• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

3.9. Resiko dan Bahaya Kerja

Responden anak yang berhasil ditemui dalam penelitian ini, bekerja di berbagai bentuk pekerjaan yang buruk untuk anak. Hal ini dilihat dari lingkungan kerja yang secara alamiah berbahaya bagi pekerja anak. Indikator lainnya adalah waktu bekerja yang panjang dan pekerjaan yang dilakukan diterik matahari atau pekerjaan yang hingga larut malam. Dengan waktu kerja demikian telah menghalangi anak untuk belajar dan berbahaya bagi kesehatan anak. Dari 8 bentuk pekerjaan yang diidentifikasi, waktu kerjanya sebagai berikut :

A. Jadwal Kerja PA di Perikanan Lepas Pantai

Pada perikanan lepas pantai, waktu penangkapan ikan bervariasi tergantung dengan jenis pukat dan kapal ikan yang digunakan. Waktu penangkapan juga dipengaruhi dengan pasang surut di laut. Di Kota Tanjungbalai ada tiga jenis kapal penangkap ikan utama yakni kapal pukat langgar, pukat tuamang dan Jaring apung3

Untuk kapal pukat tuamang, aktifitas penangkapan ikan di lakukan tiap hari atau pulang pergi setiap harinya. Pukat tuamang yang terbagi atas pukat tuamang bakul dengan jumlah awak sebanyak 6 orang sementara pukat tuamang gandeng dengan awak sebanyak 12 orang. Kapal yang menyertakan PA, biasanya jumlahnya 1 – 2 orang.

. Waktu penangkapan ikan ada kurang dari 24 jam dan ada yang hingga 10 hari.

Sedangkan untuk pukat langgar, di laut bisanya selama 4 – 6 hari. Jumlah awaknya bisa mencapai 35 orang dengan PA sebanyak 2 - 3 orang. Sementara untuk pukat apung,

3

Tidak semua kapal menyertakan PA dalam aktifitas penangkapan, namun dari wawancara yang dilakukan terhadap informan bahwa sebahagian besar masih menyertakan PA. Namun, jumlah anak yang ikut dalam aktifitas penangkapan ikan di lepas pantai telah berkurang karena toke umumnya menyarankan pada tekong untuk tidak menyertakan anak-anak. Di dorong rasa kemanusiaan karena kondisi keluarga PA atau

permintaan orang tuanya, tekong seringkali tidak bisa menolak PA dan pekerja dewasa lainnya untuk turut dalam aktifitas penangkapan ikan sehingga jumlah awak bisa melebihi kebutuhan.

bisa berada di laut hingga 10 hari karena ikan yang ditangkap kemudian diasinkan dan dijemur di kapal. Jumlah awak di kapal ini biasanya sebanyak 15 orang, dengan jumlah PA sebanyak 1 – 3 orang.

Berikut salah satu jadwal kerja penangkapan ikan pada pukat apung yang disebut oleh seorang informan:

24.00 – 01.00 WIB 01.00 – 04.00 WIB 04.00 – 18.00 WIB 18.00 – 20.00 WIB 20.00 – 22.00 WIB Persiapan.

Semua awak bersiap untuk berangkat. Dilakukan pemeriksaan terhadap mesin dan perlengkapan ke laut seperti kompor dan jaring

Berangkat dan perjalanan Penangkapan ikan.

Menurunkan pukat dan setiap setengah jam ditarik dan diturunkan kembali.

Penangkapan ikan selesai, dan perjalanan pulang.

