3.1
Petunjuk Umum
3.1.1
Umum
Kebijakan pembangunan Kabupaten Teluk Wondama yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW 2007 - 20017) yang dijadikan sebagai dasar Pembangunan Kabupaten Teluk Wondama khususnya, dan umumnya Provinsi Papua Barat. Kebijakan Perencanaan pembangunan di Kabupaten Teluk Wondama didasari pada potensi yang dimiliki, baik potensi sumber daya alam maupun potensi sosial budaya dan dapat tumbuh serta berkembang dan pertumbuhan daerahnya agar dapat mengejar ketertinggalan daerahnya dengan daerah di Wilayah Indonesia Barat.
3.1.2
Fenomena Perkembangan
Prioritas utama dari pengembangan wilayah di Kabupaten Teluk Wondama adalah menggunakan
pendekatan pengembangan Growth Pole (Kutub
Pertumbuhan), yaitu pengembangan pusat kegiatan dan perkembangan yang ada di wilayah inti yang dikembangkan lebih dulu dari wilayah lainnya untuk
tujuan apabila telah berkembang dapat
mempengaruhi perkembangan kegiatan wilayah lebih lanjut (hinterland-nya). Sehingga
dengan adanya pendekatan growth pole diharapkan terjadi penyebaran wilayah yang
dilakukan dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan yang diharapkan jika
sudah berkembang dapat memberikan efek penetasan ke bawah (trickling down effect)
pada wilayah sekitarnya (wilayah hinterland-nya). Pusat Pertumbuhan (Growth Pole) ini
biasanya terdapat di daerah perkotaan. Misalnya Distrik Teluk Wondama sebagai pusat kegiatan inti di Kabupaten Teluk Wondama dikembangkan lebih dari distrik lainnya yang ditujukan untuk perencanaan wilayah yang pada akhirnya akan menyebarkan tumbuhnya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah sekitarnya.
Setelah pusat pertumbuhan cukup berkembang dan mampu memberikan efek
penetasan ke wilayah lainnya (trickling down effect). Melalui pendekatan desentralisasi
perkembangan wilayah yang perlu ditingkatkan terutama pada pengembangan
pusat-pusat kegiatan kedua agar pusat-pusat kegiatan utama tidak menjadi terlalu “primat” karena
ada pusat - pusat perkembangan lain dalam skala yang lebih rendah yang mengimbangi daya tarik terhadap pusat-pusat pertama. Pusat kedua ini dapat disebut
sebagai counter magnet bagi trend privatisasi pusat pertama. Pada pelaksanaannya
pendekatan growth pole ini dapat mengakibatkan backwash effect bagi wilayah sekitar.
Gambar 3.1 Backwash Effect
3.1.3
Kebijakan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten
Teluk Wondama
A. Pegembangan Wilayah Kabupaten Teluk Wondama
Kabupaten Teluk Wondama belum memiliki Rencana Tata Ruang. Untuk sementara, cara yang ditempuh Pemerintah
Kabupaten Teluk Wondama untuk mempercepat
pertumbuhan dan proses pembangunan di wilayah ini adalah dengan membaginya kedalam empat Wilayah Pembangunan (WP). Pembagian WP serta pola dan kegiatan pengembangan pada masing-masing WP didasarkan pada karakteristik, potensi dan kondisi umum wilayah. Pembagian wilayah ini juga untuk mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang memanfaatkan ruang dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
antara lain mengenai kawasan khusus/perlindungan, budidaya, permukiman, sarana dan prasarana umum. Selain itu juga untuk memberi arah mengenai wilayah-wilayah prioritas pengembangan 15 – 25 tahun ke depan, serta mengantisipasi perkembangan wilayah regional terutama Kawasan Kepala Burung, termasuk Teluk Bintuni dan Teluk Cenderawasih.
Ke empat Wilayah Pembangunan (WP) tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1
Wilayah Pengembangan di Kabuapaten Teluk Wondama
WP Pusat WP Sub WP Potensi Pengembangan
I Wasior Selatan
Wasior Selatan dan Wasior Barat
> Diarahkan bagi pengembangan perikanan laut, budidaya tambak, pertanian, perkebunan skala kecil dan besar > Pengembangan pemukiman dan perkebunan Pola PIR
II Wasior Utara
Wasior Utara dan Rumberpon
> Diarahkan bagi pengembangan perikanan laut, pertanian,perkebunan skala kecil, pariwisata, konservasi
> Pengembangan pemukiman masyarakat pesisir dan kawasan khusus (Taman Nasional)
III Wasior Wasior > Perikanan, pertanian dan perkebunan skala kecil
> Pengembangan masyarakat hutan pola agroforestry/konservasi
IV Windesi Windesi dan Wamesa > Diarahkan bagi pengembangan perikanan, pertanian dan perkebunan dataran tinggi > Pengembangan masyarakat hutan pola agroforestry/konservasi
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Teluk
Wondama tahun 2006 – 2025, visi pembangunan jangka panjang adalah: “Terwujudnya
Kabupaten Teluk Wondama Sebagai Pusat Pariwisata Bahari yang Berwawasan Lingkungan Menuju Masyarakat yang Sejahtera Lahir dan Batin, Mandiri serta Beriman”.
Dalam mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi dari pemerintah Kabupaten Teluk Wondama adalah :
1. Mewujudkan sinergi antara seluruh pemilik sumber daya dalam upaya mengoptimalkan penggunaan sumberdaya berbasis pariwisata bahari;
2. Meningkatkan iklim investasi yang kondusif bagi investor potensial;
3. Meningkatkan kemampuan aparat dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat
dengan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (clean
and good governance);
4. Mewujudkan kesempatan yang luas bagi aparatur pemerintah untuk meningkatkan jenjang karirnya dengan penghargaan yang sesuai;
5. Memberikan reward bagi masyarakat baik personal maupun kelompok yang berprestasi dalam meningkatkan nilai tambah wilayah Kabupaten Teluk Wondama; 6. Meningkatkan peran serta masyarakat pada berbagai kegiatn produktif dalam proses
pembangunan wilayah secara merata dan berkelanjutan;
7. Mewujudkan ketentraman, ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat yang dilandasi oleh iman dan takwa.
Pencapaian misi tersebut dilakukan melalui penetapan Arah Pembangunan Daerah untuk masing-masing misi yaitu sebagai berikut :
1. Mewujudkan sinergi antara seluruh pemilik sumber daya dalam upaya mengoptimalkan penggunaan sumberdaya berbasis pariwisata bahari. Arah pembangunan berdasarkan misi tersebut adalah :
Penggunaan sumberdaya yang terintegrasi secara optimal;
Terwujudnya jejaring (networking) antara seluruh pemilik sember daya termasuk
yang berasal dari luar daerah;
Penguasaan sistem informasi pasar;
Peningkatan berbagai potensi ekonomi berbasis pariwisata bahari.
2. Meningkatkan iklim investasi yang kondusif bagi investor potensial. Arah pembangunan berdasarkan misi tersebut adalah:
Menghasilkan regulasi yang mendukung peningkatan kegiatan investasi yang
berwawasan lingkungan;
Menjamin kepastian hukum bagi investor melalui law enforcement;
Tersedianya tenaga kerja baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang
diperlukan dalam kegiatan investasi;
Tersediannya sarana dan prasarana pendukung bagi kegiatan investasi.
3. Meningkatkan kemampuan aparat dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat
dengan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (clean
and good governance). Arah pembangunan berdasarkan misi tersebut adalah:
Peningkatan kemampuan aparat dalam pemberian pelayanan kepada
masyarakat;
Terciptanya sistem pelayanan yang berkualitas dalam bentuk prosedur yang
lebih sederhana, cepat, ramah, dan murah kepada masyarakat;
Terwujudnya salaing kepercayaan antara berbagai elemen masyarakat antara
lain aparat dan masyarakat;
Terwujudnya budaya anti KKN dalam penyelenggaraan pemerintahan.
4. Mewujudkan kesempatan yang luas bagi aparatur pemerintah untuk meningkatkan jenjang karirnya dengan penghargaan yang sesuai. Arah pembangunan berdasarkan misi tersebut adalah :
Peningkatan kemampuan aparat dalam membuat keputusan secara profesional;
Terciptanya sistem jenjang karir yang sesuai dengan kemampuan aparatur dengan
indikator yang objektif (the right man on the right place)
Peningkatan jumlah aparat yang berpendidikan tinggi;
Terciptanya aparat yang lebih kreatif dan inovatif;
Terciptanya sistem penggajian yang lebih proporsional sesuai dengan posisi dan
prestasi kerja.
