ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN
6.3. RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI
Kota Tidore Kepulauan merupakan bagian dari gugusan pulau di Kepulauan Maluku. Sarana perhubungan yang telah ada di Kota Tidore Kepulauan antara lain perhubungan darat dan perhubungan laut. Baik perhubungan darat maupun perhubungan laut sangat berperan penting dalam bidang ekonomi, budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta untuk kemakmuran rakyat. Hal tersebut dikarenakan dengan perhubungan yang baik maka dapat meningkatkan mobilitas penduduk antar wilayah untuk dapat mengakses suatu layanan tertentu. Selain itu, perhubungan tersebut dapat berperan sebagai prasarana distrlbusl barang dan jasa.
6.3.1. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis. Sistem Jaringan Jalan di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer tersebut meliputi jaringan jalan trans Halmahera yang melayani pergerakan antar wilayah di Provinsi Maluku Utara. Kondisi Jaringan Jalan primer di Kota Tidore Kepulauan sudah dalam keadaan baik. Sistem jaringan jalan sekunder meliputi jaringan jalan yang menghubungkan tiap pusat kegiatan di wilayah Kota Tidore Kepulauan. Kondisi jaringan jalan sekunder di Kota Tidore Kepulauan sudah dalam keadaan baik namun masih terdapat jaringan jalan yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Panjang jalan di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari:
Jalan provinsi sepanjang 251 km, yang terdiri dari 237 km jalan beraspal dan 14 km jalan tidak beraspal/tanah.
Jalan kabupaten/kota sepanjang 250.51 km, yang terdiri dari 216,23 km jalan beraspal dan 11,2 km jalan sirtu, serta 23,08 km jalan tanah.
Kondisi jalan di Kota Tidore Kepulauan bervariasi dari yang masih berbatu dan jalan tanah yang dalam kondisi buruk sampai dengan kondisi baik. Kondisi jalan tanah yang sudah baik mempunyai lebar dan keadaan jalan yang layak untuk digunakan. Sedangkan jalan lainnya yang beraspal ada yang lastasir (lapis tipis aspal pasir) dan ada yang beraspal.
Sehingga rencana untuk pengembangan Jaringan Jalan di Kota Tidore Kepulauan adalah:
1) Perbaikan untuk jalan dalam kondisi rusak berat menjadi kondisi baik dengan fasilitas pelengkap antara lain drainase, trotoar, jalur hijau, penerang jalan dan rambu-rambu lalu lintas.
2) Perbaikan jalan dari kondisi jalan sedang menjadi baik dengan fasilitas pelengkap antara lain drainase, trotoar, jalur hijau, penerang jalan dan rambu-rambu lalu lintas.
3) Meneruskan pembuatan jalan di Pulau Tidore yang menghubungkan lokasi-lokasi pariwisata terutama ruas jalan:
Gamtufkange - Gurabunga - Jaya - Afa-afa - Mareku. Dowora - Kalaodi- Fabaharu - Ome.
Jaya - Fabaharu.
Jalan atas penghubung dari Tuguiha (Tidore Selatan) - Tidore Timur. Jalan penghubung Tidore (Dowora - Tidore Timur (Mafututu) - Tidore
Utara (Rum).
4) Pembuatan jalan lokal sekunder baru di wilayah Kota Tidore Kepulauan bagian Pulau Halmahera dengan tujuan sebagai pengontrol perkembangan kawasan budidaya yang pada perkembangannya dapat berubah menjadi jalan kolektor sekunder. Ruas jalan yang dimaksud adalah ruas jalan yang menghubungkan Guraping (Oba Utara) - Loleo (Oba Tengah) - Yehu (Oba Tengah) - Gilatua (Oba).
6.3.2. Rencana Pengembangan Sarana Transportasi Darat
Pendekatan perencanaan desain jarhgan transportasi lokal pada suatu kawasan harus mempertimbangkan konsep perencanaan pengembangan lingkungan yang berorientasi transit (Tronsit-Oriented Development - TOD). Secara umum konsep ini menetapkan adanya desain suatu pusat lingkungan yang memiliki beragam
kegiatan sebagai sarana lingkungan yang sekaligus juga merupakan pusat kegiatan pergerakan transit lokal baik antar moda transit yang sama maupun dengan berbagai moda transit yang berbeda, dengan mempertimbangkan aspek jangkauan kenyamanan berjalan kaki sebagai orientasi utamanya.
Pendekatan desain pada konsep inl tidak hanya menyangkut desain sistem transportasi (dalam hal ini sistem transit) saja, melainkan juga akan terkait dengan bagaimana alokasi dan penataan berbagai elemen rancangan ruang kota yang lain, seperti peruntukan lahan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan, ruang terbuka dan tata hijau, sistem sirkulasi dan penghubung, dan lain sebagainya.
Beberapa prinsip umum pada konsep perencanaan lingkungan yang berorientasi transit (TOD) ini adalah:
1) Pendekatan perencanaan berskala regional yang mengutamakan kekompakan dengan penataan kegiatan transit.
