• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI

5.2. Perencanaan

5.2.4. Rencana Vegetasi

Vegetasi memiliki beragam fungsi dalam suatu kawasan permukiman. Beberapa manfaat dari penanaman vegetasi di kawasan permukiman diantaranya adalah untuk esetetika, ameliorasi iklim, pembatas, pembentuk ruang dan pengatur sirkulasi.

Kota Pangalengan berada pada daerah dengan iklim sejuk karena berada pada ketinggian sekitar 1500 mdpl. Kota Pangalengan juga terletak pada kawasan berfungsi lindung di luar hutan lindung. Penanaman vegetasi non-produksi berperan penting untuk membantu penyerapan air di sekitar kawasan tersebut sehingga neraca air tidak terganggu. Selain itu vegetasi non-produksi seperti pepohonan besar dengan perakaran kuat dapat membantu mencegah longsor di area-area dengan persentasi kelerengan tinggi. Vegetasi produksi atau vegetasi budidaya (sayur-mayur, kebun teh) yang saat ini ada di Kota Pangalengan dapat dipertahankan. Pembangunan ruang terbuka hijau di kawasan permukiman bertujuan agar warga masyarakat tidak menggunakan kebun-kebun yang ada sebagai tempat pengungsian.

Berdasarkan konsep yang telah ditentukan maka vegetasi di wilayah perencanaan dibagi ke dalam 4 jenis vegetasi sesuai dengan fungsinya yang terdiri atas vegetasi budidaya, vegetasi pengarah, vegetasi koservasi dan vegetasi penaung. Vegetasi budidaya berupa kebun-kebun campuran eksisiting berfungsi sebagai cadangan pangan pada saat penanganan pasca bencana. Sedangkan untuk vegetasi pengarah, konservasi dan penaung dapat memanfaatkan vegetasi endemik atau vegetasi lain yang sesuai dengan ekosistem kawasan perencanaan. Pemilihan jenis vegetasi untuk pengarah dan penaung diupayakan menyesuaikan dengan fungsi arsitektural sehingga menjadi efektif saat penerapan di kawasan. Gambar 46 menunjukkan ilustrasi fungsi vegetasi di kawasan perencanaan. Sedangkan rencana vegetasi ditunjukkan pada Gambar 47 dan Gambar 48.

(a)

(b)

(c)

Gambar 46. Ilustrasi Fungsi Vegetasi di Kawasan Perencanaan. (a). Vegetasi Konservasi; (b) Vegetasi Pengarah; (c) Vegetasi Penaung;

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap Sumberdaya Yang perlu Diproteksi, Zona Bahaya, dan Kesesuaian Pengembangan dapat ditentukan hasil berupa luas kawasan yang sesuai untuk dikembangkan sebagai permukiman yaitu 41% dari total kawasan. Berdasarkan luas kawasan yang dapat dikembangkan dapat disusun rencana lanskap permukiman di Kecamatan Pangalengan. Kegiatan perencanaan permukiman difokuskan pada 5 desa yaitu Desa Pangalengan, Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Margamekar, dan Desa Margamulya. Konsep yang direncanakan meliputi konsep mitigasi, konsep pembagian ruang, konsep evakuasi, konsep sirkulasi, dan konsep vegetasi. Selain rencana lanskap disusun pula rencana tata ruang, rencana evakuasi, rencana sirkulasi dan rencana vegetasi.

Tata ruang yang direncanakan berupa pola permukiman yang dibagi ke dalam satuan-satuan ketetanggan mulai dari tingkat KK, RT, RW, Desa dan Kecamatan. Zona-zona evakuasi direncanakan terdiri dari 3 tingkatan berdasarkan lokasi zona evakuasi tersebut yaitu zona evakuasi mikro, meso, dan makro. Ruang-ruang terbuka hijau dimanfaatkan sebagai zona evakuasi. Sirkulasi direncanakan terdiri dari 3 jenis jalan berdasarkan fungsinya dalam mengarahkan warga ke tempat-tempa evakuasi yaitu jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Vegetasi direncanakan dibagi ke dalam 4 jenis vegetasi berdasarkan fungsinya untuk mendukung kegiatan penanganan saat dan pasca bencana yaitu vegetasi konservasi, penaung, pengarah, dan budidaya.