5. Memberikan reward bagi masyarakat baik personal maupun kelompok yang berprestasi dalam meningkatkan nilai tambah wilayah Kabupaten Teluk Wondama. Arah pembangunan berdasarkan misi tersebut adalah :
Peningkatan motivasi masyarakat untuk melakukan kegiatan yang memberi nilai
tambah bagi daerah;
Peningkatan kreatifitas dan inovasi masyarakat dalam proses pembangunan
daerah;
Kegiatan masyarakat yang dilakukan selalu berorientasi pada mutu;
Terciptanya kemandirian dan rasa percaya diri yang lebih tinggi.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat pada berbagai kegiatn produktif dalam proses pembangunan wilayah secara merata dan berkelanjutan. Arah pembangunan berdasarkan misi tersebut adalah :
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada setiap tahap
(perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan pengawasan)
Peningkatan produktivitas masyarakat;
Meratanya pembangunan di setiap distrik yang terwujud pada kegiatan-kegiatan
yang berorientasi pasar;
Menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) dalam ekonomi keluarga;
Peningkatan taraf hidup masyarakat dan menurunnya tingkat kemiskinan secara
nyata.
7. Mewujudkan ketentraman, ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat yang dilandasi oleh iman dan takwa. Arah pembangunan berdasarkan misi tersebut adalah :
Terciptanya kondisi masyarakat yang tentram, tertib dan damai dilandasi oleh
nilai-nilai keimanan;
Rendahnya tingkat kerawanan sosial baik antar suku, agama, ras dan adat;
Rendahnya angka kriminalitas;
Peningkatan kedisiplinan dan etika dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Peluang dan Tantangan Pengembangan Wilayah
Berdasarkan hasil studi literatur terhadap berbagai data dan informasi yang ada, terdapat beberapa isu permasalahan terkait pengembangan Kabupaten Teluk Wondama tersebut, antara lain :
1. Ditetapkannya Kabupaten Teluk Wondama sebagai otonomi baru di satu sisi menguntungkan untuk kemandirian wilayah, namun lokasinya yang relatif jauh dengan ibukota provinsi dan akses penghubung yang buruk menyebabkan daerah ini menjadi terisolir dan sulit berkembang tanpa ada percepatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi.
2. Adanya peluang percepatan pembangunan yang terkoordinasi secara nasional dengan terbitnya Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2007 yang memberikan peluang adanya pendanaan dari APBN, APBD serta sumber dana lainnya yang tidak mengikat khususnya dalam mempercepat permasalahan keterisolasian dan rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta rendahnya kualitas SDM termasuk masalah kemiskinan.
3. Sektor pariwisata memiliki potensi komoditi unggulan wilayah bahkan hingga luar negeri, karena sebagian besar wilayah Taman Nasional Cendrawasih termasuk dalam wilayah Kabupaten Teluk Wondama. Namun demikian, hingga saat ini belum berkembang karena adanya masalah keterisolasian wilayah sejalan dengan keberadaan infrastruktur transportasi yang tidak memadai. Tidak ditetapkannya Teluk Wondama sebagai pusat pengembangan pariwisata TN Cendrawasih merupakan tantangan bagi Kabupaten untuk mampu lebih meningkatkan kapasitasnya sendiri guna mengejar ketertinggalannya apalagi sektor pariwisata khususnya bahari yang menjadi visi pengembangan Kabupaten.
4. Memiliki peran cukup strategis dalam lingkup nasional, terutama dalam pembentukan struktur dan pola ruang, dengan ditetapkannya Kabupaten Teluk Wondama sebagai bagian dari pengembangan Kawasan Andalan Bintuni (Teluk Wondama). Selanjutnya, sebagai bagian dari pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Biak yang memiliki kerjasama sama ekonomi sub regional yaitu KESR-AIDA DAN KESR BIMP-EAGA memiliki peluang pengembangan yang kearah regional dan global. Pengembangan KAPET salah satunya bertujuan menjadikan Teluk Wondama dan sekitarnya sebagai sentra pengembangan wisata bahari dan perikanan.
C. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah
Dengan merujuk pada visi dan misi daerah, maka tujuan dan sasaran pembangunan
Kabupaten Teluk Wondama diarahkan pada terwujudnya ”Sasar Wondama”, yang
ditandai oleh peningkatan :
a. Kesejahteraan masyarakat yang dicerminkan oleh peningkatan tingkat pendapatan per kapita, pendidikan, kesehatan, kualitas perumahan dan lingkungan tempat tinggal, terciptanya suasana yang damai dan tentram serta keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Kemandirian masyarakat baik dari aspek ekonomi maupun politik untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah;
c. Pelaksanaan otonomi khusus yang nyata dan bertanggung jawab serta demokratis untuk menjamin kedaulatan, persatuan dan kesatuan dalam wadah Negara Kesatuan RI;
d. Hubungan kemitraan dan kesinergisan antara pemerintah (state), swasta (privat)
dan masyarakat (civil society);
e. Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memegang prinsip-prinsip good
governance;
f. Keseimbangan tata guna lahan antara lahan terbangun dan tidak terbangun;
g. Kualitas rencana dan pelaksanaan tata ruang kawasan pesisir dan laut, dalam upaya menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya dan mendorong nilai tambah pendayagunaan hasil laut;
h. Keserasian kebijakan-kebijakan lintas sektoral guna menjamin keharmonisan pembangunan antar sektor;
i. Kemampuan pemantauan dan pengawasan bagi kegiatan-kegiatan eksplorasi dan
produksi;
j. Efektivitas pengelolaan kawasan lindung dan konservasi;
k. Pengendalian dampak lingkungan yang berkelanjutan.
3.2
Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten
Teluk Wondama Berdasarkan Rencana Penataan Ruang
(RTRW)
Setiap perencanaan pembangunan yang dijalankan pada hakikatnya adalah memperkirakan kegiatan dan kebutuhan penduduk di masa depan tanpa mengabaikan kepentingan alam sekitar. Oleh karena itu perencanaan dibutuhkan agar arah pembangunan tersebut sesuai dengan visi dan misi pembangunan yang ingin dicapai. Produk perencanaan tata ruang wilayah ini akan menjadi panduan bagi pembangunan wilayah, secara umum maupun sektoral yang diimplementasikan dalam bentuk penentuan struktur dan pola tata ruang wilayah, serta penentuan kawasan prioritas.
Konsep dasar umum menjadi dasar dalam menentukan arahan struktur spasial, juga pembagian pemanfaatan ruang yang meliputi aspek-aspek kawasan pusat sub pusat pertumbuhan, kawasan lindung, kawasan pengembangan budidaya dan pembangunan jaringan perhubungan, fasilitas dan utilitas. Sedangkan konsep pengembangan kawasan strategis ditujukan bagi suatu kawasan prioritas tertentu untuk dikembangkan sesuai dengan peruntukan strategisnya.
A. Konsep Dasar Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Wondama
Dengan didasarkan pada potensi dan permasalahan pemanfaatan ruang Kabupaten Teluk Wondama, maka disusun konsep RTRW Kabupaten Teluk Wondama. Secara umum konsep pengembangan wilayah Kabupaten Teluk Wondama adalah konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih menekankan pembangunan secara internal. Konsep pembangunan berkelanjutan pada dasarnya meliputi 3 (tiga) pilar pembangunan yaitu :
o keberlanjutan pertumbuhan ekonomi,
o keberlanjutan pembangunan sosial dan
o keberlanjutan pelestarian lingkungan
Ketiga pilar pembangunan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu sama lain. Secara skematik konsep pengembangan tata ruang di Kabupaten Teluk Wondama dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 3.2
Konsep Dasar Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Wondama
Konsep dasar tersebut kemudian akan dijabarkan menjadi konsep yang terkait dengan pengembangan secara spasial yaitu konsep pembagian wilayah pengembangan (WP), konsep Struktur dan Pola Tata Ruang, konsep pengembangan sarana prasarana, dan konsep pengembangan kawasan strategis.
B. Konsep Pembagian Wilayah Pengembangan
Konsep Pembagian Wilayah Pengembangan sebagai pembentuk struktur ruang perlu dikembangkan guna tercapai keseimbangan pembangunan sesuai dengan daya dukung serta potensi pengembangan setiap bagian wilayah Kabupaten. Berdasarkan potensi sumberdaya yang dimilikinya dan fungsi pusat pelayanannya, maka arahan pembagian wilayah pengembangan Kabupaten Teluk Wondama dibagi ke dalam 3 wilayah pengembangan yaitu :
1. Wilayah Pengembangan yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintah, jasa dan pelayanan skala regional serta sektor pertanian dan perkebunan rakyat.
PERTUMBUHA
N EKONOMI PEMBANGUNAN SOSIAL /SDM
PELESTARIAN LINGKUNGAN
KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
2. Wilayah Pengembangan yang memiliki fungsi sebagai pusat pengembangan sektor berbasis sektor primer yang dapat dikembangkan ke arah sektor sekunder sekaligus sebagai pusat jasa dan pelayanan skala lokal.
3. Wilayah Pengembangan yang memiliki fungsi sebagai pusat pengembangan kegiatan wisata bahari sekaligus sebagai pusat jasa dan pelayanan skala lokal.