2) Perencanaan yang menempatkan sarana lingkungan dengan peruntukan beragam dan campuran pada area pusat lingkungan dan pusat transit ini. 3) Pembentukan lingkungan yang sangat mendukung / 'ramah' bagi pejalan
kaki.
4) Perencanaan desain yang mempertahankan area cadangan terutama area hijau.
5) Pendekatan desain dengan mengutamakan kenyamanan kehidupan pada ruang publik dan pusat lingkungan bersama selain pada ruang privat. 6) Pengembangan yang mampu memicu / mendorong pembangunan area
sekitar pusat transit baik berupa pembangunan penyisipan, revitalisasi maupun bentuk penataan / perencanaan lain.
Moda transportasi di Kota Tidore Kepulauan angkutan darat di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari mobil carter, angkutan umum, ojek dan becak motor. Di Kota Tidore Kepulauan terdapat 4 (empat) buah terminal, 2 (dua) diantaranya berada di Pulau Tidore yaitu di Soasio dan Rum. Dua lainnya berada di Pulau Halmahera yaitu di Gita dan Sofifi. Masing - masing terminal terletak berdekatan dengan pelabuhan.
Oleh karena itu, maka rencana pengembangan sarana transportasi antara lain: 1) Peningkatan dan perbaikan terminal di Sofifi menjadi terminal tipe B yang
berfungsi melayani angkutan antar kota dalam Provinsi Maluku Utara. Luas terminal tipe B sebesar 2 Ha.
2) Peningkatan dan perbalkan terminal di Gita menJadi terminal tipe C yang berfungsi melayani angkutan di dalam Kota Tidore Kepulauan terutama sebagai transit ke wilayah Selatan dan sebagai transit ke dan dari Halmahera Barat.
3) Perbaikan terminal di Soasio sebagai terminal tipe C agar dapat maksimal dalam pelayanan angkutan dalam perkotaan di Pulau Tidore.
4) Perbaikan sub terminal di Rum (Tidore Utara).
5) Pembangunan sub terminal di setiap pelabuhan baik regional maupun lokal terutama di pelabuhan Gurabati (Tidore selatan), Mafututu (Tidore Timur), Loleo (Oba Tengah|, Gita (Oba), Lifofa (Oba Selatan).
6) Untuk pelayanan di dalam perkotaan disediakan halte bus. Lokasi halte ditempatkan pada titik pergantian moda lainnya seperti pelabuhan kecil dan tempat mangkal ojek dan becak motor. Fasilitas penunjang antara lain: peta jalur perjalanan dan tarif, tempat tunggu, tong sampah.
7) Setiap terminal tipe B dan tipe C dilengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain:
Jalur pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum.
Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum.
Bangunan kantor terminal, menara pengawas dan loket penjualan karcis
Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar.
Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan dan peta, tarif dan jadwal perjalanan.
Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau ojek dan becak motor. 8) Sub terminal minimal dilengkapi dengan fasilitas penunjang antara lain:
loket penjulan karcis, ruang tunggu, parkir dan petunjuk jurusan dan peta, taris dan jadwal perjalanan.
6.3.3. Rencana Pengembangan Sarana Transportasi Laut
Keberadaan transportasl laut sangat penting bagl penunjang pergerakan penduduk dan kegiatan di Kota Tidore Kepulauan. Pergerakan melalui jalur laut pada kondisi saat ini dapat dirinci sebagai berikut:
1) Pergerakan transportasi laut intensitas paling padat dilakukan antara Rum -Ternate.
2) Pergerakan transportasi laut intensitas paling padat dalam Kota Tidore Kepulauan dilakukan antara Soasio - Sofifi.
3) Pergerakan transportasi laut intensltas sedang dalam Kota Tidore Kepulauan dilakukan antara Soasio - Gita (Kecamatan Oba).
4) Pergerakan laut lainnya dilakukan darl setiap masing-masing pelabuhan dengan intensitas yang sangat kecil dan dilakukan secara spontan.
Dengan melihat pergerakan laut eksisting keberadaan pelabuhan dan rencana pengembangan wilayah Kota Tidore Kepulauan, maka direncanakan sistem penyeberangan transportasi laut sebagai berikut:
Tabel 6.4. Rencana Sistem Trayek Penyeberangen Transportasi Laut
Kategori Trayek
Penyeberangan Menghubungkan Intensitas Keterangan
Trayek Utama
Rum - Ternate
Besar
Sofifi - Ternate PKW - PKW/PKLW
Soasio (Goto) - Sofifi Soasio (Goto) - Glta
Trayek Pengumpan Rum - Sofift Sedang PKW - PKL Glta - Sofifi PKW - PKL Rum - P. Maitara Gurabati – P. Mare Maidi - Gita
Lola - Sofifi (Goto)
Rum - Gurabati IKK - IKK
Gurabati - Loleo Gurabati - Gita
Trayek Perintis
Trayek Perintls Ufofa - Maidi Kecil Lola - P. Woda Sesuai permintaan Menghubungkan pelabuhan dengan lokasi wisata
6.4 INVENTARISASI RENCANA PROYEK MP3EI DAN PEMBANGUNAN