• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Terhadap Sunnisasi Negara: Dari al-Sadr sampai al-Hakim

B. Kehidupan Sunni dan Syi'ah di Bawah Pemerintahan Saddam Hussein Bulan Juli 1979 Presiden Irak Ahmed Hasan al-Bakr mengumumkan

2. Respon Terhadap Sunnisasi Negara: Dari al-Sadr sampai al-Hakim

Sunnisasi dan Ba'athisasi panggung politik Baghdad oleh kelompok minoritas Arab Sunni, khususnya partai Ba'ath, lebih khusus lagi keluarga Saddam dan "klan" al-Takriti, inilah yang menjadi sumber utama penentangan kaum Syi'ah terhadap rezim di Irak. Berbeda dengan motivasi perlawanan kaum Syi'ah di Iran (pra Revolusi Islam), yang bersumber pada isu-isu meluasnya korupsi di kalangan Dinasti Pahlevi, distribusi kesejahteraan yang tak merata, serta hubungan diplomatik dengan Israel, AS, dan Afrika Selatan.104 Berikut dijelaskan kondisi dan fakta-fakta seputar perlawanan kaum Syi'ah Irak terhadap rezim Sunni Saddam Hussein.

Pemberontakan kaum Syi'ah yang pertama kali sejak kemerdekaan Irak, terjadi pada tahun 1935. Kala itu ulama Syi'ah menuntut diajarkannya Hukum Syi'ah di sekolah-sekolah (fakultas) Hukum di seluruh Irak. Namun, gerakan Syi'ah Irak baru terorganisasi pada akhir tahun 1950-an. Yaitu, ketika sejumah ulama dan aktivis Syi'ah—seperti, Muhammad Mahdi al-Asafi, Sayyid Kazim

103 Ibid, halaman 133.

104

M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, Happy Bone Zulkarnain, 1993, Konflik dan Diplomasi di

al-Ha'iri, Mahdi Ali Akbar Shariati, Ali Muhammad al-Kurani, Mahdi al-Khalisi, dan Hamid Muhajir— mendirikan Partai Dakwah Islam (Hizb ad-Da'wah

al-Islamiyyah) di Najaf. Tiga di antara pendiri Partai Dakwah: al-Asafi, al-Ha'iri,

dan Shariati, adalah keturunan Iran.105

Partai agama bawah tanah ini dibentuk berdasarkan inspirasi ajaran-ajaran ulama terkemuka Syi'ah, yakni Ayatullah Muhammad Baqir al-Sadr (1935-1980). Partai ini bukan hanya sebuah gerakan reformis melainkan juga sebuah gerakan yang agak revolusioner. Tujuan mereka adalah mengganti negara sekuler modern yang ditegakkan oleh Partai Ba'ath dengan tatanan dan hukum sosial-politik Islami. Tentu saja pemerintahan sekuler Baghdad di bawah kendali Partai Ba'ath sangat tidak menginginkan lahirnya partai seperti itu. Mereka pun segera bertindak dan memberangusnya. Tahun 1974, lima anggota Partai Dakwah dihukum mati.106

Dua puluh tahun kemudian (1979) di Baghdad lahir organisasi kaum Syi'ah yang lain, al-Mujahidin. Kelompok ini didirikan antara lain oleh Sayyid Abdul Aziz Hakim, anak bungsu Ayatullah Muhsin al-Hakim (salah satu ulama Syi'ah terkemuka di Irak). Berbeda dengan Partai Dakwah yang menghendaki berdirinya rezim Islam Irak yang independen, al-Mujahidin secara tegas mengakui kepemimpinan Ayatullah Khomeini dan dengan sendirinya, menginginkan rezim Islam Irak yang berorientasi ke Teheran. Namun, baik Dakwah maupun Mujahidin sama-sama mengakui kepemimpinan Imam Syi'ah

105 Ibid.

106

Trias Kuncahyono, 2005, Bulan Sabit di Atas Baghdad, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, halaman 157-158.

