• Tidak ada hasil yang ditemukan

d. penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah sungai tersebut pada zona kawasan lindung tidak diijinkan pemanfaatan sumber daya air untuk fungsi budidaya.

e. prasarana sumber daya air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lintas wilayah administratif kabupaten/kota, dikoordinasikan oleh pemerintah provinsi.

Paragraf 5

Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan

Pasal 26

(1) Prasarana lingkungan merupakan arahan pengelolaan prasarana yang digunakan lintas wilayah administratif.

(2) Prasarana yang digunakan lintas wilayah secara administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terpadu yang dikelola bersama untuk kepentingan wilayah dan tempat pengelolaan limbah industri B3 dan non B3, dan pengembangan sistem pengelolaan sampah di Kecamatan Pandawai.

(3) Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas wilayah secara administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah :

a. kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan.

b. pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai dengan persyaratan teknis.

c. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.

d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan.

BAB V

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR

Bagian Kesatu Umum

Pasal 27

(1) Pola ruang wilayah menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya.

(2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam dan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana alam.

(3) Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perikanan dan kelautan, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan pertambangan, dan kawasan khusus.

Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Pasal 28

Kawasan lindung meliputi :

a. kawasan perlindungan kawasan bawahannya;

b. kawasan perlindungan setempat;

c. kawasan suaka alam dan cagar budaya; dan

d. kawasan rawan bencana.

Pasal 29

(1) Perlindungan kawasan bawahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, meliputi :

a. kawasan hutan lindung;dan b. kawasan resapan air.

(2) Kawasan hutan lindung di Kabupaten Sumba Timur mencakup wilayah seluas kurang lebih 118.035 Ha, dengan penyebaran kawasan hutan lindung hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Sumba Timur.

(3) Kawasan resapan air yang berfungsi untuk perlindungan memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air di Kabupaten Sumba Timur tersebar di 22 Kecamatan dengan luas kurang lebih 1.770 Ha. Kecamatan yang memiliki daerah resapan air yang paling luas yaitu Kecamatan Kambata Mapambuhang sebesar 324 Ha.

Pasal 30

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b, meliputi :

a. kawasan sekitar mata air; b. kawasan sempadan sungai;dan c. kawasan sempadan pantai.

(2) Kawasan perlindungan setempat kawasan sekitar mata air, paling kurang dengan jari– jari 200 meter di sekeliling mata air.

(3) Kawasan perlindungan setempat kawasan sempadan mata air di Kabupaten Sumba Timur terdapat di Kecamatan Kota Waingapu yaitu mata air Payeti dan Lakullu.

(4) Kawasan perlindungan setempat kawasan sempadan sungai di Kabupaten Sumba Timur

mencapai kurang lebih 196.233 Ha.

(5) Kawasan perlindungan setempat kawasan sempadan pantai di Kabupaten Sumba Timur terdapat di 15 kecamatan, yaitu Kecamatan Haharu, Kecamatan Kanatang, Kecamatan Kambera, Kecamatan Pandawai, Kecamatan Umalulu, Kecamatan Rindi, Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kecamatan Kota Waingapu, Kecamatan Wula Waijelu dan Kecamatan Lewa Tidahu. Panjang pantai di wilayah Kabupaten Sumba Timur kurang lebih 433 km.

(1) Kawasan suaka alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c meliputi kawasan Taman Nasional dan kawasan cagar budaya.

(2) Kawasan Taman Nasional di Kabupaten Sumba Timur, yaitu Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanadaru dengan luas ± 24.200 Ha dan Kawasan Taman Nasional Laiwangi– Wanggameti seluas ± 47.014 Ha, yang tersebar di Kecamatan Tabundung, Kecamatan Matawai La Pawu, Kecamatan Pinu Pahar dan Kecamatan Karera.

(3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi situs-situs budaya rumah adat, situs kerajaan dan peninggalan sejarah. Kawasan Cagar Budaya tersebar di seluruh wilayah kecamatan khususnya di Kecamatan Karera, Kecamatan Kanatang, Kecamatan Kambera, Kecamatan Umalulu, Kecamatan Haharu, dan Kecamatan Rindi.