Tiba di tangkahan dan bongkar muatan

Sementara PA yang bekerja pada pukat langgar menceritakan jadwal kerjanya sebagai berikut :

“Jam 10.00 - 13.00 WIB di hari pertama, kami para awak berkumpul di pelabuhan tempat kapal ikan bersandar. Di waktu ini, saya dan awak lainnya mengisi berbagai perlengkapan penangkapan dan kebutuhan konsumsi selama 4 hari. Diantaranya mengisi es ke bak/fiber, mengangkat beras dan bahan-bahan makanan lainnya seperti cabe, bawang, tomat, indomie ke kapal. Jam 13.00 – 18.00 WIB perjalanan ke wilayah penangkapan ikan. Jam 18.00 – 4.00 WIB kegiatannya adalah memperbaiki jaring, memasak, makan dan tidur. Jam 4.00 pagi menurunkan jaring untuk menangkap ikan. Sebelum jaring ditebar di pasang lampu-lampu di sekeliling kapal. Hal ini dimaksudkan untuk “memanggil” ikan. Ada anggapan bahwa ikan-ikan tertarik dengan cahaya lampu. Setelah ikan-ikan berkumpul maka ditebarlah jaring. Jaring yang ditebar ke laut dibiarkan selama lebih kurang setengah jam. Hal ini dimaksudkan untuk membiarkan ikan masuk kedalam jala sebanyak-banyaknya. Setelah dirasa cukup maka jaring pun ditarik. Ketika jala sudah berada diatas kapal, maka ikan-ikan yang berada dijala diambil dan dimasukkan kedalam bak yang berisi es. Kemudian jaring ditebar kembali. Kegiatan ini terus berlangsung sampai dirasa ikan yang diambil sudah mencukupi atau memang sudah tidak ada ikan lagi. Sehabis menjaring ikan kami mandi lalu makan. Untuk mengisi waktu luang kami biasanya memancing ikan. Ikan hasil pancingan ini nantinya dijual. Itulah yang merupakan penghasilan tambahan selama selama berada di laut. Setelah enam hari di laut akhirnya kapal berlabuh di pelabuhan. Sesampainya di pelabuhan, kami tidak langsung pulang. Kami harus bongkar muat kapal terlebih dahulu dan membersihkan kapal.

Setelah semua kegiatan itu dilakukan barulah pulang kerumahnya masing- masing”.

B. Jadwal Kerja PA Di Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga pengupas kerang dan udang di Kota Tanjungbalai ada sekitar 8 – 12 unit usaha yang umumnya berada di wilayah Teluk Nibung dan sekitarnya. Jumlah ini berkurang seiring dengan semakin sulitnya bahan baku kerang dan udang. Jumlah pekerja di sektor ini sekitar 15 – 20 orang yang bisa kurang atau lebih tergantung banyaknya jumlah kerang dan udang yang tersedia untuk di kupas.

Pada pengupasan kerang, periodesasi kerja pada usaha pengupasan kerang terbagi pada dua periode. Periode pertama pada pukul 07.00 – 12.00 WIB dan periode kedua mulai pukul 19.00 – 23.00 WIB. Hanya saja pembagian waktu ini tidaklah ketat karena jika kerang yang dikupas banyak maka waktu kerja juga turut bertambah. Misalnya pada malam hari bisa sampai pagi hari. PA banyak terlibat pada periode kerja kedua, karena sebahagian besar PA yang bekerja di sektor ini masih bersekolah. Sehingga mereka baru turut bekerja pada malam hari hingga larut malam.

Untuk tahapan-tahapan kerja pada sektor industri rumah tangga dan keterlibatan PA khususnya industri pengupasan kerang dapat dijabarkan sebagai berikut:

 tahap yang pertama sekali dilakukan adalah membeli kerang dari nelayan pencari kerang. Nama lokasi tempat transaksi jual beli kerang ini disebut Bagan Batak. Pemilik usaha sudah berlangganan dengan penjual kerang oleh sebab itu pemilik usaha tidak perlu repot-repot lagi untuk mendapatkan kerang. Untuk 1 karung kerang yang beratnya 40 kg dibeli dengan harga Rp20.000 (jenis kerang yang kecil). Untuk 1 karung kerang yang jenis ukurannya besar dengan berat yang sama dibeli dengan harga Rp 40.000 - Rp 60.000. Rata-rata pemilik usaha membeli 20 sampai dengan 100 karung kerang setiap harinya. Pada proses jual beli ini anak-anak tidak terlibat.

