• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada saat pelaksanaan penelitian lapangan, peneliti juga mengembang- kan teknik research action. Pertimbangan melakukan research action karena menghadapi Orang Bati tidak saja berbicara, tetapi cara berbuat sesuai apa yang dibicarakan adalah penting. Cara tersebut dilakukan sebagai pintu masuk untuk membangun relasi salaing percaya yang lebih kuat di antara peneliti dan warga. Cara ini dilakukan oleh peneliti karena mencari pintu masuk secara tepat agar setiap informan yang dijumpai bersedia secara sukarela untuk menjelaskan pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti dengan jawaban yang sesuai serta dibutuhkan dalam penelitian kualitatif. Cara research action tidak harus dilakukan oleh seorang peneliti, tetapi cara ini dapat dilakukan untuk memperoleh informasi terbaik dan akurat.

Pada saat peneliti berada di Kampung atau Dusun (Wanuya) Bati Kilusi (Bati Awal) pada tahapan penelitian berikutnya, ternyata Orang Bati sedang merencakan untuk membangun Masdjid Nur Bati yang saat itu sedang mengalami kerusakan berat. Selain itu juga Masjid Nur Bati sudah tidak dapat

menampung seluruh jemaah ketika mereka melakukan Sholat bersama bagi penganut Agama Islam di sekitar wilayah ini. Mengenai sejarah masuknya Agama Islam di daerah ini, tidak ada warga yang mengetahuinya secara pasti. Tetapi informasi yang diperoleh dari Orang Bati yaitu Agama Islam di daerah ini diajarkan oleh seorang imam Agama Islam yang bergelar Imam Banda. Semua informan di wilayah Seram Timur sama sekali tidak mengetahui nama asli dari Imam Banda. Dalam interaksi sosial, Orang-Orang Seram Timur menyebutnya Imam Banda. Untuk mengetahui asal-usul Imam Banda, maka peneliti harus mencari informasi pada keturunannya yang mendiami Desa atau Negeri Banda Eli di Kepulauan Kei Besar-Maluku Tenggara, sehingga dapat memberikan masukan pada Orang Bati mengenai hal ini.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapangan mengenai Agama Islam masuk ke wilayah Seram Timur, dapat dikemukakan bahwa; (1) Agama Islam masuk secara ajaran yaitu sekitar tahun 1621 atau permulaan abad ke XVII melalui para imam atau mubalik yang beragama Islam; (2) Agama Islam masuk sebagai institusi ketika wilayah Seram Timur berada di bawah pe- ngaruh kekuasaan dari Kesultanan Ternate dan Tidore yang makin menguat sekitar pertengahan abad XVII. Hal ini diketahui dari sejarah lisan (oral story) mengenai peristiwa perang Pata Siwa dan Pata Lima tahun 1602 yang terjadi di sekitar wilayah Hote-Banggoi dan daerah sekitarnya seperti Pasahari ketika datangnya bangsa Eropa yaitu Portugis yang awalnya bekerjasama dengan Ke- sultanan Ternate kemudian Kesultanan Tidore. Gerakan penaklukan wilayah suku dan agama yang dilakukan oleh kedua Kesultanan (Ternate dan Tidore) untuk menanamkan pengaruh pada wilayah kekuasaan masing-masing sehingga terjadi pergolakan politik yang sangat hebat di wilayah ini. Kondisi ini mengakibatkan sebagian besar Orang-Orang Seram Timur menjadi pe- meluk Agama Islam. Mengenai penganut Agama Kristen di wilayah Seram Timur mulai ada ketika pengaruh Portugis maupun Belanda berada di Maluku, dan khususnya di Bula sekitar permulaan abad ke XVIII.

Selama melakukan aktivitas penelitian di Tana (Tanah) Bati, peneliti memiliki relasi sosial cukup baik. Realitas ini interaksi sosial yang berlangsung antara peneliti dengan Orang Bati sangat baik sehingga pada saat rapat itu peneliti diminta kesediannya untuk ikut bersama-sama dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan Masjid Nur Bati, dan berada dalam komposisi formal sebagai bendahara Panitia Pembangunan Masjid Nur Bati. Peneliti merasa ini merupakan suatu kehormatan sehingga peneliti menyanggupinya, dan suasana rapat panitia dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini:

Gambar 8

Suasana Pertemuan Panitia Pembangunan Masjid Nur Bati di Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) Tahun 2010

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian.