6.2. Saran

Penyusunan perencanaan ini dapat diperluas pada kawasan di luar 5 desa namun masih termasuk ke dalam kawasan yang sesuai untuk pembangunan.

[BAPPEDA]. 2006. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor: 2 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

[BAPPEDA]. 2007. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tentang Lembaga Kemasyarakatan.

[BNPB]. 2008. Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana

[DPR-RI]. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tentang Perumahan dan Permukiman

[DPR-RI]. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tentang Penataan Ruang

[DPU]. 2006. Departemen Pedoman Teknis Rumah Dan Bangunan Tahan Gempa. Departemen Pekerjaan Umum.

[DPU]. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21/PRT/2007 mengenai Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Rawan Letusan Gempa.

[DPU]. 2009. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06/PRT/M/2009 mengenai Pedoman Perencanaan Umum Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Tsunami.

Brahmantyo, B. 2005. Geologi Cekungan Bandung. [Tidak Dipublikasikan]. ITB Bronto, S., Koswara, A., dan Lumbanbatu, K. 2006. Stratigrafi Gunung Api Daerah

Bandung Selatan. Jurnal Geologi Indonesia Vol. 1 No. 2 Juni 2006 [hal. 89- 101]

DeChiara J, Koppelman, LE. 1978. Standar Perencanaan Tapak. Hakim J,

penerjemah; Jakarta : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Site Planning

Standards.

Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah. 1983. Pedoman Perencanaan Lingkungan Pemukiman Kota. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Fabos, JG dan Stephanie, JC. 1976. Composite Landscape Assessment : Assessment Procedures for Spacial Resources, Hazards and Development Suitability; Part II of the Metropolitan Landscape Planning Model (METLAND). Massachusetts : Massachusetts Agricultural Experiment Station University of Masachusetts.

Fabos, JG. 1979. Planning The Total Landscape : A Guide To Intelligenct Land Use. Colorado: Westview Press.

Frick, H., Ardiyanto, A., Darmawan, AMS. 2008. Ilmu Fisika Bangunan : Pengantar Pemahaman Cahaya, Kalor, Kelembapan, Iklim, Gempa Bum, Bunyi, dan Kebakaran. Yogyakarta : Kanisius.

Hardiyatmo, HC. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.

Harnadi, D dan Iskandar, N. 1996. Konservasi Air Tanah di Wilayah Kabupaten Bandung dan Sekitarnya. [Tidak Dipublikasikan]. Departemen Pertambangan dan Energi. Direktorat Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral. Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan.

Herawan, UC. 1989. Laporan Penyelidikan Geologi Lingkungan Daerah Garut, Cikajang, Pangalengan dan Sekitarnya, Jawa Barat. [Tidak Dipublikasikan]. Departemen Pertambangan dan Energi Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan.

Hopper, L. 2007. Landscape Architectural Graphic Standard. New Jersey : John Wiley and Sons, Inc.

Katharina, R. 2007. Adopsi Sistem Pertanian Konservasi Usaha Tani Kentang di Lahan Kering Dataran Tinggi Kecamatan Pangalengan Bandung. [Disertasi]. IPB.

Kusuma, LE. 2001. Perencanaan Tapak Bumi Perkemahan Kawasan Wisata Alam Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat Kabupaten Kerinci, Jambi. [Skripsi]. IPB.

Montgomery, CW. 2003. Environmental Geology Sixth Edition. New York: McGraw Hill.

Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nurisjah, S dan Pramukanto, Q. 1995. Penuntun Perencanaan Praktikum Lanskap. [Tidak dipublikasikan]. IPB.

Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Penerbit ITB.

Setiawan, AN. 2008. Perencanaan Lanskap Kawasan Permukiman Bantaran Sungai Berbasis Bioregion [Skripsi]. Bogor, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Simonds, JO. 1983. Landscape Architecture. New York : Mc.Graw-Hill Book Co. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

Subagio dan Widijono BS. 2009. Struktur Geologi Bawah Permukaan Lintasa Pangalengan-Subang, Implikasinya Terhadap Kestablian Lahan. Pusat Survei Geologi. JSDG Vol. 19 No. 6 Desember 2009

Tjasyono, BHK. 2003. Geosains. Bandung: Penerbit ITB.

