• Tidak ada hasil yang ditemukan

Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan atas perkenan-nya, dapat kami selesaikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan atas perkenan-nya, dapat kami selesaikan"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan atas perkenan-Nya, dapat kami selesaikan Buku Dokumen kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2013.

Buku ini berisi tentang Pendahuluan, Kondisi Umum Daerah, Kondisi SPAM Eksisting, Standar Dan Kriteria Perencanaan, Proyeksi Kebutuhan Air, Potensi Air Baku, Rencana Pengembangan SPAM, Rencana Pembiayaan Dan Pola Investasi, Rencana Pengembangan Kelembagaan Serta Rekomendasi.

Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyiapkan laporan ini, semoga produk ini dapat memberi gambaran menyeluruh mengenai permasalahan, capaian hasil kerja, kebutuhan metodologi dan tata cara teknis pelaksanaan pekerjaan.

Jepara, 2013

(3)

DAFTAR ISI

Halaman K KaattaaPPeennggaannttaarr i D DaaffttaarrIIssii ii D DaaffttaarrTTaabbeell iv D DaaffttaarrGGaammbbaarr vi B BAABB11 PPEENNDDAAHHUULLUUAANN 1.1. Latar Belakang I - 1

1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan I - 4

1.3. Sistematika Laporan I - 5

B

BAABB22 KKOONNDDIISSIIUUMMUUMMDDAAEERRAAHH

2.1. Karakteristik Daerah II - 1

2.2. Sarana dan Prasarana II - 12

2.3. Sosial Ekonomi dan Budaya II - 24

2.4. Ruang dan Lahan II - 27

2.5. Kependudukan II - 44

2.6. Keuangan Daerah II - 46

B

BAABB33 KKOONNDDIISSIISSPPAAMMEEKKSSIISSTTIINNGG

3.1. Aspek Teknis III - 3

3.2. Aspek Non Teknis III - 26

3.3. Permasalahan SPAM III - 34

B

BAABB44 SSTTAANNDDAARRDDAANNKKRRIITTEERRIIAAPPEERREENNCCAANNAAAANN

4.1. Standar Kebutuhan Air IV - 1

4.2. Kriteria Perencanaan IV - 2

4.3. Periode Perencanaan IV - 8

4.4. Kriteria Daerah Layanan IV - 9

B

BAABB55 PPRROOYYEEKKSSIIKKEEBBUUTTUUHHAANNAAIIRR

5.1. Arah Perkembangan Kota V - 1

5.2. Rencana Daerah Pelayanan V - 5

5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk V - 6

5.4. Proyeksi Kebutuhan Air Minum V - 9

B

BAABB66 PPOOTTEENNSSIIAAIIRRBBAAKKUU

6.1. Potensi Air Permukaan VI - 1

6.2. Potensi Air Tanah VI - 2

6.3. Alternatif Sumber Air Baku VI - 6

(4)

B

BAABB77 RREENNCCAANNAAPPEENNGGEEMMBBAANNGGAANNSSPPAAMM

7.1.

Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

Wilayah

VII - 1

7.2. Rencana Sistem Pelayanan VII - 1

7.3. Rencana Pengembangan SPAM VII - 11

7.4. Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum VII - 18 B

BAABB88 RREENNCCAANNAAPPEEMMBBIIAAYYAAAANNDDAANNPPOOLLAAIINNVVEESSTTAASSII

8.1. Kebutuhan Investasi dan Sumber Pendanaan VIII - 1 8.2. Pentahapan Pembiayaan dan Pola Investasi VIII - 3 B

BAABB99 RREENNCCAANNAAPPEENNGGEEMMBBAANNGGAANNKKEELLEEMMBBAAGGAAAANN

9.1. Lembaga Penyelenggara IX - 1

9.2. Struktur Organisasi IX - 5

9.3. Kebutuhan Sumber Daya Manusia IX - 6 9.4. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia IX - 6 B

BAABB1100 RREEKKOOMMEENNDDAASSII

LAMPIRAN

- Gambar

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Jepara II - 5 Tabel 2.2. Topografi Kecamatan di Kabupaten Jepar II - 6 Tabel 2.3. Curah Hujan dan Hari Hujan Kecamatan di Kabupaten

Jepara II - 11

Tabel 2.4.

Jumlah Prasarana dan Sarana Pengolahan Limbah dan

Penggunaan Sumber Air Kabupaten Jepara Tahun 2012

II - 14 Tabel 2.5. Data Jumlah Kepemilikan dan Jumlah Sarana Sanitasi Dasar

Kabupaten Jepara Tahun 2011. II - 15

Tabel 2.6. Data Jenis Tingkat Pencemaran Berdasarkan Sumber air yang

dipakai. II - 16

Tabel 2.7.

Prasarana dan Sarana Pengairan di Wilayah Kabupaten

Jepara Tahun 2011.

II - 17 Tabel 2.8.

Panjang Saluran Irigasi di Wilayah Kabupaten Jepara

Tahun 2011

II - 18

Tabel 2.9.

Jumlah Prasarana dan Sarana Kesehatan di Kabupaten

Jepara Tahun 2011

II - 19

Tabel 2.10.

Banyaknya Tempat Ibadah di Kabupaten Jepara Tahun

2011

II - 20 Tabel 2.11.

Jumlah Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2011

II - 24 Tabel 2.12.

Jumlah Penderita Penyakit Kabupaten Jepara Tahun

2011

II - 26 Tabel 2.13.

Tata Guna Lahan di Kabupaten Jepara Tahun 2011

II - 29 Tabel 2.14.

Penggunaan Lahan di Kabupaten Jepara Tahun 2011

II - 30 Tabel 2.15.

Perubahan Penggunaan Lahan Sawah di Kabupaten

Jepara Tahun 2010 – 2011

II - 42

Tabel 2.16.

Perubahan Penggunaan Lahan Kering di Kabupaten

Jepara Tahun 2010

II - 43

Tabel 2.17.

Perubahan Penggunaan Lahan Kering di Kabupaten

Jepara Tahun 2011

II - 44 Tabel 2.18.

Jumlah Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2011

II - 45 Tabel 2.19.

Kepadatan Penduduk Per km

2

di Kabupaten Jepara

Tahun 2011

II - 46 Tabel 3.1.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Salah Satu

Sumur dalam PDAM Kabupaten Jepara (DW 02, Ds.

Kuwasen)

III - 3 Tabel 3.2.

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air PDAM Tahun 2012

III - 4 Tabel 3.3.

Sumur Dalam PDAM Kabupaten Jepara

III - 4 Tabel 3.4.

Reservoir Yang Dimiliki Oleh PDAM Kabupaten Jepara

III - 9 Tabel 3.5.

Kebutuhan Volume Reservoir Dibandingkan dengan

Kondisi Eksisting yang Ada di PDAM Kabupaten Jepara

III - 9 Tabel 3.6.

Diameter dan Panjang Pipa Eksisting yang Ada di

III - 10

(6)

Tabel 3.7.

Jumlah Sambungan Rumah (SR) di Masing – masing

Cabang PDAM Kabupaten Jepara Tahun 2008 s/d Mei

2013

III - 16 Tabel 3.8.

Tingkat Kebocoran di Masing-masing Cabang PDAM

Kabupaten Jepara

III - 17

Tabel 3.9.

Tingkat Pelayanan PDAM Kabupaten Jepara Tahun

2011

III - 20 Tabel 3.10.

Kinerja Pelayanan PDAM Kabupaten Jepara

III - 25 Tabel 3.11.

Jumlah Pegawai PDAM Kabupaten Jepara Berdasarkan

Jenis Pegawai

III - 27 Tabel 3.12.

Jumlah Pegawai PDAM Kabupaten Jepara Berdasarkan

Jenis Pendidikan

III - 28 Tabel 3.13.

Perkembangan Produksi, Distribusi, Penjualan Air

PDAM Kabupaten Jepara Tahun 2008 s/d 2012

III - 31

Tabel 3.14.

Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Jepara Tahun

2008 s/d 2012

III - 31

Tabel 3.15.

Tarif Retribusi Pemakaian Air di PDAM Kabupaten

Jepara

III - 32 Tabel 3.16.

Kontribusi Setoran PAD PDAM Kabupaten Jepara

Tahun 2004 s/d 2009

III - 33 Tabel 3.17.

Biaya Operasional PDAM Kabupaten Jepara Tahun 2008

s/d 2012

III - 33

Tabel 4.1.

Tingkat Pemakaian Air Minum Domestik (Rumah

Tangga) Sesuai Kategori Kota

IV - 1

Tabel 4.2.

Kriteria Pipa Transmisi

IV - 5

Tabel 4.3.

Jumlah dan Debit Pompa Sistem Transmisi Air Minum

IV - 6

Tabel 4.4.

Kriteria Teknis Perencanaan SPAM

IV - 8

Tabel 5.1.