 setelah transaksi jual beli kerang selesai, kerang- kerang tersebut diantar dengan menggunakan becak ketempat usaha pengupasan kerang.

 kerang-kerang mentah tadi direbus dengan menggunakan kancah (tempat perebusan yang terbuat dari alumunium yang ukurannya cukup besar). Satu kancah dapat memasak sekitar 5 karung kerang. Waktu yang dibutuhkan untuk

merebus kerang adalah setengah jam. Setelah kerang-kerang ini masak kemudian ditiriskan. Pada tahap ini semua prosesnya dikerjakan sendiri oleh pemilik usaha.

 tahap selanjutnya adalah pengupasan kerang. Pada tahapan inilah banyak anak- anak yang terlibat. Biasanya anak-anak ini dibawa oleh orang tuanya dan ada juga yang datang atas kemauannya sendiri. Pemilik usaha sebenarnya tidak ingin mempekerjakan anak-anak. Akan tetapi mengingat keadaan ekonomi mereka yang sulit mau tidak mau pemilik usaha mengizinkannya. Dengan kata lain lebih kepada perasaan kasihan. Peralatan kerja disediakan sendiri oleh para pekerja seperti piring, pisau, bangku dan kantongan plastik (tempat kerang yang sudah dikupas). Untuk 1 kg kerang ukuran kecil yang sudah dikupas diberi upah Rp 1000. Sedangkan untuk kerang ukuran besar 1 kg nya diberi upah Rp 500.

 setelah kerang-kerang tadi selesai dikupas kemudian dicuci. Proses ini dilakukan sendiri oleh pemilik usaha.

 selanjutnya kerang-kerang tersebut dibawa ke gudang pengumpul kerang. Untuk kerang ukuran kecil yang telah dikupas dijual dengan harga Rp 6000-Rp 7000/kg. Sedangkan kerang ukuran besar yang juga telah dikupas dijual dengan harga Rp13.000-Rp14.000/kg. Kerang-kerang ini nantinya akan dikirim ke Medan, Rantau Prapat, dan Pekanbaru untuk dikonsumsi oleh masyarakat setempat.

 limbah industri rumah tangga ini yaitu kulit kerang masih bisa dijual. Biasanya kulit-kulit tersebut digunakan untuk menimbun jalan ataupun rumah. Sebagian digunakan untuk membuat kapur dan pakan ternak. 1 karung kulit dijual seharga Rp 1500 (karung goni disediakan penjual) apabila karung goninya disediakan sendiri oleh pembeli maka harganya menjadi Rp 1000/karung.

C. Jadwal Kerja PA Di Sektor Pemulung

PA yang menjadi pemulung umumnya masih bersekolah. Sehingga PA di sektor ini bekerja setelah pulang dari sekolah. Dengan PA yang masih bersekolah ini maka jadwal kerjanya dari pukul 14.00 – 18. 00 WIB. Sementara di hari Minggu dan PA yang sudah tidak sekolah maka biasanya pergi ke jalan untuk menyemir sepatu umumnya dimulai pukul 09.00 – 18.00 WIB.

D. Jadwal Kerja PA Di Sektor Konstruksi

Jam kerja PA dimulai Jam 08.00 – 17.00 WIB. Tapi tak jarang mereka lembur kerja hingga malam hari. Untuk pekerjaan setiap harinya, ada mandor yang akan mengarahkan apa yang harus dikerjakan seperti mengaduk semen, mengangkat balok, mengangkat pasir, mengecor, memaku, memplester, mengecat dan sebagainya. Bagi PA yang bekerja di luar Tanjungbalai seperti Kota Medan umumnya pulang ke rumah sebulan sekali untuk menjenguk orang tuanya dan memberikan sebagian dari gajinya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

E. Jadwal Kerja PA di Sektor Pembantu Rumah Tangga

PA yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, yang bekerja melakukan pekerjaan rutin rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian, memasak dan mengasuh anak majikan. Dengan jenis pekerjaan seperti itu, PA mengharuskan kerja dari pagi hari hingga malam. Informan PA yang tinggal dengan majika menjelaskan waktu kerjanya sebagai berikut :

05.30 - 07.00 WIB.

