• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Kota

A. Sistem Transportasi

1. Transportasi Darat

Panjang jalan Di Kabupaten Teluk Wondama pada tahun 2005 sekitar 820,73 Km, terdiri dari jalan kabupaten 419,73 Km, jalan propinsi 59,3 Km, dan jalan nasional 341,7 Km. Bila ditinjau dari jenis permukaan jalan maka pada tahun 2005 jalan aspal 11,5 Km, jalan diperkeras/kerikil 102,18 Km, dan jalan tanah 649,05 Km.

Tabel 3.6

Panjang (Km) dan Kondisi Jalan Di Kabupaten Teluk Wondama Tahun 2005

No

. Deskripsi

Panjang Jalan (Km) menurut

Statusnya Jumlah (Km) Jalan Kabupate n Jalan Propinsi Jalan Nasional I. Jenis Permukaan a. Aspal 11,50 - - 11,50 b. Kerikil 74,18 58,0 2,8 160,18 c. Tanah 334,05 1,3 313,7 649,05 Jumlah 419,73 59,3 341,7 820,73 II. Kondisi Jalan

a. Baik 11,30 - - 2,8

b. Sedang - - - 7,2

c. Rusak 29,08 50,0 28 57,2

d. Rusak berat 379,35 9,3 313,70 375,6 Jumlah 419,73 59,3 341,7 820,73 Sumber: Kabupaten Teluk Wondama Dalam Angka, 2005

Direncanakan untuk membangun jalan trans Wasior – Windesi – Manokwari. Panjang

ruas yang telah dikerjakan 92 Km dan diarahkan melalui kawasan ermukiman dan wilayah potensial. Selain itu juga direncanakan peningkatan ruas jalan Wasior – Tandia

(wilayah selatan) dan Wasior – Wasior Utara (wilayah utara). Pemerintah Kabupaten

juga memandang penting rencana pembangunan jaringan jalan Windesi – Nabire, Fak-Fak, Kaimana karena akan menghubungkan daerah-daerah potensial di Kabupaten Teluk Wondama, Fak-Fak, Kaimana, dan Nabire.

Pada saat ini, jalan yang ada di Kabupaten Teluk Wondama yang telah terbangun, diaspal dan dalam kondisi baik (+ 11, 5 km) menghubungkan Desa Rado ke arah Selatan sampai dengan Desa Rasiei dengan pola jalan linear sesuai dengan kondisi geografisnya. Jalan yang ada masih belum dilengkapi seluruhnya dengan jembatan, sehingga pada titik-titik tertentu harus menyeberangi sungai.

Berdasarkan kondisi prasarana tranportasi yang ada saat ini, wilayah Kabupaten Teluk Wondama sebenarnya telah memiliki jaringan jalan yang menghubungkan antar distrik. Meskipun demikian, karena kondisinya masih banyak yang rusak berat dan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki, maka secara umum kecuali distrik Wasior dan sebagian Wasior Selatan masih sangat terisolir.

Sarana transportasi yang ada tahun 2005, adalah hanya di kota Wasior dengan jumlah angkutan umum roda empat sebanyak 24 unit dan sepeda motor sebanyak 150 unit.

2. Transportasi Udara

Di Kabupaten Teluk Wondama hanya terdapat satu lapangan terbang, yaitu lapangan terbang perintis yang terletak di Wasior. Bandar udara Wasior ini berada pada ketinggian 16 meter di atas permukaan laut dan memiliki landasan (runway) dengan panjang 900 meter dan lebar 30 meter. Lapangan terbang ini dapat didarati pesawat jenis Twin Otter. Penerbangan komersial yang ada dan bersifat reguler hanya ada dengan route Manokwari-Wasior-Manokwari dengan jadwal penerbangan hari Selasa dan Kamis. Meskipun demikian jadwal penerbangan reguler ini sering mendapat hambatan cuaca. Selain penerbangan reguler, penerbangan ke Kabupaten Teluk Wondama dapat dilakukan dengan pesawat carteran.

Peningkatan Bandara Wasior melalui pengaspalan landasan saat ini sudah mencapai 600 meter. Sisanya sepanjang 300 meter direncanakan akan diaspal dalam waktu dekat.

Kondisi Bandara yang masih terbatas landasannya serta jadwal penerbangan yang sangat sedikit, menyebabkan Kabupaten Teluk Wondama masih sulit aksesibilitasnya dari wilayah luar Kabupaten. Aksesibilitas melalui transportasi udara hanya ke ibukota Provinsi yaitu Manokwari.