Rata – rata Laju Pertumbuhan Penduduk

V - 6 Tabel 5.2.

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Wilayah Pelayanan

Perkotaan

V - 7

Tabel 5.3.

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Wilayah Pelayanan

Perdesaan

V - 8

Tabel 5.4.

Proyeksi Kebutuhan Air Wilayah Pelayanan Perkotaan

V - 10 Tabel 5.5.

Proyeksi Kebutuhan Air Wilayah Pelayanan Perdesaan

V - 12 Tabel 6.1.

Sungai dan Debitnya di Wilayah Kabupaten Jepara

VI - 1 Tabel 6.2.

Potensi Cekungan Air Tanah Dalam di Wilayah Jawa

Tengah

VI - 3 Tabel 7.1.

Rencana Tingkat Pelayanan SPAM Kabupaten Jepara

VII - 3 Tabel 7.2.

Tabel 8.1. Tabel 8.2.

Tahapan Pelaksanaan Program PSAB

Rencana Anggaran Biaya Pembangunan SPAM

Perkotaan Kabupaten Jepara

Rencana Anggaran Biaya Pembangunan SPAM

Pedesaan Kabupaten Jepara

VII VIII VIII -15 2 2

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten Jepara II - 2

Gambar 2.2.

Peta kemiringan lahan Kabupaten Jepara

II - 7

Gambar 2.3.

Peta jenis tanah Kabupaten Jepara

II - 10

Gambar 2.4.

peta curah hujan Kabupaten Jepara

II - 12

Gambar 3.1. Peta lokasi cabang PDAM Kabupaten Jepara III - 2 Gambar 3.2. IPA Gerdu dan Intake di Cabang Kedung I III - 6 Gambar 3.3. Peta Lokasi Sumur Dalam PDAM Kabupaten Jepara III - 7 Gambar 3.4. Reservoir 500 m3di Cabang Jepara Kota III - 9 Gambar 3.5.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Bangsri

III - 11 Gambar 3.6.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Donorojo

III - 12 Gambar 3.7.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Jepara

III - 12 Gambar 3.8.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Kalinyamatan

III - 13 Gambar 3.9.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Kedung

III - 13 Gambar 3.10.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Mayong

III - 14 Gambar 3.11.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Mlonggo

III - 14 Gambar 3.12.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Pakis Aji

III - 15 Gambar 3.13.

Peta Jaringan Pipa Air Kecamatan Tahunan

III - 15 Gambar 3.14.

Bagan Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Jepara

III - 27 Gambar 5.1.

Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Jepara

V - 3 Gambar 5.2.

Grafik Proyeksi Kebutuhan Air Wilayah Pelayanan

Perkotaan

V - 11 Gambar 5.3.

Grafik Proyeksi Kebutuhan Air Wilayah Pelayanan

Perdesaan

V - 13 Gambar 6.1.

Peta Potensi Air Tanah Dalam di Wilayah Jawa

Tengah

VI - 4

Gambar 6.2.

Kondisi Fisik Sungai Gelis

VI - 10

Gambar 6.3.

Kondisi Fisik Sungai Wiso

VI - 10

Gambar 6.4.

Kondisi Fisik Sungai Bakalan

VI - 11

Gambar 6.5.

Kondisi Fisik Belik Jeruk

VI - 12

Gambar 6.6.

Kondisi Fisik Belik dan Embung Kecamatan Batealit

VI - 12

Gambar 6.7.

Kondisi Fisik Belik Pendem

VI - 13

Gambar 6.8.

Kondisi Fisik Belik dan Embung Kecamatan Mayong

VI - 13 Gambar 6.9.

Kondisi Fisik Belik dan Embung Kecamatan Pakis Aji

VI - 14 Gambar 7.1.

Bagan Pengaruh Pengembangan Kawasan Terhadap

Kebutuhan Air Bersih

VII - 11

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi daerah dan dalam kaitan dengan diterbitkannya Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang memberikan pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air minum, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah meliputi :

(i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional,

(ii) menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM), (iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku.

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang mana diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan prasarana air minum yang terjadi di masa lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistemik. Disisi lain, kondisi geografis, topografis dan geologis dan juga aspek sumber daya manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing – masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan

(9)

kondisi di daerah tersebut. Rencana Induk Air Minum merupakan jawaban bagi dasar pengembangan air minum suatu wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan (sustainable) dan terarah.

Kewajiban menyusun Master Plan/Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah (pemerintah kabupaten/kota). Namun terbatasnya sumber daya manusia di daerah menyebabkan Pemerintah Daerah masih membutuhkan bantuan teknis dari Pemerintah guna menyusun rencana induk sistem penyediaan air minum di wilayahnya

Pada tahun anggaran 2013 melalui pendanaan rupiah murni dilakukan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Jepara.

1.1.1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pekerjaan Pendampingan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Jepara ini adalah :

1. Mengidentifikasi kebutuhan air minum pada daerah studi,

2. Membantu Pemerintah Kabupaten (PDAM) daerah studi dalam menyusun rencana induk pengembangan SPAM di daerahnya,

3. Mengetahui program yang dibutuhkan untuk pencapaian target pelayanan SPAM di setiap Kabupaten/Kota daerah studi,

4. Memberikan masukan bagi pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya mengembangkan prasarana dan sarana air minum di kabupaten baru melalui program yang terpadu dan berkelanjutan.

Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan dokumen rencana induk pengembangan SPAM, yang dapat menjadi pedoman pengembangan SPAM di Kabupaten Jepara.

1.1.2. Keluaran Pelaksanaan Pekerjaan

Keluaran pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Jepara adalah buku laporan Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum yang siap ditindaklanjuti pemerintah Kabupaten untuk menjadi dokumen legal

(10)

hasil kesepakatan dengan BAPPEDA Kabupaten dan PDAM Kabupaten, yang meliputi indikator sebagai berikut :

 Rencana Umum

 Rencana Jaringan Sistem Penyediaan Air Minum

 Rencana Program dan Pengembangan SPAM untuk Jangka Pendek (1-2 tahun), Jangka Menengah (5 tahun), dan Jangka Panjang (10 - 15 tahun).

 Rencana Sumber Air Baku dan Alokasi Air Baku

 Rencana Keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana Sanitasi  Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi Pengembangan SPAM  Rencana Pengembangan Kelembagaan Penyelenggaraan SPAM. 1.1.3. Otorisasi

Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Jepara ini merupakan kegiatan dari Pemerintah Kabupaten Jepara cq. Badan Perencaaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Jepara.

1.1.4. Landasan Hukum Penyusunan RIP-SPAM 1.1.4.1. Acuan Normatif Utama

Acuan utama dari Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Jepara ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).

1.1.4.2. Acuan Normatif Pendukung

Yang menjadi acuan pendukung Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Jepara ini adalah Peraturan Daerah Nomer 18 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2012 s/d 2017 dan Peraturan Daerah Nomer 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2005 s/d 2025.

(11)

1.2. RUANG LINGKUP PEKERJAAN 1.2.1. Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut :

a. Melakukan evaluasi kondisi kota/kawasan, untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks regional nasional kota/kawasan yang bersangkutan. b. Melakukan evaluasi kondisi eksisting SPAM, dengan menginventarisasi

peralatan dan perlengkapan sistem penyediaan air minum eksisting.

c. Melakukan identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan, perkiraan kebutuhan air dan identifkasi air baku.

d. Menentukan kriteria teknis dan standar pelayanan yang akan diaplikasikan, yang meliputi tingkat pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan jenis pelayanan yang dapat ditawarkan ke pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.

e. Menyusun rencana kebutuhan air minum

f. Menentukan skala prioritas penggunaan sumber air baku, kebutuhan kapasitas air baku (disesuaikan dengan rencana kebutuhan air minum), dan menyusun rencana alokasi air baku yang dibutuhkan untuk SPAM yang direncanakan. g. Menyusun identifikasi potensi pencemar air baku, identifikasi area

perlindungan air baku, dan menentukan jenis proses pengelolaan sanitasi (terutama air limbah dan persampahan) di sekitar sumber air baku petensial. h. Menyusun program dan investasi pengembangan SPAM untuk jangka pendek

(2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun) di wilayah studi baik untuk kawasan perkotaan maupun perdesaan berupa rencana tahapan pengembangan, rencana pengembangan kelembagaan dan SDM, rekayasa awal sistem, rekomendasi langkah-langkah penguasaan dan pengamanan sumber air baku, serta rencana tindak lanjut studi kelayakan. i. Menyusun rencana pembiayaan dan pola investasi, yang berupa indikasi besar

biaya tingkat awal, sumber pembiayaan, dan pola pembiayaan bagi pengembangan SPAM.

j. Menyusun rencana konsep pengembangan kelembagaan penyelenggara SPAM dan rencana berjalannya penyelenggaraan SPAM tersebut. Konsep ini mencakup tinjauan terhadap struktur organisasi dan kebutuhan SDM termasuk

(12)

1.2.2. Wilayah Administratif

Wilayah administrasi Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Jepara adalah di wilayah Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.