Vernon, S., Tennant, R., dan Garmory, N. 2009. Landscape Architect’s Pocket Book. UK : Architectural Press. www.bamuisbni.com/content/fck/Image/2009/Gempa%20Pangalengan.jpg [21 Februari 2010] www.earthquake.usgs.gov/earthquakes/world/index.php?regionID=12 [11 Januari 2010] www.ekonomi.tvone.co.id [28 Oktober 2010] www.foto.detik.com/images/content/2009/09/03/157/pangalengan5.jpg [21 Februari 2010] www.matanews.com/wp-content/uploads/GempaPangalengan060909-3-590x432.jpg [21 Februari 2010] www.okezone.com [28 Oktober 2010] www.pikiran-rakyat.com/foto/tgl_03_09_2009/0309_pangalengan.jpg [21 Februari 2010]

www.pirba.hrdp-network.com/e5781/.../Strategi_MitigasiGertan_PVMBG.pdf [11 Januari 2010] www.portal.vsi.esdm.go.id [11 Januari 2010] www.rol.republika.co.id [28 Oktober 2010] www.wikipedia.com/Disaster_mitigation.html [11 Januari 2010] www.wikipedia.com/Gempa_bumi.htm [11 Januari 2010]

PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN UNTUK MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI KECAMATAN PANGALENGAN

KABUPATEN BANDUNG

CICI NURFATIMAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Permukiman Untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh QODARIAN PRAMUKANTO

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak diantara beberapa patahan lempeng benua yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Filipina di sebelah utara, lempeng Australia di bagian selatan, dan lempeng Pasifik di bagian timur kepulauan. Hal ini mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu kawasan dengan zona seismic tertinggi di dunia.

Pada tanggal 2 September 2009 terjadi gempa bumi berkekuatan 7,3 Skala Richter dengan episentrum yang berada di Samudera Indonesia di sebelah selatan Tasikmalaya. Gelombang gempa merambat hingga Bandung, Cianjur dan Sukabumi. Salah satu kawasan yang terkena dampak paling parah akibat gelombang gempa ini adalah Kecamatan Pangalengan di Kabupaten Bandung. Berdasarkan data statistik Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kecamatan Pangalengan mengalami kerusakan paling parah dari total 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung. Selanjutnya dari 13 desa yang ada di Kecamatan Pangalengan, hampir semua bangunan di desa-desa tersebut mengalami kerusakan akibat gempa termasuk sarana infrastruktur penting seperti Puskesmas dan sekolah.

Korban jiwa dan kerugian yang terjadi secara spasial diakibatkan oleh kesalahan dalam pembangunan kawasan terutama dalam penataan ruang permukiman. Tata ruang yang tidak sesuai dengan morfologi dan geologi kawasan dapat berakibat fatal jika terjadi bencana seperti gempa bumi. Oleh karena itu perlu adanya suatu perencaan tata ruang wilayah yang memperhatikan aspek- aspek geologi kawasan dan kebutuhan dalam hal mitigasi bencana. Sehingga ruang yang tercipta dapat mengurangi resiko dan dampak dari bencana yang terjadi.

Kegiatan perencanaan ini memiliki tujuan untuk menyusun lanskap tata ruang permukiman untuk mitigasi bencana gempa bumi. Mitigasi adalah suatu tindakan untuk mengurangi kerusakan dan kehilangan nyawa dengan cara memperkecil dampak dari bencana. Studi dilakukan di kawasan yang terkena dampak dari gempa bumi yang terjadi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung pada 2 September 2009.

Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan penelitian, yaitu : (1) Persiapan, yaitu pengumpulan berbagai data dan informasi awal yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian; (2) Inventarisasi, yaitu pengumpulan data di lapang untuk menghasilkan data aspek fisik, biofisik, dan sosial; (3) Analisis dengan menggunakan metode analisis METLAND (The Metropolitan Lanscape Planning Model Study) (Fabos dan Caswell, 1976); (4) Sintesis; dan tahap (5) Perencanaan.