Pasal 32

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf d, meliputi:

a. kawasan rawan banjir. b. kawasan rawan longsor.

(2) Kawasan rawan banjir dan longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b, meliputi wilayah: Kecamatan Lewa, Kecamatan Lewa Tidahu, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kecamatan Karera, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Paberiwai, Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Waijelu, Kecamatan Rindi, Kecamatan Pandawai, Kecamatan Kambera, Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Umalulu dan Kecamatan Tabundung.

Pasal 33

(1) Dalam kawasan lindung di Kabupaten Sumba Timur, terdapat enclave yang berada di dalam kawasan hutan lindung seluas kurang lebih 3.110 Ha, dan enclave yang berada di kawasan Taman Nasional Laiwangi – Wanggameti seluas kurang lebih 1.765 Ha, yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan penduduk dan kepemilikan lahan oleh penduduk asli Kabupaten Sumba Timur .

(2) Keberadaan enclave tersebut tidak mengurangi luasan lahan kawasan hutan lindung di

Kabupaten Sumba Timur sebagaimana disebut dalam Pasal 29 maupun luas lahan Taman Nasional sebagaimana disebut dalam Pasal 31 diatas.

Bagian Ketiga

Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pasal 34 Pola pemanfaatan kawasan budidaya meliputi :

a. kawasan hutan;

b. kawasan pertanian;

c. kawasan perikanan dan kelautan;

d. kawasan perkebunan; e. kawasan peternakan; f. kawasan pariwisata; g. kawasan permukiman; h. kawasan industri;dan i. kawasan pertambangan. Pasal 35

(1) Kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a, meliputi kawasan hutan

produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.

(2) Kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Sumba Timur seluas kurang lebih 15.231 Ha yang tersebar di Kecamatan Pandawai, Kecamatan Haharu, Kecamatan Umalulu, Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Lewa dan Kecamatan Karera.

(3) Kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Sumba Timur seluas kurang lebih 25.000

Ha yang tersebar di Kecamatan Pandawai, Kecamatan Haharu, Kecamatan Rindi, Kecamatan Lewa, Kecamatan Tabundung dan Kecamatan Paberiwai.

(4) Kawasan hutan produksi di Kabupaten Sumba Timur seluas kurang lebih 58.422 Ha yang tersebar di Kecamatan Pandawai, Kecamatan Haharu, Kecamatan Umalulu, Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Lewa dan Kecamatan Karera.

Pasal 36

(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b, meliputi lahan basah/sawah beririgasi dan sawah tadah hujan/pertanian lahan kering.

(2) Lahan sawah di Kabupaten Sumba Timur seluas kurang lebih 28.224 Ha yang terbagi atas lahan sawah irigasi seluas kurang lebih 19.428 Ha dan lahan sawah tadah hujan seluas kurang lebih 8.796 Ha. Sedangkan lahan kering terdiri dari lahan tegalan, perkebunan, dan pekarangan seluas kurang lebih 77.726 Ha.

(3) Lahan pertanian sawah teknis tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Pandawai, Kambera dan Umalulu dengan total luas kurang lebih 2.699 Ha, sedangkan lahan setengah teknis tersebar di 8 kecamatan yaitu Kecamatan Pahunga Lodu, Lewa Tidahu, Rindi, Umalulu, Wula Waijelu, Ngadu Ngala, Lewa dan Pinu Pahar dengan luas lahan kurang lebih 8.011 Ha.