1.3. SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR

Secara garis besarnya, Laporan Akhir ini terdiri dari 10 (sepuluh) bab, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini meliputi keterangan umum mengenai penulisan Laporan Akhir yaitu mengenai latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, ruang lingkup kegiatan, dan sistematika Laporan Akhir.

BAB 2 KONDISI UMUM DAERAH

Pada bab ini akan dijelaskan dengan rinci mengenai kondisi umum wilayah studi, yaitu Kabupaten Jepara, yang meliputi kondisi fisik, kondisi sarana dan prasarana dan kondisi sosial budaya.

BAB 3 KONDISI SPAM EKSISTING

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kondisi eksisting sistem pengelolaan air minum (SPAM) yang ada di Kabupaten Jepara, yang meliputi aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pengaturan dan aspek keuangan, serta permasalahannya. BAB 4 STANDAR DAN KRITERIA PERENCANAAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai metode dan standar yang digunakan untuk perencanaan SPAM di Kabupaten Jepara.

BAB 5 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proyeksi kebutuhan air yang akan dipergunakan untuk perencanaan SPAM di Kabupaten Jepara dengan mempertimbangkan arah perkembangan kota, rencana daerah pelayanan dan pertumbuhan jumlah penduduk.

(13)

BAB 6 POTENSI AIR BAKU

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai air baku yang akan dipergunakan untuk perencanaan SPAM di Kabupaten Jepara.

BAB 7 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

Pada bab ini akan uraikan mengenai rencana induk dan pradesain pengembangan SPAM di Kabupaten Jepara.

BAB 8 RENCANA PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI

Pada bab ini akan uraikan mengenai rencana pembiayaan dan pola investasi SPAM di Kabupaten Jepara.

BAB 9 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai analisa kelembagaan dalam pengembangan SPAM di Kabupaten Jepara.

BAB 10 REKOMENDASI

(14)

BAB II

KONDISI UMUM KABUPATEN JEPARA

2.1 KARAKTERISTIK DAERAH 2.1.1. Geografi

Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di daerah pantura Pulau Jawa. Kabupaten Jepara memiliki luas wilayah 100.413.189 hektare atau 1.004,13 km2, terletak pada posisi 110º 9’ 48” sampai 110º

58’ 37” Bujur Timur dan 5º 43’ 20” sampai 6º 47’ 25” Lintang Selatan.

Dalam Pendampingan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM ini, daerah atau wilayah studi merupakan kesatuan wilayah yang mencakup seluruh aspek sistem penyediaan air minum dan pengembangannya. Wilayah ini meliputi wilayah pelayanan dan wilayah proyek, baik yang bersifat eksisting maupun rencana pengembangannya.

a. Wilayah Pelayanan

Wilayah pelayanan dalam Pendampingan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM ini meliputi seluruh wilayah Kabupaten Jepara. Secara administrasi, batas-batas daerah studi ini adalah :

 Sebelah Utara : Laut Jawa  Sebelah Barat : Laut Jawa

 Sebelah Selatan : Kabupaten Demak

 Sebelah Timur : Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.1. yang menggambarkan peta wilayah Kabupaten Jepara dan daerah pelayanannya.

(15)
(16)

b. Wilayah Proyek

Wilayah proyek dalam hal ini meliputi wilayah pelayanan dan lokasi sumber air serta jalur transmisinya, baik kondisi eksisting maupun rencana pengembangannya. Untuk wilayah proyek Pendampingan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM ini meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Jepara yang terdiri dari wilayah eksisting pelayanan PDAM Kabupaten Jepara dan wilayah rencana pengembangan pelayanan PDAM Kabupaten Jepara. Adapun wilayah eksisting tersebut meliputi wilayah :

a. Kecamatan Bangsri b. Kecamatan Mlonggo c. Kecamatan Jepara d. Kecamatan Tahunan e. Kecamatan Pecangaan f. Kecamatan Kedung g. Kecamatan Welahan h. Kecamatan Batealit i. Kecamatan Kalinyamatan j. Kecamatan Pakis Aji k. Kecamatan Mayong

Sedang wilayah rencana pengembangan pelayanan PDAM Kabupaten Jepara meliputi wilayah :

a. Kecamatan Kembang b. Kecamatan Keling c. Kecamatan Donorojo d. Kecamatan Nalumsari 2.1.2. Topografi dan Fisiografi

Morfologi daerah Jepara berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu :

a. Dataran

Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. Daerah bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5%, ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara

(17)

225 - 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 atau 42,36% dari seluruh wilayah Kabupaten Jepara.

b. Daerah Bergelombang

Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10%, ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2 atau 17,36% dari seluruh wilayah Kabupaten Jepara.

c. Perbukitan Berlereng Landai

Batuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2atau 18,84% dari seluruh wilayah Kabupaten Jepara.

d. Perbukitan Berlereng Agak Terjal

Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91 km2 atau 14,8% dari seluruh wilayah Kabupaten Jepara.

e. Perbukitan Berlereng Terjal

Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 km2 atau 4,47% dari seluruh wilayah Kabupaten Jepara.

f. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal

Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 km2atau 0,58% dari seluruh wilayah Kabupaten Jepara.

g. Perbukitan Berlereng Curam

Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan > 70%, ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 km2 atau 1,65% dari seluruh wilayah Kabupaten Jepara.

(18)

Wilayah Kabupaten Jepara terletak pada ketinggian 0 meter s/d 1.301 meter diatas permukaan laut. Secara morfologi wilayah Kabupaten Jepara merupakan perpaduan antara daerah dataran dan perbukitan, yaitu :

 Daerah dataran terletak pada ketinggian 0 meter s/d 1.000 meter diatas permukaan laut, meliputi wilayah Kecamatan Kedung, Pecangaan, Kalinyamatan, Welahan, Mayong, Nalumsari, Jepara, Tahunan, Mlonggo, Pakis Aji, Bangsri, Kembang, Donorojo dan Karimunjawa yang terletak dibagian Barat dari daerah studi.

 Daerah perbukitan terletak pada ketinggian lebih dari 1.000 m diatas permukaan laut, meliputi wilayah Kecamatan Batealit dan Keling yang terletak dibagian Timur dari daerah studi. Kemiringan lereng pada daerah ini berkisar antara 0 s/d 60 %.

Data mengenai ketinggian wilayah seluruh kecamatan di Kabupaten Jepara terlihat pada Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Jepara

No Kecamatan Ketinggian (mdpl) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Jepara Tahunan Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 0,0 s/d 2,0 2,0 s/d 17,0 2,0 s/d 29,0 2,0 s/d 7,0 13,0 s/d 438,0 13,0 s/d 736,0 68,0 s/d 3788,0 0,0 s/d 46,0 0,0 s/d 50,0 0,0 s/d 300,0 25,0 s/d 1.000,0 0,0 s/d 594,0 0,0 s/d 1.000,0 0,0 s/d 1.301,0 0,0 s/d 619,0 0,0 s/d 100,0 Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

(19)

Untuk wilayah kecamatan di Kabupaten Jepara yang memiliki beda tinggi yang tidak begitu besar (kurang dari 100 m) antara elevasi terendah dan elevasi tertinggi, dalam hal ini adalah Kecamatan Kedung, Pecanggaan, Kalinyamatan, Welahan, Jepara dan Tahunan, dapat dikembangkan system jaringan perpipaan distribusi secara menyeluruh di wilayah kecamatan dengan system perpompaan. Sedangkan untuk wilayah kecamatan di Kabupaten Jepara yang memiliki beda tinggi yang sangat besar (lebih dari 100 m) antara elevasi terendah dan elevasi tertinggi, dalam hal ini adalah Kecamatan Mayong, Nalumsari, Batealit, Mlonggo, Pakis Aji, Bangsri, Kembang, Keling, Donorojo dan Karimunjawa, tidak dapat dikembangkan system jaringan perpipaan distribusi secara menyeluruh di wilayah kecamatan karena keterbatasan head pompa, sehingga untuk wilayah kecamatan tersebut hanya dapat dikembangkan di ibukota kecamatan dan di wilayah desa/kelurahan yang diperkirakan akan berkembang.

Sedangkan data mengenai topografi seluruh kecamatan di Kabupaten Jepara terlihat pada Tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2. Topografi Kecamatan di Kabupaten Jepara

No Kecamatan Jumlah Desa Topografi Desa Lembah/ DAS Lereng Punggung Bukit Dataran Pantai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Jepara Tahunan Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang 18 12 12 15 18 15 11 15 16 8 8 12 11 2 -4 2 2 -3 2 5 10 12 12 15 14 13 9 13 8 4 5 9 5 6 -2 8 4 -1 1

(20)

No Kecamatan Jumlah Desa Topografi Desa Lembah/ DAS Lereng Punggung Bukit Dataran Pantai 14 15 16 Keling Donorojo Karimunjawa 12 8 4 -4 2 -8 4 -2 4 Jumlah 194 2 24 141 27

Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.2. yang menggambarkan peta kemiringan lahan Kabupaten Jepara.