Pada kegiatan analisis digunakan metode analisis METLAND yang terdiri atas 3 (tiga) tahap penilaian, yaitu Tahap I: Identifikasi Sumberdaya Kritis, Tahap II : Identifikasi Zona Bahaya dan Tahap III : Identifikasi Kesesuaian untuk Pengembangan (Fabos dan Caswell, 1976). Komponen analisis yang termasuk ke dalam Sumberdaya Kritis adalah sumberdaya tanah dan air. Hasil keluaran dari

kerawanan gempa bumi di kawasan perencanaan. Pada tahap ini diperoleh informasi bahwa Kecamatan Pangalengan terbagi ke dalam empat tipologi kerawanan gempa bumi yaitu Tipologi A, B, C, dan D. Kawasan dengan tipologi A menempati area paling luas (88% atau 20.018 ha) di Kecamatan Pangalengan sehingga kawasan ini menjadi area yang paling aman di wilayah rawan gempa untuk dikembangkan menjadi kawasan permukiman. Selanjutnya pada tahap analisis kesesuaian pengembangan digunakan klasifikasi kelas lereng untuk mendukung pengembangan yang sesuai diterapkan pada kawasan perencanaan dan dihasilkan informasi kawasan yang sesuai untuk permukiman seluas 41% dan tidak sesuai untuk permukiman seluas 59%.

Permukiman eksisiting yang terkena dampak paling parah saat terjadi gempa di Kecamatan Pangalengan adalah Desa Margamukti, Desa Margamekar, Desa Sukamanah, Desa Pangalengan, dan Desa Margamulya. Kelima desa tersebut termasuk ke dalam permukiman yang direncanakan dalam RDTR Kota Pangalengan. Kelima desa tersebut berada pada kawasan yang sesuai untuk dikembangkan berdasarkan hasil analisis. Sehingga pada tahap sintesis kelima desa tersebut menjadi fokus dalam perencanaan lanskap permukiman di Kecamatan Pangalengan. Untuk dapat menerapkan konsep mitigasi maka kawasan perencanaan dibagi ke dalam zonasi ruang atau rencana blok yang terdiri dari ruang konservasi, ruang pemanfaatan budidaya, dan ruang terbangun. Pengembangan untuk kawasan permukiman berada pada zona ruang terbangun.

Konsep dasar dari penelitian ini adalah merencanakan suatu tata ruang permukiman yang dapat mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi. Konsep dasar ini dikembangkan ke dalam konsep mitigasi yaitu memudahkan kegiatan penyelamatan diri saat terjadi bencana gempa. Konsep mitigasi ini diterapkan pada konsep pembagian ruang, evakuasi, sirkulasi, dan vegetasi.

Ruang permukiman dikelompokan berdasarkan satuan ketetanggan yang terdiri dari Kepala Keluarga (KK), Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Desa, dan Kecamatan. Pembagian seperti ini bertujuan untuk memudahkan dalam pembentukan pola ruang permukiman, menentukan titik-titik evakuasi, dan pergerakan menuju lokasi evakuasi. Lokasi-lokasi yang dimanfaatkan sebagai titik evakuasi adalah ruang-ruang terbuka di dalam kawasan permukiman yang dapat dimanfaatkan sebagai area rekreasi penduduk ketika tidak terjadi bencana. Zona- zona evakuasi ini terbagi dalam tiga tingkatan berdasarkan lokasi yaitu zona evakuasi mikro pada skala RT, zona evakuasi meso pada skala RW, dan zona evakuasi makro pada skala desa. Luas setiap zona evakuasi disesuaikan dengan daya dukung tenda pengungsi yang dapat menampung sebanyak jumlah penduduk pada setiap zona evakuasi. Pergerakan menuju lokasi titik-titik evakuasi dimudahkan dengan pembagian hierarki jalan yang terdiri atas jalan lingkungan, jalan lokal dan jalan kolektor. Vegetasi yang diterapkan di kawasan perencanaan dibagi berdasarkan fungsinya dalam kegiatan mitigasi yang terdiri atas vegetasi budidaya, pengarah, konservasi dan penaung. Penyusunan perencanaan ini dapat diperluas pada kawasan di luar 5 desa namun masih termasuk ke dalam kawasan yang sesuai untuk pembangunan.