(4) Daerah irigasi yang tersebar di kecamatan-kecamatan Kabupaten Sumba Timur antara lain (beserta luasannya), antara lain: (Menurut Kepmen PU Nomor 390 Tahun 2007)

a. D.I Kabundulpola 200 Ha b. D.I. Kadauki 55 Ha c. D.I. Kahiri 300 Ha d. D.I. Kahunggar 165 Ha e. D.I. Kambuhapang 150 Ha f. D.I. Kambumuru 150 Ha g. D.I. Kandoruk 100 Ha h. D.I. Kangeli 200 Ha i. D.I. Karinga 214 Ha j. D.I. Kiriali 75 Ha k. D.I. Kitena 200 Ha l. D.I. Kombapari 200 Ha m. D.I. Kondamara 150 Ha n. D.I. Kotakau 200 Ha o. D.I. Laharianang 150 Ha

p. D.I. Lai Timur 150 Ha

q. D.I. Laimbonga 60 Ha r. D.I. Laikambela 200 Ha s. D.I. Laikandera 100 Ha t. D.I. Laikonda 70 Ha u. D.I. Lailunggi 75 Ha v. D.I. Laimahi 80 Ha w. D.I. Laingguhar 120 Ha x. D.I. Laitena 200 Ha y. D.I. Lakabu 100 Ha z. D.I. Lurumbu 60 Ha å. D.I. Makaminggit 150 Ha ä. D.I. Marawatu 200 Ha

aa. D.I. Matawai Kabaru 65 Ha

bb. D.I. Matawai Kamaimbun 150 Ha

cc. D.I. Matawai Kanjangi 150 Ha

dd. D.I. Matawai Kanoru 75 Ha

ee. D.I. Matawai Kurrang 60 Ha

ff. D.I. Matawai Maringu 60 Ha

gg. D.I. Matawai Mbana 90 Ha

hh. D.I. Maukawau 86 Ha

ii. D.I. Mbalu 54 Ha

jj. D.I. Mburukulu I 150 Ha

kk. D.I. Mburukulu II 100 Ha

ll. D.I. Mburukulu IV 150 Ha

mm. D.I. Ngolung 100 Ha

nn. D.I. Pahomba 100 Ha

oo. D.I. Paulunga 100 Ha

pp. D.I. Praing Kareha 150 Ha

qq. D.I. Pulupanjang 100 Ha

rr. D.I. Rakawatu 282 Ha

ss. D.I. Retijawa 120 Ha

tt. D.I. Rutung / Ukaehuk 100 Ha

uu. D.I. Tanahraing II 200 Ha

vv. D.I. Tanalingu 200 Ha

ww. D.I. Tanamiting 100 Ha

xx. D.I. Tandulalu'u 65 Ha

yy. D.I. Tatung 310 Ha

zz. D.I. Tawui 100 Ha

åå. D.I. Waibara 55 Ha

ää. D.I. Watubara 100 Ha

öö. D.I. Watumbelar 85 Ha

aaa. D.I. Watumoto 100 Ha

bbb. D.I. Wula 543 Ha

ccc. D.I. Kawukuliku 50 Ha

ddd. D.I. Waimbidi 30 Ha

eee. D.I. Watumanu 40 Ha

fff. D.I. Kanjangi 50 Ha

ggg. D.I. Kataka 50 Ha

hhh. D.I. Matawai Hanoi 50 Ha

iii. D.I. Palaomang 50 Ha

jjj. D.I. Kanatang 45 Ha

kkk. D.I. Kapehu 15 Ha

lll. D.I. Karita 45 Ha

mmm. D.I. Labokang 45 Ha

nnn. D.I. Lolalang 50 Ha

ooo. D.I. Matawai Kawuku 40 Ha

ppp. D.I. Maulewa 25 Ha

qqq. D.I. Nggurumuni 45 Ha

rrr. D.I. Okatehu 20 Ha

sss. D.I. Paruru Nggading 40 Ha

ttt. D.I. Prai Marada 20 Ha

uuu. D.I. Praimbana 48 Ha

vvv. D.I. Ri Iyang 30 Ha

www. D.I. Taimanu 20 Ha

xxx. D.I. Tamburi 50 Ha

yyy. D.I. Tanabara 25 Ha

zzz. D.I. Tangga Madita 45 Ha

ååå. D.I. Tiring 50 Ha

äää. D.I. Wudi 20 Ha

(5) Kawasan andalan pertanian di Kabupaten Sumba Timur sebagai berikut :