C. Konsep Struktur dan Pola Tata Ruang
Berdasarkan karakteristik fisik alaminya, wilayah Kabupaten Teluk Wondama memiliki keterbatasan kawasan budidaya. Kawasan budidaya terletak dalam luasan sempit di sepanjang garis pantai dan sebagian terpisah oleh keberadaan hutan lindung. Struktur ruang yang sesuai untuk dikembangkan adalah dengan
menggunakan pola linear (linear pattern). Pola linear yang dikembangkan
mengikuti garis pantai untuk Distrik Wasior Utara, Wasior dan Wasior Selatan. Sedangkan untuk Distrik Wasior Barat, Windesi dan Wamesa, pola linear yang dikembangkan mengikuti batas kawasan lindung yang ada. Hal ini sejalan dengan rencana pengembangan jalur transportasi darat Pulau Papua.
Pola pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Teluk Wondama dapat dibedakan berdasarkan fungsi utama kawasannya yaitu kawasan lindung dan kawasan budididaya. Masing-masing kawasan tersebut terbagi atas 2 (dua) berdasarkan jenis ruangnya yaitu ruang daratan dan ruang lautan. Ruang lautan lebih dominan luasnya dibanding luas daratan.
Berdasarkan skenario yang telah ditetapkan, pola pemanfaatan kawasan budidaya meliputi pemanfaatan untuk kegiatan :
1. permukiman 2. perikanan 3. Kehutanan
4. Pertanian dan Perkebunan Rakyat 5. Pariwisata
6. Pertambangan terbatas
Pada kawasan pemanfaatan permukiman akan dikembangkan sistem permukiman perkotaan dan sistem permukiman perdesaan. Sistem permukiman perkotaan meliputi pusat maupun sub-pusat pertumbuhan sebagai pembentuk struktur kota. Pusat dan sub pusat yang akan dikembangkan dengan didasarkan pada sistem permukiman yang telah terbentuk dan potensi pengembangannya. Pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan memiliki fungsi masing-masing yaitu sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat dan ataupun pusat kegiatan perekenomian potensial. Ibukota Kabupaten sesuai dengan fungsinya merupakan pusat pelayanan bagi masyarakat skala Kabupaten dengan didukung oleh sub-sub pusat pelayanan di masing-masing distrik yaitu ibukota distrik. Sus-sub pusat pelayanan akan membentuk sistem permukiman perdesaan yang memiliki skala pelayanan lokal. Konsep pengembangan tata ruang secara sektoral akan dikembangkan sesuai dengan visi pembangunan Kabupaten Teluk Wondama yaitu menjadikan Kabupaten Teluk Wondama sebagai pusat pariwisata bahari. Dalam penyusunan struktur tata ruangnya akan dikembangkan pusat pertumbuhan yang memfokuskan pada pengembangan sektor ekonomi pariwisata khususnya wisata bahari. Pusat pariwisata bahari diarahkan pada lokasi yang memiliki kecenderungan relatif telah berkembang, memiliki potensi pariwisata bahari dan relatif mudah terjangkau dari wilayah lain.
Rencana pengembangan sub sektor perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan juga memerlukan dukungan pusat pertumbuhan yang relatif telah berkembang, memiliki jangkauan pada sumberdaya laut serta berpotensi dikembangkan sebagai pusat industri pengolahan.
Sedangkan rencana pengembangan sub sektor pertambangan selain memerlukan lokasi penambangan juga memerlukan dukungan pusat pertumbuhan yang relatif telah berkembang, memiliki jangkauan terdapat sumber daya alam batubara serta menjadi pusat pengembangan industri pengolahan maupun pemasarannya.
Berdasarkan skenario pengembangan, maka secara umum konsep struktur ruang
yang akan dikembangkan adalah Konsep pusat dan sub pusat pertumbuhan yang
didasarkan pada perkembangan permukiman yang ada, pembagian sistem administrasi internal serta potensi pengembangan sektoralnya. Agar dapat menstimulasi pengembangan secara lebih merata maka konsep pusat dan sub pusat pertumbuhan yang dikembangkan mengikuti pola multi growth poles (pusat banyak) yang masing-masing pusatnya memiliki fungsi pengembangan yang khusus.
Secara skematik maka, konsep pengembangan pusat pemukiman dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.3
Konsep Pengembangan Sistem Pemukiman
D. Konsep Pengembangan Prasarana Wilayah
Konsep pengembangan Prasarana Wilayah mengikuti hirarki pusat pertumbuhan dan disesuaikan dengan kebutuhan bagi kehidupan masyarakat serta perkembangan ekonomi wilayah. Pola pengembangan yang akan digunakan juga disesuaikan dengan pola pengembangan struktur ruang yang mengikuti pola linear sesuai dengan kondisi geografisnya. Konsep pengembangan prasarana wilayah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Keterpaduan antara sistem jaringan transportasi darat, laut dan udara Kabupaten, skala Provinsi dan Nasional
b. keterhubungan antara pusat-pusat dan sub-sub pusat pertumbuhan baik melalui darat dan ataupun laut
c. upaya minimalisasi keterisolasian dengan wilayah lain di luar Kabupaten khususnya pusat-pusat pertumbuhan skala provinsi maupun nasional melalui pengembangan jalur transportasi darat, laut dan udara serta jaringan telekomunikasi, dan jaringan listrik.
d. penyediaan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pengembangan ekonomi.
3.2.1
Arahan Pengembangan Struktur Kabupaten Teluk
Wondama
Pembagian Wilayah Pengembangan sebagai pembentuk struktur ruang perlu dikembangkan guna tercapai keseimbangan pembangunan sesuai dengan daya dukung serta potensi pengembangan setiap bagian wilayah Kabupaten. Arahan pembagian wilayah pengembangan Kabupaten Teluk Wondama dibagi ke dalam 3
wilayah pengembangan seperti terlihat pada Tabel berikut dan Gambar 3.4 Rencana
Pembagian Wilayah Pengembangan Kabupaten Teluk Wondama. PUSAT PEMUKIMAN 1 PUSAT PEMUKIMAN KE “N” Sub Pusat Pemukiman Sub Pusat Pemukiman Sub Pusat Pemukiman Sub Pusat Pemukiman Wilayah Hinterlan d Wilayah Hinterlan d Wilayah Hinterlan d Wilayah Hinterlan d
Berdasarkan pada hal tersebut, maka sistem perkotaan akan terbentuk berdasarkan hirarki pusat pertumbuhan (kota dan desa) dan strategi pembagian Wilayah Pengembangan, yaitu:
Kota Orde I yang merupakan pusat pengembangan wilayah skala Kabupaten. Kota
Orde I yang ada di Kabupaten Teluk Wondama adalah Rasiei yang merupakan ibukota kabupaten dengan kegiatan utama sebagai pusat pemerintahan. Kota Rasiei termasuk dalam wilayah pengembangan Wasior (WP I)
Kota Orde II merupakan kota yang menjadi pusat wilayah pengembangan (WP). Kota
Orde II yang direncanakan ada 3 (tiga) yaitu :
Aisandami, Distrik Wasior Utara yang merupakan pusat Wilayah Pengembangan I
(Wasior Utara) dengan arah pengembangan sebagai pusat pengembangan
pariwisata bahari. Penentuan Aisandami sebagai pusat Wilayah
Pengembangan I didasarkan pada potensi pariwisata yang dimiliki dan kedekatan lokasi dengan ibukota dan pusat pelayanan dan jasa yang telah
berkembang sehingga akan memudahkan dan mempercepat
pengembangannya. Daerah layanannya meliputi Distrik Wasior Utara dan pulau – pulau yang termasuk Distrik Rumberpon yang memiliki kesamaan potensi serta kondisi kewilayahannya yaitu gugusan pulau dan pulau kecil.
Tabel 3.2
Pembagian Wilayah Pengembangan Kabupaten Teluk Wondama
WP Pusat WP Pengembangan Wilayah Potensi Pengembangan
I Aisandami,
Wasior Utara Wasior Utara dan Rumberpon
(Kepulauan)
Diarahkan bagi pengembangan
pariwisata bahari II Wasior,
Distrik Wasior Wasior, Wasior Selatan dan Wasior Barat
Diarahkan bagi pengembangan
pusat jasa pemerintahan
Diarahkan bagi pengembangan
pusat pelayanan masyarakat
(pendidikan, kesehatan) dan
Diarahkan bagi pengembangan
pusat transportasi udara, laut, darat
Diarahkan bagi pengembangan
kegiatan sektor kehutanan dengan pemanfaatan hasil hutan non kayu
Diarahkan bagi pengembangan
kegiatan sektor pertanian dan perkebunan rakyat
III Windesi, Distrik Windesi
Windesi, Wamesa dan Rumberpon (Daratan)
Diarahkan bagi pengembangan
perikanan tangkap
Diarahkan bagi Pengembangan
industri perikanan
Diarahkan bagi pengembangan
kegiatan sektor kehutanan dengan pemanfaatan hasil hutan non kayu
Diarahkan bagi pengembangan
Wasior, Distrik Wasior yang merupakan pusat Wilayah Pengembangan II (Wasior) dengan arah pengembangan sebagai pusat jasa pelayanan skala
kabupaten yaitu pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan dan
transportasi.