CICI NURFATIMAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Permukiman Untuk Mitiagsi Bencana Gempa Bumi Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, 2011

Cici Nurfatimah NRP A44062476

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagain atau seluruh Karya tulis

Bencana Gempa Bumi Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Nama Mahasiswa : Cici Nurfatimah

NRP : A44062476

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si NIP. 19620214 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

Penulis lahir pada tanggal 12 Juli 1988 dari pasangan Enok Karyati dan Usep Warlian. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2000 penulis mengikuti pendidikan di SMP 1 Margahayu Bandung. Pada tahun 2003, Penulis melanjutkan studi menengah atas di SMA Al-Ma’soem, Sumedang. Pada tahun 2006 Penulis melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB. Pada tahun 2007 Penulis berhasil masuk Program Studi Mayor Arsitektur Lanskap dan memilih beberapa Supporting Course sebagai penunjang.

Selama melakukan studi di Departemen Arsitektur Lanskap Penulis berkesempatan menjadi Asisten Mahasiswa untuk Mata Kuliah Komputer Grafis dan Mata Kuliah Proyek Studio Lanskap. Selain itu Penulis juga aktif di kegiatan non-akademis diantaranya sebagai Pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap Periode 2008-2009 Divisi Sosial Kemasyarakatan, Wakil Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman Periode 2008-2009, dan anggota Organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban Mahasiswa Bandung. Penulis juga pernah bergabung dalam berbagai kepanitiaan seperti Masa Perkenalan Mahasiswa Baru Angkatan 44, Masa Perkenalan Fakultas Angkatan 44, Masa Perkenalan Departemen Angkatan 44, Savior (Save Our Earth Day), dan Pagelaran Seni Sunda Ki Sunda Midang. Penulis pernah mengikuti beberapa kompetisi non-akademis yaitu Juara 2 Lomba Tari Kontemporer IPB Art Contest 2009, Juara 1 Basket Putri Faperta Cup 2007 dan 2009.

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian dengan judul Perencanaan Lanskap Permukiman Untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih Penulis ucapkan kepada :

1. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si yang telah sabar membimbing dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa penelitian tugas akhir ini.

2. Bapak dan Ibu atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak terhingga. Adikku sayang yang jauh namun dekat di hati.

3. Jajaran Dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB atas limpahan ilmu yang sangat berharga.

4. Jajaran staf dan pegawai Departemen Arsitektur Lanskap.

5. Tengtong Family ARL 43 (Aan, Agnes, Galih, Biji, Titis, Endy, Chan2, Dedi, Desi, Sendy, Dian, Dicky, Joe, Budut, Pity, Agung, Hanni, Irfan, Jibril, Om Jun, Kukuh, Ipunk, Mahmud, Kaka, Refi, Mutteb, Nining, Nita, Ami, Ika, Ado, Perth, Titou, Presty, Pram, Ichaprita, Wanti, Putri, Ronald, Manceu, Ray, Rido, Ichadwica, Ochie, Alan, Intan, Sisi, Sugi, Iin, Tati, Komti, Phewz, Vina, Wemby, Wiwik, Yogi, Yudha, Yumi, Ziffy) untuk suka, duka, cerita, canda, tawa, ria, galau, doa, dan semangat yang membuat dunia saya beraneka warna. :’)

6. Kakak-kakak senior 39, 40, 41, 42, praktikan Prostud 44, praktikan Komgraf 45, 46 yang tidak sempat saya asisteni, dan 47 sebagai keluarga baru Dept. ARL.

7. Keluarga besar UKM Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman yang selalu semangat membarakan seni dan budaya tradisional Indonesia.

Tya, Zizi, Teh Evi, Nobon).

10.Terakhir kepada Anda yang sedang membaca skripsi saya ☺

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, 2011

BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Tujuan... 1.3. Kerangka Pikir Studi...