a. padi terdapat di Kecamatan Lewa, Pahunga Lodu, Wulla Waijelu, Pandawai, Kota Waingapu, Haharu, Umalulu, Lewa Tidahu dan Kambera;

b. jagung terdapat di Kecamatan Nggaha Ori Angu, Pahunga Lodu, Umalulu, Kota Waingapu, Kambera, Pandawai, Lewa Tidahu dan Katala Hamu Lingu;

c. kacang tanah terdapat di Kecamatan Lewa, Nggaha Ori Angu, Pinu Pahar, Paberiwai, Karera, Pahunga Lodu, Wulla Waijelu, Umalulu, Kanatang dan Haharu;dan

d. kacang hijau terdapat di Kecamatan Umalulu,Haharu, Kambera dan Pandawai.

Pasal 37

(1) Kawasan perikanan dan kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c meliputi :

a. perikanan darat; dan

b. perikanan laut.

(2) Kawasan perikanan darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: Pengembangan kawasan perikanan darat yang tersebar pada wilayah–wilayah yang teraliri air atau dilintasi sungai dan sepanjang daerah aliran sungai.

(3) Pengembangan kawasan perikanan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi hampir seluruh Kecamatan yang wilayahnya mempunyai akses secara langsung dengan laut.

(4) Perikanan darat, diantaranya adalah usaha budidaya ikan berupa perairan umum, tambak dan kolam;

(5) Perikanan laut, meliputi usaha penangkapan ikan di laut yang tersebar di kawasan pesisir Kabupaten Sumba Timur yang mempunyai wilayah pantai atau berbatasan dengan laut. Hasil perikanan laut yang potensial lainnya yaitu budidaya rumput laut dan penangkapan cumi-cumi.

(6) Kecamatan pantai yang potensial untuk usaha budidaya rumput laut sistem permukaan (long line, rakit) sebanyak 13 kecamatan dan 37 desa/kelurahan yaitu Desa Praisalura, Desa Praimadita, Desa Hambawutang, Desa Kakaha, Desa Lainjanji, Desa Lumbumaggit, Desa Hadakamali, Desa Wula, Desa Kaliuda, Desa Mburukulu, Desa Palanggai, Desa Tanaraing, Desa Rindi, Desa Kayuri, Desa Watuhadang, Kelurahan Lumbukore, Desa Matawai Atu, Desa Patawang, Desa Wanga, Desa Kadumbul, Desa Palakahembi, Kelurahan Watumbaka, Kelurahan Kawangu, Kelurahan Kambaniru, Kelurahan Kamaputi, Kelurahan Hambala, Kelurahan Temu, Desa Kuta, Desa Hambapraing, Desa Mondu, Desa Rambangaru, Desa Kadahang, Desa Wunga, Desa Napu, Desa Tarimbang, Desa Wahang, dan Desa Tawui dengan panjang garis pantai 115 km dan luas kurang lebih 559 Ha.

(7) Kawasan Andalan untuk perikanan di Selat Sumba yaitu untuk daerah pengembangan rumput laut dan Laut Sabu di kembangkan sebagai daerah pengembangan rumput laut dan areal penangkapan cumi-cumi.

Pasal 38

(1) Pemanfaatan kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf d, diarahkan di seluruh kecamatan, untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan. (2) Kawasan perkebunan dimaksud pada ayat (1) dikembangkan di setiap lokasi

pengembangan dan sentra produksi yang diselenggarakan dengan kebersamaan ekonomi dan berwawasan lingkungan.

