• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.13. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program komputer untuk menilai sensitifitas, spesitifitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, nilai rasio kemungkinan positif dan nilai rasio kemungkinan negatif pemeriksaan Interleukin-6 urin dibandingkan kultur urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada bayi dilakukan uji diagnostik.

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di unit perinatologi dan neonatal intensive care unit, RS Haji Adam Malik Medan selama 3 bulan mulai November 2013 - Januari 2014. Total sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 60 anak, yang kemudian dilakukan pemeriksaan kultur urin dan Interleukin-6 urin. Diperoleh sampel 60 neonatus yang terdiri dari 45 neonatus dengan kultur positif yang terdiri dari 30 kultur bakteri urin positif, 15 kultur jamur urin positif dan 15 neonatus tanpa pertumbuhan bakteri atau jamur pada kultur urinnya. (Gambar 10).

Gambar 10. Profil penelitian

60 neonatus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Neonatus dengan kultur Urin (-) n = 15 Pemeriksaan Interleukin 6 Urin Neonatus dengan kultur Urin (+) n = 45 Pemeriksaan Interleukin 6 Urin Pemeriksaan Interleukin 6 Urin Jamur (+) n = 15 Bakteri (+) n = 30

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian

Karakteristik n = 60

Usia Neonatus (hari), mean (SD) 8.3(6.8) Usia ibu (tahun), mean (SD) 26.0(3.3) Usia ayah (tahun), mean (SD) 27.7(3.3) Berat badan lahir (gram), mean (SD) 2530.5(712.7) Usia kehamilan, n(%) Kurang bulan 9(15) Cukup bulan 51(85) Lebih bulan 0(0) Jenis persalinan, n(%) Caesar 27(45) Pervaginam 33(55) Gejala Klinis, n(%) Demam 42(70) Letargi 25(41.6) Ikterik 5(8.3) Muntah 3(5)

Rata-rata usia sampel adalah 8.3 hari. Rata-rata berat badan lahir 2530.5 gram dan jenis persalinan yang terbanyak adalah pervaginam. Usia kehamilan terbanyak cukup bulan. Gejala klinis yang sering dijumpai adalah demam dan letargi. (tabel 1)

Tabel 2. Prevalensi mikroorganisme penyebab pielonefritis pada neonatus

Nama Mikroorganisme n(%) Klebsiella pneumonia 14(46.6) Streptococcus agalactie 8(26.6) Chryseomonas luteola 3(10) Streptococcus pyogenes 2(6.6) Streptococcus faecalis 1(3.3) Streptococcus saphrophyticus 1(3.3) Enterobacter cloacae 1(3.3) Total 30(100)

Tabel 2. menunjukkan infeksi terbanyak disebabkan oleh Klebsiella pneumonia (46.6%), Streptococcus agalactie (26.6%) dan Chryseomonas luteola 3(10%).

Nilai potong diperoleh dengan mengunakan kurva Receivier Operator Curve oleh karena distribusi data yang tidak normal. Nilai Interleukin-6 urin yang digunakan adalah hasil pemeriksaan Interleukin-6 urin pada hasil kultur urin bakteri positif dan hasil kultur urin negatif.

Gambar 11. Kurva Receivier Operator Curve (ROC)

Tabel 3. Hubungan pemeriksaan kultur urin dengan Interleukin-6 urin

Kultur Urin

Positif Negatif

N (%) N (%)

IL-6 Urin Positif 16 35.5 7 15.5

Negatif 14 31.1 8 17.8

Total 30 66.6 22 33.3

Tabel 4. Sensitifitas, Spesitifitas, Nilai Prediksi Positif (NPP), Nilai Prediksi Negatif (NPN), Rasio Kemungkinan Positif (RK+) dan Rasio Kemungkinan Negatif (RK-) pemeriksaan Interleukin-6 urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus

Variabel Sensitifitas (%) Spesitifitas (%) NPP (%) NPN (%) RK+ (%) RK-(%) Interleukin-6 Urin 53.3 53.3 69.5 36.3 1.14 0.87

Dari tabel 4. didapatkan bahwa pemeriksaan Interleukin-6 urin dapat mendeteksi pielonefritis sebesar 53.3% dan menyingkirkan diagnosis pielonefritis sebesar 53.3% pada neonatus dengan sangkaan pielonefritis. Kemungkinan neonatus menderita pielonefritis sebesar 69.5% dan kemungkinan tidak menderita pielonefritis sebesar 36.3% setelah dilakukan pemeriksaan Interleukin-6 urin. Rasio kemungkinan bayi dengan menderita pielonefritis dibandingkan bayi yang sehat setelah dilakukan pemeriksaan Interleukin-6 urin positif sebesar 1.14 dan rasio kemungkinan bayi dengan menderita pielonefritis dibandingkan bayi sehat dengan pemeriksaan Interleukin-6 urin negatif 0.87.

BAB 5. PEMBAHASAN

Sensitifitas dan spesitifitas Interleukin-6 urin untuk menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus diperiksa dengan pemeriksaan sampel urin. Pengumpulan sampel urin dipilih dengan menggunakan infant urine bag collector dengan alasan cara pengumpulan ini tidak invasif dan infant urine bag collector termasuk cara pengumpulan urin yang disetujui didalam revisi AAP 2007 untuk menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih pada neonatus.