1 1 2 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1. Perencanaan Lanskap... 2.2. Gempa Bumi... 2.3. Mitigasi Bencana... 2.4. Tata Ruang... 2.5. Permukiman...

BAB III METODOLOGI ... 3.1. Lokasi dan Waktu... 3.2. Metode... 3.2.1 Persiapan……….. 3.2.2. Inventarisasi……… 3.2.3. Analisis……… 3.2.3.1. Analisis Sumberdaya Yang Perlu Diproteksi….… 3.2.3.2. Analisis Kerawanan Gempa Bumi………. 3.2.3.3. Analisis Kesesuaian Pengembangan……… 3.2.4. Sintesis………. 3.2.5. Perencanaan………. 4 4 4 9 11 14 15 15 16 16 16 17 18 20 25 26 28

BAB IV DATA DAN ANALISIS... 4.1. Sumberdaya Yang Perlu Diproteksi…... 4.1.1. Air... 4.1.2. Tanah... 4.2. Zona Berbahaya..………... 4.5. Kesesuaian Pengembangan... 4.6. Sintesis... 33 35 35 42 52 62 65

BAB V KONSEP DAN PERENCANAAN... 5.1. Konsep………... 5.1.1. Konsep Pembagian Ruang……… 5.1.2. Konsep Evakuasi……… 5.1.3. Konsep Sirkulasi………... 5.1.4. Konsep Vegetasi……….. 5.2. Perencanaan...

5.2.1. Rencana Tata Ruang Permukiman……… 5.2.2. Rencana Evakuasi……… 5.2.3. Rencana Jalur Sirkulasi………. 5.2.4. Rencana Vegetasi………. 68 68 68 69 69 71 71 73 80 81 86

Tabel 1. Modified Mercalli Intensity Scale (Skala Intensitas Mercalli yang Disempurnakan)... 5 Tabel 2. Jenis, Spesifikasi dan Bentuk Data... 16 Tabel 3. Kelas Kualitas Air Bawah Tanah... 18 Tabel 4. Kriteria Kawasan Lindung Waduk, Situ dan Mata Air... 19 Tabel 5. Klasifikasi Kelas Lereng... 19 Tabel 6. Kriteria Kawasan Lindung... 19

Tabel 7. Klasifikasi Batuan……….. 21

Tabel 8. Klasifikasi Kemiringan Lereng... 21 Tabel 9. Faktor Kegempaan... 21 Tabel 10. Kestabilan Wilayah Terhadap Jarak Pada Sesar……….. 22 Tabel 11. Klasifikasi Nilai Kemampuan……….. 22

Tabel 12. Pembobotan……… 23

Tabel 13. Matriks pembobotan untuk kestabilan wilayah terhadap kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi dengan informasi geologi yang diperhitungkan.. 23

Tabel 14. Tipologi Kawasan Rawan Gempa Bumi... 24 Tabel 15. Klasifikasi Kawasan Rawan Gempa Bumi... 24 Tabel 16. Kesesuaian Pengembangan Berdasarkan Kelas Lereng... 25 Tabel 17. Aturan Zonasi Kawasan Rawan Gempa Bumi... 27 Tabel 18. Peruntukan Ruang Kawasan Gempa Bumi Berdasarkan

Tipologi Kawasan ... 29 Tabel 19. Arahan Struktur Ruang Kawasan Rawan Gempa Bumi ... 29 Tabel 20. Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan... 30 Tabel 21. Standar Kebutuhan Taman, Tempat Main dan Lapangan

Olahraga... 31 Tabel 22. Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan

rawan gempa bumi di Kecamatan Pangalengan... 56 Tabel 25. Konsep Jalur Sirkulasi………. 70 Tabel 26. Konsep Vegetasi... 71 Tabel 27. Pembagian Satuan Ketetanggaan……… 74 Tabel 28. Kebutuhan Ruang Terbuka Sebagai Zona Evakuasi………… 80 Tabel 29. Rencana Fasilitas Ruang Terbuka Sebagai Zona Evakuasi…. 81 Tabel 30. Standar Tinggi Karakter Huruf Pada Rambu………. 83 Tabel 31. Kesesuaian Kontras Warna Pada Rambu……… 85