(3) Kawasan Andalan di sektor perkebunan di Kabupaten Sumba Timur terdiri dari :

a. kelapa terdapat di Kecamatan Karera, Nggadu Ngala, Wulla Waijelu dan Kambera; b. kopi terdapat di Kecamatan Nggaha Ori Angu, Tabundung, Paberiwai, Pinupahar dan

Lewa Tidahu;

c. jambu Mente terdapat di Kecamatan Tabundung, Pinu Pahar, Paberiwai, Karera, Nggadu Ngala dan Mahu;

d. kemiri terdapat di Kecamatan Nggaha Ori Angu, Pahunga Lodu, Nggadu Ngala, Katala Hamu Lingu, Mahu, Umalulu, Matawai La Pawu, Lewa Tidahu, Tabundung dan Paberiwai;

e. pinang terdapat di Kecamatan Lewa, Karera, Pahunga Lodu, Rindi, Tabundung, Pinu Pahar, Katala Hamu Lingu dan Lewa Tidahu;

f. kapok terdapat di Kecamatan Paberiwai, Matawai La Pawu, Wulla Waijelu,Lewa dan Lewa Tidahu;

g. vanili terdapat di Kecamatan Lewa dan Paberiwai; dan

h. sirih terdapat di Kecamatan Tabundung, Paberiwai, Mahu, Nggaha Ori Angu dan Karera.

Pasal 39

(1) Pemanfaatan kawasan peternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf e, meliputi peternakan ternak besar, peternakan ternak kecil, dan peternakan unggas. (2) Sentra peternakan kerbau berada pada Kecamatan Lewa, Nggaha Ori Angu, Paberiwai,

Karera, Matawai La Pawu, Kahaungu Eti, Tabundung dan Nggadu Ngala.

(3) Sentra peternakan Kuda berada pada Kecamatan Haharu, Lewa, Umalulu, Pandawai, Pahunga Lodu, Kanatang dan Rindi

(4) Sentra peternakan Sapi berada pada Kecamatan Nggaha Ori Angu, Paberiwai, Kahaungu Eti, Rindi, Pahunga Lodu dan Wula Waijelu.

(5) Sentra peternakan ternak kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan lokasi pengembangan dapat dialokasikan di seluruh kecamatan dengan berpedoman pada potensi dan unggulan peternakan pada masing-masing kecamatan.

(6) Kawasan peternakan unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan lokasi pengembangan dapat dialokasikan di seluruh kecamatan dengan berpedoman pada potensi dan unggulan peternakan pada masing-masing kecamatan.

Pasal 40

(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf f, meliputi kawasan yang tersebar di seluruh kecamatan di wilayah kabupaten.

(2) Rencana pengembangan pariwisata agar dapat lebih terfokus dan efisien maka disusun prioritas pengembangan, pada kawasan andalan yaitu:

a. kawasan pariwisata bahari yaitu :

1. kawasan wisata Pantai Kuta (Londa Lima) yang terdapat di Desa Kuta

Kecamatan Kanatang;

2. kawasan wisata Pantai Puru Kambera yang terdapat di Desa Mondu Kecamatan Kanatang;

3. kawasan wisata Pantai Pinduhurani-Tarimbang-Banggawatu terdapat di Kecamatan Tabundung;

4. kawasan wisata Pantai Walakiri terdapat di Kelurahan Watumbaka Kecamatan Pandawai;

5. kawasan wisata Pantai Kalala terdapat di Kecamatan Wulla Waijelu;

6. kawasan wisata Pantai Waihungu, Pantai Katundu dan Pantai Mengkudu terdapat di Desa Praimadita Kecamatan Karera;

7. kawasan wisata Pantai Mambang terdapat di Desa Kambaru Kecamatan Katala Hamu Lingu; dan

8. kawasan wisata Pantai Walahi terdapat di Kecamatan Lewa Tidahu. b. kawasan pariwisata berwawasan lingkungan yaitu :

1. air terjun Laputi yang terletak di Desa Praing Kareha Kecamatan Tabundung; 2. air terjun Hirumanu di Desa Kananggar Kecamatan Paberiwai;

3. air terjun Harunda di Desa Bidihunga Kecamatan Lewa; 4. air terjun Maidang di Kecamatan Kambta Mapambuhang; 5. air terjun Ndata di Kecamatan Kanatang;

6. air terjun Waimanjali di Kecamatan Lewa;