07.00 – 13.00 WIB

13.00 – 16.00 WIB 16.00 – 19.00 WIB

19.00 – 05.30 WIB

Bangun pagi, memasak untuk sarapan pagi, menyapu dan mengepel lantai.

Mencuci pakaian, mengasuh anak majikan dan memasak untuk makan siang.

Mengasuh anak majikan dan menyetrika pakaian.

Mengasuh anak majikan, menyapu lantai dan memasak untuk makan malam.

Istirahat Malam.

F. Jadwal Anak Yang Bekerja di Jalan

Jadwal kerja bagi anak yang bekerja di jalanan, yakni penyemir sepatu dimulai pagi hari hingga malam hari, yakni dari pukul 09.00 WIB – 22. 00 WIB. Namun, umumnya PA yang bekerja sebagai penyemir sepatu masih bersekolah di sekolah dasar. Sehingga mereka mulai bekerja pada pukul 14.00 – 22.00 WIB.

G. Jadwal Kerja di Sektor Prostitusi

Bagi PA yang bekerja di sektor prostitusi, tidak ada jadwal yang terpola karena tergantung ketersediaan pelanggan. Namun, biasanya di malam hari ketika menjaga café dan ada keseuaian dengan pelanggan.

H. Jadwal Kerja PA di Gudang

Bagi PA yang bekerja di gudang, khususnya sebagai pencatuk, jadwal kerjanya biasanya pada pagi hingga sore hari tergantung datangnya kapal-kapal ikan yang melakukan bongkar muat di pelabuhan yang sekaligus gudang perikanan.

Dari berbagai jadwal kerja di atas, dapat dilihat bahwa waktu kerja PA cukup panjang dan banyak di antaranya melebihi dari 8 jam kerja. Untuk lebih jelas, dengan waktu kerja dan aktifitas pekerjaanya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 26. Jam Kerja PA dan Aktivitas PA Menurut Bentuk Pekerjaan

Bentuk Pekerjaan

Jam Kerja Aktivitas

Perikanan Lepas Pantai

15 jam – 6 hari di laut Mempersiapkan perlengkapan penangkapan, menurunkan dan menarik jaring, menyusun ikan di fiber dan bongkar muatan di pelabuhan/gudang.

Industri Rumah Tangga

5 - 8 jam/hari Mengupas udang dan kerang

Konstruksi 8 jam – 12 jam Mengangkat pasir, mengaduk semen, mengangkut batu dan balok, menyemen, dan lain-lain Pemulung 3 - 10 jam Mengutip barang bekas seperti

botol aqua, besi, alumunium, kuningan dan tembaga

Pencatuk 4 - 6 jam Mengutip sisa ikan dan

menjualnya ke pedagang ikan di pasar sekitar gudang

Anak Jalanan (penyemir) sepatu)

5 – 7 jam Mendatangi kantor-kantor dan warung menawarkan jasa semir

Pembantu Rumah Tangga

8 – 14 jam Membersihkan rumah,

mengasuh anak, memasak, menduci dan menyetrika pakaian

Prostitusi < 8 jam Pelayanan seksual

Sumber : Kuesioner dan indepth

Indikator lainnya adalah kecelakaan yang dialami dan mungkin dialami PA dalam bekerja. Dari 110 responden PA, sebahagian besar yakni 56 orang atau 50.9 responden menyatakan pernah mengalami kecelakaan kerja. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel 27. Apakah Pekerja Anak Pernah Mengalami Kecelakaan Kerja

