• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Wilayah dan Rencana Pembangunan Infrastruktur (Master Plan Infrastruktur)

3. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Kendala utama dari pengembangan Teluk Wondama adalah belum tersedianya jaringan telekomunikasi. Hal ini menambah terisolirnya wilayah ini sehingga akan sulit untuk berkembang. Untuk pengembangan jangka pendek dapat dilakukan pembangunan menara BTS / nir kabel untuk jaringan telepon seluler yang lokasi pengembangannya minimal di setiap ibukota distrik. Pengembangan BTS ini dapat dilakukan melalui adanya kerjasama dengan pihak swasta. Untuk jangka panjang, perlu dilakukan pengembangan jaringan telekomunikasi nasional khususnya di kawasan perkotaan.

3.4 Skenario Pengembangan Sektor/Bidang PU/Cipta Karya

Strategi/Skenario pengembangan sektor Bidang Cipta Karya di wilayah Kabupaten Teluk Wondama mencakup beberapa hal pokok yang berkaitan dengan kelangsungan beberapa aktifitas sosial-ekonomi penduduk yang sehat, nyaman dan dengan dampak yang sekecil mungkin.

Strategi pengembangan sektor tersebut mencakup :

3.4.1 Sub Bidang Air Minum

Pada saat ini pengadaan air bersih di Kabupaten Teluk Wondama diusahakan oleh warga, yang menggunakan sistem perpipaan, sumur dan air sungai. Pada saat ini baru sekitar 22% penduduk yang terlayani oleh pelayanan air bersih sumur, 88% dari sungai dan mata air. Rata-rata pemakaian air bersih sebesar 180 liter/orang/hari.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan air bersih di wilayah perencanaan disediakan air bersih umum yang tersebar merata di seluruh bagian kota.

Strategi pengembangan air bersih, meliputi :

 Perintisan system daur ulang melalui law enforcement bagi setiap pembangunan pemukiman baru.

 Pengembangan pelayanan air bersih degan menambah kapasitas atau debit air maupun jaringan perpipaan pada wilayah yang belum terlayani.

3.4.2 Sub Bidang Sampah

Masalah persampahan sampai saat mulai menimbulkan permasalahan karena penduduk pada umumnya melakukan pembuangan sampah dengan cara dibakar, dibuang ke laut dan dibuang ke sungai, sehingga diperlukan suatu usaha untuk menjaga kebersihan kota, dengan menerapkan sistem pengelolaan sampah secara terpadu mulai dari pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan untuk menghindari timbulnya masalah perkotaan yang lebih komplek karena polusi dan gangguan kesehatan masyarakat.

Sampah-sampah rumah tangga disimpan di dalam bak sampah yang terdapat di masing-masing rumah, kemudian dikumpulkan dengan menggunakan gerobak sampah ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) yang kemudian diangkut untuk diteruskan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Masing-masing TPS dapat melayani 1000 penduduk, sedangkan untuk TPA dapat melayani 1 (satu) kota tergantung kapasitas yang disediakan.

Untuk masalah persampahan di Kota Wasior, rencana ke depannya akan membuat TPA di Kampung Sendrowoi , dengan arahan atau ketentuan teknis sebagai berikut :

 Jarak dari permukaan 5-10 Km.

 Muka air cukup dalam (2 Meter)

 Jenis tanah mempunyai permeabilitas yang tinggi  Tanah tidak produktif

Berdasarkan acuan dari beberapa kota di Indonesia yang telah disesuaikan dengan kondisi Kota Wasior maka ditetapkan bahwa timbunan sampah untuk kawasan perumahan (domestik) adalah 2,5 liter/hari/orang, sedangkan untuk kegiatan non perumahan (non domestik) adalah sebesar 20% dari jumlah seluruh sampah yang dihasilkan penduduk dalam satu hari. Jumlah timbunan sampah ini perlu diperhatikan,

karena volumenya dapat semakin besar sejalan dengan perkembangan kota. Semakin berkembang suatu kota semakin besar pula kemungkinan bertambahnya jumlah penduduknya.

Prasarana penunjang tersebut adalah :

 Gerobak Pengangkut, yang mengangkut sampah dari Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).

 Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) yang lokasinya diusahakan disentralis kawasan permukiman, dimana satu TPS melayani 1000 penduduk

 Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang lokasinya jauh dari permukiman, dengan beberapa persyaratan lokasi yang harus dipenuhi.

3.4.3 Sub Bidang Air Limbah

Air buangan baik limbah rumah tangga maupun air hujan dibuang dengan memanfaatkan kelerengan yang ada dan menyesuaikan dengan kondisi topografi. Sistem pembuangan yang digunakan adalah dengan mengalirkan secara langsung ke sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu.

Sampai dengan saat ini pembuang air limbah belum menimbulkan masalah karena jumlah penduduk sedikit dan aktivitas yang ada di kabupaten ini masih belum menimbulkan pencemaran tinggi. Salah satu kegiatan yang berpotensi menimbulkan masalah limbah di perairan adalah kegiatan penebangan kayu. Limbahnya yang berupa serbuk dan potongan kayu mulai mengotori sungai dan laut.