7. air terjun Kojamata Jirik di Desa Watumbelar, Kecamatan Lewa Tidahu; 8. air terjun Laindamuki di Desa Pindu Hurani , Kecamatan Tabundung; dan 9. bendungan Kambaniru di Kelurahan Maulumbi Kecamatan Kambera. c. kawasan pariwisata budaya yaitu :

1. kampung adat Wunga terdapat di Desa Wunga Kecamatan Haharu; 2. kampung adat Rambangaru di Desa Rambangaru Kecamatan Haharu; 3. kampung adat Prailiu di Kelurahan Prailiu Kecamatan Kambera; 4. kampung adat Pau di Desa Watuhadang Kecamatan Umalulu; 5. kampung adat Praiyawang terdapat di Desa Rindi Kecamatan Rindi; 6. kampung adat Prainatang di Desa Mondu, Kecamatan Kanatang; 7. kampung Lailara di Desa Lailara, Kecamatan Katala Hamu Lingu; dan 8. kampung adat Lewa Paku, di Desa Kambuhapang, Kecamatan Lewa.

Pasal 41

(1) Pemanfaatan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf g, meliputi permukiman perdesaan, dan perkotaan.

(2) Permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. Permukiman pusat perdesaan. b. Permukiman desa pendukung.

(3) Permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Permukiman perkotaan menengah.

b. Permukiman perkotaan kecil.

(4) Permukiman perkotaan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai :

a. Pusat pertumbuhan skala kabupaten b. Pusat pelayanan kabupaten.

(5) Permukiman perkotaan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai :

a. Pusat pertumbuhan skala wilayah. b. Pusat pelayanan perkotaan kecamatan.

(6) Dalam kawasan permukiman perkotaan, Kabupaten harus menyediakan peruntukan lahan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah seluas areal berdasarkan kebutuhan dan atau sesuai ketentuan dalam pembangunan perumahan dan permukiman dengan lingkungan yang berimbang.

Pasal 42

(1) Pemanfaatan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf h, meliputi :

a. zona industri;dan

(2) Zona industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: Industri besar-menengah yang direncanakan di Kecamatan Kanatang, Kecamatan Pandawai, Kecamatan Haharu, Kecamatan Kota Waingapu, Kambera dan Kecamatan Pahunga Lodu

(3) Sentra industri kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di Kecamatan Wula Waijelu, Kecamatan Rindi, Kecamatan Umalulu, Pahunga Lodu, Kambera dan Kanatang.

Pasal 43

(1) Pemanfaatan kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf i, meliputi pertambangan bahan galian golongan C dan bahan galian golongan galian strategis.

(2) Pengembangan penambangan bahan galian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. Sirtu: : Waingapu di Kelurahan Kambaniru (Sungai Kambaniru)

Umalulu di Desa Watuhadang (Sungai Melolo) Pinupahar di Desa Lailunggi (Sungai Lailunggi) Tabundung di Desa Billa (Sungai Malahar) Matawai Pawali

Karera

1. Desa Nggongi, kampung Watubara (Sungai Robu) 2. Desa Nggongi, Praimadita, (Sungai Taraba) 3. Desa Tandula Jangga, (Sungai Kabundu Pola) 4. Desa Kakaha, Lairundu (Pantai Manukangga)

Matawai La Pawu di Desa Wanggameti, Hutan Laironja Wanggameti

Wula Waijelu di Desa Laijanji, Desa Laipandak, Desa Hadakamali (Sungai Baing)

Lewa di Desa Uma Manu, (Sungai Tidas)

Pahunga Lodu di Desa Laijanji, lokasi pada jalan menuju Tanjung Ngunju

Pandawai di Kelurahan Kawangu (sungai Kawangu)

b. Pasir : Tabundung di Desa Tarimbang lokasi pasir terdapat di pantai

selatan Desa Tarimbang

Ngadu Ngala di Desa Kakaha, lokasi pasir terdapat di Sungai Manu Langga

Pahunga Lodu di Desa Kaliuda, lokasi pasir terdapat di muara Sungai Ngallu

Desa Matawai Pawali dan Rakawatu

c. Andesit : Lewa di Desa Uma Manu

d. Granit : Pinupahar di Desa Tawui ± 1 km dari Desa Tawui kearah Desa

Wahang. Sedangkan di Desa Lailunggi lokasi pada km 7 yang menghubungkan Desa Lailunggi dan Desa Ramuk.