Mengalami Kecelakaan Kerja F %

Pernah 56 50.9

Tidak pernah 54 50.1

Total 110 100.0

Sumber : Kuesioner

Kecelakaan ini disebabkan oleh berbagai hal seperti terjatuh ke laut, tertimpa batu, ditabrak kenderaan dan lainnya sesuai dengan lingkungan kerja PA. Akibatnya ada PA yang mengalami cacat seumur hidup. Adapula PA yang mengalami trauma ketika temannya yang jatuh bersamanya ke laut meninggal dunia. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 28. Bentuk Kecelakaan Yang Dialami PA Berdasarkan Bentuk Pekerjaan

Bentuk Pekerjaan

Bentuk Kecelakaan Yang Pernah Dialami PA

Penyebab Akibatnya

Perikanan Lepas Pantai

Jatuh ke laut, terluka Ombak besar, tergores jaring, tertimpas es, dll Luka ringan hingga meninggal dunia, trauma Industri Rumah Tangga

Tangan atau kaki yang terluka

Tergores kulit kerang

Luka ringan

Konstruksi Luka terkena paku, martil, dll Tidak hati-hati dan tidak pakai sepatu

Luka

Pemulung Tergores besi Tidak hati-hati Luka Pencatuk Terjatuh dari gudang Tidak hat-hati Luka

Anak Jalanan Tertabrak kenderaan - Cacat, hilang Pembantu

Rumah Tangga

- - -

Prostitusi - - -

Sumber : Kuesioner dan Indepth

Tabel 29. Bentuk Kecelakaan Yang Mungkin Dialami PA Berdasarkan Bentuk Pekerjaan

Bentuk Pekerjaan

Bentuk Kecelakaan Yang Mungkin Dialami PA

Penyebabnya Akibatnya

Pantai dunia Industri Rumah

Tangga

Tertusuk kulit kerang Tidak hati-hati

Konstruksi Tertimpa balok, jatuh dari ketinggian

Sakit hingga meninggal duna Pemulung Tertusuk besi, kaca, dll Tidak hati-hati Sakit

Pencatuk Jatuh dari gudang Tidak hati-hati Sakit hingga meninggal dunia

Anak Jalanan Ditabrak kenderaan Tidak hati-hati Sakit hingga meninggal dunia Pembantu

Rumah Tangga

Terkena air panas, tersengat listrik,

Tidak hati-hati Sakit hingga meninggal dunia Prostitusi Terkena penyakit menular

dan AIDS Hubungan seks tidak aman Sakit hingga meninggal dunia Sumber : Kuesioner dan Indepth

Kecelakaan yang dialami dan mungkin dialami oleh PA, selain lingkungan kerja yang berbahaya, juga sangat terkait dengan ketersediaan peralatan kerja yang berguna untuk keamanan dan keselamatan pekerja. Dari keseluruhan responden PA, sebahagian besar PA yakni 81 orang atau 73.6 % menyatakan dalam bekerja mereka tidak menggunakan peralatan penting untuk keamanan dan keselamatan kerja. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel berikut :

Tabel 30. Apakah Ada Perlengkapan Kerja Untuk Keamanan dan Keselamatan Kerja

Ketersediaan Peralatan Kerja F %

Ada 29 26.4

Tidak ada 81 73.6

Total 110 100.0

Sumber : Kuesioner

Sementara sebahagian besar dari PA yang menyatakan ada perlengkapan kerja menyatakan peralatan yang ada juga tidak lengkap dan pengadaannya umumnya disediakan sendiri oleh PA. Peralatan tersebut adalah sarung tangan, topi, sandal/sepatu, dan jaket. Namun adapula PA yang bekerja di sektor perikanan menyatakan bahwa kelengkapan keselamatan untuk bekerja di tempatnya tersedia seperti pelampung, jaket hujan dan kotak obat (P3K). Adapun bentuk-bentuk peralatan yang penting menurut PA berdasarkan bentuk pekerjaannya adalah sebagai berikut :

Tabel 31. Bentuk Peralatan Penting Bagi Keamanan dan Keselamatan Kerja

Bentuk Pekerjaan

Perlengkapan Kerja Yang Penting Keterangan Perikanan Lepas Pantai - Baju pelampung - Baju hujan - Topi - Sarung tangan