Irak, Ayatullah Muhammad Baqir al-Sadr.107

Kerusuhan-kerusuhan Syi'ah terulang kembali dari tahun 1969,. Pada tahun itu, Muhsin al-Hakim ditangkap karena diduga telah melakukan hubungan dengan CIA. Akibatnya, lembaga-lembaga keagamaan serta publikasi keagamaan dikekang. Banyak kaum Syi'ah melakukan demonstrasi di Najaf. Mereka menyuarakan tentang kepemimpinan al-Hakim dan keunggulan Najaf. Setahun kemudian, al-Hakim dieksekusi. Dan selama tahun tujuh puluhan, ketegangan antara pemerintah dan Syi'ah Irak terus meningkat.108

Baqir al-Sadr kemudian dinobatkan sebagai Marji' (ulama yang mempunyai otoritas di bidang hukum dan agama) bagi umat Syi'ah Irak, setelah meningggalnya Muhsin al-Hakim pada 1970. Pada masa al-Sadr inilah kaum Syi'ah Irak mulai diperhitungkan sebagai sebuah kekuatan politik yang potensial. Para ulama Syi'ah di Najaf, misalnya, mulai menuntut peranan yang lebih aktif dalam kehidupan politik.109

Kerusuhan-kerusuhan mengguncang perayaan Asyura pada tahun 1974 dan 1977. Di tahun 1977110, saat berlangsung peringatan Asyura (untuk mengenang kesyahidan Imam Husein) pecah demonstrasi besar-besaran yang dipimpin para ulama Syi'ah di Karbala dan Najaf. Selama beberapa hari, ribuan penduduk Syi'ah bentrok dengan pasukan keamanan yang semula dikirim untuk

107

M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, Happy Bone Zulkarnain, op. cit, halaman 102.

108

Chibli Mallat dalam Shireen T. Hunter, 2001, Politik Kebangkitan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, halaman 130.

109

M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, Happy Bone Zulkarnain, op. cit, halaman 103.

110

Orang-orang Syi'ah membagi-bagikan buletin berkala di Irak dan Teluk, di antaranya Al-Iraq

Al-Hur (Irak yang merdeka) dan Shaut asy-Sya'b al-Mudhthahad (Suara Rakyat Tertindas). Isi buletin tersebut

adalah berupa seruan perlawanan terhadap para penguasa kota Baghdad. Lihat: Abdus Sami' Husein, 2006,

Pengkhiantan-pengkhianatan Syi'ah dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam, Jakarta: Pustaka

mengamankan upacara tersebut. Ketika situasi makin buruk, ribuan orang ditangkap, sejumlah lainnya tewas dalam bentrokan dan luka-luka.111

Saddam segera memerintahkan agar para pemimpin Syi'ah yang ditangkap diadili lewat pengadilan khusus, termasuk al-Sadr yang dihukum dari bulan Juni 1979 sampai Maret 1980. Pengadilan memutuskan, delapan ulama dihukum mati dan 15 ulama lainnya dihukum penjara seumur hidup. Selama dalam penjara al-Sadr menyerukan kepada para pengikutnya untuk terus berjuang melawan rezim Ba'ath pimpinan Saddam. Akibatnya, penangkapan dan pemenjaraan terus dilakukan aparat keamanan terhadap para pengikut Syi'ah. Jumlah yang dipenjara mencapai 3.000 orang.112

Perkembangan di dalam negeri Iran, yakni dengan berkobarnya Revolusi Islam pada tahun 1979, telah memberikan pukulan pada rezim Saddam di Baghdad. Revolusi yang dikomandai Imam Besar Ayatullah Ruhulah Khomeini menumbangkan Shah Iran Reza Pahlevi, telah memberikan semangat besar pada kaum Syi'ah di Irak. Naiknya Khomeini ke pucuk pemerintahan Iran telah melahirkan dan mendorong timbulnya sentimen anti-pemerintah di kalangan komunitas Syi'ah di Irak, pada tahun 1979 dan 1980. Pada bulan Februari 1979, pecah demonstrasi besar yang dilakukan Syi'ah untuk mendukung Khomeini di Najaf dan Karbala. Baghdad menjawab aksi itu dengan mengirimkan tentara yang diperkuat tank ke kedua kota itu. Segera demonstrasi di kedua kota itu dapat

111 Trias Kuncahyono, 2005, Bulan Sabit di Atas Baghdad, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, halaman 158.