(21)

2.1.3. Geologi

Geologi Kabupaten Jepara berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Jepara (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut :

a. Aluvium

Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir.

b. Batuan Gunung Api

Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.

c. Formasi Jongkong

Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunung api Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).

d. Formasi Damar

Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu – abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut membundar tanggung, agak keras.

e. Formasi Kaligetas

Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman,

(22)

komponen umumnya menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.

f. Formasi Kalibening

Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus -kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.

g. Formasi Kerek

Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni.

Struktur geologi yang terdapat di daerah Kabupaten Jepara umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar – sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.3. yang menggambarkan peta jenis tanah Kabupaten Jepara.

(23)

Gambar 2.3. Peta jenis tanah Kabupaten Jepara. 2.1.4. Curah Hujan

Berdasarkan kategori iklim menurut Schmidt dan Fergusson, Kabupaten Jepara termasuk pada golongan iklim type D (sedang). Prinsip yang digunakan dalam kategori iklim menurut Schmidt dan Fergusson yaitu dengan mengambil data bulan kering dan bulan basah. Bulan basah adalah jika curah hujan lebih dari 100 mm/bulan sedangkan bulan jika curah hujan kurang dari 60 mm/bulan. Suhu atau temperatur rata-rata di Kabupaten Jepara setiap bulan berkisar antara 21,55o- 32,71oCelcius. Menurut Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Jepara, banyaknya hari hujan yang terbanyak adalah Kecamatan Nalumsari yaitu 122 hari sedangkan hari hujan paling sedikit terjadi di Kecamatan Tahunan yaitu 59 hari, curah hujan terbanyak adalah Kecamatan Bangsri yaitu 2.532 mm sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Jepara yaitu 1.397 mm.

Kabupaten Jepara beriklim tropis yang dicirikan dengan adanya musim penghujan dan musim kemarau pada setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten Jepara, curah hujan di wilayah

(24)

hari/tahun. Variasi temperatur harian umumnya berkisar 24 °C – 34 °C, dengan temperatur rata-rata 33 °C. Data mengenai curah hujan dan hari seluruh kecamatan di Kabupaten Jepara terlihat pada Tabel 2.3. berikut.

Tabel 2.3. Curah Hujan dan Hari Hujan Kecamatan di Kabupaten Jepara

No Kecamatan Hari Hujan

(Hari) Curah Hujan (mm/tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kedung Pecangaan **) Kalinyamatan *) Welahan *) Mayong **) Nalumsari Batealit Tahunan **) Jepara Mlonggo Pakis Aji *) Bangsri Kembang *) Keling Donorojo *) Karimunjawa *) 81 -89 91 60 -108 119 -127 -140 -1.847 -1.963 1.735 992 -1.378 3.262 -2.830 -3.313 -Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

Keterangan : *) = tidak memiliki alat **) = alat rusak

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.4. yang menggambarkan peta curah hujan Kabupaten Jepara.

(25)

Gambar 2.4. peta curah hujan Kabupaten Jepara.

2.2 SARANA DAN PRASARANA

2.2.1. Air Limbah

Sistem pembuangan limbah manusia di Kabupaten Jepara dilakukan secara individual pada masing – masing rumah tangga. Sistem yang digunakan adalah on site (setempat), dimana buangan cair dan tinja dialirkan langsung ke cubluk atau tangki septik, sedangkan limbah cair rumah tangga dialirkan ke badan – badan air yang berfungsi pula sebagai saluran drainase. Untuk limbah industri didominasi oleh industri kerajinan kayu yang sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi yang lain. Sedangkan untuk limbah industri yang lain selain industri kerajinan kayu juga terdapat limbah industri rumah tangga makanan (tahu, tempe, kerupuk dan kecap) yang sistem pembuangan limbahnya diharuskan menggunakan sistem peresapan agar tidak mengganggu lingkungan.

Kendala dan permasalahan pokok pengelolaan limbah manusia di Kabupaten Jepara adalah belum semuanya memiliki tangki septik, sehingga tidak bisa dilayani oleh sistem pembuangan limbah dengan mobil tinja yang saat ini dilayani oleh Dinas Cipta

(26)

2.2.2. Persampahan

Jumlah timbulan sampah di Kabupaten Jepara mencapai 470 m3/hari, yang

meliputi sampah rumah tangga/domestik dan sampah non domestik yang berasal dari kegiatan perdagangan, pelayanan umum, industri dan sampah jalan. Timbulan sampah banyak terkonsentrasi pada wilayah perkotaan dengan intensitas kegiatan tinggi. Untuk sampah domestik/rumah tangga dikumpulkan dari rumah ke rumah oleh petugas dengan mempergunakan gerobak. Sampah tersebut kemudian diangkut ke TPS yang berupa kontainer pada pusat – pusat permukiman. Selanjutnya truk pengangkut sampah mengangkut sampah dari semua TPS menuju ke TPA di Bandengan. Sarana angkutan persampahan Kabupaten Jepara yang dipergunakan saat ini adalah 7 (tujuh) unit dump truk dan 7 (tujuh) unit arm roll truck yang berlokasi di TPA Bandengan.

2.2.3. Drainase

Permasalahan banjir atau genangan air di wilayah Kabupaten Jepara terjadi di beberapa lokasi. Hal ini disebabkan oleh besarnya arus air hujan, saluran air yang tidak lancar dan karena adanya air rob dari laut. Secara alami, saluran parit/selokan dan sungai yang terdapat di wilayah perkotaan telah berfungsi sebagai saluran drainase. Pada jaringan drainase di Kota Jepara memanfaatkan alur sungai yang ada sebagai jaringan primer. Selanjutnya dengan menggunakan sistem jaringan terbuka, air hujan dari saluran primer dibuang ke badan air (sungai) yang ada di wilayah Kabupaten Jepara, yaitu Kali Krapyak, Kali Gandu, Kali Kanal, Kali Wiso, Kali Cumbring dan Kali Sampok.

Data jumlah pengolahan limbah dan jumlah KK yang menggunakan sumber air bersih dapat dilihat pada table 2.4

(27)

Tabel 2.4. Jumlah Prasarana dan Sarana Pengolahan Limbah dan Penggunaan Sumber Air Kabupaten Jepara Tahun 2012

NO KECAMATAN

JML RUMAH YANG MEMILIKI

JML MCK JML KK YANG MENGGUNAKAN JAMBAN SPAL TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

PDAM SUMUR SUNGAI LAIN-LAIN 1 Kedung 11140 3255 7982 12 4220 12235 0 389 2 Pecangaan 15098 6554 5456 15 868 18134 0 0 3 Welahan 8133 8180 12331 2 1216 13143 0 0 4 Mayong 11446 3432 4126 0 2539 19165 0 0 5 Batealit 16385 15304 3455 0 0 18546 0 0 6 Jepara 10958 10800 5474 43 12949 5345 0 381 7 Mlonggo 13611 11323 7799 0 2727 13439 0 0 8 Pakisaji 10021 6676 10997 0 2217 11317 0 0 9 Bangsri 8133 6748 8477 0 2623 2223 0 0 10 Keling 12944 3432 11059 0 0 9924 0 0 11 Karimunjawa 1096 1789 6610 0 0 1744 0 0 12 Tahunan 23914 14651 13259 0 2028 19654 0 0 13 Nalumsari 3071 5165 3348 0 0 10122 0 50 14 Kalimanyatan 3675 7259 5166 0 522 12967 0 0 15 Kembang 13134 756 5836 0 0 15350 0 0 16 Donorojo 12303 6206 1885 25 0 10514 0 0 JUMLAH 175062 111530 113260 97 31909 193822 0 820

Sumber data : Dinas Kesehatan, Tahun 2012

Sedangkan data jumlah kepemilikan dan sarana sanitasi dasar kabupaten Jepara tahun 2011 bisa dilihat pada table 2.5Data jenis tingkat pencemaran berdasarkan sumber air yang dipakai dapat dilihat pada table 2.6.