Hanya sebahagian kecil dari pengusaja kapal penangkap ikan yang melengkapi awaknya dengan peralatan keselamatan seperti pelampung. Topi dan sarung tangan biasanya dibawa sendiri oleh pekerja Industri Rumah Tangga - Sepatu - sarung tangan - Jaket - Masker

Alat kelengkapan tersebut umumnya tidak ada

Konstruksi - Helm - Sepatu

- Sarung tangan - Masker

Bagi perusahaan konstruksi besar, pekerja diberikan helm sementara sepatu dan sarung tangan dibawa sendiri oleh pekerja. Tapi masker jarang sekali digunakan pekerja.

Pemulung - Sepatu/sandal - Topi

- Sarung tangan

Umumnya PA hanya menggunakan sandal namun beberapa diantarany tidak

menggunakannya

Anak Jalanan - Sandal - Masker

PA umumnya sudah menggunakan sandal tetapi tidak ada yang menggunakan masker

Pembantu Rumah Tangga

- -

Prostitusi Antibiotik Informan yang diwawancarai

menggunakan berbagai obat antibiotik seperti pinotal, ampicilin, amoxilin dan betadin suntik.

Sumber : Indepth

Di samping itu, PA yang bekerja bersama orang dewasa sehingga terbuka ruang anak-anak ini mengalami kekerasan, baik secara fisik maupun kekerasan non fisik dari pekerja dewasa. Dari wawancara terhadap PA ada beberapa jenis bentuk kekerasan yang dialami sebagian PA. Bentuk kekerasan fisik seperti memukul dengan alat (menampar, meninju), memukul dengan alat seperti melempar anak dengan memakai benda keras. Sementara kekerasan non fisik yang dialami PA berupa makian dan olok-olok yang dilakuan oleh pekerja dewasa maupun dari PA lainnya.

Wawancara yang dilakukan terhadap PA ditemukan bahwa sebahagian besar PA pernah mengalami kekerasan fisik dan atau non fisik Dari 110 responden PA, 70 orang atau 63.3 % PA menyatakan pernah mengalami kekerasan fisik dan atau non fisik. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 32. Apakah Responden Pernah Mengalami Kekerasan Fisik dan Non Fisik Dalam Bekerja

Mengalami Kekerasan Fisik dan Non Fisik Dalam

Bekerja F %

Pernah 70 63.6

Tidak pernah. 40 33.6

Total 110 100.0

Sumber : Kuesioner

Bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh PA adalah bentuk kekerasan non fisik,yakni dimaki. Terdapat 54 orang atau 49 % dari PA yang pernah mengalami

kekerasan mengalami makian. Bentuk kekerasan non fisik lainnya adalah diancam dan diolok-olok. Sementara bentuk kekerasan fisik yang pernah dialami oleh PA adalah dipukul dengan tangan kosong seperti ditampar dan atau ditinju yang pernah dialami oleh 18 responden atau 16.3 % PA. Bentuk kekerasan fisik lainnya adalah dipukul dengan alat yang pernah dialami oleh 4 responden atau 3.6 % PA. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 33. Bentuk Kekerasan Yang Dialami Oleh PA

Bentuk Kekerasan Fisik Pernah Tidak Pernah

F % F %

Dipukul dengan tangan kosong 18 16.3 92 83.7

Dipukul dengan alat 4 3.6 106 96.4

Bentuk Kekerasan Non Fisik Pernah Tidak Pernah

F % F %

Dimaki 54 49 56 51

Diolok-olok 5 4.5 105 95.5

Diancam 9 8.1 101 91.9

Sumber : Kuesioner dan Indepth

Dari berbagai bentuk kekerasan fisik maupun non fisik di atas, pelakunya masih terkait dengan lingkungan kerja PA majikan, toke, tekong, orang tua maupun teman satu pekerjaan. Pelakunya juga bisa berasal dari orang tua PA yang marah karena PA tidak mengikuti perintah untuk bekerja.

