• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Tata Ruang Kota Bekasi

Dalam dokumen PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIH (Halaman 41-48)

IV. KONDISI UMUM

4.5. Rencana Tata Ruang Kota Bekasi

Rencana tata ruang suatu kota berfungsi untuk menjaga konsistensi perkembangan kota/kawasan perkotaan, baik pada level makro/wilayah kota maupun pada level rencana detail. Dalam UU No. 26 tahun 2007 dengan tegas lebih mengarahkan pemanfaatan untuk RTH baik lahan privat maupun publik. Tujuan penyelenggaraan RTH di perkotaan adalah untuk meningkatkan mutu

lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengamanan lingkungan perkotaan. RTH Kota mempunyai fungsi ekologis (utama) dan fungsi tambahan sebagai arsitektur kota, sosial dan ekonomi (Bappeda, 2007).

Menurut Permendagri No.1 tahun 2007, perencanaan pembangunan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan memuat jenis, lokasi, luas, kebutuhan biaya, target waktu pelaksanaan, dan disain teknis. Pembangunan RTH berdasarkan luas wilayah perkotaan mempunyai ketentuan sebagai berikut:

• RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan RTH privat (milik perorangan atau swasta)

• Proporsi RTH baik privat maupun publik pada wilayah perkotaan disesuaikan dengan potensi kota dan mengacu pada ketentuan perundangan

• Proporsi RTH Publik pada wilayah kota paling sedikit 10% dari wilayah kota

• Jika luas RTH baik publik maupun privat di suatu kota memiliki total luas lebih besar dari peraturan/ perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya (Bappeda, 2007).

4.5.2. Kebijaksanaan Pengembangan RTH

Kondisi RTH di Kota Bekasi jika dilihat pada RTRW Kota Bekasi dapat digambarkan menurut jenis kawasan/RTH sebagai berikut:

Pertamanan

Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam berbagai kawasan fungsional kota antara lain pemerintahan, perdagangan, dan jasa, industri, pendidikan dan pusat BWK/Sub BWK. Arahan rencana pemanfaatan pada jenis RTH ini dalam RTRW 2000-2010 mempunyai fungsi utama sebagai :

- Sarana untuk menciptakan keserasian dan keindahan lingkungan

- Sarana untuk mempengaruhi atau memperbaiki iklim mikro mempertimbangkan jenis, letak/lokasi serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dari kondisi lapangan tahun 2005, taman yang ada hanya sebagian kecil dari kegiatan pembangunan di Kota Bekasi, baik itu kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, pemukiman, dan industri, yang menyediakan pertamanan dengan proporsi memadai. Bahkan di Kota Bekasi ini masih sedikit terdapat taman kota yang berfungsi sebagai taman bermain serta tempat sosialisasi dan interaksi antar penduduk kotanya. Pada kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang berkembang di Kota Bekasi umumnya tidak menyediakan taman, baik berupa taman lingkungan atau yang berupa buffer guna memisahkan antar kegiatan industri dengan kegiatan lainnya. Penyediaan taman ini hanya dilakukan di pemukiman-pemukiman yang dikembangkan swasta dalam skala besar. Namun demikian luasan taman yang tersedia belum mencukupi (Bappeda, 2007).

Lapangan Olahraga

Terletak menyebar sesuai dengan jenis skala pelayanan (pusat kota, pusat BWK, pusat sub-BWK). Arahan rencana pemanfaatan untuk lapangan olahraga dalam RTRW 2000-2010 difungsikan sebagai sarana olahraga dan rekreasi dengan pola pengembangan yang perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan pemukiman dan pusat-pusat kegiatan baru (pusat BWK, pusat sub-BWK, lingkungan pemukiman). Jika dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005, lapangan olahraga yang tetap terjaga keberadaannya berupa kompleks olahraga Kota Bekasi di Jl. Ahmad Yani. Untuk lapangan olahraga skala lingkungan masih sangat terbatas jumlahnya dengan proporsi yang masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani fasilitas ini. (Bappeda, 2007)