Windesi, Distrik Windesi yang merupakan pusat Wilayah Pengembangan III
(Windesi) dengan arah pengembangan sebagai pusat kegiatan sektor primer dan sekunder baik untuk hasil perikanan maupun pertambangan. Penentuan Windesi sebagai pusat Wilayah Pengembangan III dikarenakan telah memiliki perkembangan yang lebih pesat dibandingkan permukiman lainnya di wilayah ini. Di distrik Windesi juga terdapat potensi batu bara yang cukup besar yang secara ekonomi layak untuk dikembangkan. Selain itu lokasi Windesi terletak di pinggir pantai yang memungkinkan dilakukan pengembangan sarana parasarana
pendukung kegiatan perikanan dan pengolahannya maupun kegiatan
pertambangan.
Kota Orde III
Kota Orde III yang akan dikembangkan adalah masing-masing ibukota distrik selain yang telah ditetapkan sebagai kota Orde II yaitu :
Wondiboy (Wasior selatan),
Wosimi (Wasior Barat),
Sabubar (Wamesa) dan
Yambekiri (Rumberpon)
yang memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan masyarakat (skala distrik) dan simpul penghubung antara pusat permukiman dan wilayah hinterland.
KEPULAUAN PANOKABAI KEC. TELUK ARGUNI DIS. WINDESI P. Jop P. Rumberpon DIS. WAMESA P. Mioswaar P. Nusanei P. Purupi DIS. WASIOR SELATAN P. Maransabadi DIS. RUMBERPON P. Roon
DIS. WASIOR UTARA
DIS. Y AUR DIS. WASIOR BARAT P. Anggrameos DIS. WASIOR KAB. TELUK BINTUNI
KAB. TELUK WONDAMA
T l. Wa n da m en Wagubi Goni Sikama Wondiboi Kajob Jende Manggurai Miei Wasior Rakwa Isui Rasiei Iriaki Sjabes Sobey Aisandami Wai Ambumi Wosimi Ibraja Nanimori Y omber Dusrier Jawarone Windesi Y embekiri Marbui Silesri Jamakaan Mamisi Woroberei Sabubar/Ambuar 13 5° 18 '4 6" BT 13 4° 24 '4 9" BT 13 4° 38 '1 8" BT 13 4° 51 '4 8" BT 13 5° 5' 17"B T 13 4°11 '2 0" BT 03°25'09"LU 02°58'44"LU 03°11'38"LU 02°30'56"LU 02°17'22"LU 02°44'30"LU 01°36'08"LU 01°50'13"LU 02°3'47"LU 13 3° 57 '5 2" BT Ke Nabire Ke Manokwari
Ke Jayapura dan Wilayah Lain Ke Manokwari
Ke Nabire Ke Manokwari BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TELUK WONDAMA (2007 - 2027)
RENCANA STRUKTUR WONDAMA
Gbr. 22
12
kilometers
0 6
Proyeksi menggunakan Universal T ransverse Mercator WGS 84,
location South Zone 53
Sumber Peta
- Peta T opografi Dittop skala 1:100.000, sumber BAKOSURT ANAL - Citra Landsat 7 T hn 2004 : BIOT ROP T RAINING & INFORMAT ION CENT RE) - Peta Jaringan Jalan Kabupaten Manokwari, skala 1 : 250.000
Sumber Data
- Buku Profil Kabupaten Wondama T hn. 2005
ORIENT ASI LOKASI
KAB. RAJ A AM PAT
KAB. FAK FAK Fa k Fa k KAB. SORONG SEL ATAN
L A U T S E R A M KAB. TEL UK BINTUNI Bi n tu n i KAB. M ANOKWARI
M a m e h
KAB. KAIM ANA KAB. NABIRE KAB. SORONG KAB. YAPEN KAB. SUPIORI Bo ta wa Ag a tsKAB. M APPI KAB. ASM AT KAB. TEL UK WONDAM A KAB.M IM IKA Ti m i k a En a ro ta l i KAB. PANIAI KAB. WAROPEN KAB. PUNCAK J AYA M u l i a KAB. SARM I L A U T A N T E D U H
KAB. J AYAWIJ AYA Wa m e n a
BOVEN DIGUL KAB. TOL IKARA
KAB. YAHUKIM O Ta n a h M e ra h KAB. KAB. J AYAPURA Se n ta n i Se n ta n i Ba ra t
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
Rencana Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Rencana Jalan Lokal LEGENDA
Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Sungai Garis Batas Pantai
Laut Danau Daerah Lain
Jaringan Jalan Pelabuhan Penyeberangan Klas III (Nasional) Bandar Udara (Bandara Wasior)
Klas III Tambatan Kapal
Jalur Transportasi Udara Jalur Transportasi Laut
Jalur Transportasi
Klas III (Lokal)
LEGENDA Orde 3 Orde 2 Orde 1
Hubungan antar Orde
RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA
3.2.2
Identifikasi Wilayah Yang Dikendalikan
Identifikasi wilayah yang dikendalikan di Kabupaten Teluk Wondama dalam penyusunan RPIJM ini adalah kawasan Kota Wasior yang merupakan Ibukota Kabupaten Teluk Wondama yang mengalami perkembangan yang cepat dibandingkan wilayah lainnya di Kabupaten Teluk Wondama.
Namun ada beberapa kawasan yang perlu dikendalikan dalam pemanfaatannya, yaitu :
A. Kawasan Lindung
Penetapan Kawasan Lindung ditujukan untuk menjamin kelestarian lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam di Kabupaten Teluk Wondama sesuai
dengan konsep pengembangan yang berasaskan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Kawasan lindung Kabupaten Teluk Wondama meliputi :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya dalam bentuk Hutan Lindung yang telah ditetapkan secara nasional yaitu berlokasi di bagian Selatan Distrik Wasior Selatan seluas 22.994,6 ha, memanjang mengikuti garis pantai di Distrik Windesi, Distrik Wamesa dan Distrik Rumberpon seluas 91.305,4 ha
2. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya yaitu berlokasi baik di darat maupun di wilayah perairan. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya di daratan meliputi Pegunungan Wondiboy seluas 74.030 ha yang terletak di Distrik Wasior, wasior Selatan dan Wasior Utara, dan pantai /rawa berhutan bakau yang terletak di perbatasan Distrik Wasior dan Wasior Barat seluas 21.160 Ha. Di wilayah perairan terdapat kawasan suaka alam yaitu Taman Nasional Laut Cendrawasih, termasuk di dalamnya hutan suaka alam yang terdapat di di Pulau Roon seluas 5.669 ha dan di pulau Rumberpon seluas 6.157 ha.
3. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi :
Sempadan Pantai yaitu daratan sepanjang garis pantai yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai sekurang-kurangnya 100 meter dari titik pasang tertinggi. Luas sempadan pantai yang ada di Kabupaten Teluk Wondama sekitar 7.708 ha.
Sempadan Sungai di kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut :
Untuk sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, sekurang-kurangnya
5 meter di sebelah luar tanggul. Sedangkan di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 meter.
Untuk sungai tidak bertanggul, ditetapkan sekurang-kurangnya 100
meter kiri – kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan sungai kecil di
luar kawasan perkotaan.
Luas sempadan sungai sekitar 26.470 ha.
Rincian Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Lindung di Kabupaten Teluk Wondama adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Rencana Kawasan Lindung di Kabupaten Teluk Wondama
JENIS KAWASAN LINDUNG LOKASI LUAS
(HA)
1. Kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan di bawahnya
Distrik Wasior selatan Distrik Windesi, Wamesa dan Rumberpon
114.300 2. Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Pantai sepanjang
pesisir wilayah kab. Teluk Wondama
7.708 Sempadan Sungai di seluruh
sungai di Kab. Teluk Wondama 26.470 3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar
Budaya Suaka alam Wondiboy Taman Nasional teluk Cendrawasih
Hutan rawa berbakau
B. Kawasan Perikanan Tangkap
Kawasan yang diarahkan sebagai wilayah perikanan tangkap adalah di wilayah perairan Distrik Rumberpon, Distrik Wamesa dan Distrik Windesi diantara wilayah daratan pulau Papua dan pulau Mioswaar, Distrik Wamesa. Dalam rangka pelestarian potensi laut yang ada perlu dilakukan pengaturan baik dalam teknologi dan kapasitas peralatan yang boleh digunakan. Hasil perikanan akan di pusatkan ke kota Windesi.
C. Kawasan Pengembangan Hutan Produksi
Pengembangan kegiatan hutan produksi berlokasi di hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi yang telah ditetapkan secara nasional. Kegiatan pemanfaatan hutan produksi diarahkan untuk pemanfaatan kawasan non kayu misalnya untuk budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias, dan sebagainya. Luas hutan produksi eksisting adalah 353.570 ha yang meliputi hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Karena terjadi rencana pengembangan areal untuk pertanian dan perkebunan baru yang memanfaatkan hutan yang dapat dikonversi, maka kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi akan berkurang dari 147.800 ha menjadi 59.530 ha, sementara luas hutan produksi lainnya tetap yaitu hutan produksi tetap 42.570 ha dan hutan produksi terbatas 163.200 ha.