(28)

Tabel 2.5. Data Jumlah Kepemilikan dan Jumlah Sarana Sanitasi dasar Kabupaten Jepara Tahun 2011

No Puskesmas

Desa STBM Jumlah Jamban Jml KK

melaksanakan pengolahan sampah Jml rumah memiliki SPAL Jml KK memiliki sarana cuci tangan Jml Desa Desa STBM % Jiwa KK Rumah Jml KK yg memiliki

jamban Jml Penddkn. Akse Jamban

Jml Sehat % Sehat % Total % Jbn Sehat % MS % MS % MS %

1 Kedung I 12 0 0 56987 14613 12280 7654 62.3 4811 32.9198 42949 75.366 18760 32.9227 3321 23 2423 19.731 1098 7.51 2 Kedung II 6 1 16.7 17609 4522 8394 1876 22.3 1966 43.4664 10692 60.719 7654 43.4763 1302 29 1032 12.294 453 10.02 3 Pecangaan 12 0 0 80038 20477 18971 13364 70.4 13116 64.0508 62981 78.689 51265 64.0524 5498 27 6554 34.547 2063 10.07 4 Welahan I 8 0 0 48476 10703 6347 4532 71.4 7459 69.6943 39708 81.913 33785 69.6907 3124 29 6714 105.782 1245 11.63 5 Welahan II 7 1 14.3 23692 5991 5316 1987 37.4 3231 53.9254 18545 78.275 12776 53.9309 1634 27 1466 27.577 544 9.08 6 Mayong I 8 1 12.5 35167 9141 8421 4777 56.7 4230 46.2792 23950 68.104 16275 46.2750 2343 26 2036 24.178 778 8.51 7 Mayong II 10 1 10 50695 11992 11998 6630 55.3 2236 18.6488 36979 72.944 9454 18.6458 3321 28 1596 13.302 1329 11.08 8 Batealit 11 0 0 80916 20981 16918 16477 97.4 7118 33.9241 64830 80.12 27450 33.9259 5707 27 15034 88.864 3454 16.46 9 Jepara 16 0 0 82566 19649 13042 9456 72.5 7348 37.3943 59723 72.334 30875 37.3963 5875 30 10300 78.976 2675 13.61 10 Mlonggo 8 0 0 80789 19915 17014 12546 73.74 5853 29.3877 62018 76.765 23742 29.3899 5098 26 11323 66.551 1670 8.39 11 Pakisaji 8 1 12.5 56392 15350 10169 6676 65.65 4612 30.0433 42176 74.791 16942 30.0456 4171 27 6676 65.651 1786 11.64 12 Bangsri I 7 0 0 62096 16171 20398 8976 44.0 7836 48.4572 39336 63.347 30090 48.4571 4387 27 6748 33.082 1134 7.01 13 Bangsri II 5 1 20 35157 9353 5151 4987 96.8 2093 22.3739 22967 65.327 7866 22.3778 2563 27 4532 87.983 776 8.30 14 Keling I 6 1 16.7 29943 9180 7947 5071 63.8 6879 74.93 29357 98.043 22437 74.93 2566 28 2240 28.187 687 7.48 15 Keling II 6 1 16.7 30741 9545 8979 5753 64.1 2316 24.26 21166 68.853 7459 24.26 2687 28 4762 53.035 907 9.50 16 Karimunjawa 4 0 0 9052 2655 2900 1565 54.0 2045 77.02 6889 76.105 6972 77.02 722 27 1789 61.690 278 10.47 17 Tahunan 15 0 0 106432 25644 26738 21998 82.3 13648 53.22 98723 92.757 56643 53.22 7078 28 14651 54.795 4653 18.14 18 Nalumsari 15 2 13.3 71246 17659 11738 6754 57.5 3888 22.02 45585 63.983 15687 22.02 4777 27 5165 44.002 1324 7.50 19 Kalimanyatan 12 0 0 60376 14718 13378 8765 65.5 7572 51.45 45400 75.195 31062 51.45 4209 29 7259 54.261 1786 12.13 20 Kembang 11 1 9.09 67288 21104 16707 11585 69.3 9234 43.75 52309 77.739 29441 43.75 6004 28 767 4.591 1675 7.94 21 Donorojo 8 1 12.5 55269 17116 14412 7481 51.9 12506 73.07 41692 75.435 40384 73.07 4510 26 6206 43.061 1170 6.84

(29)

Tabel 2.6. Data Jenis Tingkat Pencemaran Berdasarkan Sumber air yang dipakai

Sumber data : Data PDAM, Tahun 2012 NO Puskesmas Jenis Sarana SGL Kualitas fisik air SPT Kualitas fisik air PP Kualitas fisik air Jml

Tingkat Pencemaran Jml Tingkat Pencemaran Jml Tingkat Pencemaran

AT % T % S % R % Baik % AT % T % S % R % Baik % AT % T % S % R % Baik %

1 Kedung I 10001 432 2 2 Kedung II 0 3788 3 Pecangaan 18134 0 0 1429 4057 12442 16499 6 0 6 100 868 4 Welahan I 9523 0 5 Welahan II 3620 0 1216 6 Mayong I 6398 600 9,38 1910 29,9 2638 41,23 1173 18,3 6247 100 2536 7 Mayong II 11751 0 0 8 Batealit 18546 1536 9 Jepara 5345 362 6,77 1087 20,3 1269 23,74 1536 28,7 4004 74,91 27 0 27 100 12949 0 0 0 9668 9668 10 Mlonggo 13439 2727 11 Pakisaji 11317 2217 12 Bangsri I 10675 2623 13 Bangsri II 8256 100 14 Keling I 4180 312 7,46 634 15,2 1467 35,1 1850 44,3 1851 44,28 3968 0 0 496 12,5 1466 36,95 1897 47,81 1986 50,05 15 Keling II 8180 388 16 Karimunjawa 1744 657 17 Tahunan 11154 2028 18 Nalumsari 7622 834 10,9 1706 22,4 3018 39,6 1988 26,1 5482 71,92 36 1 33 91,67 23 5 21,74 5 21,74 19 Kalimanyatan 12967 522 20 Kembang 11650 1 500 21 Donorojo 10453 1243 11,9 1532 14,7 3577 34,22 1005 9,61 602 1 0,2 1 0,17 6 0,997 5 0,831 JUMLAH 194955 3351 1,72 8298 4,26 16026 8,22 19994 10,3 34083 17,48 69 2 66 95,65 39683,4 3 0 497 1,25 1472 3,709 11575 29,17 11659 29,38

(30)

2.2.4. Irigasi

Prasarana dan sarana irigasi yang ada di Kabupaten Jepara berupa saluran irigasi dan dam/bendung. Data mengenai prasarana dan sarana irigasi yang ada di Kabupaten Jepara ditampilkan dalam Tabel 2.7. dan 2.8. berikut.

Tabel 2.7. Prasarana dan Sarana Pengairan di Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011

No Kecamatan Waduk Dam/Bendung Kincir Air Pompa Air

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Jepara Tahunan Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa -7 7 14 5 68 36 125 33 8 26 83 96 157 108 76 -2 -2 1 5 39 1 -2 -1 -Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

(31)

Tabel 2.8. Panjang Saluran Irigasi di Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011

No Kecamatan Primer (km) Sekunder (km) Tersier (km)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Jepara Tahunan Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa -0,550 -0,517 0,400 2,062 0,210 -1,000 -2,370 0,300 -2,000 -10,018 13,453 9,779 10,146 112,050 49,200 156,970 48,980 15,260 54,000 82,700 98,405 126,386 31,650 52,225 -0,450 26,180 169,975 -103,500 52,700 131,400 10,000 2,100 -3,550 10,150 117,320 14,600 -Jumlah 9,409 871,222 641,925

Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

2.2.5. Sarana Perekonomian

Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jepara stabil di atas kisaran empat %. Pertumbuhan tersebut adalah 4,00 % pada tahun 2004, lalu 4,23 % pada tahun 2005 dan 4,19 % pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 pertumbuhan tersebut mencapai 4,74 % dan 4,49 %. Angka ini diperolah dari catatan BPS yang dipublikasikan secara resmi pada bulan Agustus 2009.

Sektor industri yang paling banyak digeluti di Kabupaten Jepara adalah industri pengolahan. Ketekunan masyarakat dalam mengembangkan produk akhir di sektor ini, menjadikan produk mereka memiliki keunggulan kualitas dibanding daerah lain. Indikasinya adalah tingkat penerimaan pasar internasional terhadap produk industri pengolahan dari Kabupaten Jepara. Dimotori industri furniture (mebel dan ukir), berbagai produk industri di Kabupaten Jepara saat ini tercatat telah menembus pasar

(32)

setidaknya memiliki 10 jenis industri lain yang menjadikan industri pengolahan mampu menjadi penopang ekonomi masyarakat. Hampir seluruh industri ini berskala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Tingginya kontribusi sektor pengolahan terhadap pengembangan perekonomian daerah dapat dilihat dari besarnya kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sebagaimana tahun – tahun sebelumnya, pada akhir tahun 2008 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB tetap yang terbesar, yakni 27 % (atas dasar harga berlaku). Berikutnya baru sektor pertanian (21,87 %), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (20,94 %), sektor jasa-jasa (10 %), dan sektor-sektor lain.