ditumpas.113

Demonstrasi pecah lagi pada bulan Juni di tahun yang sama di kedua kota suci tersebut setelah al-Sadr, yang saat itu menjadi simbol oposisi Syi'ah di Irak, dilarang memimpin rombongan pergi ke Teheran untuk memberikan ucapan selamat kepada Khomeini. Pemerintah tidak hanya menindak demonstrasi tersebut, tetapi juga memberlakukan undang-undang darurat atas kota-kota di Irak Selatan bahkan atas Baghdad sendiri. Orang-orang yang menjadi anggota Partai Dakwah terancam hukuman mati. Sejumlah orang yang dicurigai menjadi anggota organisasi tersebut ditangkap, termasuk al-Sadr sendiri. Ia kemudian dikenai hukuman rumah di Najaf dan tidak boleh berhubungan dengan dunia luar sama sekali.114

Tindakan tegas terhadap Partai Dakwah justru mendorong lahirnya organisasi-organisasi lain berhaluan keras. Misalnya Jun al-Imam (Tentara Imam) dan Munazzamat al-'Amal a-Islami. Organisasi yang kedua, Munazzamat al-'Amal al-Islami, adalah organisasi yang berusaha memfokuskan diri pada aktivitas politik di tingkat masyarakat yang dipimpin oleh Ayatullah Muhammad Taqi al-Mudarissi dan berpusat di Karbala. Sementara Partai Dakwah berpusat di Najaf. Akhir tahun 1979 bahkan Partai Dakwah membentuk brigade militer sendiri yang diberi nama Pasukan Syahid al-Sadr.115

Meningkatnya militansi kaum Syi'ah itu dijawab Saddam dengan tindakan lebih tegas terhadap mereka. Pada bulan Maret 1980, misalnya,

113 Ibid, halaman 158-159.

114

Ibid, halaman 159.

sebanyak 96 anggota Partai Dakwah dieksekusi. Tindakan Saddam tidak berhenti sampai di sini. Pada bulan April tahun yang sama, sebanyak 30.000 orang Syi'ah diusir dari Irak dan mereka masuk ke Iran. Saddam tidak puas hanya dengan mengusir kaum Syi'ah. Pada tanggal 8 April 1980, al-Sadr dan saudara perempuannya, Bint al-Huda, dieksekusi.Ini merupakan pukulan berat bagi kaum Syi'ah. Mereka kehilangan pemimpin dan panutannya. Akibatnya, mereka seperti limbung dan porak-poranda. Melihat hal itu, Saddam terus bertindak, menekan dan menindas kaum Syi'ah. Ia lantas mengusir lagi begitu banyak orang Syi'ah ke Iran.116

Saddam mulai mengubah taktik dan strategi dalam menghadapi kaum Syi'ah, setelah serangkaian tindakan tegas dan penindasan terhadap mereka. Saat itu disebarkan berita bahwa pemimpin Irak itu telah menjadi pengikut Ali bin Abi Thalib, Imam pertama Syi'ah. Saddam juga diberitakan berusaha menjadi pengikut yang baik, saleh demi memperoleh "nilai-nilai surgawi", sebagai bentuk dari komitmennya terhadap "nilai-nilai surgawi" itu, Saddam melarang perjudian pada awal tahun 1979. Ia juga mengenakan jubah Syi'ah, yang disebut abbaya, mengunjungi perkampungan Syi'ah dan memberikan hadiah-hadiah berupa uang dan televisi. Menurut Kantor berita INA, 8 Agustus 1979, Saddam berusaha meyakinkan komunitas Syi'ah bahwa ia benar-benar pengikut Syi'ah dengan mengatakan bahwa ia keturunan langsung Khalifah Ali. Akan tetapi, semua usaha

116 Ibid, halaman 159-160. Lihat juga M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, Happy Bone Zulkarnain, 1993, Konflik dan Diplomasi di Timur Tengah, Bandung: PT Eresco, halaman 103-104, Chibli Mallat dalam Shireen T. Hunter, 2001, Politik Kebangkitan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, halaman 132.