Diperkirakan besarnya produksi limbah di Kabupaten Teluk Wondama adalah sebesar 60% dari besarnya kebutuhan (konsumsi) air bersih.

Strategi pengembangan prasarana air limbah, meliputi :

 Pengembangan sistem pengolahan air limbah diarahkan pada pengolahan air limbah masyarakat/penduduk dengan menggunakan system on-site.

 Pengembangan pengolahan air limbah dengan menggunakan system off-site septic tank komunal dengan sasaran perumahan penduduk di daerah terpencil.

3.4.4 Sub Bidang Jalan Lingkungan

Dari pusat-pusat perkotaan yang ada dan kecenderungan serta pola jaringan jalan utama yang menghubungkannya satu sama lain, dalam struktur tata ruang kota dapat diidentifikasi pusat-pusat kegiatan kota sebagai berikut :

 Pusat pelayanan primer adalah pusat kota Wasior, dengan kegiatan komersial

sebagai kegiatan utamanya, yang ditunjang dengan pengembangan fasilitas jasa, pemerintahan, perkantoran, sekolah, olah raga dan gereja. Kawasan ini akan merupakan pusat kegiatan dengan skala pelayanan seluruh wilayah kota,

 Pusat pelayanan sekunder (sub pusat kota) yang tersebar dengan skala pelayanan

bagian wilayah kota, yaitu pusat pendidikan di Miei

 Pusat pelayanan lingkungan yang tersebar di kawasan-kawasan perumahan dengan

skala pelayanan terbatas di lingkungan perumahan masing-masing

3.4.5 Sub Bidang Drainase

Sistem drainase tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berhubungan dengan sektor infrstruktur lainnya seperti pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota.

Sistem drainase Kabupaten Teluk Wondama sudah ada, namun demikian belum dapat berfungsi, secara optimum.

Dalam pengembangan sistem drainase, strategi yang dapat dilakukan adalah:

 Strategi pengembangan diarahkan dengan mempertahankan kondisi dan karateristik lahan sesuai dengan peruntukannya.

 Strategi pengembangan drainase diarahkan pada perbaikan jaringan drainase menjadi permanen.

3.4.6 Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan

Perencanaan kawasan perkotaan hendaknya berusaha untuk mengefisienkan penggunaan lahan sebelum melakukan perluasan kota ke daerah pinggiran (fringe

area). Sebab perluasan kota juga harus juga diimbangi dengan kemampuan

pendanaan khususnya setelah diberlakukannya otonomi daerah.

Salah satu cara dalam mengefisienkan penggunaan lahan dalam pembangunan perkotaan adalah dengan melakukan pembangunan secarah intensif/vertical terutama di pusat-pusat kegiatan (CBD Core) melalui penataan tata bangunan dan lingkungan. Langkah ini akan dilaksanakan melalui analisis yang komprehensif untuk menjamin optimalisasi manfaat yang dapat diperoleh, dan juga yang harus diperhatikan di Kabupaten Teluk Wondama ini banyak peninggalan bangunan yang bernilai sejarah. Dalam rangka penyediaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien, maka penataan kawasan di Kabupaten Teluk Wondama adalah suatu kebutuhan yang mendesak. Penataan tata bangunan lingkungan yang efektif dan efisien akan memberikan daya dukung lingkungan perkotaan.

Tujuan dari penataan ruang ini dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan lingkungan yang berkualitas serta dapat bermanfaat bagi seluruh kepentingan umum dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan sekitar.

3.4.7 Sub Bidang Pengembangan Permukiman

Penggunaan lahan permukiman di Kabupaten Teluk Wondama masih terkonsentrasi di pusat-pusat permukiman yaitu Wasior dan Windesi yang berada di pesisir pantai. Adapun luas permukimannya sekitar 19.253 ha termasuk luas pekarangan atau lahan usaha (pertanian). Wasior merupakan pusat pemerintahan sementara sebelum sarara perkantoran pemerintahan di ibukota Kabupaten yaitu Rasiei selesai dibangun. Sedangkan Windesi merupakan ibukota Distrik Windesi.

Sebagian penduduk lainnya hidup di perkampungan dalam skala kecil dan letaknya menyebar sepanjang garis pantai. Sebagian lanilla hidup di pedalaman dengan pola menyebar dan skala kecil. Bahkan masih banyak penduduk yang hidup berpindah (peramu).

Secara umum, perkampungan yang ada membentuk pola linear sepanjang garis pantai yang lebih dikarenakan adanya hambatan geografis dimana lahan yang relatif datar hanya terletak di sepanjang pantai dengan lebar yang sempit.

Selain itu tumbuhnya permukiman di tepi pantai juga disebabkan karena kedekatannya terhadap sumber makanan sehari-hari yaitu sagu dan ikan yang terdapat di sepanjang pesisir.

Dokumen terkait