kecamatan Welahan

Rencana pengembangan Kecamatan Welahan diarahkan pada BWK I (Desa Kalipucang Kulon, Kalipucang Wetan, Teluk Wetan dan Brantak Sekarjati) sebagai pusat pengembangan yang dilalui oleh jalan utama kota dan merupakan jalan utama. Arahan pengembangan fungsi yaitu fungsi pelayanan umum atau perkantoran tingkat kecamatan, perdagangan dan jasa, permukiman, pertanian, fasilitas sosial dan umum, campuran serta transportasi. Sedangkan arah pengembangan BWK II (Desa Gidangelo, Welahan dan Gedangan) memiliki fungsi sebagai pendukung BWK I dengan arahan kawasan sebagai kawasan permukiman (fungsi kawasan yang mendominasi), pertanian, fasilitas sosial dan umum.

Rencana pengembangan struktur pelayanan cenderung untuk pengembangan fasilitas pelayanan umum dengan skala pelayanan tingkat kecamatan. Fungsi-fungsi pelayanan tersebut terhubung dengan struktur jaringan jalan yang akan membentuk sistem pelayanan terpadu dalam kota.

c. Kecamatan Mayong

Ibukota Kecamatan Mayong memiliki berbagai aktifitas dimana kebanyakan dari aktifitas ini terjadi di sepanjang jalur utama kota tepatnya di sekitar Desa Pelemkerep dan Mayong Lor. Daerah pengembangan Kota Mayong diarahkan menuju bagian utara (Desa Singorojo dan Sengonbugel serta sebagian Desa Pelang) dan selatan (Desa Kuanyat dan Tigojuru) dengan tidak melupakan pengembangan aktifitas yang ada di Desa Pelemkerep dan Mayong Lor.

Struktur tata ruang Kota Mayong memiliki dua pola struktur yaitu tipe pengembangan linear dan organik. Rencana struktur Kota Mayong disusun berdasarkan konsep pengembangan ruang tipe konsentrik akan diterapkan dalam skala kota, BWK maupun skala unit lingkungan.

 Pola pengembangan konsentrik skala kota, untuk pola pengembangan konsentrik skala kota ini hanya terdapat satu tempat atau lokasi yang berpotensi untuk menjadi tempat untuk menjadi pusat dari Kota Mayong yaitu kawasan pusat pemerintahan kecamatan (aktifitas pemerintah/perkantoran) dan pusat kegiatan lainnya (pusat perdagangan) yang berada di bagian wilayah Desa Pelemkerep dan Mayong Lor.

 Pola pengembangan konsentrik skala BWK, untuk pola pengembangan konsentrik skala BWK dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan penggunaan lahan dengan sistem mix use sesuai dengan kecenderungan kebutuhan yang terjadi saat ini. Misalnya untuk penggunaan perdagangan dan rumah tinggal (ruko), perkantoran dan rumah (rukan) maupun penggunaan campuran lainnya seperti perdagangan, penginapan serta tempat tinggal. Untuk itu dalam konsep pengembangan ruang Kota Mayong digunakan perpaduan diantara sistem zoning dengan sistem mix use.

 Pola pengembangan konsentrik skala unit lingkungan, untuk pola pengembangan konsentrik skala unit lingkungan dilihat dari karakteristik kota Mayong yang berasal dari lingkungan permukiman pedesaan dengan kelompok-kelompok permukiman. Hal tersebut merupakan unit-unit lingkungan yang berdiri sendiri sehingga dalam pengembangannyapun perlu ditangani secara khusus.

Tingkat pelayanan yang ada dalam wilayah kota Mayong dibagi kedalam beberapa jenjang, yaitu sebagai berikut :

 Pusat pelayanan skala kecamatan

Pusat pelayanan ini mempunyai wilayah pelayanan seluruh kecamatan Mayong. Jenis fasilitas yang terdapat di pusat pelayanan berupa fasilitas kesehatan, peribadatan, pendidikan, perdagangan, perkantoran dan pelayanan umum serta fasilitas olahraga dan rekreasi.

 Pusat pelayanan skala kota

Pusat pelayanan skala kota ini mempunyai jangkauan pelayanan meliputi seluruh wilayah kota yang terdiri dari beberapa bagian wilayah kota. Jenis fasilitasnya meliputi kesehatan, peribadatan, pendidikan, perdagangan, olahraga dan rekreasi.