Tabel 34. Bentuk Kekerasan Yang Dialami PA Berdasarkan Bentuk Pekerjaan

Bentuk Pekerjaan

Bentuk Kekerasan Yang Dialami PA

Pelaku Alasan

Perikanan Lepas Pantai

Dimaki Tekong Dianggap malas

Industri Rumah Tangga

- - -

Konstruksi Dimaki Mandor Kerja dianggap

tak becus Pemulung Dimaki dan dibentak Pemilik rumah Dicurigai akan

mencuri Pencatuk Dimaki, diancam, dilempar

pakai es

Pengawas gudang Dianggap mencuri Anak Jalanan Dimaki dan dibentak Pemilik jualan Dianggap

mengganggu Pembantu

Rumah Tangga

- - -

Prostitusi Dimaki Pelanggan Tidak bersedia

melayani Sumber : Indepth

Untuk PA yang mengalami kekerasan fisik dan atau non fisik seperti yang dijelaskan di atas, masih mengalaminya dalam tiga bulan terakhir dengan frekuensi yang berbeda-beda. Frekuensi terbesar dari PA yang mengalami perlakuan buruk tersebut adalah 1 kali dalam tiga bulan terakhir. Ini disebut oleh 28 PA atau 40 % PA yang pernah mengalami kekerasan. Jumlah perlakuan buruk terbesar berikutnya adalah dengan frekuensi mengalami 2 kali yang disebut oleh 19 responden atau 27 % PA yang pernah mengalami perlakuan buruk. Adapula yang menyatakan 4 kali atau lebih mengalami perlakukan buruk dalam tiga bulan terakhir yang disebut oleh 16 reponden atau 23 % PA. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 35. Frekuensi Responden Mengalami Perlakuan Buruk Dalam 3 Bulan Terakhir

Frekuensi Mengalami Perlakuan Buruk F %

1 kali 28 40

2 kali 19 27

3 kali 7 10

4 kali atau lebih 16 23

Total 70 100.0

Sumber : Kuesioner

Dari berbagai perlakuan buruk yang dialami dengan tingkat frekuensi yang beragam di atas, ternyata mayoritas PA menyatakan bisa menerima. Dari 70 PA yang pernah mengalami perlakuan buruk, 56 orang atau 80 % PA menyatakan bisa menerima. Hanya 14 orang atau 20 % PA yang menyatakan tidak bisa menerima. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 36. Sikap Responden Terhadap Perlakuan Buruk Yang Dialami

Sikap PA Terhadap Perlakuan Buruk F %

Tidak bisa terima, 14 20

Bisa menerima 56 80

Total 70 100.0

Sumber : Kuesioner

Sikap PA yang menyatakan bisa menerima perlakukan buruk, karena berbagai alasan. Alasan utamanya karena PA merasa melakukan kesalahan seperti tidak becus dan lalai dalam bekerja maupun karena malas. Namun, adapula PA yang bersikap bisa menerima karena alasan pelaku tindak kekerasan adalah atasan (majikan, tekong, toke) dan pelaku yang badannya lebih besar sehingga PA mengambil sikap bisa menerima. PA tersebut khawatir jika ia bersikap tidak bisa menerima dan melakukan protes atau perlawanan, ia khawatir akan mendapat perlakukan yang lebih buruk seperti pemecatan,

pemotongan gaji maupun tindakan kekerasan yang lebih buruk. PA lainnya menyatakan dapat memaklumi perlakuan buruk tersebut karena pelaku sering mengalami kecurian. Hal ini disebut oleh PA yang bekerja sebagai pemulung.

Sementara bagi PA yang menyatakan sikap tidak bisa menerima perlakuan buruk yang dialaminya karena alasan bahwa PA merasa tidak bersalah dan telah melakukan pekerjaan dengan baik. Adapula PA yang menyatakan tidak bisa menerima perlakuan buruk dan melawan mandor yang sangat mudah marah dan memaki-maki dan terkadang

Dokumen terkait