Jalur Hijau

Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam bentuk jalur. Arahan rencana pemanfaatan untuk jalur hijau dalam RTRW 2000-2010 ini mempunyai fungsi utama sebagai jalur pengaman utilitas/instalasi penting (sungai, jalan kereta api, jalan tol, jaringan listrik tegangan tinggi); sekaligus menciptakan keserasian lingkungan. Pola pengembangan perlu memperhatikan lokasi, jaringan yang diamankan, serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Jika dibandingkan dengan kondisi di lapangan tahun 2005, maka hampir seluruh jalur hijau yang ada di Kota Bekasi khususnya yang ada di pusat kota sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh bangunan, baik itu berupa jalur hijau di sepanjang jalan, sepanjang KA, sepanjang tegangan tinggi, maupun jalur hijau sepanjang sungai (sempadan sungai). (Bappeda, 2007)

Pemakaman

Jenis RTH yang terletak pada BWK (Bagian Wilaya Kota) Pusat kota Bekasi antara lain TPU Kelurahan Perwira, Kelurahan Durenjaya, dan TMP di Jl. Pahlawan), BWK Jatisampurna (desa Jatisari), BWK Bantargebang (Desa Padureunan dan Sumurbatu) tersebar sebagai pemakaman. Arahan rencana pemanfaatan pemakaman dalam RTRW 2000-2010 yaitu memiliki fungsi utama sebagai sarana tempat pemakaman umum untuk memenuhi kebutuhan kota dan BWK, sekaligus sebagai kawasan hijau kota. Pola pengembangan tersebar pada setiap BWK dengan mempertimbangkan keberadaan pemakaman yang telah ada.

Penataan atau penetapan lokasi pemakaman secara tepat perlu mempertimbangkan ketentuan yaitu tidak berada dalam kawasan yang padat penduduknya, menghindari penggunaan lahan yang subur, memperhatikan keserasian lingkungan, mencegah kerusakan lahan yang berlebihan. Sebagai unsur dari kawasan hijau kota, kriteria vegetasi untuk pemakaman dapat dilihat pada Lampiran 1. Kondisi di lapangan pada tahun 2005, sarana pemakaman yang ada di Kota Bekasi kondisinya masih relatif cukup baik dan masih dipenuhi oleh ruang terbuka hijau kota. (Bappeda, 2007)

Pertanian

Jenis RTH pertanian Kota Bekasi terletak di BWK Bantargebang (Desa Ciketikngudik, Sumurbatu) dan BWK Jatisampurna. Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-2010 pada pertanian difungsikan sebagai penghasil produksi pertanian sekaligus konservasi terhadap kegiatan budidaya pertanian yang telah ada. Pola pengembangannya mempertimbangkan potensi yang ada serta keserasian dengan kawasan sekitarnya. Pemanfaatan ruang yang diperbolehkan: tanaman semusim, pertanian tanaman pangan, tanaman tahunan, hortikultura perkampungan, wisata agro, budidaya perikanan darat.

Dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005, RTH yang berupa pertanian di Kota Bekasi sebagian besar telah terpenetrasi oleh bangunan, terutama oleh kegiatan pemukiman skala besar yang dikembangkan skala besar yang dikembangkan swasta, baik yang ada di Kecamatan Jatisampurna. Apabila kondisi ini tidak dikendalikan dan diawasi secara ketat diperkirakan dalam waktu dekat RTH jenis ini akan hilang. (Bappeda, 2007)