D. Kawasan Pengembangan Batu Bara
Kabupaten Teluk Wondama memiliki potensi batu bara yang menyebar di hampir seluruh wilayah. Untuk tetap menjaga keseimbangan pembangunan yang mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan, maka pengembangan kawasan pertambangan akan dibatasi pada lokasi tertentu saja.
Pengembangan kegiatan pertambangan batu bara akan dialokasikan pada kawasan potensial yang terdapat di distrik Windesi dan Wamesa dan tidak termasuk dalam kawasan lindung. Kawasan penambangan yang ada saat ini sebagian besar masih berstatus hutan produksi terbatas, oleh karena itu perlu dilakukan pengubahan status lahan agar dapat dimanfaatkan bagi kegiatan penambangan. Luas kawasan penambangan di wilayah ini ditetapkan seluas 59.489 ha. Pembatasan lokasi penambangan dimaksudkan agar kegiatan ini masih dapat terkendali dan di lain pihak tetap dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat
Kegiatan penambangan ini perlu diikuti oleh aturan pengendalian yang berorientasi pada pelestarian lingkungan serta didukung kegiatan pengawasan yang ketat.
E. Kawasan Pengembangan Pertanian dan Perkebunan Rakyat
Ruang untuk pengembangan budidaya pertanian dan perkebunan yang saat ini telah ada tetap dipertahankan kecuali pada lokasi yang merupakan kawasan lindung akan dikembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung. Sementara pembukaan lahan baru untuk pertanian dan perkebunan rakyat akan dikembangkan pada lokasi hutan produksi yang dapat dikonversi khususnya yang terletak di distrik Wasior Selatan dan Wasior Barat. Pengubahan status hutan yang dapat dikonversi menjadi lahan pertanian dan perkebunan perlu dilakukan terlebih dahulu sehingga status lahannya menjadi jelas. Pengembangan kawasan baru untuk pertanian dan perkebunan ini diutamakan untuk mengurangi penduduk yang memiliki status peramu yang memiliki budaya ladang berpindah dan bermukim tidak tetap yang sangat sulit dalam pengendalian maupun pengawasannya. Oleh karena itu pengembangan kawasan pertanian dan perkebunan yang baru akan berupa pertanian dan perkebunan rakyat (skala kecil dan menengah) yang menyatu dengan pengembangan permukiman perdesaan. Luas lahan yang dialokasikan
untuk pertanian tanaman pangan seluas 49.010 ha dan perkebunan rakyat adalah seluas 39.380 ha.
3.2.3
Identifikasi Wilayah Yang Didorong Pertumbuhannya
Kawasan yang perlu didorong pengembangannya memiliki beberapa kriteria, diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Kawasan Pusat Pelayanan Skala Kabupaten
Proyeksi penduduk di kabupaten Teluk Wondama di akhir tahun 2007 dengan menggunakan skenario pengembangan yang telah ditetapkan diperkirakan mencapai 45 ribu jiwa. Apabila pengembangan didasarkan pada jumlah penduduk tersebut dan didasarkan pada standar pemenuhan sarana dan prasarana permukiman yang ada, maka ada beberapa sarana dan prasarana yang belum layak untuk dikembangkan seperti Rumah Sakit, Puskesmas tiap Distrik, SLTP dan SMU tiap distrik. Sementara itu, sebagai suatu Kabupaten yang otonom sarana dan prasarana tersebut sudah menjadi suatu keharusan dan sangat diperlukan dalam rangka pengembangan SDM. Oleh karena itu, di Kabupaten Teluk Wondama direncanakan dikembangkan pusat pelayanan skala Kabupaten yaitu berpusat di kota Wasior dsk yang meliputi :
Pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah berlokasi di kota Wasior. Rumah Sakit
ini dilengkapi dengan ruang rawat inap, dokter spesialis, apotik, dan laboratorium.
Pengembangan Pusat Pendidikan tingkat SLTP dan SLTA yang berlokasi di
Aitumere, Distrik Wasior. Lokasi ini dipilih karena secara historis, kawasan ini merupakan dahulu merupakan pusat pendidikan di Papua dan tercatat sebagai penghasil putra-putra terbaik Papua. Dengan dikembangkannya pusat pendidikan ini, maka penyediaan sarana dan prasarana pendidikan akan lebih efektif dan efisien.
Sistem pembelajaran yang dilakukan dapat menggunakan sistem asrama dengan pemberian insentif berupa beasiswa bagi seluruh muridnya.
Pengembangan Perpustakaan Daerah yang berlokasi di Aitumere untuk
mengembangkan wawasan masyarakat
Pengembangan Gedung Olah Raga yang berlokasi di Wasior
Pengembangan Pusat Pemberdayaan Perempuan untuk memberikan pelatihan
kepada masyarakat khususnya perempuan
Pengembangan Pusat layanan transportasi darat, laut dan udara di kota Wasior.
Transportasi laut yang mendesak untuk dikembangkan adalah pengembangan armada angkutan laut yang dikelola oleh Pemerintah.
Pusat jasa dan perdagangan untuk mendukung kegiatan perekonomian serta
memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Kegiatan jasa dan perdagangan yang dikembangkan berupa pusat perdagangan, hotel, biro perjalanan, jasa perbankan, kegiatan jasa lainnya.
Ibukota Kabupaten yaitu Rasiei yang terletak sekitar 10 km dari kota Wasior berfungsi sebagai pusat jasa pemerintahan. Sebagai kota pusat pemerintahan terdiri atas kawasan gedung-gedung pemerintahan dan pelayanan publik skala kabupaten yang dihubungkan oleh jaringan jalan utama yang berhirarki dan saling terintegrasi sehingga dapat dijangkau dari semua wilayah pelayanannya.
B. Kawasan Pariwisata Bahari
Kegiatan pariwisata yang dikembangkan terutama adalah wisata bahari di wilayah Taman Nasional Teluk Cendrawasih dsk. Pusat kegiatan Pariwisata Bahari adalah di Aisandami, ibukota Distrik Wasior Utara. Kegiatan yang perlu dikembangkan di Aisandami antara lain pelabuhan wisata, pusat informasi pariwisata, sarana rekreasi, hotel, restauran, biro perjalanan, jasa perbankan. Potensi wisata yang dapat dijangkau dari Aisandami ke arah darat yaitu suaka alam Wondiboy dan bukit
Aitumere dan ke arah lautan yaitu di pulau Mioswar, pulau Nusuka, pulau Nusrowi, pulau Roon dan hingga pulau Rumberpoon.
C. Kawasan Industri Pengolahan Perikanan
Kawasan industri merupakan kawasan untuk kegiatan industri yang terutama untuk pengolahan komoditas perikanan. Kawasan ini dipusatkan di Windesi, Distrik windesi
dilengkapi dengan prasarana pelabuhan ekspor – impor, jaringan jalan pendukung,
pusat niaga perikanan (TPI dan PPI) dan kawasan perumahan serta fasilitas pendukung komunitas kegiatan industri.
3.2.4
Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman
Pengembangan wilayah Kabupaten Teluk Wondama terkendala salah satunya oleh kondisi penduduk yang menjadi sumberdaya manusianya sendiri. Kepadatan penduduk yang tergolong sangat jarang, distribusi yang tidak merata, tingkat pendidikan rata-rata
setingkat SD, dan dependency ratio yang tergolong tinggi, merupakan masalah-masalah
kependudukan yang dihadapi Kabupaten Teluk Wondama.
Jika pertumbuhan ekonomi diarahkan untuk tidak bertumpu hanya pada ekstrasi sumberdaya alam, tentu saja diperlukan konsep pengembangan sumberdaya manusia yang mampu menguasai teknologi dan keterampilan yang dibutuhkan sektor-sektor non ekstratif seperti perindustrian, jasa dan lain-lain. Lebih jauh lagi, pengembangan sumberdaya manusia bertujuan supaya sumberdaya manusia tersebut mampu berperan dalam inovasi, kreativitas, dan manajemen dibandingkan hanya berperan sebagai manusia pekerja saja. Untuk itu beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah :
Peningkatan kualitas pendidikan
Pelatihan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja yang diperlukan
untuk pengembangan perekonomian Kabupaten Teluk Wondama di masa yang akan datang.
Perbaikan lingkungan masyarakat (masalah lingkungan tempat tinggal, perbaikan
gizi masyarakat, peningkatan aksesibilitas ke pusat-pusat koleksi dan distribusi, dan lainnya) sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengintegrasian masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang untuk
memaksimalkan alih pengetahuan dan alih teknologi dari masyarakat pendatang kepada masyarakat lokal.
Skenario perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Teluk Wondama didasarkan pada kecenderungan pertambahan penduduk yang ada dan perpektif pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah penduduk Kabupaten Teluk Wondama pada tahun 2007 diperkirakan akan meningkat menjadi
45.000 jiwa. Apabila pengembangan didasarkan pada jumlah penduduk tersebut dan
didasarkan pada standar pemenuhan sarana dan prasarana permukiman yang ada, maka ada beberapa sarana dan prasarana yang belum layak untuk dikembangkan seperti Rumah Sakit, Puskesmas tiap Distrik, SLTP dan SMU tiap distrik.