Makna pertemuan adat di Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) yaitu; (1) Dalam sistem kekerabatan Orang Bati, Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) ditempati oleh kelompok sosial Pata Siwa dan Pata Lima

yang telah menyatu sebagai Orang Bati; (2) Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) dianggap oleh Orang Bati sebagai wilayah sakral di Tana (Tanah) Bati karena leluhur Orang Bati ketika turun dari Samos di sekitar Gunung Bati, mereka semua berkumpul pada tempat ini pertama kali, kemudian ada yang menempati wilayah tersebut, dan lainnya tersebar dalam kawasan yang dimiliki oleh masing-masing marga yang disebut etar (wilayah kekuasaan milik marga). Dalam petemuan tersebut peneliti menyerahkan dana bantuan Pemerintah Provinsi Maluku untuk kepentingan pembangunan Masjid Nur Bati seperti terlihat pada gambar 9 berikut ini:

Gambar 9

Suasana Adat Panitia Pembangunan Masjid Nur Bati di Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) Pada Tangga 10 Januari 2011

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian.

Keterlibatan peneliti sebagai Panitia Pembangunan Masjid Nur Bati sampai saat ini sudah melakukan pekerjaan pada tahapan pekerjan 85 % rampung. Pada tanggal 10 Januari 2011 ketika peneliti datang di Tana (Tanah) Bati, dan berada di Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) pada saat sekarang, sehingga berdasarkan keputusan rapat adat di agar peneliti harus diterima sebagai Orang Bati dengan sebutan adat yaitu Anak Esuriun di Tana (Tanah) Bati. Kesepakatan ini kemudiam disampaikan pada tokoh adat, tokoh agama, dan Orang Bati di Dusun Rumbou, Rumoga, dan Uta, serta lainnya dan mereka semua setuju. Pada tanggal 12 Januari 2011 peneliti diterima sebagai

Anak Esuriun dalam suatu upacara adat Esuriun Orang Bati yang dilakukan di Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) yang dihadiri oleh utusan dari dusun-dusun Bati yang ada di pegunungan maupun pantai. Peritiwa adat yang sangat penting di Tana (Tanah) Bati ketika peneliti diterima sebagai Orang Bati dapat dilihat pada gambar 10 dan 11 berikut ini:

Gambar 10

Upacara Adat Penerimaan Anak Esuriun di Tana (Tanah) Bati Seram Timur-Maluku di Kampung atau Dusun (Wanuya) Bati Kilusi

(Bati Awal) Pada Tangga 12 Januari 2011, Jam 16.30 WIT

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian.

Gambar 11

Anak Esuriun di Tana (Tanah) Bati Seram Timur-Maluku

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian.

Mengenai penggunaan metode penelitian kualitatif yang digunakan oleh peneliti sejak menelusuri fenomena Orang Bati di Maluku sampai dengan pelaksanaan penelitian lapangan di Tana (Tanah) Bati dan penulisan laporan (Disertasi) yang dituangkan dalam metode penelitian dengan tema Studi Etnografi Orang Bati di Maluku yang berkaitan dengan aktivitas peneliti selama berada di lapangan. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti untuk mengungkap fenomena Orang Bati di Maluku, peneliti senantiasa memperhatikan proses-proses yang terkait dengan rencana penelitian, pe- laksanaan kegiatan selama berada di lapangan, penyusunan data lapangan, serta penulisan laporan hasil penelitian yang meliputi interpertasi dan analisis data dalam Disertasi. Masjid yang dibangun Orang Bati di Kampung atau Dusun (Wanuya) Bati Kilusi (Bati Awal) dapat dilihat pada gambar 12 berikut ini:

Gambar 12

Masjid Nur Bati di Kampung atau Dusun (Wanuya) Bati Kilusi (Bati Awal) yang Sementara ini Dalam Proses Pembangunan

Dukumentasi Januari 2012

Dokumen terkait