Jangkauan pelayanan skala BWK meliputi satu BWK yag terdiri dari beberapa blok atau unit lingkungan. Pusat pelayanan ini identik dengan fasilitas skala pelayanan 30.000 penduduk. Jenis fasilitasnya meliputi perdagangan dan jasa, kesehatan, olahraga dan ruang terbuka.

d. Kecamatan Nalumsari

Rencana pengembangan Kecamatan Nalumsari diarahkan pada dua BWK. BWK I merupakan bagian wilayah kota sebelah barat yang masuk dalam wilayah administrasi sebagian Desa Nalumsari, sebagian Desa Bendanpete, dan sebagian Desa Gemiring Lor dengan pusat BWK berada di sekitar lokasi kantor Kecamatan Nalumsari. Fungsi dari BWK I adalah sebagai pusat pemerintahan, permukiman, perdagangan dan jasa, industri kecil/rumah tangga dan pelayanan pendidikan dan kesehatan, baik untuk lingkungan BWK, ibukota kecamatan maupun lingkup Kecamatan Nalumsari. BWK II merupakan bagian wilayah kota sebelah timur yang masuk dalam wilayah administrasi sebagian wilayah Desa Daren, sebagian Desa Tritis dan sebagian Desa Karangnongko dengan pusat BWK berada disekitar Pasar Daren. Fungsi dari pusat BWK II adalah sebagai pusat permukiman, industri, perdagangan dan jasa, pelayanan pendidikan untuk lingkup BWK, ibukota kecamatan maupun lingkup Kecamatan Nalumsari.

Rencana penggunaan lahan di ibukota Kecamatan Nalumsari yaitu meliputi kawasan permukiman, pemerintahan dan bangunan umum, perdagangan dan jasa, kegiatan campuran, industry kecil, pertanian, ruang terbuka hijau, makan dan lapangan.

e. Kecamatan Batealit

Rencana pengembangan Kecamatan Batealit diarahkan pada dua BWK. BWK I terdiri atas Desa Mindahan, Mindahan Kidul, Sumosari, Batealit dan Bringin. BWK I merupakan pusat perkembangan ibukota Kecamatan Batealit yang dilalui oleh jalan utama kota disamping sebagai pusat kegiatan pelayanan umum tingkat kecamatan juga merupakan titik pertumbuhan kota dan pusat kegiatan utama. Adapun arahan pengembangan fungsi sebagai fungsi pelayanan umum atau perkantoran tingkat kecamatan, fungsi perdagangan dan jasa, fungsi permukiman, fungsi fasilitas sosial dan umum, fungsi campuran, fungsi pertanian, fungsi industri serta fungsi transportasi. BWK I didominasi oleh fungsi kawasan sebagai pelayanan umum dan perkantoran tingkat kecamatan. BWK II terdiri atas Desa

BWK I dengan arahan untuk kawasan permukiman, pertanian, fasilitas sosial dan umum. BWK II didominasi oleh fungsi kawasan sebagai permukiman.

Rencana penggunaan ruang di wilayah ibukota Kecamatan Batealit secara garis besar meliputi penggunaan untuk perumahan, pemerintahan dan bangunan umum, perdagangan dan jasa, pelayanan sosial, jalur hijau dan ruang hijau terbuka serta jalur transportasi serta industry dan campuran.

f. Kecamatan Kembang

Rencana pengembangan Kota Kembang diarahkan pada tiga blok lingkungan kota. Berikut merupakan arah pengembangan berdasarkan blok-blok lingkungan Kota Kembang.

 Blok lingkungan kota I merupakan bagian wilayah kota yang berlokasi dipusat Kota Kembang. Blok ini diarahkan sebagai tempat pengembangan pelayanan umum terhadap masyarakat yang meliputi pelayanan pemerintahan (tingkat kecamatan dan desa), pelayanan keamanan (kantor polisi dan kantor koramil untuk skala pelayanan Kecamatan Kembang), pendidikan (SLTA dikembangkan untuk melayani kebutuhan di Kecamatan Kembang), perdagangan dan jasa (pertokoan, warung, warung makan dan sejenisnya beserta aktifitas-aktifitas jasa meliputi jasa angkutan ojek, jasa simpan pinjam seperti bank, koperasi untuk melayani kebutuhan tingkat kecamatan), pelayanan kesehatan (puskesmas, apotik tempat praktek dokter yang memiliki lingkup pelayanan wilayah kecamatan), peribadatan (masjid raya di Desa Jinggotan sebagai pusat pelayanan kegiatan peribadatan) dan permukiman (permukiman dengan kepadatan sedang-tinggi).

 Blok lingkungan kota II merupakan wilayah kota yang memiliki fasilitas permukiman dan sejenisnya. Aktifitas yang mendukung permukiman meliputi aktifitas pendidikan, perdagangan dan lain-lain.