Kawasan Permukiman yang akan dikembangkan meliputi kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan. Tujuan pengembangan kawasan permukiman perkotaan adalah sebagai tempat pemusatan penduduk yang ditunjang dengan penyediaan sarana prasarana perkotaan sesuai dengan hirarki dan fungsinya dalam pengembangan Kabupaten. Sementara tujuan pengembangan kawasan permukiman perdesaan adalah sebagai tempat bermukim penduduk yang erat kaitannya dengan kegiatan budidaya pertanian.
Kawasan permukiman perkotaan direncanakan dikembangkan di setiap ibukota Kabupaten dan ibukota Distrik yang ada yaitu Rasiei, Wasior, Windesi, Wondiboy, Wosimi, Aisandami, Sambuar, dan Yambekiri. Sarana dan prasarana yang tersedia meliputi transportasi, pendidikan, kesehatan, listrik, air bersih, telekomunikasi, drainase, telekomunikasi dan persampahan yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Luas kawasan permukiman perkotaan adalah 9.893 ha.
Kawasan permukiman perdesaan direncanakan dikembangkan tersebar di lokasi yang telah membentuk kampung maupun di lokasi baru yang memiliki kesesuian lahan untuk pengembangannya. Pengembangan kawasan permukiman perdesaaan dilengkapi dengan ketersediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan, areal pertanian yang layak dibudidayakan serta prasarana transportasi yang menghubungkan ke kawasan perkotaan. Kawasan budidaya pertanian merupakan satu kesatuan dengan kawasan permukiman perdesaan. Luas kawasan permukiman perdesaan adalah 6869 ha.
Berkaitan dengan prioritas pengembangan wilayah pedalaman dan perdesaan dalam rangka pengurangan disparitas pertumbuhan antar bagian wilayah Kabupaten Teluk Wondama, maka mobilitas penduduk diharapkan dapat berlangsung melalui pembentukan peluang kerja oleh kegiatan ekonomi di wilayah yang relatif tertinggal disertai pembangunan dan penyebaran prasarana dan sarana pendukungnya, seperti jalan, angkutan sungai, dan fasilitas sosial dan ekonomi yang memadai. Peluang tersebut diharapkan dibangun oleh kegiatan pertanian tanaman pangan dengan agroindustri dan agribisnis dapat menjadi pilihan migrasi penduduk menuju kawasan-kawasan tersebut.
KEPULAUAN PANOKABAI KEC. TELUK ARGUNI DIS. WINDESI P. Jop P. Rumberpon DIS. WAMESA P. Mioswaar P. Nusanei P. Purupi DIS. WASIOR SELATAN P. Maransabadi DIS. RUMBERPON P. Roon
DIS. WASIOR UTARA
DIS. Y AUR DIS. WASIOR BARAT P. Anggrameos DIS. WASIOR KAB. TELUK BINTUNI
KAB. TELUK WONDAMA
T l. Wa nd am en Wagubi Goni Sikama Wondiboi Kajob Jende Manggurai Miei Wasior Rakwa Isui Rasiei Iriaki Sjabes Sobey Aisandami Wai Ambumi Wosimi Ibraja Nanimori Y omber Dusrier Jawarone Windesi Y embekiri Marbui Silesri Jamakaan Mamisi Woroberei Sabubar/Ambuar 13 5° 18 '4 6" BT 13 4° 24 '4 9" BT 13 4° 38 '1 8" BT 13 4°51 '4 8" BT 13 5° 5' 17 "B T 13 4° 11 '2 0" BT 03°25'09"LU 02°58'44"LU 03°11'38"LU 02°30'56"LU 02°17'22"LU 02°44'30"LU 01°36'08"LU 01°50'13"LU 02°3'47"LU 13 3° 57 '5 2" BT 32,76 3273 3273 3273 3273 3273327332733273 3273 9.991 5479 5479 5479 5479 5479547954795479 5479 9,43 15,11 58089 2675 2675 2675267526752675267526752675 17706 3882 3882 3882388238823882388238823882 6497 5,98 1129 1129 1129112911291129112911291129 167942 0,67 50310 2425 2425 2425242524252425242524252425 4,81 67912 1812 1812 1812 1812 1812181218121812 1812 2,66
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TELUK WONDAMA (2007 - 2027)
SEBARAN PENDUDUK Gbr. 16 12 kilometers 0 6 Proyeksi menggunakan Universal T ransverse Mercator WGS 84,
location South Zone 53
Sumber Peta- Peta T opografi Dittop skala 1:100.000, sumber BAKOSURT ANAL - Citra Landsat 7 T hn 2004 : BIOT ROP T RAINING & INFORMAT ION CENT RE) - RT RW Propinsi Papua T ahun 2003 - Peta Jaringan Jalan Kabupaten Manokwari, skala 1 : 250.000
Sumber Data
- Buku Profil Kabupaten Wondama T hn. 2005
ORIENT ASI LOKASI
KAB. RAJ A AM PAT
KAB. FAK FAK Fa k Fa k KAB. SORONG SEL ATAN
L A U T S E R A M KAB. TEL UK BINTUNI Bi n tu n i
KAB. M ANOKWARI
M a m e h
KAB. KAIM ANA KAB. NABIRE KAB. SORONG KAB. YAPEN KAB. SUPIORI Bo ta wa Ag a tsKAB. M APPI KAB. ASM AT KAB. TEL UK WONDAM A KAB.M IM IKA Ti m i k a En a ro ta l i KAB. PANIAI KAB. WAROPEN KAB. PUNCAK J AYA M u l i a KAB. SARM I L A U T A N T E D U H
KAB. J AYAWIJ AYA Wa m e n a
BOVEN DIGUL KAB. TOL IKARA
KAB. YAHUKIM O Ta n a h M e ra h KAB. KAB. J AYAPURA Se n ta n i Se n ta n i Ba ra t
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M LEGENDA Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Sungai Garis Batas Pantai Laut
Danau Kampung Ibukota Distrik Ibukota Kabupaten Daerah Lain
Gambar 3.5. Peta Sebaran Penduduk
3.2.5
Arahan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana
Pengembangan sistem jaringan prasarana perkotaan untuk keterpaduan program pembangunan di Kabupaten Teluk Wondama dilaksanakan melalui penyusunan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana Perkotaan yang meliputi :
a. Strategi Pengembangan Prasarana Transporatasi :
Mengembangkan sistem transportasi baik udara, laut dan darat yang terpadu.
Mengembangkan prasarana transportasi udara khususnya sebagai
penghubung antara Kabupaten Teluk Wondama dengan wilayah lain di luar Kabupaten terutama kota-kota yang memiliki fungsi strategis dalam skala provinsi maupun nasional antara lain Teluk Wondama, Biak dan Jayapura serta maupun kota lainnya.
Mengembangkan prasarana transportasi darat yang berfungsi sebagai
penghubung pusat-pusat, pusat – sub pusat maupun sub pusat dan wilayah
hinterlandnya dalam Kabupaten Teluk Wondama serta penghubung ke wilayah lain di luar Kabupaten yang secara geografis dapat dilalui transportasi darat.
Mengembangkan prasarana transportasi laut yang berfungsi sebagai
penghubung pusat-pusat, pusat-sub pusat maupun wilayah hinterlandnya dalam Kabupaten Teluk Wondama serta sebagai penghubung alternatif ke wilayah lain di luar Kabupaten terutama kota-kota yang memiliki fungsi strategis dalam skala propinsi maupun nasional.
b. Strategi pengembangan prasarana wilayah lainnya adalah sebagai berikut:
Mengembangkan prasarana wilayah lainnya yang meliputi prasarana
pendukung kegiatan sosial budaya masyarakat serta pendukung kegiatan perekonomian.
