• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Biologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) .1 Klasifikasi

2.1.4 Reproduksi dan Siklus Hidup

Udang vaname dewasa akan memijah di laut terbuka. Udang vaname menghasilkan telur yang akan menetas menjadi larva udang lalu bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove sebagai tempat nursery ground. Udang vaname dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (FAO, 2016).

7 Pada udang vaname, ciri-ciri telur yang telah matang berwarna coklat keemasan.

Udang mempunyai karapas yang transparan, sehingga warna dari perkembangan ovarinya dapat terlihat jelas. Pada udang betina, gonad pada awal perkembangannya berwarna kecoklatan, berubah menjadi coklat keemasan atau hijau kecoklatan pada saat hari pemijahan. Menurut Amri dan Kanna (2008), udang memiliki beberapa tahapan siklus hidup, yaitu:

a. Stadia nauplius, stadia ini masih memiliki kuning telur sehingga belum memerlukan makanan. Nauplius bersifat planktonik dan fototaksis positif.

b. Stadia zoea, perubahan bentuk dari nauplius menjadi zoea memerlukan waktu kira-kira 40 jam setelah penetasan. Pada stadia ini larva dengan cepat bertambah besar. Tambahan makanan yang diberikan sangat berperan dan mereka aktif memakan fitoplankton. Stadia akhir zoea juga memakan zooplankton. Zoea sangat sensitif terhadap cahaya yang kuat dan ada juga yang lemah diantara tingkat stadia yang lain.

c. Stadia mysis, larva mencapai stadia mysis pada hari ke lima setelah penetasan. Larva pada stadia ini kelihatan lebih dewasa dari dua stadia sebelumnya. Stadia mysis memakan fitoplankton dan zooplankton, akan tetapi lebih menyukai zooplankton menjelang stadia mysis akhir.

d. Stadia post larva, perubahan bentuk dari mysis menjadi post larva terjadi pada hari ke sembilan. Stadia post larva mirip dengan udang dewasa, dimana lebih kuat dan lebih dapat bertahan dalam penanganan. Kaki renang pada stadia post larva bertambah menjadi tiga segmen yang lebih lengkung. Post larva bersifat planktonik, dimana mulai mencari jasad hidup sebagai makanan.

8 2.2 Daun Pepaya

2.2.1 Klasifikasi

Menurut Steenis (1978), taksonomi tanaman pepaya adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magholiophyta Kelas : Magholiopsida Ordo : Brassicates Famili : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

2.2.2 Morfologi

Pepaya berasal dari Amerika Tengah. Tanaman buah menahun ini tumbuh pada tanah lembab yang subur dan tidak tergenang air, dapat ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Tanaman pepaya merupakan semak yang berbentuk pohon, bergetah, tumbuh tegak, tinggi 2,5-10 m, batangnya bulat berongga, tangkai di bagian atas kadang dapat bercabang. Pada kulit batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas.

Daun berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan, tangkainya bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm. Bagian helaian daun yang bulat seperti telur berdiameter 25-75 cm, berbagi menjari, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah. Bunga jantan berkumpul dalam tandan, mahkota berbentuk terompet, warnanya putih kekuningan. Tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun dimulai pada umur 6-7 bulan dan mulai berkurang setelah berumur 4 tahun. Kandungan kimia dari daun pepaya (Carica papaya L) adalah papain, flavonoid, alkaloid, saponin, glikosida, dan senyawa fenol yang menyebabkan daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri (Akujobi et al, 2010).

9 Tabel 1. Analisis komposisi dalam 100 gram daun pepaya

Kandungan Jumlah

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1979) dalam Kalie (2006)

a. Alkaloid

Daun papaya mengandung alkaloid yang berfungsi antibakteri. Kandungan alkaloid menyebabkan rasa pahit pada daun, sehingga daun papaya yang tua memiliki kandungan alkaloid yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun papaya yang muda. Rasa pahit pada daun pepaya disebabkan oleh kandungan senyawa alkaloid karpainnya (C14H25NO2).

Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik temasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung subtituen yang tidak terlalu bervariasi.

Atom nitrogen alkaloid hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang subtituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3), atau gugus metilendioksi (-O-CH2

-O). Subtituen - subtituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar alkaloid.

10 Berikut adalah contoh senyawa Alkaloid :

Gambar 3. Struktur Senyawa Alkaloid

Zat ini sangat ampuh digunakan sebagai penurun deman, mereduksi tekanan darah dan membunuh mikroba seperti amuba.Suresh K, dkk (2008) menyatakan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Klebsiellapneumonia.

b. Enzim papain

enzim papain adalah enzim proteolitik yang berperan dalam pemecahan jaringan ikat, dan memiliki kapasitas tinggi untuk menghidrolisis protein eksoskeleton yaitu dengan cara memutuskan 12 ikatan peptida dalam protein sehingga protein akan menjadi terputus (Nani dan Dian, 1996). Enzim papain dapat banyak ditemukan pada daun pepaya. Walaupun dalam dosis yang rendah, dan apabila enzim papain masuk ke dalam tubuh larva nyamuk Aedes aegypti akan menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan. Bahkan akibat dari ketidakmampuan larva untuk tumbuh akibatnya dapat menyebabkan kematian pada larva (Nani dan Dian, 1996).

11 c. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang bersifat racun yang terkandung di dalam daun pepaya. Beberapa sifat khas dari 13 flavonoid yaitu memiliki bau yang sangat tajam, rasanya yang pahit, dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan juga mudah terurai pada temperatur tinggi. Dinata (2008), mengatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa yang dapat bersifat menghambat makan serangga.

Flavonoid berfungsi sebagai inhibitor pernapasan sehingga menghambat sistem pernapasan nyamuk yang dapat mengakibatkan nyamuk Aedes aegypti mati (Dinata, 2008). Bagi tumbuhan pepaya itu sendiri flavonoid memiliki peran sebagai pengatur kerja antimikroba dan antivirus.

d. Saponin

Senyawa lainpada daun pepaya yang memiliki peran sebagai insektisida dan larvasida adalah saponin. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian kulit pada serangga (Dinata, 2009). Saponin terdapat pada seluruh bagian tanaman pepaya seperti akar, daun, batang, dan bunga. Senyawa aktif pada saponin berkemampuan membentuk busa jika dikocok dengan air dan menghasilkan rasa pahit yang dapat menurunkan tegangan 14 permukaan sehingga dapat merusak membran sel serangga (Mulyana, 2002).

e. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat dalam tanaman pepaya. Mekanisme kerja senyawa tanin adalah dengan mengaktifkan sistem lisis sel karena aktifnya enzim proteolitik pada sel tubuh serangga yang terpapar tanin (Harborne , 1987). Menurut Harborne (1987), senyawa kompleks yang dihasilkan dari interaksi tanin dengan protein tersebut bersifat racun atau toksik yang dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan dan mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktivitas enzim pencernaan. Tanin mempunyai rasa yang sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam

12 angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan herbivor dan sebagai pertahanan diri bagi tumbuhan itu sendiri (Harborne, 1987).

Dokumen terkait