Adapun jenis industri yang berkembang di Kabupaten Jepara adalah :

 Furniture dan ukir kayu  Kerajinan kayu dan rotan  Tenun (Tenun Troso)  Kerajinan monel

 Kerajinan gerabah dan genteng  Rokok kretek

2.2.6. Sarana Sosial dan Kesehatan

Pada tahun 2011 di Kabupaten Jepara terdapat 7 RSU, 21 puskesmas, 46 puskesmas pembantu dan 47 balai pengobatan. Selain itu sarana kesehatan lain yang berupa tenaga kesehatan adalah 77 dokter (umum dan spesialis), 307 bidan dan 282 tenaga paramedis. Fasilitas kesehatan lainnya adalah apotik dan toko obat yang tersebar di seluruh Kabupaten Jepara. Berikut ini adalah table 2.9. mengenai jumlah prasarana dan sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Jepara.

Tabel 2.9. Jumlah Prasarana dan Sarana Kesehatan di Kabupaten Jepara Tahun 2011 No Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Balai Pengobatan

Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 2 3 4 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan -1 -2 1 1 2 -3 1 3 3 -2 4 4 3

(33)

No Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Mayong Nalumsari Batealit Jepara Tahunan Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa -1 -1 -1 -3 -2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 -2 2 4 4 1 3 5 3 5 3 2 2 -3 7 2 4 4 1 1 8 1 3 -Jumlah 2 5 21 0 46 0 47

Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

2.2.7. Sarana Peribadatan

Kehidupan beragama di Kabupaten Jepara berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan, komunikasi dan toleransi yang baik antar umat beragama. Tempat peribadatan masing – masing agama tersebar merata di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Jepara. Tabel 2.10. berikut menunjukkan jenis dan jumlah tempat peribadatan di Kabupaten Jepara.

Tabel 2.10. Banyaknya Tempat Ibadah di Kabupaten Jepara Tahun 2011 No Kecamatan Masjid Langgar Mushola Gereja

Protestan

Gereja

Katholik Stasi Wihara Pura 1 2 3 4 5 6 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari 36 35 35 31 73 54 306 247 153 193 263 6 0 0 0 0 0 190 0 2 1 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

(34)

No Kecamatan Masjid Langgar Mushola Gereja Protestan

Gereja

Katholik Stasi Wihara Pura 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 61 79 63 84 56 118 66 97 64 14 7 308 172 209 256 3 173 241 149 3 339 0 0 0 0 260 0 0 0 32 0 3 4 12 2 16 7 19 31 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 1 1 3 1 3 12 10 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 Jumlah 964 2.686 821 103 4 0 36 4

Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

2.2.8. Sarana Transportasi

Panjang jalan kabupaten pada akhir tahun 2011 sepanjang 789,703 km dan sekitar 41,82 % dalam keadaan rusak, 7,54 % dalam kondisi rusak berat, 39,74 %, dalam kondisi sedang, dan 10,90 % dalam kondisi baik. Jalan propinsi sepanjang 77,01 km.

Jembatan sebagai sarana penunjang transportasi, pada tahun 2011 terdapat sebanyak 377 buah dengan rincian 213 buah dikuasai oleh DPU Kabupaten Jepara, dari 164 buah dikuasai DPU Bina Marga Propinsi.

2.2.9. Listrik

Kebutuhan energi listrik di Kabupaten Jepara terus diperlukan sejalan dengan roda perekonomian daerah. Energi listrik pada tahun 2011 ini sebagian besar dimanfaatkan/digunakan oleh rumah tangga yaitu 69,14 %. Sedangkan untuk jumlah energi listrik yang terjual selama tahun 2011 adalah 355.311.136 KWH atau naik sebesar 6,25 % dari tahun sebelumnya.

2.2.10. Pos dan Telekomunikasi

Kantor Pos yang kegiatan utamanya melayani keperluan surat menyurat bagi penduduk di Kabupaten Jepara masih penting keberadaannya. Surat – surat di kirim melalui PT Pos Indonesia Jepara pada tahun 2011 sebanyak 103.586 surat kilat khusus

(35)

yang dikirim ke dalam negeri dan 2.625 dikirim ke luar negeri sedangkan 159.677 surat kilat khusus diterima dari dalam negeri dan 18.037 surat dari luar negeri.

Jumlah pelanggan telepon tahun 2011 sebanyak 9.490 pelanggan, turun 28.04 % dibanding tahun sebelumnya.

2.2.11. Kawasan Strategis

Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap pertahanan keamanan, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan hidup dan pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi.

Tujuan dari penetapan kawasan strategis adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya kemudian pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi serta lingkungan hidup.

Sedangkan pada penetapan kawasan strategis pengaturannya adalah sebagai berikut :

 Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;

 Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

 Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;

 Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

 Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.

Di Kabupaten Jepara kawasan yang merupakan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi antara lain :

 Kawasan Industri Mulyoharjo (KIM) untuk mewadahi banyaknya industri yang ada di Kabupaten Jepara.

 Untuk Zona Industri terletak di Kecamatan Tahunan dan Jepara (Industri kerajinan mebel dan ukir), Desa Mulyoharjo di Kecamatan Jepara (industri ukir

(36)

Desa Kriyan di Kecamatan Kalinyamatan (industri kerajinan monel, emas), Kecamatan Mayong (industri kerajinan keramik) serta Kecamatan Welahan yaitu industri kerajinan anyaman rotan (Teluk Wetan) dan industri kue dan roti (Desa Bugo).

Kawasan di Kabupaten Jepara yang memiliki kriteria untuk dikembangkan sebagai kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi antara lain adalah :

 PLTU Tanjung Jati B

 Kampung Teknologi di Kecamatan Pakis Aji

Kawasan di Kabupaten Jepara yang dikembangkan sebagai kawasan strategis sosial budaya antara lain adalah Cagar Budaya Benteng Portugis, Masjid Mantingan dan Museum Kartini.

Kawasan di Kabupaten Jepara yang dikembangkan sebagai kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan antara lain adalah :

 Wilayah Cagar Alam yaitu :

- Cagar Alam Kembang di Kecamatan Kembang seluas 20, 4 ha - Cagar Alam Keling I a, b, c di Kecamatan Keling seluas 1,8 Ha - Cagar Alam Keling II/III di Kecamatan Keling seluas 6,8 Ha

- Cagar Alam Gunung Clering di Kecamatan Donorojo seluas 1.328, 40 Ha

 Cagar Alam Laut yang ada di Kabupaten Jepara yaitu Cagar Alam Laut Karimunjawa.

 Daerah Perlindungan Plasma Nutfah yang ada di Kabupaten Jepara.

 Daerah Perlindungan Plasma Nutfah Perairan yang ada di Kabupaten Jepara.  Taman Nasional yang ada di Kabupaten Jepara yaitu Taman Nasional

Karimunjawa.

 Taman Nasional Laut yang ada di Kabupaten Jepara yaitu Taman Nasional Laut Karimunjawa.

 Taman Wisata Laut yang ada di Kabupaten Jepara yaitu Kawasan Taman Wisata Laut Karimunjawa dan Pulau Panjang.

 Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya yang ada di Kabupaten Jepara yaitu di Karimunjawa.

(37)

 Kawasan di Kabupaten Jepara yang termasuk dalam kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pantai yang di wilayahnya terdapat hutan bakau yaitu di Kecamatan Kedung.

 Hutan wisata yang ada di Kabupaten Jepara berada di Kecamatan Bangsri, Keling, dan Kembang.

 Wilayah perbatasan dengan Kabupaten Kudus (Kecamatan Gebog) yang berbatasan dengan Kecamatan Keling dan Kecamatan Batealit (Kabupaten Jepara) diperuntukkan sebagai kawasan hutan lindung.

 Wilayah perbatasan dengan Kecamatan Pati (Kecamatan Cluwak) yang berbatasan dengan Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Keling (Kabupaten Jepara) diperuntukkan sebagai kawasan lindung yang diarahkan pada lokasi di lereng Gunung Muria.

2.3 SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA 2.3.1. Demografi

Penduduk di Kabupaten Jepara bersifat agraris. Jumlah penduduk Kabupaten Jepara pada tahun 2011 adalah 1.124.203 jiwa dengan pertumbuhan sekitar 1,23 % per tahun. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa pertumbuhan penduduk makin lama menunjukkan tren yang stabil naik.

Pertumbuhan penduduk di tiap kecamatan di Kabupaten Jepara tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11. Jumlah Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2011

No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan 36.193 39.266 29.763 34.930 42.098 34.448 40.122 53.624 36.372 39.905 30.113 35.703 42.538 35.382 39.884 51.881 72.565 79.171 59.876 70.633 84.636 69.830 80.006 105.505

(38)

No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 10 11 12 13 14 15 16 Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 40.593 28.378 48.177 32.550 29.327 26.671 4.471 39.499 27.954 47.712 33.436 29.882 26.842 4.383 80.092 56.332 95.889 65.986 59.209 53.513 8.854 Jumlah 561.984 562.219 1.124.203

Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Jepara adalah 1.120 jiwa/km2.