Gambar 1. Kerangka Pikir Studi... 3 Gambar 2. Lokasi Studi... 15 Gambar 3. Framework analisis lanskap untuk keperluan preservasi,

perlindungan, dan pengembangan tapak... 17 Gambar 4. Komponen Analisis... 18 Gambar 5. Skema Alur Proses Penilaian Kerawanan Gempa Bumi…… 20 Gambar 6. Peta Administrasi Kecamatan Pangalengan... 34 Gambar 7. Situ Cileunca... 35 Gambar 8. Wana Wisata Air Panas Cibolang... 36 Gambar 9. Kawasan Lindung Situ dan Mata Air... 37 Gambar 10. Tata Guna Lahan Eksisting……... 39 Gambar 11. Peta Kualitas Air Bawah Tanah... 40 Gambar 12. Peta Perlindungan Sumberdaya Air Kecamatan Pangalengan 41 Gambar 13. Ragam Bentukan dan Kemiringan Lahan di Kecamatan

Pangalengan... 44 Gambar 14. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Pangalengan... 45 Gambar 15. Peta Kawasan Rawan Longsor di Kecamatan Pangalengan.... 46 Gambar 16. Peta Elevasi Kecamatan Pangalengan... 48 Gambar 17. Peta Kawasan Lindung Kecamatan Pangalengan... 49 Gambar 18. Peta Kawasan Perlindungan Terhadap Tanah... 50 Gambar 19. Peta Sumberdaya Kritis Kecamatan Pangalengan…………... 51 Gambar 20. Peta Geologi Daerah Bandung Selatan dan Stratigrafi Batuan

Gunung Api... 52 Gambar 21. Sesar di daerah Bandung dan sekitarnya... 54 Gambar 22. Peta Zonasi Jalur Sesar di Kecamatan Pangalengan……... 55 Gambar 23. Peta Zonasi Tipologi Kerawanan Gempa Kecamatan

Pangalengan………... 58 Gambar 24. Peta Keamanan Gempa Kecamatan Pangalengan………….... 59 Gambar 25. Peta Sebaran Rumah Rusak Berat Akibat Gempa di

Gambar 27. Peta Kesesuaian Pengembangan Permukiman Kecamatan

Pangalengan………... 64 Gambar 28. Peta Lokasi Kawasan Yang Fokus Untuk Direncanakan…... 66 Gambar 29. Peta Rencana Blok………. ……... 67 Gambar 30. Diagram Konsep Pembagian Ruang……….. 68 Gambar 31. Diagram Konsep Evakuasi…….. ... 69 Gambar 32. Diagram Konseep Sirkulasi... 70

Gambar 33. Diagram Konsep Vegetasi……….. 71

Gambar 34. Rencana Lanskap Permukiman Untuk Mitigasi Bencana

Gempa Kecamatan Pangalengan……… 72

Gambar 35. Pembagian Blok Kawasan Perencanaan………. 73 Gambar 36. Matriks Hubungan Antar Ruang………. 76

Gambar 37. Konsep Ruang………. 76

Gambar 38. Ilustrasi Struktur Bangunan Dengan Perkuatan Silang…….. 78 Gambar 39. Rumah Tinggal Dengan Konstruksi Rangka Sederhana dan

Pondasi Tiang……… 79

Gambar 40. Rencana Tata Ruang Pusat Kota Pangalengan 79 Gambar 41. Kondisi Pengungsian Sementara Korban Gempa

Pangalengan……… 80

Gambar 42. Detail Rencana Lanskap Permukiman Untuk Mitigasi

Bencana Gempa Bumi Kecamatan Pangalengan……… 82 Gambar 43. Contoh Rambu-Rambu Penunjuk Arah Menuju Lokasi

Evakuasi………. 83 Gambar 44. Rencana Jalur Sirkulasi……….. 84

Gambar 45. Rencana Alur Sirkulasi……… 85

Gambar 46. Ilustrasi Fungsi Vegetasi di Kawasan Perencanaan…………. 87

Dokumen terkait