Pekarangan

Merupakan jenis RTH Kota Bekasi yang terletak di BWK Bantargebang dan BWK Jatisampurna. Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000- 2010 pada pekarangan mempunyai fungsi sebagai sarana untuk menciptakan keserasian pada kawasan pemukiman. Pola pengembangan yaitu menyatu dengan kapling-kapling pemukiman yang direncanakan. Sesuai dengan kawasan hijau kota, kriteria vegetasi untuk pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 1. Dilihat dari kondisi di lapangan pada tahun 2005, pola pengembangan pekarangan yang masih menyatu dengan kapling-kapling pemukiman yang direncanakan menyebabkan keberadaan RTH ini terpenetrasi oleh kegiatan terbangun. Untuk itu, perlu adanya pengawasan yang cukup ketat oleh dinas-dinas terkait, terutama dalam menerapkan garis sempadan bangunan, KDB dan intensitas kepadatan bangunan yang difungsikan sebagai RTH pekarangan. (Bappeda, 2007)

Sempadan Situ

Keberadaan sempadan situ di Kota Bekasi terletak pada Situ Gede di Bojongmenteng (BWK 3), Situ Lumbu di Bojong Rawalumbu (BWK 1), Situ Pulo di Jatisampurna (BWK 4). Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-2010 untuk sempadan situ memiliki fungsi utama sebagai kawasan konservasi bagi perlindungan air tanah serta sebagai sistem retensi dan pengisian air tanah. Pola pengembangan antara lain:

- Melindungi dan mengamankan kawasan situ dari kegiatan budidaya yang dapat menganggu budidaya kelestarian fungsi situ-situ tersebut.

- Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar kawasan situ - Keberadaan situ-situ lainnya pada kawasan pemukiman perlu tetap

Kondisi sempadan situ tahun 2005 umumya masih belum terjaga dengan baik. Hampir semua situ yang ada tidak mempunyai daerah pengaman situ, baik yang berupa sempadan situ yang merupakan RTH pada radius 200 meter dari pinggir situ pada saat air pasang maupun RTH yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh kegiatan terbangun, baik yang berda di sekitar Situ Gede di Bojongmenteng, Situ Lumbu di Bojong Rawalumbu, maupun di sekitar Situ Pulo di Jatisampurna (Bappeda, 2007).

Penyusunan rencana RTH Kota Bekasi ini cenderung menggabungkan 1) Pengetahuan mengenai kondisi lokal; 2) Pertimbangan-pertimbangan para ahli; dan 3) Ketersediaan perangkat hukum yang ada untuk mempermudah implementasi di lapangan. Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bekasi tahun 2000-2010 mengemukakan bahwa pengembangan kawasan terbangun di Kota Bekasi lebih diarahkan untuk menarik perkembangan fisik kota ke arah selatan. Sampai saat ini perkembangan Kota Bekasi di bagian selatan masih tertinggal apabila dibandingkan dengan Kota Bekasi di bagian utara, karena selama ini pembangunan lebih ditekankan di bagian utara. Sementara pada pusat kota yang telah cukup terbangun, pengembangan lebih ditekankan pada pemantapan terhadap fungsi-fungsi yang telah ada selama ini (Bappeda, 2007).

Pada umumnya, pemanfaatan lahan di Kota Bekasi lebih diarahkan pada kawasan pemukiman perkotaan, yang jenis dan jumlahnya lebih diarahkan agar sesuai dengan potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Dalam RTRW Kota Bekasi juga dijelaskan bahwa rencana struktur tata ruang Kota Bekasi lebih diarahkan pada terbentuknya suatu sistem pusat pemukiman di wilayah Jabotabek yang terintegrasi (Setyorina,2007).