itu tidak diterima oleh komunitas Syi'ah.117

Perlawanan kaum Syi'ah masih pecah lagi pada tahun 1991 setelah Perang Teluk I yang disulut oleh invasi Irak ke Kuwait, berakhir. Kaum Syi'ah melakukan pemberontakan melawan rezim Saddam. Ketika itu, penduduk Karbala bergabung dengan penduduk Basra melawan Saddam. Pemberontakan dimulai pada tanggal 5 Maret 1991, pukul 02.30, mereka mulai menyerang gedung-gedung pemerintah. Dan paginya 6 Maret 1991, pemberontak berhasil menguasai Karbala. Lusinan pejabat senior, termasuk polisi, para agen keamanan, deputi gubernur, dan para anggota Partai Ba'ath jajaran atas juga dibunuh oleh kaum pemberontak.118

Pemerintahan Saddam menjawab aksi itu dengan mengerahkan pasukannya. Sehari setelah para pemberontak menguasai Karbala, pasukan pemerintahan Saddam, Garda Republik, mulai menggempur kota itu. Mereka juga menyerang tempat-tempat yang diyakini menjadi pusat konsentrasi pasukan Syi'ah. Dan Masjid Imam Hussein pun tak luput dari gempuran pasukan Saddam. Antara tanggal 7 Maret hingga 11 Maret 1991, tentara Saddam tidak hanya menembaki dan meroketi masjid, tetapi juga menyerang mereka, kaum Syi'ah dan para simpatisan yang mengangkat senjata melawan Bahgdad. Berapa jumlah korban tewas dan terluka serta yang ditahan hingga kini tidak jelas. Akan tetapi, peristiwa di Karbala itu tetap tercatat sebagai lembaran gelap bagi kaum Syi'ah di Irak. Peristiwa Karbala tetap tercatat pula sebagai represi paling hebat terhadap

117 Trias Kuncahyono, 2005, Bulan Sabit di Atas Baghdad, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, halaman 160-161.

kaum Syi'ah oleh rezim Saddam Hussein.119

Ulama Syi'ah Irak lain yang juga turut memperjuangkan nasib kaumnya, adalah Muhammad Baqir al-Hakim. Baqir al-Hakim lahir di Najaf pada tahun 1939. Ia berasal dari keluarga Irak yang dikenal sangat taat beribadah, saleh, dan dihormati oleh jutaan orang Syi'ah di Irak dan dunia. Ia adalah putra Imam Besar Ayatullah Muhsin al-Hakim yang pernah menjadi pemimpin spiritual Syi'ah di dunia pada periode 1955-1970. Setelah menyelesaikan pendidikan di Najaf, ia bergabung dengan Ayatullah Sayid Muhammad Baqir al-Sadr mendirikan kelompok politik yang diberi nama Gerakan Islam pada akhir tahun 1960-an. Karena aktivitas politiknya yang menentang pemerintah yang berkuasa di bawah Partai Ba'ath, kedua ayatullah itu berkali-kali dipenjara.120

Tahun 1972, ia ditangkap, dipenjara dan disiksa. Ia kemudian dibebaskan karena muncul tekanan terhadap rezim yang berkuasa. Lima tahun kemudian, ia ditangkap lagi menyusul pecahnya pergolakan rakyat pada bulan Februari 1977 di Najaf. Kala itu hukuman yang dijatuhkan atas Baqir al-Hakim sangat berat. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan khusus tanpa lewat proses peradilan. Vonis itu mengundang reaksi dari berbagai penjuru. Desakan dan protes agar Baqir al-Hakim dibebaskan terus bermunculan. Maka, pada bulan Juli 1979, ia dibebaskan.121

Tahun 1979, Baqir al-Sadr tengah dikenai hukuman tahanan rumah. Mereka berdua terus berjuang melawan rezim Saddam, yang berkuasa sampai

119 Ibid, halaman 31.

120

Ibid, halaman 28.

akhirnya Baqir al-Sadr dibunuh oleh orang-orangnya Saddam. Tragedi yang menimpa Baqir al-Sadr itu telah mendorong Baqir al-Hakim untuk mengambil keputusan meninggalkan negerinya dan pindah ke Iran. Keputusan itu diambil tak lama setelah pecah perang Irak-Iran tahun 1980. Di Iran, ia melanjutkan perjuangannya dan bahkan berperan besar dalam pembentukan SCIRI (Supreme