Wulawaijelu di Desa Harai - Waturara Kuruwaki

e. Batu Gamping : Nggaha Ori Angu Km 18 jurusan Waingapu-Waikabubak

Katala Hamu Lingu di Desa Kombapari

Lewa di Kelurahan Lewa Paku, terletak pada jarak 2 km dari Lewa kearah Waingapu dan kearah selatan sejauh 500 m

Pinupahar di Desa Wahang

Matawai La Pawu di Desa Katiku Tana dan Desa Wanggameti Ngadu Ngala di Desa Kakaha – Lairudu, Lokasi berada di pantai Manu Kangga

f. Batu Kapur : Lewa di Desa Tanarara

Nggaha Ori Angu di Desa Praipaha Pahunga Lodu di Desa Kaliuda

g. Oker : Lewa di Desa Rakawatu

h. Batu Ornamen : Pahunga Lodu di Desa Lulundilu

i. Tanah Liat : Lewa di Desa Rakawatu dan Desa Kambata Wundut

Umalulu di Desa Watupuda

Pinupahar di Desa Lailunggi dan Desa Tawui

Bagian Keempat

Rencana Pengelolaan kawasan Lindung dan Budidaya Paragraf 1

Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung Pasal 44

(1) Rencana pengelolaan kawasan lindung meliputi semua upaya perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi yang berkelanjutan dan tidak dapat dialihfungsikan menjadi kawasan budidaya.

(2) Rencana konservasi kawasan lindung meliputi kawasan cagar alam, suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya.

(3) Rencana pengelolaan kawasan lindung tidak dapat dialihfungsikan.

(4) Rencana pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain :

a. pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. b. mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami.

c. pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung.

d. penambahan luasan kawasan lindung, yang merupakan hasil alih fungsi hutan produksi menjadi hutan lindung.

e. pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung.

f. percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat diambil hasil hutan non-kayu.

g. menanamkan rasa memiliki/mencintai alam.

h. pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam.

i. percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung.

(5) Rencana pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya antara lain :

a. pengembangan pemanfaatan untuk pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung.

b. peningkatan luasan kawasan lindung, yang merupakan hasil alih fungsi hutan produksi menjadi hutan lindung.

c. percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat diambil dari hasil hutan non-kayu

d. percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung.

e. pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai ekosistem yang pernah ada.

f. membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki/mencintai alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam.

(6) Rencana pengelolaan kawasan lindung setempat antara lain :

a. perlindungan kawasan melalui tindakan pencegahan, pemanfaatan kawasan pada kawasan lindung setempat.

b. pengembangan kegiatan yang bersifat alami dan mempunyai kemampuan memberikan perlindungan kawasan seperti wisata air.

c. perlindungan kualitas air melalui pencegahan penggunaan area di sekitar kawasan lindung.

d. menindak tegas perilaku vandalisme terhadap fungsi lindung.

(7) Rencana pengelolaan kawasan suaka alam antara lain :

a. perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.

b. perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan.

c. mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam dan upaya konservasi.

d. perlindungan dan pelestarian habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.

e. pengembangan dan perlindungan kegiatan budidaya di kawasan sekitar pantai dan lautan.

f. perlindungan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional dan keragaman bentuk geologi.

g. pengembangan kegiatan konservas dan rehabilitasi yang bergunauntuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

(8) Rencana pengelolaan kawasan pelestarian alam antara lain :

a. perlindungan taman nasional yang mempunyai vegetasi tetap, yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam.

b. perlindungan dan pelestarian koleksi tumbuhan

Dokumen terkait