Mengembangkan prasarana wilayah disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan masyarakat, memiliki tingkat pelayanan yang sesuai baik untuk Pusat maupun Sub Pusat, serta dengan kebutuhan bagi pengembangan ekonominya. KEPULAUAN PANOKABAI KEC. TELUK ARGUNI DIS. WINDESI P. Jop P. Rumberpon DIS. WAMESA P. Mioswaar P. Nusanei P. Purupi DIS. WASIOR SELATAN P. Maransabadi DIS. RUMBERPON P. Roon
DIS. WASIOR UTARA
DIS. Y AUR DIS. WASIOR BARAT P. Anggrameos DIS. WASIOR KAB. TELUK BINTUNI
KAB. TELUK WONDAMA
T l. Wa nd am en Wagubi Goni Sikama Wondiboi Kajob Jende Manggurai Miei Wasior Rakwa Isui Rasiei Iriaki Sjabes Sobey Aisandami Wai Ambumi Wosimi Ibraja Nanimori Y omber Dusrier Jawarone Windesi Y embekiri Marbui Silesri Jamakaan Mamisi Woroberei Sabubar/Ambuar 13 5° 18 '4 6" BT 13 4° 24 '4 9" BT 13 4° 38 '1 8" BT 13 4° 51 '4 8" BT 13 5° 5' 17 "B T 13 4° 11 '2 0" BT 03°25'09"LU 02°58'44"LU 03°11'38"LU 02°30'56"LU 02°17'22"LU 02°44'30"LU 01°36'08"LU 01°50'13"LU 02°3'47"LU 13 3° 57 '5 2" BT
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TELUK WONDAMA (2007 - 2027)
SEBARAN PERMUKIMAN Gbr. 13 12 kilometers 0 6 Proyeksi menggunakan Universal T ransverse Mercator WGS 84,
location South Zone 53
Sumber Peta- Peta T opografi Dittop skala 1:100.000, sumber BAKOSURT ANAL - Citra Landsat 7 T hn 2004 : BIOT ROP T RAINING & INFORMAT ION CENT RE) - Survey Lapangan : Penitikan Koordinat kampung-kampung, oleh T im Dinas T ataruang Kab. Wondama Sumber Data
- Buku Profil Kabupaten Wondama T hn. 2005
ORIENT ASI LOKASI
KAB. RAJ A AM PAT
KAB. FAK FAK Fa k Fa k KAB. SORONG SEL ATAN
L A U T S E R A M KAB. TEL UK BINTUNI Bi n tu n i
KAB. M ANOKWARI
M a m e h
KAB. KAIM ANA KAB. NABIRE KAB. SORONG KAB. YAPEN KAB. SUPIORI Bo ta wa Ag a tsKAB. M APPI KAB. ASM AT KAB. TEL UK WONDAM A KAB.M IM IKA Ti m i k a En a ro ta l i KAB. PANIAI KAB. WAROPEN KAB. PUNCAK J AYA M u l i a KAB. SARM I L A U T A N T E D U H
KAB. J AYAWIJ AYA Wa m e n a
BOVEN DIGUL KAB. TOL IKARA
KAB. YAHUKIM O Ta n a h M e ra h KAB. KAB. J AYAPURA Se n ta n i Se n ta n i Ba ra t
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M LEGENDA Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Sungai Garis Batas Pantai Laut
Danau Kampung Ibukota Distrik Ibukota Kabupaten
Daerah Lain Permukiman penduduk dan pekarangan
RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA
Mengembangkan fasilitas dasar yang harus terpenuhi ketersediaannya, yaitu :
di setiap sub pusat harus memiliki minimal fasilitas pendidikan sampai
dengan SMP untuk mendukung kebijakan wajib belajar 9 tahun, minimal 1 puskesmas, 1 buah pasar tradisional, 1 buah sarana peribadatan sesuai dengan agama yang dianut masyarakat.
sebagai sebuah Kabupaten yang otonom, ibukota Kabupaten harus memiliki
sarana dan prasarana lainnya yang wajib dimiliki oleh setiap Kabupaten untuk melayani masyarakat se kabupaten.
Prasarana lainnya yang perlu disediakan adalah jaringan listrik, jaringan
komunikasi, air bersih, dan pengolahan sampah/limbah di setiap distrik untuk melayani skala distrik.
3.2.6
Langkah-Langkah Penyusunan Strategi Pembangunan
Perkotaan
A. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Wondama
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Teluk
Wondama tahun 2006 – 2025, visi pembangunan jangka panjang adalah: “Terwujudnya
Kabupaten Teluk Wondama Sebagai Pusat Pariwisata Bahari yang berwawasan lingkungan menuju masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, mandiri serta beriman”.
Untuk mencapai visi pembangunan jangka panjang tersebut dan didasarkan pada potensi dan masalah pengembangan, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Teluk Wondama adalah :
a. Mengembangkan sistem interaksi ruang inter wilayah/kabupaten dan antar distrik terutama pada sektor perhubungan dan prasarana wilayah.
b. Memeratakan pembangunan dengan membuka wilayah yang secara geografis relatif terisolir dibanding wilayah lainnya dan memiliki potensi untuk dikembangkan dan
dengan memenuhi ketersediaan sarana dan prasarana dasar perkotaan dan perdesaan
c. Menjaga dan melestarikan lingkungan dengan pemantapan kawasan yang berfungsi lindung dan pengarahan pemanfaatan kawasan budidaya secara berdaya guna dan berhasil guna.
d. Mengarahkan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan dan keterkaitan kota utama dengan wilayah belakangnya dengan meningkatkan peranan ibukota distrik sebagai pusat pertumbuhan.
e. Mengarahkan pengembangan wilayah yang berorientasi pada ruang lautan dengan cara mengoptimalisasikan pemanfaatan potensi sumber daya laut untuk kegiatan wisata bahari dan perikanan.
f. Mengalokasikan ruang darat untuk mendukung pengembangan sektor unggulan
dan atau sektor potensial Kabupaten.
g. Meningkatkan kualitas pembangunan kualitas SDM melalui penyediaan sarana dan prasarana permukiman yang layak.
B. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Untuk mencapai tujuan penataan ruang dan didasarkan pada skenario dan konsep umum pembangunan yang meliputi 3 (tiga) pilar pembangunan, maka kebijakan yang menjadi dasar dalam penataan ruang adalah sebagai berikut :
1. Konsep Pembangunan Ekonomi dapat dilaksanakan antara lain dengan kebijakan pengembangan ekonomi sbb :
a. Pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan sektor potensial Kabupaten, pemerataan pembangunan dan berorientasi pada kebutuhan daerah dan mekanisme pasar.
b. Pembangunan yang memfokuskan pada pengembangan dengan pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir seperti pariwisata bahari dan sub sektor perikanan
c. Pembangunan yang memanfaatkan sumber daya di daratan seperti pemanfaatan hasil hutan non kayu, pertanian dan perkebunan rakyat serta pertambangan dengan tetap memfokuskan pada upaya pelestarian lingkungan dan keberpihakan kepada masyarakat.
d. Pembangunan yang menuju pada pengembangan sektor-sektor sekunder dan tertier guna meningkatkan nilai ekonomi sumberdaya yang dihasilkan, meningkatkan daya tarik investasi dan berorientasi pada mekanisme pasar. e. Pembangunan yang menekankan pada peningkatan pengelolaan sistem
transportasi dan komunikasi untuk mengurangi masalah keterisolirnya wilayah. 2. Konsep Pembangunan sosial dilaksanakan antara lain dengan kebijakan
pengembangan sosial sbb :
a. Pembangunan yang menekankan pada penghormatan terhadap nilai sosial dan budaya setempat dengan melibatkan seluruh stake holder yang meliputi Pemerintah Daerah, Lembaga Non Pemerintah serta partisipasi Masyarakat setempat
b. Pembangunan yang menekankan pada upaya peningkatan indeks pembangunan manusia
c. Pembangunan yang menekankan pada peningkatan kualitas sarana dan prasarana permukiman
3. Konsep Pembangunan Lingkungan dilaksanakan antara lain dengan kebijakan pengembangan lingkungan sbb :
a. Pembangunan yang menekankan pada upaya pelestarian kawasan lindung b. Pembangunan yang menekankan pada upaya pemanfaatan sumberdaya alam
untuk kegiatan perekonomian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kebijakan pembangunan tersebut menjadi dasar dalam menyusun strategi penataan ruang yang meliputi strategi pembagian wilayah pengembangan, strategi pengembangan Kawasan Lindung, strategi pengembangan sistem permukiman, strategi pengembangan prasarana wilayah dan strategi pengembangan kawasan strategis.
1. Strategi Pembagian Wilayah Pengembangan
Pembagian Wilayah Pengembangan dilakukan sebagai upaya untuk memeratakan pembangunan, mempercepat pembangunan sekaligus memberdayakan potensi spesifik masing-masing wilayah. Strategi pembagian wilayah pengembangan di kabupaten Teluk Wondama adalah sebagai berikut:
a. Membagi wilayah berdasarkan potensi pengembangan yang dimiliki Kabupaten Teluk Wondama untuk pengembangan sektor ekonomi yang diunggulkan yaitu
pengembangan wisata bahari, dan pengembangan perikanan, serta
pengembangan sektor jasa.
b. Mengembangkan satuan wilayah pengembangan yang memiliki kesamaan potensi, kedekatan secara geografis dan/atau memiliki potensi pengembangan jaringan transportasi.
2. Strategi Pengembangan Kawasan Lindung
Kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten Teluk Wondama meliputi kawasan lindung:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air;
b. Kawasan lindung setempat yang meliputi sempandan pantai dan sempandan sungai
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya yang meliputi hutan suaka alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, cagar alam dan kawasan suaka alam laut dan perairannya
Sebagian besar wilayah kabupaten Teluk Wondama merupakan kawasan lindung, oleh karena itu strategi pengelolaan kawasan lindung menjadi sangat penting agar keberadaan dan fungsi kawasan lindung tetap terjaga.