Council of the Islamic Revolution in Iraq, Dewan Tertinggi Revolusi Islam di

Irak) pada bulan November 1982.122

Tindakan Baqir al-Hakim itu memancing kemarahan luar biasa dari Saddam Hussein. Apalagi, Baqir al-Hakim terlibat langsung dalam gerakan politik melawan pemerintahan di Baghdad. Sebagai balasannya, Saddam menangkap dan menahan 125 orang anggota keluarga Baqir al-Hakim yang masih ada di Irak. Hanya dalam tempo dua hari, penguasa Irak membunuh 18 anggota keluarga Baqir al-Hakim yang masih tinggal di Irak. Bahkan, pada bulan Januari 1988, penguasa Irak membunuh saudara laki-laki Baqir al-Hakim, yakni Sayed Mahdi al-Hakim yang tinggal di Sudan. Walaupun demikian, Baqir al-Hakim tidak menyurutkan langkah kakinya untuk terus berjuang melawan penguasa Baghdad.123

Berdirinya SCIRI pada tanggal 17 November 1982, maka al-Hakim, dengan restu Imam Khomeini diakui sebagai pemimpin utama gerakan Syi'ah Irak. Namun, seperti ditulis Mallat, al-Hakim belum bisa disejajarkan dengan al-Sadr. Tidak satu pun, misalnya, karya al-Hakim yang mampu menandingi

122

Ibid, halaman 29.

Iqtisaduna dan Fasafatuna atau karya-karya al-Sadr lainnya. Juga yang sulit

dibantah, berbeda dengan al-Sadr yang "tumbuh sendiri", maka Baqir al-Hakim tampak selalu berada di bawah bayang-bayang kebesaran nama ayahnya, Ayatullah Muhsin al-Hakim.124

Akhir dasawarsa 1990-an, di Irak, sudah muncul tokoh baru yang juga dari keluarga al-Sadr. Tokoh itu adalah Ayatullah Muhammad Sadiq al-Sadr. Ia adalah sepupu al-Sadr. Munculnya Sadiq al-Sadr ini benar-benar memberikan kekuatan kepada kaum Syi'ah. Pemimpin baru ini pun populer dan berani mengkritik dan mengecam rezim yang berkuasa. Kenyataan seperti itu sangat tidak disenangi Saddam. Maka dengan segera, ia menangkap Sadiq al-Sadr dan membunuhnya di Najaf pada tahun 1999. Akibatnya, pecahlah demonstrasi di berbagai kota di Irak selatan yang penduduknya mayoritas Syi'ah.125

Sembilan demonstran ditangkap dan dibunuh di Ramadi. Pada bulan April, sekitar 100 tahanan dari penjara Radwaniah dibawa ke Ramadi, dan di kota itu, mereka dikubur hidup-hidup dalam satu lubang kubur. Tak hanya Sadiq al-Sadr yang dibunuh, dua putra tertuanya pun dieksekusi oleh rezim. Namun, putra termudanya selamat, yakni Muqtada al-Sadr. Selanjutnya, ialah pewaris politik al-Sadr. Dan sejak tahun 1999, Muqtada al-Sadr melakukan perlawanan bawah tanah terhadap Saddam. Sementara di Najaf, sejak tahun 1999 dipimpin oleh Ayatullah Agung Ali Sistani yang berasal Iran.126

124

M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, Happy Bone Zulkarnain, 1993, Konflik dan Diplomasi di

Timur Tengah, Bandung: PT Eresco, halaman 104.

125

Trias Kuncahyono, op. cit, halaman 163.

Selepas kepulangan Baqir al-Hakim dari pengasingannya di Iran, tepatnya pada Jumat 29 Agustus 2003, tepat setelah ia berziarah ke Masjid Imam Ali, bom mobil pun meledak. Baqir al-Sadr beserta 124 orang lainnya tewas. Beberapa bulan sebelumnya, 10 April 2003, Najaf sudah kehilangan salah seorang pemimpinnya. Ketika itu, Abdul Majid al-Khoei, pemimpin senior Syi'ah Irak, dibunuh juga tak jauh dari Masjid Imam Ali.127 Dan kepemimpinan SCIRI kemudian dilanjutkan oleh adiknya, Abdul Aziz al-Hakim.

C. Kondisi Irak Pasca Saddam Hussein dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan

Dokumen terkait