3. Transportasi Laut

Di Kabupaten Teluk Wondama terdapat dua pelabuhan laut untuk penumpang dan kargo, yaitu di Wasior dan di Windesi. Dermaga Wasior berukuran 70 x 8 meter, konstruksi beton/kayu, kedalaman 10,5 meter dan kapasitas 1.500 DWT. Adapun Dermaga Windesi berukuran 73 x 8 meter, konstruksi beton dan berkapasitas 1.500 DWT. Saat

ini pelabuhan ini sudah dapat disandari oleh kapal dengan bobot lebih besar seperti kapal penumpang Pelni.

Jalur pelayaran yang ada melayani secara lokal dari seluruh ibukota distrik ke Wasior dan Windesi dengan menggunakan kapal kayu. Pelabuhan yang ada saat ini juga melayani pelayaran jalur nasional melalui Manokwari dan Jayapura maupun ke luar pulau dengan menggunakan kapal besi dengan jadwal rata-rata 2 kali per bulan.

Pada saat ini, transportasi laut merupakan transportasi utama dari dan menuju Kabupaten Teluk Wondama.

Ditinjau dari ketersediaan sistem transportasi baik darat, laut maupun udara, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Teluk Wondama masih merupakan wilayah yang terisolir. Demikian pula, interaksi antar distrik juga masih sulit. Hal ini merupakan masalah yang utama bagi pengembangan di masa yang akan datang. Pengembangan jaringan transportasi darat maupun peningkatan layanan transportasi laut dan udara sudah seharusnya menjadi prioritas bagi pembangunan Kabupaten Tek Wondama.

B. Sistem Prasarana Wilayah Lainnya

1. Jaringan Listrik

Unit pembangkit listrik PLN yang terpasang hingga tahun 2005 adalah sebanyak 3 unit (di Wasior) dengan kapasitas terpasang 160 KW dan 1 unit di Windesi dengan kapasitas terpasang 40 KW. Pembangkit tenaga listrik yang digunakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang hanya difungsikan pada malam hari kecuali untuk kantor pemerintahan dan sarana pelayanan masyarakat. Tenaga listrik yang diproduksi untuk pembangkit Wasior sepanjang tahun 2005 sekitar 195.300 KWH dan terjual sebanyak 181.191 KWH. Jumlah pelanggan tercatat 230 pelanggan. Sedangkan yang ada di Windesi, tenaga listrik yang diproduksi adalah 45.920 KWH dan terjual 45.069 KWH. Jumlah pelanggan sebanyak 78.

Banyak kampung-kampung di Kabupaten Teluk Wondama masih menggunakan tenaga diesel (genset) sebagai pembangkit tenaga listrik dengan daya rata-rata 2.500 Watt. Pada kampung-kampung yang berukuran relatif besar, daya ini tidak mencukupi sehingga masih banyak yang tidak terlayani dan hanya diterangi pelita atau lampu minyak tanah pada malam hari.

Mesin pembangkit listrik di kampung-kampung tersebut dapat diaktifkan bila tersedia bahan bakar (solar). Pada beberapa kampung lebih banyak mesin tersebut tidak diaktifkan karena tidak tersedianya bahan bakar.

Menurut data Susenas tahun 2005, sumber penerangan rumah tangga yang digunakan adalah sebagai berikut :

RPIJM KABUPATEN TELUK WONDAMA

Tabel 3.7

Sumber Penerangan yang digunakan rumah tangga di Kabupaten Teluk Wondama tahun 2005

Sumber Penerangan Rumah Tangga (KK) Prosentase

Listrik PLN Listrik Non PLN Petromak Pelita Lainnya 635 1.583 254 1.718 362 13,95 34,78 5,58 37,74 7,95 Sumber: Susenas, 2005 Gambar 3.12

Sumber Penerangan yang digunakan rumah tangga di Kabupaten Teluk Wondama tahun 2005

Prosentase Sumber Penerangan (% )

13,95 7,95

37,74

5,58

34,78

Listrik PLN Listrik Non PLN Petromak Pelita Lainnya

Sumber: Susenas, 2005

Berdasarkan data tersebut, sebagian besar penduduk Kabupaten Teluk Wondama belum memiliki akses ke listrik PLN. Paling banyak sumber penerangan yang digunakan adalah listrik non PLN dan pelita.