C. Strategi pengelolaan kawasan yang memberi perlindungan kawasan di bawahnya yaitu :
2. melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung agar tidak mengganggu fungsi lindung;
3. pencegahan terhadap kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 4. mengembalikan fungsi lindung pada area yang mengalami kerusakan dengan
cara rehabilitasi dan konservasi;
5. memanfaatkan potensi hutan lindung sesuai dengan perundang-undangan yang ada yaitu untuk pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.
D. Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung Setempat yang meliputi : 1. Strategi pengelolaan kawasan sempadan pantai adalah :
a. mencegah adanya kegiatan budidaya di sepanjang pantai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai yaitu dengan lebar proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat;
b. mengendalikan kegiatan di sekitar sempadan pantai terhadap perusakan alamiah
2. Strategi pengelolaan kawasan sempadan sungai adalah :
a. mencegah adanya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya;
b. pengamanan daerah aliran sungai
E. Strategi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya yaitu:
1. melindungi biota, ekosistem, gejala, dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nuftah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya;
2. melakukan pengelolaan kawasan suaka alam yang terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, dan hutan wisata, sesuai dengan ketentuan perlindungan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan;
3. melarang adanya kegiatan budidaya apapun pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional.
4. mengembalikan kondisi kawasan suaka alam dan cagar budaya yang rusak sesuai fungsinya antara lain dengan melakukan reboisasi dan rehabilitasi
3. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya yang akan dikembangkan di Kabupaten Teluk Wondama meliputi kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian. Strategi pengembangan kawasan yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:
A. Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan konsep pengembangan multi growth poles, maka strategi pengembangan sistem pusat dan sub pusat permukiman adalah sebagai berikut : 1. Pusat Pemukiman Perkotaan
Pusat pemukiman merupakan tempat terkonsentrasinya penduduk dan memiliki
fungsi strategis bagi pengembangan skala kabupaten. Skenario
pengembangan pusat pemukiman adalah sebagai berikut :
Mengembangkan lebih dari 1 (satu) pusat pemukiman untuk menjamin
pemerataan dan dengan tetap mengacu pada perkembangan sampai saat ini.
Mengembangkan pusat-pusat pemukiman yang memiliki fungsi ekonomi
khusus bagi pengembangan perekonomian Kabupaten sekaligus menjadi pusat kegiatan sektor sekunder dan tertier.
Mengembangkan sistem pusat permukiman Kabupaten yang memiliki pola
keterkaitan antar pusat permukiman 2. Sub Pusat Permukiman Perkotaan
Skenario pengembangan sub pusat permukiman adalah sebagai berikut :
Mengembangkan sub pusat pemukiman di setiap distrik khususnya pada Distrik yang belum memiliki pusat permukiman
Mengembangkan sub pusat permukiman yang mendukung kegiatan di pusat
pemukiman, menjadi pusat kegiatan sektor primer dan menjalan fungsi pelayanan masyarakat bagi wilayah hinterlandnya.
3. Sistem permukiman perdesaan
Strategi pengembangan permukiman perdesaan :
mengembangkan kawasan permukiman perdesaan yang ada dengan
menyediakan fasilitas permukiman sesuai dengan kebutuhannya
mengembangkan akses yang menghubungkan kawasan permukiman
perdesaan dengan pusat atau sub pusat terdekat
mengembangkan kegiatan perekonomian yang sesuai dengan kondisi fisik,
sosial dan budaya setempat dengan penyediaan fasilitas yang dibutuhkan B. Strategi Pengembangan Kawasan Peruntukan Perikanan
Strategi pengembangan kawasan untuk kegiatan perikanan adalah sebagai berikut:
Memanfaatkan potensi sumber daya perikanan laut yang terdapat di perairan
Kabupaten Teluk Wondama
Mengembangkan pusat kegiatan perikanan pada lokasi yang memiliki jangkauan
ke sumber daya perikanan, dan memiliki kemudahan akses ke pasar
Menyediakan fasilitas penunjang kegiatan perikanan khususnya untuk mendukung
pengembangan industri pengolahan perikanan.
C. Strategi Pengembangan Kawasan Peruntukan Pariwisata
Mengembangkan kegiatan pariwisata yang memanfaatkan potensi alam
khususnya kegiatan wisata bahari
Mengembangkan pusat kegiatan pariwisata pada lokasi yang memiliki jangkauan
ke lokasi – lokasi wisata yang ada
Mengembangkan fasilitas penunjang kegiatan pariwisata pada pusat kegiatan
pariwisata dan lokasi–lokasi wisata sesuai dengan kebutuhannya
Mengembangkan sistem prasarana transportasi untuk mempermudah
aksesibilitas ke lokasi wisata dari luar wilayah Kabupaten.
Mengembangkan sistem prasarana transportasi untuk menghubungkan antar
lokasi wisata dalam kabupaten
D. Strategi Pengembangan Kawasan Peruntukan Kehutanan
Mempertahankan fungsi dan kondisi hutan produksi yang ada
Memanfaatkan potensi hutan produksi diutamakan untuk kegiatan pemanfaatan
hasil hutan non kayu
Mengembalikan kerusakan hutan yang ada dengan reboisasi dan rehabilitasi
E. Strategi Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertanian dan Perkebunan
Mempertahankan peruntukan pertanian dan perkebunan yang ada khususnya
untuk komoditas pertanian lahan kering.
Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian dan perkebunan yang baru
khususnya untuk mendukung pengembangan kawasan permukiman perdesaan. F. Strategi Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertambangan Batu Bara
Memanfaatkan potensi sumber daya alam khususnya batu bara secara
terkendali
Mengembangkan pusat pelayanan sektor pertambangan dan permukiman di
kawasan penambangan
Mengembangkan aksesibilitas ke dan dari lokasi penambangan
Mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang mungkin ditimbulkan dengan
upaya pengendalian dan pengawasan yang ketat.
4. Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah
Berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan tersebut, maka konsep pengembangan prasarana adalah sebagai berikut :
Mengembangkan sistem transportasi baik udara, laut dan darat yang terpadu.
Mengembangkan prasarana transportasi udara khususnya sebagai penghubung
antara Kabupaten Teluk Wondama dengan wilayah lain di luar Kabupaten terutama kota-kota yang memiliki fungsi strategis dalam skala provinsi maupun nasional antara lain Teluk Wondama, Biak dan Jayapura serta maupun kota lainnya.
Mengembangkan prasarana transportasi darat yang berfungsi sebagai
penghubung pusat-pusat, pusat – sub pusat maupun sub pusat dan wilayah
hinterlandnya dalam Kabupaten Teluk Wondama serta penghubung ke wilayah lain di luar Kabupaten yang secara geografis dapat dilalui transportasi darat.
Mengembangkan prasarana transportasi laut yang berfungsi sebagai penghubung
pusat-pusat, pusat-sub pusat maupun wilayah hinterlandnya dalam Kabupaten Teluk Wondama serta sebagai penghubung alternatif ke wilayah lain di luar Kabupaten terutama kota-kota yang memiliki fungsi strategis dalam skala propinsi maupun nasional.
b. Strategi pengembangan prasarana wilayah lainnya adalah sebagai berikut:
Mengembangkan prasarana wilayah lainnya yang meliputi prasarana pendukung
kegiatan sosial budaya masyarakat serta pendukung kegiatan perekonomian.
Mengembangkan prasarana wilayah disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan masyarakat, memiliki tingkat pelayanan yang sesuai baik untuk Pusat maupun Sub Pusat, serta dengan kebutuhan bagi pengembangan ekonominya.
Mengembangkan fasilitas dasar yang harus terpenuhi ketersediaannya yaitu:
di setiap sub pusat harus memiliki minimal fasilitas pendidikan sampai dengan
SMP untuk mendukung kebijakan wajib belajar 9 tahun, minimal 1 puskesmas, 1 buah pasar tradisional, 1 buah sarana peribadatan sesuai dengan agama yang dianut masyarakat.
sebagai sebuah Kabupaten yang otonom, ibukota Kabupaten harus memiliki
sarana dan prasarana lainnya yang wajib dimiliki oleh setiap Kabupaten untuk melayani masyarakat se kabupaten.
Prasarana lainnya yang perlu disediakan adalah jaringan listrik, jaringan
komunikasi, air bersih, dan pengolahan sampah/limbah di setiap distrik untuk melayani skala distrik.
5. Strategi Pengembangan Kawasan Strategis
Strategi pengembangan kawasan strategis adalah :
Menetapkan kawasan strategis kabupaten yaitu kawasan yang memiliki pengaruh
sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan.
Memprioritaskan pengembangan kawasan strategis kabupaten sesuai dengan
potensi dan fungsinya.
3.2.6.1
Materi
Yang
Dikandung
Dalam
Skenario
Pembangunan Kota
A. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Wondama
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten meliputi sistem perkotaan yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten. Penyusunan rencana sruktur ruang Kabupaten Teluk Wondama akan didasarkan pada :
konsep pengembangan multi growth poles yang masing-masing pusat
pengembangannya memiliki fungsi khusus
perkembangan sistem permukiman yang ada saat ini