 Blok lingkungan kota III meliputi wilayah milik perhutani yaitu hutan dan fasilitas kehutanan yang mendukung perkotaan seperti kantor hutan, lokasi pembibitan dan tempat penimbunan hasil hutan. Blok lingkungan ini disamping fungsi hutan juga fungsi untuk pengembangan fungsi pertanian yang masuk hal milik warga masyarakat terutama pada daerah utara desa Jinggotan.

g. Kecamatan Keling

Rencana struktur pelayanan kegiatan memiliki jenjang skala nasional, skala regional (kecamatan dan sekitarnya), skala lokal (kota) maupun skala bagian wilayah kota (BWK). Dalam persebaran sarana dan prasarana yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pelayanan masing-masing wilayah. Penentuan pelayanan di wilayah Kecamatan Keling adalah :

 Penentuan pelayanan skala regional melayani masyarakat Kecamatan Keling dan wilayah sekitarnya. Adapun pelayanan skala regional yang dibutuhkan dalam wilayah perencanaan meliputi fasilitas perkantoran (kantor pelayanan umum), pendidikan (SLTP, SLTA), kasehatan (puskesmas), peribadatan (masjid), perdagangan (pertokoan, pasar, SPBU dan bank), transportasi (terminal).

 Penentuan pelayanan skala lokal meliputi fasilitas-fasilitas umum yang dibutuhkan dalam kota. Pelayanan skala meliputi fasilitas perkantoran (kantor pelayanan umum, kantor pos pembantu dan pos kamtib, kantor kepala kelurahan), fasilitas pendidikan (SLTA, SLTP dengan pelayanan 4.800 tiap unit fasilitas dan SD), fasilitas kesehatan (balai pengobatan, apotik dan BKIA), fasilitas peribadatan (musholla), fasilitas olahraga (taman bermain kecil dan besar), fasilitas perdagangan (pertokoan dan toko).

Pembagian wilayah kota atas wilayah-wilayah yang lebih kecil bertujuan untuk meratakan perkembangan keseluruh wilayah kota dan mendekonsentrasikan aktifitas perkotaan keseluruh wilayah kota agar beban kawasan pusat kota tidak terlampau berat (overload).

h. Kecamatan Karimunjawa

Pengembangan wilayah di Kecamatan Karimunjawa dibedakan berdasarkan pada karakteristik lingkungan dan tata ruang perwilayahan. Pengembangan wilayah berdasarkan pada karakteristik lingkungan di Kecamatan Karimunjawa adalah sebagai berikut :

 Wilayah perkotaan, yaitu lingkungan pada wilayah perencanaan yang karakteristiknya sudah atau direncanakan bersifat kekotaan. Daerah tersebut meliputi area pusat kota dan sepanjang kanan kiri arteri.

 Wilayah transisi yaitu lingkungan pada wilayah perencanaan yang karakteristiknya merupakan peralihan antara wilayah perkotaan dan wilayah

pedesaan. Daerah tersebut meliputi area dekat dengan pusat dan jalur arteri yang meliputi blok-blok wilayah permukiman padat dan lahan kosong.

 Wilayah pinggiran yaitu lingkungan pada wilayah perencanaan yang karakteristiknya masih dipertahankan untuk bersifat pedesaan. Daerah tersebut meliputi perbatasan wilayah Ibukota Kecamatan Karimunjawa di bagian utara dan selatan.

Sedangkan pengembangan wilayah Kecamatan Karimunjawa berdasarkan tata ruang perwilayahan dapat dikembangkan sebagai berikut :

 Daerah pengembangan efektif

Daerah ini dititikberatkan pada pengembangan intensif dari perkotaan yang cukup memiliki fasilitas-fasilitas lahan terbangun, meliputi pusat perdagangan, pusat pemerintah dan perkantoran, permukiman dan pusat-pusat kegiatan lain berskala pelayanan kota dan regional

Open space dan daerah konservasi

Daerah ini dititik beratkan pada keseimbangan alam dan segi kenyamanan ruang serta keamanan wilayah. Lahan ini difungsikan sebagai lapangan-lapangan terbuka kota dan jalur konservasi sungai dan lahan kritis.

Rencana sistem pusat pelayanan dalam mewadahi aktifitas-aktifitas yang ada di Karimunjawa maka dibutuhkan pusat-pusat pelayanan untuk mengakomodasi keperluan serta kepentingan penduduk. Penempatan pusat pelayanan yang akan direncanakan harus selaras serta sesuai dengan struktur tata ruang yang direncanakan untuk pusat-pusat pelayaan pemerintahan, kesehatan, pendidikan, permukiman, perdagangan, transportasi serta sentra produksi. Skala pelayanannya ada tiga jenis, yaitu :

 Skala regional, melayani penduduk Karimunjawa dan penduduk di luar Karimunjawa.

 Skala kecamatan, melayani penduduk di Karimunjawa.

 Skala desa, melayani penduduk desa-desa yang terdapat di Karimunjawa. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan, menggerakkan sector ekonomi potensial daerah (kepariwisataan laut) serta eksploitasi SDA dengan menggunakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan.

Dokumen terkait