Data yang ada menunjukkan bahwa ketersediaan listrik masih merupakan kendala bagi aktivitas penduduk, pendidikan dan bisnis khususnya bagi pengembangan di masa yang akan datang.

2. Jaringan Air bersih

Penggunaan ledeng sebagai air minum hanya untuk 536 KK (11,77%). Pelayanan air bersih yang ada saat ini menggunakan sumber air sungai yang berasal dari pegunungan Wondiboi yang kemudian ditampung dengan menggunakan sistem gravitasi untuk kemudian dialirkan ke kampung-kampung. Sampai dengan tahun 2005 baru sekitar 37 kampung (dari 56 kampung) yang terlayani air bersih.

Sumber air minum yang paling banyak digunakan adalah sumur terlindung yaitu 948 KK (21,62%) dan sungai 924 KK (20,30%). Selengkapnya distribusi penggunaan sumber air minum dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.8

Sumber Air Minum yang digunakan rumah tangga di Kabupaten Teluk Wondama

Sumber Air Minum Rumah Tangga (KK) Prosentase

Air dalam Kemasan Ledeng

Pompa

Sumur Terlindung Sumur Tidak Terlindung Mata Air terlindung Mata Air Tidak Terlindung Air Sungai Air Hujan 21 536 11 984 803 586 606 924 282 0,46 11,78 0,24 21,62 17,64 12,87 13,31 20,30 6,20 Sumber: Susenas, 2005 Gambar 3.13

Sumber Air Minum yang digunakan rumah tangga di Kabupaten Teluk Wondama

Prosentase Sumber Air Minum

6,2; 6% 0,46; 0% 11,78; 11% 0,24; 0% 21,62; 22% 17,64; 17% 12,87; 12% 13,31; 13% 20,3; 19%

Air dalam Kemasan Leding Pompa

Sumur Terlindung Sumur Tidak Terlindung Mata Air terlindung Mata Air Tidak Terlindung Air Sungai Air Hujan

Sumber: Susenas, 2005

Pada saat ini, sumber air minum tidak memenuhi masalah baik dari kuantitas maupun kualitasnya, karena penduduk yang harus terlayani masih sedikit dan pencemaran air sungai belum terjadi. Di masa yang akan datang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan SPAM (Sistem Pengolahan Air Minum) yang dapat menjamin baik dari segi ketersediannya maupun kualitas air bakunya.

Sumber air yang melimpah di Kabupaten ini sangat tergantung pada keberadaan hutan yang ada. Kemungkinan terjadinya hutan di masa yang akan datang akibat eksploitasi perlu dihindari guna menjamin ketersediaan air bersih di masa yang akan datang.

3. Pos dan Jaringan Telekomunikasi

Sarana telekomunikasi yang tersedia di Kabupaten Teluk Wondama masih sangat terbatas. Hal ini

menyebabkan kelancaran memperoleh informasi

maupun melakukan komunikasi antar distrik maupun ke dan dari luar wilayah menjadi terhambat. Di Kabupaten Teluk Wondama terdapat 1 (satu) Kantor Pos dan Giro Pembantu yang berada di Distrik Wasior dan 1 (satu) Kantor Pos Desa yang terdapat di Windesi.

Di Kabupaten Teluk Wondama belum ada telepon sambungan rumah. Sarana telekomunikasi yang ada saat ini meliputi :

• Telepon mobile/selular (Simpati) • SSB (11 unit)

• Wartel telepon satelit (4 unit)

Jangkauan untuk telepon selular (Simpati) terbatas di Wasior dan sekitarnya. Sedangkan untuk SSB, dari 11 unit yang ada, 7 unit diantaranya tersebar di distrik-distrik (tiap distrik-distrik 1 unit) dan 5 unit lainnya pada instansi/Dinas.

Sarana telekomunikasi yang ada, selain SSB, seluruhnya terletak di Distrik Wasior. Komunikasi dari dan ke tiap distrik menggunakan sarana SSB yang hanya melayani

kebutuhan pemerintahan. Di masa mendatang, hal ini perlu mendapatkan prioritas untuk diprogramkan guna mengurangi ketertinggalan informasi dari luar wilayah.

3.3.3 Logical Framework : Keterkaitan Rencana

Pengembangan Wilayah dan Rencana Pembangunan

Dokumen terkait