Wilayah Kecamatan yang paling padat adalah di Kecamatan Jepara yaitu 3.329 jiwa/km2.

Sedangkan wilayah Kecamatan yang paling rendah kepadatannya adalah di Kecamatan Karimunjawa yaitu 124 jiwa/km2.

2.3.2. Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain. Migrasi yang terjadi di wilayah Kabupaten Jepara, baik yang masuk ke wilayah Kabupaten Jepara maupun yang keluar dari wilayah Kabupaten Jepara tidak banyak terjadi. Salah satu jenis migrasi yang terjadi di Kabupaten Jepara adalah transmigrasi. Program transmigrasi merupakan upaya untuk memperluas lapangan usaha dan kesempatan kerja. Selama tahun 2011 telah diberangkatkan sebanyak 20 KK dari 7 kecamatan, yaitu dari Kecamatan Kedung sebanyak 3 KK, dari Kecamatan Mlonggo sebanyak 1 KK, Kecamatan Pakis Aji sebanyak 5 KK, Kecamatan Bangsri sebanyak 1 KK, Kecamatan Kembang sebanyak 3 KK, Kecamatan Keling sebanyak 5 KK dan dari Kecamatan Donorojo sebanyak 2 KK, dengan tujuan Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan.

2.3.3. PDRB

Penerimaan Pemerintah Kabupaten Jepara pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp 1.170.172.671.250,- yang berasal dari komponen Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan serta dari sumber lain yang sah. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 727.835.169.770,- (62,20%) berasal dari Dana Perimbangan, Rp 103.683.328.842,- (8,86 %)

(39)

berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Rp 338,654,172,638,- (28,94 %) berasal dari sumber lain yang sah. Pendapatan tersebut digunakan untuk belanja daerah yang meliputi Belanja Pegawai, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Modal. Total pengeluaran untuk belanja daerah adalah Rp 1,130,210,403,709,-.

2.3.4. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian utama penduduk di Kabupaten Jepara adalah nelayan. Selain sebagai nelayan, mata pencaharian penduduk yang lain adalah sebagai petani, pengrajin ukir dan meubelair, pedagang/pengusaha, Pegawai Negeri/TNI/POLRI dan pegawai swasta.

2.3.5. Kesehatan dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Masyarakat

Kondisi kesehatan di Kabupaten Jepara berdasarkan data tahun 2011, tercatat peningkatan jumlah penderita berbagai jenis penyakit. Data tersebut terangkum dalam Tabel 2.12. berikut.

Tabel 2.12. Jumlah Penderita Penyakit Kabupaten Jepara Tahun 2011

No Jenis Penyakit Tahun

2010 2011 1 2 3 4 5 6 TBC, Paru-paru Malaria Demam berdarah Cacar Air

Saluran Pernapasan Atas Diare 328 60 1.894 0 6.102 15.223 429 48 301 0 8.236 28.404 Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

2.3.6. Adat Istiadat, Tradisi Dan Budaya

Masyarakat di Kabupaten Jepara masih sangat kental dengan adat istiadat dan budaya. Berbagai macam kegiatan adat istiadat dan budaya masih dilestarikan dengan baik sampai sekarang. Salah satu contohnya adalah Pesta Lomban yang merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 Syawal atau 1 minggu setelah hari raya Idul Fitri. Pesta Lomban adalah tradisi untuk melarung kepala

(40)

kerbau ke laut sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rejeki yang melimpah yang diperoleh selama ini.

2.4 RUANG DAN LAHAN

2.4.1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Rencana tata ruang Kabupaten Jepara berdasarkan RTRW, dibedakan berdasarkan pada kawasan lindung dan kawasan budidaya. Selain ruang daratan dan ruang udara, di Kabupaten Jepara juga terdapat kelautan yang berada di sepanjang wilayah pantai/pesisir. Sumber daya kelautan ini merupakan salah satu potensi andalan Kabupaten Jepara, yaitu potensi perikanan, agribisnis, dan wisata.

Berdasarkan Perda Kabupaten Jepara nomor 2 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011- 2031 disebutkan bahwa :

1. Rencana Tata Jenjang Pusat Pelayanan

Kota Jepara merupakan pusat pengembangan wilayah parsial yang memiliki jangkauan pelayanan seluruh wilayah di Kabupaten Jepara. Terdapat 6 kota pusat pembangunan di Kabupaten Jepara, yaitu :

 SWP I : Jepara

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Jepara, Tahunan, Kedung dan Batealit. Potensi pengembangan SWP I ini meliputi sektor industri kerajinan, perikanan dan pariwisata.

 SWP II : Bangsri

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Bangsri, Kembang, Mlonggo dan Pakis Aji. Potensi pengembangan SWP II ini meliputi sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan.

 SWP III : Pecangaan

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Pecangaan, Kalinyamatan dan Welahan. Potensi pengembangan SWP III ini meliputi sektor industri kerajinan dan pertanian tanaman pangan.

 SWP IV : Karimunjawa

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Karimunjawa. Potensi pengembangan SWP IV ini meliputi sektor perikanan, peternakan, pariwisata, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup serta perhubungan laut.

(41)

 SWP V : Keling

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Keling dan Donorojo. Potensi pengembangan SWP V ini meliputi sektor perkebunan, peternakan dan perikanan.

 SWP VI : Mayong

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Mayong dan Nalumsari. Potensi pengembangan SWP VI ini meliputi sektor kerajinan, perdagangan dan pertanian tanaman pangan.

2. Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas adalah kawasan yang memiliki potensi dan permasalahan yang harus ditangani karena pengaruhnya cukup besar terhadap Kabupaten Jepara, yaitu kawasan yang berkembangnya cepat dengan dukungan jumlah penduduk dan kelengkapan fasilitas serta memiliki prospek. Kawasan yang tergolong kawasan prioritas di Kabupaten Jepara adalah Kecamatan Jepara dan Karimunjawa.

3. Kawasan Terbelakang Sumber Daya Binaan

Kawasan terbelakang sumber daya binaan dikarenakan keterbatasan fasilitas maupun jaringan. Wilayah Kabupaten Jepara yang tergolong kawasan terbelakang ini adalah Kecamatan Keling dan Kecamatan Kedung.

4. Kawasan yang Perlu Dipelihara Fungsi Lindungnya

Kawasan di Kabupaten Jepara yang tergolong kedalam kawasan yang perlu dipelihara fungsi lindungnya yaitu hutan lindung, resapan air, perlindungan setempat, suaka alam dan kawasan rawan bencana.

5. Kawasan yang Berperan Menunjang Kegiatan Sektor Strategis

Kawasan di Kabupaten Jepara yang tergolong kedalam kawasan yang berperan menunjang kegiatan sektor strategis adalah sebagai berikut :

- Kecamatan Jepara, Tahunan, Pecangaan dan Mayong sebagai kawasan pengembangan sektor ekonomi strategis

- Kecamatan Keling sebagai kawasan di lokasi pertambangan

- Kecamatan Bangsri sebagai kawasan di lokasi pembangunan PLTU, perkebunan dan kehutanan.

(42)

6. Kawasan Perbatasan

Kawasan Perbatasan yang berada di Kabupaten Jepara yaitu Kecamatan Welahan, Mayong, Nalumsari, Keling dan Kedung.

2.4.2. Penggunaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Luas wilayah Kabupaten Jepara adalah 100.413,189 Ha. Menurut penggunaannya, 29.291,056 Ha merupakan tanah sawah dan 74.122,133 Ha merupakan tanah kering. Penggunaan tanah sawah di Kabupaten Jepara meliputi penggunaan pengairan teknis, pengairan setengah teknis, pengairan sederhana PU, pengairan non PU dan tadah hujan. Sedangkan penggunaan tanah kering di Kabupaten Jepara meliputi penggunaan tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegalan, padang rumput, rawa yang tidak ditanami, tambak, kolam, tanah yang sementara tidak diusahakan, tanah untuk tanaman kayu-kayuan, hutan negara dan penggunaan tanah lainnya (jalan, sungai, kuburan, tanah gege, lapangan olahraga, dll). Detail mengenai tata guna lahan di Kabupaten Jepara tersaji pada Tabel 2.13. berikut.