Sampel urin dikumpulkan dengan menggunakan infant urine bag collector dinyatakan bermakna bila dijumpai pertumbuhan bakteri >50000 koloni/ml dibandingkan dengan aspirasi suprapubis yang bila ditemukan 1 bakteri saja sudah bisa dinyatakan positif atau dengan kateterisasi urin bila dijumpai pertumbuhan bakteri >10000 koloni/ml dinyatakan bermakna.

Jumlah pertumbuhan biakan koloni urin dinyatakan bermakna dengan menggunakan infant urine bag collector bila dijumpai pertumbuhan organisme >50000 koloni/ml berdasarkan revisi AAP pada tahun 2007,

30,31

32

Pada bayi dengan keadaan sakit dan dijumpai adanya pertumbuhan kolonisasi organisme >50000 koloni/ml sudah dinyatakan mengalami infeksi saluran kemih yang kompleks dan dapat didiagnosis sebagai pielonefritis,

dimana sebelumnya pertumbuhan koloni dinyatakan bermakna bila pertumbuhan bakteri >100000 koloni/ml.

32

meskipun nantinya perlu dibuktikan dengan pemeriksaan skan DMSA (Dimercaptosuccinic acid) dimana

menunjukkan terdapat daerah yang uptake korteks kontrasnya berkurang,20 diperkirakan sebagai pielonefritis, meskipun hal ini jarang dibutuhkan pada kenyataannya disebabkan karena biaya dan resiko paparan radiasi pada neonatus.

Escherichia coli bertanggung jawab sekitar 80% dari pielonefritis, organisme lainnya seperti Proteus, Enterococcus, Pseudomonas dan Klebsiella sp, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis,

17

15,16

Pada penelitian ini didapatkan pertumbuhan Yeast cell Candida sebesar 15 sampel dari 60 sampel urin hal ini mungkin disebabkan oleh karena penggunaan lampin pada bayi yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan kolonisasi jamur dan bakteri yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya pielonefritis candida pada neonatus. Secara klinis biasanya kerusakan ginjal lebih berat serta muncul pada bayi dengan daya tahan tubuh yang rendah,

sedangkan pada penelitian ini bakteri penyebab infeksi terbanyak disebabkan oleh Klebsiella pneumonia (46.6%), Streptococcus agalactie (26.6%) dan Chryseomonas luteola 3(10%).

42,42

Pada penelitian di Denver tahun 2010, Interleukin-6 urin meningkat dalam 6 jam pertama setelah terjadinya proses infeksi dengan tingkat sensitifitas 88%,

ataupun sebagai kontaminan pada saat pengambilan sampel urin.

21

sedangkan pada penelitian didapatkan sensitifitas sebesar 53,3% dan spesitifitas 53.3%, hal ini disebabkan adanya perbedaan jumlah sampel dimana pada penelitian sebelumnya sampel didapatkan sebesar 25 neonatus sedangkan pada penelitian ini didapatkan dari sampel sebesar 45 neonatus.

Pada penelitian sebelumnya belum ada nilai baku nilai potong kadar Interleukin-6 urin, pada penelitian di Denver 2010 dengan nilai potong Interleukin-6 urin >75 pg/ml dinyatakan positif sedangkan pada penelitian ini berdasarkan kurva ROC oleh karena distribusi data yang tidak normal dan hasil pemeriksaan Interleukin-6 urin dinyatakan positif bila >5.854 pg/ml berdasarkan kurva ROC.

Pada penelitian yang dilakukan di Swedia 1996 dengan jumlah sampel 100 bayi terdiri dari 61 bayi dengan pielonefritis dan 31 bayi dengan asimptomatik bakteriuria, dimana kadar Interleukin-6 urin meningkat pada bayi dengan infeksi saluran kemih dan asimptomatik bakteriuria dengan nilai IL-6 urin ≥20 pg/ml dinyatakan positif,28 sedangkan penelitian di Swedia tahun 1997, menyatakan adanya peningkatan Interleukin-6 di urin pada 24 jam pertama proses infeksi dan tetap meningkat setelah 6 jam dimulainya terapi serta Interleukin-6 serum meningkat lebih lama pada pasien bakterinemia.22

Penelitian Interleukin-6 urin untuk pemeriksaan cepat pada pielonefritis baru pertama kali dilakukan di sentra pendidikan Universitas Sumatera Utara dan RS Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi akurasi pemeriksaan pemeriksaan Interleukin-6 urin yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Keterbatasan dari penelitian ini adalah pendeknya waktu penelitian dan sedikitnya jumlah sampel meskipun jumlah sampel minimal sudah tercukupi. Diharapkan pada masa yang akan datang penelitian ini dapat dilakukan dengan

Pada penelitian ini pemeriksaan Interleukin-6 urin hanya dilakukan satu kali oleh karena penelitian ini merupakan penelitian potong lintang.

jangka waktu yang lama serta jumlah sampel yang lebih besar, sehingga didapatkan hasil sensitifitas dan spesitifitas yang lebih baik lagi sehingga Interleukin-6 urin dapat dipertimbangkan sebagai pemeriksaan cepat telah terjadinya pielonefritis pada neonatus dan anak.

Dokumen terkait