Kondisi eksisting RTH Kota Bekasi meliputi kondisi eksisting kuantitas RTH Kota Bekasi, kondisi eksisting kualitas RTH kota Bekasi, serta potensi- potensi RTH Kota Bekasi yang belum dikembangkan. Dari 27 jenis RTH yang terdapat di kawasan perkotaan, Kota Bekasi memiliki 20 jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sembilan jenis merupakan jenis RTH yang dikelola sektor publik dan sisanya merupakan jenis RTH yang dikelola sektor privat. Jenis RTH yang terdapat di Kota Bekasi antara lain sebagai berikut:

A. RTH Publik 1. Situ,danau,rawa, dan sempadannya 2. Semapadan sungai 3. Hutan kota 4. Taman kota 5. Taman lingkungan

6. Tempat Pemakaman Umum (TPU)

7. Lapangan olahraga/lapangan terbuka

8. Jalur Hijau Sempadan Jalan 9. Pulau Jalan

B. RTH Privat

1. Sempadan instalasi berbahaya 2. Sempadan Kereta Api

(KA) 3. Pekarangan sarana transportasi 4. Pekarangan Perumahan 5. Pekarangan Pemerintahan 6. Pekarangan Perkantoran 7. Pekarangan Fasilitas Kesehatan 8. Pekarangan Fasilitas Pendidikan 9. Pekarangan Kawasan Militer 10. Pekarangan Fasilitas Perdagangan 11. Pekarangan Kawasan Industri/pergudangan

Berdasarkan hasil survei Bappeda yang telah dilakukan pada tahun 2007, didapatkan temuan data luasan eksisting RTH Kota Bekasi. Perhitungan luasan RTH ini didapatkan melalui asumsi-asumsi lebar RTH berdasarkan pengamatan di lapangan. Ketersediaan RTH yang dapat dianalisis hanya berupa RTH publik sedangkan RTH privat sulit untuk dihitung ketersediaannya karena tidak terdapat data mengenai RTH privat (Bappeda, 2007).

Tabel 6. Luasan Eksisting RTH Kota Bekasi berdasarkan Hasil Survei

No Jenis RTH Jumlah Sediaan (m²)

1 Sempadan Jalan 124.350

2 Semapadan Sungai 4.062.120

3 Sempadan Instalasi Berbahaya 493.368

4 Sempadan Rel KA 96.840

5 Sempadan Jalan Tol 504.340

6 Situ dan sempadan 234.000

Sumber: Bappeda, 2007 Keterangan:

ƒ Asumsi lebar sempadan jalan = 1 meter, baik di kiri kanan jalan

ƒ Asumsi lebar sempadan sungai = 6 meter, baik di kiri maupun di kanan sungai ƒ Asumsi lebar sempadan instalasi berbahaya = 4 meter, baik di kiri maupun di

kanan SUTET

ƒ Asumsi lebar sempadan rel KA = 4 meter, baik di kiri maupun di kanan rel ƒ Asumsi lebar sempadan jalan tol = 10 meter, baik di kiri maupun di kanan tol

Apabila masing-masing perhitungan jenis RTH tersebut dijumlahkan maka didapatkan total sediaan RTH Kota Bekasi dari ke-9 jenis RTH tersebut. Total sediaan ke-9 jenis RTH tersebut adalah sebesar 774 ha. Dengan luas wilayah Kota Bekasi sebesar 21.601 ha, maka total sediaan RTH tersebut adalah 3,58% dari total luas Kota Bekasi. Sedangkan berdasarkan UUPR No. 26 tahun 2007, persentase RTH Publik di kawasan perkotaan adalah 20%. Maka, Kota Bekasi masih harus menambah RTH publik sebanyak 16,42% dari total luas Kota Bekasi (Bappeda, 2007).

Oleh karena itu, jika peningkatan kuantitas tidak dapat memungkinkan untuk mencapai kekurangan RTH publik maka perlu diambil langkah lain selain langkah peningkatan kuantitas RTH, misalnya melalui peran teknologi, ataupun peningkatan kualitas RTH Kota Bekasi. Selain kuantitas atau luasan RTH eksisting, kualitas RTH juga sangat perlu ditingkatkan dalam penyediaan RTH di Kota Bekasi. Kondisi jenis-jenis RTH yang ada di Kota Bekasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (Bappeda, 2007).

Dalam dokumen PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIH (Halaman 41-48)

Dokumen terkait