Tabel 2.13. Tata Guna Lahan di Kabupaten Jepara Tahun 2011

No Penggunaan Tanah Luas (Ha)

I 1 2 3 4 5 6 7 8 II 1 2 3 4 5 Tanah Sawah : Pengairan Teknis

Pengairan Setengah Teknis Pengairan Sederhana PU Pengairan Non PU Tadah Hujan Pasang Surut

Tanah Sawah, Lebak, Polder

Tanah sawah yang sementara tidak diusahakan Tanah Kering :

Tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya Tegal

Padang rumput

Rawa yang tidak ditanami Tambak 4.604,614 3.617,221 9.187,086 3.412,451 5.760,264 0,000 0,000 0,000 29.692,264 17.758,324 8.000 21.000 1.046,264

(43)

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) 6 7 8 9 10 11 Kolam

Tanah yang sementara tidak diusahakan Tanah untuk tanaman kayu-kayuan Hutan Negara Perkebunan Negara Tanah lainnya 22,325 324,545 1.295,356 17.518,164 3.942,665 2.202,646 Sumber data : Jepara Dalam Angka, Tahun 2012

Sedangkan luas lahan per masing – masing kecamatan di Kabupaten Jepara tersaji pada Tabel 2.14. berikut.

Tabel 2.14. Penggunaan Lahan di Kabupaten Jepara Tahun 2011

No Kecamatan Tanah Sawah Tanah Kering Jumlah

1 Kedung 1.978,286 2.327,995 4.306,281 2 Pecangaan 1.536 2.051,806 3.587,806 3 Kalinyamatan 1.391,357 978,644 2.370,001 4 Welahan 1.585,256 1.178,949 2.764,205 5 Mayong 2.085,43 4.418,838 6.504,268 6 Nalumsari 2.236,255 3.460,283 5.696,538 7 Batealit 2.251,645 6.636,220 8.887,865 8 Tahunan 1.027,530 2.863,051 3.890,581 9 Jepara 403,862 2.062,837 2.466,699 10 Mlonggo 1.144,807 3.095,429 4.240,236 11 Pakis aji 1.484,030 4.571,250 6.055,28 12 Bangsari 2.738,346 5.796,895 8.535,241 13 Kembang 2.474,162 8.338,222 10.812,384 14 Keling 2.270,124 10.041,464 12.311,588 15 Donorojo 1.942,546 8.921,670 10.864,216 16 Karimunjawa 32 7.088 7.120 Jumlah Total 26.581,636 73.831,553 100.413,189

(44)

Berdasarkan penggunaan lahan sawah dan lahan kering di atas penggunaan yang paling dominan adalah pada penggunaan tanah kering dengan jumlah total 73.831,553 ha, sedangkan penggunaan tanah sawah hanya seluas 26.581,636 ha. Penggunaan lahan kering paling banyak terdapat di Kecamatan Keling dengan luas 10.041,464 ha, sedangkan penggunaan tanah kering paling sedikit terdapat di Kecamatan Kalinyamatan dengan luas 978,644 ha. Penggunaan lahan sawah paling banyak di Kecamatan Bangsri dengan luas2.738,346ha, sedangkan penggunaan lahan sawah paling sedikit terdapat di Kecamatan Karimunjawa dengan luas 32 ha.

2.4.3. Rencana Pengembangan Tata Kota

Rencana pengembangan tata kota di Kabupaten Jepara meliputi kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Jepara.

a. Kecamatan Kedung

Rencana struktur ruang kota yang terpilih yaitu dengan mengembangkan tiga pusat utama pelayanan kota, yaitu Desa Menganti, Bugel dan Sowan Lor. Pusat pelayanan kota terdiri dari pusat pelayanan umum yang diletakkan di Desa Menganti merupakan pusat pelayanan bagi bagian utara wilayah kota. Sementara pusat utama kedua di Desa Bugel merupakan kawasan perkantoran dan pelayanan umum yang berskala lokal kota Kedung maupun regional kecamatan. Pusat kegiatan ketiga di Desa Sowan Lor yang diarahkan sebagai tempat pengembangan pusat jasa dan pelayanan umum.

Keterhubungan antar kegiatan kota dikembangkan dengan rencana jaringan jalan yang dikembangkan untuk mengurangi intensitas lalu lintas pada jalur utama kota, sekaligus untuk mengarahkan pembangunan kota. Jaringan jalan penghubung di desa-desa yang dikenal dengan jalan poros desa yang mempunyai fungsi ekonomi tinggi akan lebih ditekankan. Jalan tersebut terletak di desa Sowan Lor-Dongos menuju ke Tahunan. Selain itu juga dilakukan peningkatan jaringan jalan local sekunder dan jalan lingkungan.

Rencana pengembangan Kecamatan Kedung terdiri dari tiga BWK yang masing-masing memiliki fungsi berbeda-beda. BWK I merupakan bagian wilayah kota yang teralokasi di sebelah utara yaitu Desa Menganti yang diarahkan sebagai tempat pengembangan pelayanan umum terutama pendidikan. Selain itu kegiatan lain berupa pengembangan industri kecil sebagai perajin mebel ukir. BWK II merupakan pusat kota untuk Kecamatan Kedung yang meliputi Desa Bugel,

(45)

Jondang dan Wanusobo. Desa Bugel sebagai pusat BWK II dan juga pusat Ibukota Kecamatan Kedung. BWK II diarahkan sebagai tempat pengembangan pelayanan perkantoran. BWK III meliputi wilayah Desa Sowan Lor dan Desa Dongos diarahkan sebagai tempat pengembangan fungsi kegiatan utama yang berupa kegiatan pusat jasa lokal/kota (perbankan dan perdagangan lokal/perdagangan eceran yang memiliki skala pelayanan lokal), permukiman dan ruang terbuka hijau.

b. Kecamatan Welahan

Rencana pengembangan Kecamatan Welahan diarahkan pada BWK I (Desa Kalipucang Kulon, Kalipucang Wetan, Teluk Wetan dan Brantak Sekarjati) sebagai pusat pengembangan yang dilalui oleh jalan utama kota dan merupakan jalan utama. Arahan pengembangan fungsi yaitu fungsi pelayanan umum atau perkantoran tingkat kecamatan, perdagangan dan jasa, permukiman, pertanian, fasilitas sosial dan umum, campuran serta transportasi. Sedangkan arah pengembangan BWK II (Desa Gidangelo, Welahan dan Gedangan) memiliki fungsi sebagai pendukung BWK I dengan arahan kawasan sebagai kawasan permukiman (fungsi kawasan yang mendominasi), pertanian, fasilitas sosial dan umum.

Rencana pengembangan struktur pelayanan cenderung untuk pengembangan fasilitas pelayanan umum dengan skala pelayanan tingkat kecamatan. Fungsi-fungsi pelayanan tersebut terhubung dengan struktur jaringan jalan yang akan membentuk sistem pelayanan terpadu dalam kota.

c. Kecamatan Mayong

Ibukota Kecamatan Mayong memiliki berbagai aktifitas dimana kebanyakan dari aktifitas ini terjadi di sepanjang jalur utama kota tepatnya di sekitar Desa Pelemkerep dan Mayong Lor. Daerah pengembangan Kota Mayong diarahkan menuju bagian utara (Desa Singorojo dan Sengonbugel serta sebagian Desa Pelang) dan selatan (Desa Kuanyat dan Tigojuru) dengan tidak melupakan pengembangan aktifitas yang ada di Desa Pelemkerep dan Mayong Lor.

Struktur tata ruang Kota Mayong memiliki dua pola struktur yaitu tipe pengembangan linear dan organik. Rencana struktur Kota Mayong disusun berdasarkan konsep pengembangan ruang tipe konsentrik akan diterapkan dalam skala kota, BWK maupun skala unit lingkungan.

Gambar

Gambar 2.1 Peta wilayah Kabupaten Jepara
Gambar 2.3. Peta jenis tanah Kabupaten Jepara.
Tabel 2.3. Curah Hujan dan Hari Hujan Kecamatan di Kabupaten Jepara
Gambar 2.4. peta curah hujan Kabupaten Jepara.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi promosi yang dilakukan oleh event organizer Khawani-ka Indonesia adalah produk yang dikeluarkan yaitu

73 3 Pola tanam pembenihan kerapu cantang di BPBAP Situbondo 74 4 Pola tanam kegiatan pembesaran kerapu cantang di KJA BPBAP Situbondo 76 5 Kandungan nutrisi pakan ikan

Nutrisi yang harus dipenuhi mencakup senyawa anorganik, sumber energy (sucrose atau gula pasir), vitamin (misalnya asam.. nikotinat), pH yang tepat dan agar

c) Jika diketahui larutan amonia 10%massa dengan densitas ~1 berapa konsentrasi amonia(Mol/Liter) yang terkandung dalam 10 mL larutan tersebut..

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Barat Percentage Population Aged 10 Years and Over Who

Secara serentak peningkatan aggregate demand akan meningkatkan permintaan tenaga kerja dan kapital yang akan meningkatkan semua variabel penting dalam pertumbuhan ekonomi

Terutama jika kematian yang dimaksudkan di sini adalah kematian yang bersifat elektif (euthanasia), permasalahan mengenai norma, tata nilai, dan perlakuan masyarakat di dalam